Klasifikasi Dismenorea Konsep Dismenorea 1. Defenisi Dismenorea

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dimenorea atau nyeri haid adalah nyeri atau rasa sakit yang dialami wanita diawal menstruasi dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Gejala klinis dismenorea adalah nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha, dan disertai keluhan dan muntah, sakit kepala, diare, mudah tersinggung Manuaba, 2009.

2.4.2. Klasifikasi Dismenorea

1. Dismenorea Primer Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanda kelainan pada alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai rasa nyeri Prawirohardjo, 2012. Dismenorea primer yaitu tidak terdapat kelainan organ rahim dalam batas normal Manuaba, 2009. Dismenora primer biasanya terjadi dalam 6 sampai 12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan Anurogo, 2011. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha, disertai dengan rasa mual, muntah sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya Prawirohardjo, 2012. Universitas Sumatera Utara Penyebab dismenorea primer antara lain: a. Faktor kejiwaan: emosional tidak stabil pada gadis-gadis, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea Prawirohardjo, 2012. Menurut Anurogo 2011, faktor kejiwaan atau gangguan psikis seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas. b. Faktor konstitusi: faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea Prawirohardjo, 2012. c. Faktor Endokrin: rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus Anurogo, 2011. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus Prawirohardjo, 2012. d. Faktor Alergi: teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma bronkhiale Prawirohardjo, 2012. e. Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus kelainan letak-arah anatomis rahim, hypoplasia uterus perkembangan rahim yang tak lengkap, obstruksi kanalis servikal sumbatan saluran jalan lahir, Universitas Sumatera Utara mioma submukosa bertangkai tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot, dan polip endometrium Anurogo, 2011. 2. Dismenorea Sekunder Dismenora sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya: endometriosis, fibroids, adenomyosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea Proverawati, 2009. Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20 sampai 30 tahunan, setelah tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri Anurogo, 2011. Penyebab dismenorea sekunder antara lain: intrauterine contraceptive devices alat kontrasepsi dalam rahim, adenomyosis adanya endometrium selain di rahim, uterine myoma tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot terutama mioma submukosum bentuk mioma uteri, uterine polyps tumor jinak di rahim, adhesions pelekatan, dll. Anurogo, 2011. Adapun menurut Proverawati 2009, penyebab dismenorea sekunder antara lain: endometriosis dan fibroids myoma.

2.4.3. Faktor Resiko