Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan

(1)

RESPON STRES DAN ADAPTASI REMAJA PUTRI

TERHADAP DISMENOREA DI SMA RAKSANA

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Indah Lestari Harahap

131121027

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Judul : Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan

Nama mahasiswa : Indah Lestari Harahap

NIM : 131121027

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Dimenorea atau nyeri haid adalah nyeri atau rasa sakit yang dialami wanita diawal

menstruasi dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Dismenorea terjadi 2 hari atau lebih sebelum menstruasi dimulai dan rasa nyeri akan semakin hebat saat menstruasi, kemudian menghilang 2 hari atau lebih setelah menstruasi berhenti Stres sebagai salah satu faktor psikis yang menyebabkan dismenorea. Seseorang yang mengalami dismenorea dapat menimbulkan respon stres yang mengakibatkan sering marah-marah, cemas dan konsentrasi menurun. Selain itu, juga dapat menimbulkan respon adaptasi yang mengakibatkan terhadap perubahan kebutuhan fisik, konsep diri, fungsi peran dan kemandirian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 73 responden dan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Instrument yang digunakan berupa kuesioner. Karakteristik responden pada penelitian adalah mayoritas (79,5%) berumur 17 tahun, (52,1%) beragama islam, (54,8%) bersuku batak, (61,6%) pendidikan orang tua SMA. Hasil penelitian menunjukkan respon stres remaja putri terhadap dismenorea adalah ada (56,2%) dan respon adaptasi terhadap dismenorea adalah adaptif (53,4%). Dari hasil penelitian disarankan kepada guru/pendidik di sekolah dapat mengenal respon stres remaja usia sekolah terhadap dismenorea agar lebih membaik bagi remaja yang beradaptasi terhadap stres.


(5)

Title : Stress Respond And Adaptation Of Gilrs Towards Dismenorea In SMA Raksana Medan

Name : Indah Lestari Harahap

NIM : 131121027

Program :

Year : 2015

Faculty of Nursing, USU

Dismenorea or menstruation paint is the paint or hurt got by a girl in the early time of menstruation and it can disturb the daily activities. Dismenorea exists in 2 days or more before the menstruation begins and the paint is getting worse at the menstruation time, then it disappears in 2 days or more after the menstruation stops. Stress is one of the psychological factors causes dismenorea. Someone with dismenorea can arise stress respond that cause angry, anxiety, and lower concentration. Besides, it can cause respond adaptation that cause the change of physical needs, body image, role function, and autonomy. This research is purposed to identify stress respond and adaption of girls towards dismenorea in SMA Raksana Medan. Research design used descriptive method with the sample of 73 respondents and the sample technique used was stratified random sampling. The instrument was questioners. The characteristic of respondents in this research is majority of the age of 17 (59,1%), moslems (54,8%), Batak etnic (61,6%), parents’ educations was SMA. The research results shows that stress respond of the girls towards dismenorea is existed (56,2%) and adaptation respond towards dismenorea is adaptive (53,4%). From this research, it is suggested to the girls to know the stress respond and adaptation towards dismenorea.

Abstract


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan”, untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pada saat penyelesaian skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta dorongan kepada peneliti sehingga skripsi ini terselesaikan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini.

3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Nurbaiti, S.Kep, M.Biomed selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.


(7)

6. Kepala Sekolah SMA Raksana Medan membantu dalam memperlancar penelitian.

7. Terkhusus buat kedua orangtua tercinta, Bapak J. Harahap dan Ibu R. Pohan atas segala dukungan moral dan materil serta do’a sehingga skripsi ini terselesaikan, dan kepada kakak beserta adik-adik saya yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk semua teman-teman yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih ada yang kurang sempurna, maka dari itu peneliti menerima kritik dan saran yang diberikan demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk praktik keperawatan.

Medan, Januari 2015


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN PLAGIAT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stres ... 7

2.1.1 Defenisi Stres ... 7

2.1.2 Macam-macam Stres ... 8

2.1.3 Faktor Pengaruh Respon terhadap Stres ... 10

2.1.4 Tahapan Stres ... 11

2.1.5 Respon Stres Individu ... 13

2.1.6 Manajemen Stres ... 14

2.2 Konsep Adaptasi ... 17

2.2.1 Defenisi Adaptasi ... 17

2.2.2 Macam-macam Adaptasi ... 17

2.2.3 Mekanisme Adaptasi ... 19

2.2.4 Respon Adaptasi ... 20

2.3 Konsep Remaja ... 22

2.3.1 Defenisi Remaja ... 22

2.3.2 Karakteristik Remaja ... 23

2.4 Konsep Dismenorea ... 24

2.4.1 Defenisi Dismenorea ... 24

2.4.2 Klasifikasi Dismenorea ... 25

2.4.3 Faktor Resiko ... 27

2.4.4 Komplikasi ... 28

2.4.5 Pengobatan ... 28


(9)

BAB III KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ... 32

3.2 Defenisi Operasional ... 33

BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 34

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.4 Pertimbangan Etik ... 36

4.5 Instrumen Penelitian ... 36

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas... 38

4.7 Pengumpulan Data... 39

4.8 Analisa Data ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 41

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 41

5.1.2 Deskripsi Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenorea ... 42

5.1.3 Deskripsi Respon Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea ... 44

5.2 Pembahasan ... 45

5.2.1 Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenore ... 45

5.2.2 Respon Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka konsep respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan ………. 32


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian .……….33 Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik di SMA Raksana

Medan tahun 2014 ……….………42 Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan respon stres terhadap dismenorea di

SMA Raksana Medan tahun 2014 ………..43 Tabel 5.3. Distribusi respon stres terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan

tahun 2014 berdasarkan respon adaptif dan maladaptif ……….43 Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan respon adaptasi terhadap

dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 ………..44 Tabel 5.5. Distribusi respon adaptasi terhadap dismenorea di SMA Raksana


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 55

2. Instrument Penelitian ... 56

3. Surat Komisi Etik ... 59

4. Surat Izin Survei Awal dari Fakultas Keperawatan USU ... 60

5. Surat Balasan Survei Awal dari Sekolah SMA Raksana Medan ... 61

6. Surat Pengantar Validitas ... 62

7. Surat Pernyataan Validitas ... 63

8. Surat Izin Uji Reliabel dari Fakultas Keperawatan USU ... 64

9. Surat Balasan Uji Reliabel dari Sekolah SMA Gajah Mada Medan... 65

10. Surat Izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU ... 66

11. Surat izin penelitian dari Kepala Sekolah SMA Raksana Medan ... 67

12. Hasil Uji Reliabilitas ... 68

13. Hasil Penelitian ... 72

14. Master Tabel Penelitian ... 84

15. Jadwal Penelitian... 87

16. Lembar Konsul ... 88

17. Taksasi Dana ... 91


(13)

Judul : Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan

Nama mahasiswa : Indah Lestari Harahap

NIM : 131121027

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Dimenorea atau nyeri haid adalah nyeri atau rasa sakit yang dialami wanita diawal

menstruasi dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Dismenorea terjadi 2 hari atau lebih sebelum menstruasi dimulai dan rasa nyeri akan semakin hebat saat menstruasi, kemudian menghilang 2 hari atau lebih setelah menstruasi berhenti Stres sebagai salah satu faktor psikis yang menyebabkan dismenorea. Seseorang yang mengalami dismenorea dapat menimbulkan respon stres yang mengakibatkan sering marah-marah, cemas dan konsentrasi menurun. Selain itu, juga dapat menimbulkan respon adaptasi yang mengakibatkan terhadap perubahan kebutuhan fisik, konsep diri, fungsi peran dan kemandirian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 73 responden dan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Instrument yang digunakan berupa kuesioner. Karakteristik responden pada penelitian adalah mayoritas (79,5%) berumur 17 tahun, (52,1%) beragama islam, (54,8%) bersuku batak, (61,6%) pendidikan orang tua SMA. Hasil penelitian menunjukkan respon stres remaja putri terhadap dismenorea adalah ada (56,2%) dan respon adaptasi terhadap dismenorea adalah adaptif (53,4%). Dari hasil penelitian disarankan kepada guru/pendidik di sekolah dapat mengenal respon stres remaja usia sekolah terhadap dismenorea agar lebih membaik bagi remaja yang beradaptasi terhadap stres.


(14)

Title : Stress Respond And Adaptation Of Gilrs Towards Dismenorea In SMA Raksana Medan

Name : Indah Lestari Harahap

NIM : 131121027

Program :

Year : 2015

Faculty of Nursing, USU

Dismenorea or menstruation paint is the paint or hurt got by a girl in the early time of menstruation and it can disturb the daily activities. Dismenorea exists in 2 days or more before the menstruation begins and the paint is getting worse at the menstruation time, then it disappears in 2 days or more after the menstruation stops. Stress is one of the psychological factors causes dismenorea. Someone with dismenorea can arise stress respond that cause angry, anxiety, and lower concentration. Besides, it can cause respond adaptation that cause the change of physical needs, body image, role function, and autonomy. This research is purposed to identify stress respond and adaption of girls towards dismenorea in SMA Raksana Medan. Research design used descriptive method with the sample of 73 respondents and the sample technique used was stratified random sampling. The instrument was questioners. The characteristic of respondents in this research is majority of the age of 17 (59,1%), moslems (54,8%), Batak etnic (61,6%), parents’ educations was SMA. The research results shows that stress respond of the girls towards dismenorea is existed (56,2%) and adaptation respond towards dismenorea is adaptive (53,4%). From this research, it is suggested to the girls to know the stress respond and adaptation towards dismenorea.

Abstract


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2011).

Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stessor. Stressor diperlukan dalam kehidupan dan upayanya untuk meningkatkan kewaspadaan, kematangan kepribadian dan kompetisi dalam hidup (Rasmun, 2004). Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi fisiologis dan psikologis. Selain itu, respon adaptif adalah suatu totalitas respon dari manusia sebagai makhluk holistik yang memerlukan penyesuaian (Hidayat, 2008).

Nyeri haid adalah hal yang sangat wajar terjadi di kalangan perempuan dan bisa terjadi pada mereka yang sedang haid. Beberapa kalangan menganggap nyeri haid adalah hal yang biasa, dialami dalam waktu singkat, tidak terlalu mengganggu aktivitas dan dalam hitungan jam rasa nyeri itu hilang dengan sendirinya. Namun dalam beberapa kasus, mereka terus menerus mengalami rasa sakit, dan tidak bisa beraktivitas karena rasa nyeri yang tidak tertahankan. Selain


(16)

itu juga disertai kondisi psikologis yang tidak nyaman, seperti mudah marah, cepat tersinggung, bawaannya kesel pada semua orang (Anurogo, 2011).

Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid

(menarche) bervariasi lebar yaitu antara 10 sampai 16 tahun, tetapi rata-rata 12,5

tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Prawihardjo, 2012).

Perempuan merasakan nyeri haid (dismenore) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya (Anurogo, 2011). Nyeri ini terjadi 2 hari atau lebih sebelum menstruasi dimulai dan rasa nyeri akan semakin hebat saat menstruasi, kemudian menghilang 2 hari atau lebih setelah menstruasi berhenti (Proverawati, 2009).

Menurut Llewellyn (2005), lima puluh persen dari wanita mengeluh karena sakit waktu haid pada masa remaja. Gangguan ini mencapai puncak pada umur 17 sampai 25 tahun, dan berkurang atau sembuh setelah mengandung.

Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Di Amerika, angka presentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72% (Proverawati, 2009). Masih di Amerika Serikat, puncak insiden dismenorea primer terjadi pada akhir masa remaja dan di awal usia 20-an. Insiden dismenorea pada remaja putri dilaporkan sekitar 92% (Anugoro, 2011).

Dismenorea dapat menyebabkan perempuan tidak dapat hadir saat bekerja dan sekolah. Studi epidemiologi yang dilakukan di Amerika menemukan


(17)

bahwa dismenorea menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah (Anurogo, 2011).

Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang mengalami nyeri menstruasi (haid). Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi (haid) berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif (Proverawati, 2009). Dapat dikatakan 90% perempuan Indonesia pernah mengalami dismenorea. Lebih banyak perempuan yang mengalami dismenorea tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Banyak yang menganggap kesehatan adalah urusan ke sekian dan mereka memutuskan untuk pergi ke dokter atau rumah sakit ketika kondisi sudah sangat parah (Anurogo, 2011). Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun dismenorea dapat mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Nyeri yang dirasakan tidak sama untuk setiap wanita, ada yang masih bisa bekerja sambil meringis dan adapula yang tidak mampu beraktifitas.

Penelitian Haryani (2012), yang dilakukan di SMP Negeri 35 Medan melaporkan bahwa 76,7% remaja mengalami nyeri haid yang hilang-timbul dan dengan intensitas nyeri sedang. Sedangkan tingkat stres yang dialami sebagian besar berada pada tingkat kedua dengan koping positif.

Penelitian yang dilakukan Mayyane (2011) di SMA Negeri 1 Padang Panjang yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindrom pra menstruasi menggunakan pendekatan cross sectional dan responden sebanyak 144 orang. Hasil penelitian menunjukkan 75,7% responden mengalami stres sedang dan 63,2% responden mengalami sindrom pra menstrusai.


(18)

Terdapat hubungan positif dengan korelasi yang sedang antara tingkat stres dengan kejadian sindrom pra menstruasi (r = 0,504, p = 0,000).

Hasil penelitian yang dilakukan Roza (2011), di Fakultas Keperawatan USU yang menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 42 orang responden. Didapatkan bahwa aktivitas belajar responden yang mengalami dismenorea sebagian besar (71,4%) berada pada aktivitas belajar kategori terganggu sebanyak 30 orang (71,4%), sedangkan aktivitas belajar kategori tidak terganggu. Penelitian Rakhma (2012) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran derajat dismenorea dan upaya penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat didapat bahwa siswi yang mengalami dismenorea sebagian besar melakukan upaya penanganan dengan cara istirahat total atau tidur sebanyak 30 (23,3%) siswi, melakukan teknik distraksi sebanyak 24 (18,6%) siswi, melakukan kompres air hangat sebanyak 13 (10,1%) siswi dan meminum obat warung sebanyak 10 (7,8%) siswi.

Penelitian Sulastri (2006) dalam Rakhma (2012) menyatakan bahwa dismenorea berdampak pada gangguan aktivitas sehari-hari sehingga menyebabkan absen sekolah ≤ 3 hari atau tidak masuk s ekolah dan berdampak pada menurunnya konsentrasi di kelas.

Dari survey awal yang dilakukan peneliti di SMA Raksana Medan, dengan wawancara non formal kepada guru bimbingan, dari kelas 1 sampai kelas 3 yang terdiri dari 17 kelas, di setiap kelasnya ada 2 atau 3 orang siswi yang tidak


(19)

masuk sekolah setiap bulannya dengan keterangan nyeri haid bahkan ada siswa pulang disaat pelajaran berlangsung karena nyeri haid.

Berdasarkan latar belakang yang mengatakan banyak siswi mengalami dismenorea di SMA Raksana Medan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan.”

1.2. Perumusan Masalah

Masalah penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi bagaimana respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan.

1.3.2.Tujuan Khusus

- Untuk mengidentifikasi respon stres remaja putri di SMA Raksana terhadap dismenorea.

- Untuk mengidentifikasi respon adaptasi remaja putri di SMA Raksana terhadap dismenorea.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan mengasah daya analisis peneliti serta untuk


(20)

menambah wawasan pengetahuan peneliti dalam penerapan ilmu tentang hal-hal yang berhubungan dengan dismenorea.

1.4.2.Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi keperawatan khususnya yang terkait dengan dismenorea.

1.4.3.Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi atau bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan dismenorea.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Stres

2.1.1. Defenisi Stres

Stres adalah kumpulan hasil, respon, jalan, dan pengalaman yang berkaitan, yang disebabkan oleh berbagai keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres (Manktelow, 2008). Stres biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif padahal tidak. Sumber stressor dapat mempengaruhi sifat dari stressor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikologis maupun spiritual (Hidayat, 2008).

Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).

Menurut Asmadi (2008), stres adalah suatu keadaan yang dinamis yang berlangsung setiap kali manusia berinteraksi dengan lingkungan yang bertujuan memelihara keseimbangan pertumbuhan, perkembangan, dan perbuatan yang meliputi pertukaran energi dan informasi antara individu dan lingkungannya guna mengatur stressor. Setiap orang pasti mengalami stres, baik dalam skala ringan


(22)

maupun berat. Stres juga bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia karena stres merupakan proses normal dalam hidup.

Dalam batas tertentu, stres dapat membantu kita untuk tetap aktif dan waspada. Akan tetapi, stres yang berlangsung lama dapat melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya dan menyebabkan distress emosional seperti kelelahan, meningkatnya asam lambung, dan sakit kepala (Sukmono, 2009).

2.1.2. Macam-macam Stres

a. Stres Fisik

Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik (Hidayat, 2008). Perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi; yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi; berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, dll (Rasmun,2004).

b. Stres Kimiawi

Stres yang disebabkan karena zat-zat kimia seperti obat-obatan dan zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia (Hidayat, 2008).


(23)

c. Stres Mikrobiologik

Stres yang disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit (Hidayat, 2008). Bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya; tumbuhnya jerawat, demam yang dipersepsikan mengancam konsep diri individu juga dapat menyebabkan stres (Rasmun, 2004).

d. Stres Fisiologik

Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh (Hidayat, 2008).

e. Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan

Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan, dan proses lanjut usia (Hidayat, 2008). f. Stres Psikis atau Emosional

Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, dan sosial budaya (Hidayat, 2008).

g. Stres Spiritual

Yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai keagamaan (Rasmun, 2004).


(24)

2.1.3. Faktor Pengaruh Respon Terhadap Stressor

a. Sifat Stressor

Faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap stressor secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, dapat berbeda pada setiap individu tergantung dari pemahaman tentang arti stressor (Hidayat, 2008).

b. Durasi Stressor

Lamanya stressor yang dialami akan mempengaruhi respon tubuh. Apabila stressor yang dialami lama, maka respon yang dialami juga lama (Hidayat, 2008). Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stres, karena individu telah berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stressor tersebut (Rasmun, 2004).

c. Jumlah Stressor

Jumlah stressor seseorang dapat menentukan respon tubuh. Semakin banyak stressor yang dialami, maka dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh (Hidayat, 2008). Pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stressor yang harus dihadapi, sehingga stressor kecil dapat menjadi pemicu (pencetus) yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan (Rasmun, 2004).

d. Pengalaman Masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stressor yang sama (Rasmun, 2004). Semakin banyak stressor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka semakin


(25)

baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin baik pula (Hidayat, 2008).

e. Tipe Kepribadian

Seseorang yang memiliki tipe kepribadian A lebih rentan terkena stres dibanding dengan tipe kepribadian B. Karena tipe kepribadian A memiliki ciri agresif, bicara cepat, kurang sabar, mudah tersinggung, mudah marah, dan lain-lain. Sedangkan tipe kepribadian B kebalikan dari tipe kepribadian A (Hidayat, 2008).

f. Tingkat Perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor yang berbeda sehinggga resiko terjadi stres pada tiap tingkat perkembangan akan berbeda (Rasmun, 2004). Semakin matang dalam perkembangannya, maka semakin baik pula kemampuan untuk mengatasinya. Kemampuan individu dalam mengatasi stressor dan respon berbeda-beda (Hidayat, 2008).

2.1.4. Tahapan Stres

a. Tahapan Pertama

Tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya, kemudian merasakan senang dengan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang.


(26)

b. Tahapan Kedua

Pada tahap ini seseorang memiliki ciri adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.

c. Tahapan Ketiga

Pada tahap ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur, lemah, terasa seperti tidak bertenaga.

d. Tahapan Keempat

Pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun.

e. Tahapan Kelima

Pada tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.


(27)

f. Tahapan Keenam

Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan (Hidayat, 2008).

2.1.5. Respon Stres Individu

Stres sifatnya umum, semua orang dapat merasakannya tetapi cara pengungkapannya berbeda sesuai dengan karakteristik individu. Respon yang berbeda tersebut dikarenakan mekanisme koping yang digunakan oleh individu berbeda.

Adapun manifestasi respon individu terhadap stres yaitu:

1. Manifestasi secara Verbal dan Psikomotor

Umumnya respon pertama individu terhadap stres adalah merupakan spontanitas yang diungkapkan secara verbal dan diikuti dengan gerakan dari ungkapan emosional psikomotor misalnya; menangis, ketawa, teriak, memukul, menyepak, menggenggam, memegang, meremas, mencerca, mengumpat.

2. Manifestasi secara Psikologis

Merupakan gejala atau gambaran yang dapat diamati secara subjektif maupun objektif dari individu yang mengalami stres psikologis. Manifestasi psikologis, antar lain; kecemasan dan marah.


(28)

3. Manifestasi secara Kognitif

Merupakan reaksi dari individu yang mengalami stres dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi antara lain: penyelesaian masalah, strukturisasi (memanipulasi situasi), melatih diri untuk menghindari stres (disiplin diri), menekan perasaan yang tidak menyenangkan (supresi), fantasi dan melamun, berdo’a atau sembahyang (Rasmun, 2004). Stres pada daya pikir ditemukan penurunan konsentrasi dan keluhan sering sakit kepala dan pusing (Hidayat, 2008).

2.1.6. Manajemen Stres

Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan dapat berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit (Hidayat, 2008). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa stres membuat kita rentan terhadap penyakit karena melemahnya sistem kekebalan tubuh (Sukmono, 2009). Tahap untuk mengatasi dan mencegah stres dapat dilakukan dengan:

a. Pengaturan Diet dan Nutrisi

Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makanan dingin dan menonton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh (Hidayat, 2008). Menurut Batmanghelidj


(29)

(2007), minum air dapat mengurangi nyeri menstruasi, air dapat mengencerkan darah dan mencegah penggumpalan darah ketika ia beredar ke seluruh tubuh serta sumber utama energi bagi tubuh.

b. Istirahat dan Tidur

Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.

c. Olahraga atau Latihan Teratur

Olahraga atau latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi.

d. Berhenti Merokok

Berhenti merokok adalah salah satu cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.

e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras

Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.

f. Pengaturan Berat Badan

Peningkatan berat badan dapat menyebabkan stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres.


(30)

g. Pengaturan Waktu

Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas waktu.

h. Terapi Psikofarmaka

Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain.

i. Terapi Somatik

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.

j. Psikoterapi

Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif dimana psikoterapi suportif memberikan motivasi atas dukungan agar pasien percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang.

k. Terapi Psikoreligius

Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi atau


(31)

mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi (Hidayat, 2008).

2.2. Konsep Adaptasi

2.2.1. Defenisi Adaptasi

Adaptasi adalah suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif (Hidayat, 2008). Apabila reaksi emosional kita berlebihan, atau kemampuan kita untuk berfungsi mengalami penurunan, misalnya, menghindari interaksi sosial, sulit bangun tidur, maka bisa didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian (Sukmono, 2009).

Adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan baru; yaitu suatu usaha untuk mencari keseimbangan kembali dalam keadaan normal. Penyesuaian terhadap kondisi lingkungan; modifikasi dari organisme atau penyesuaian organ secara sempurna untuk dapat eksis pada kondisi lingkungan tersebut (Rasmun, 2004).

2.2.2. Macam-macam Adaptasi

a. Adaptasi fisiologi

Adaptasi dapat berupa; penyesuaian atas tuntutan terhadap perubahan fisik biologik misalnya bertambah besarnya otot-otot setelah melakukan latihan


(32)

yang terus menerus, bertambahnya kapasitas jantung, paru setelah latihan dalam waktu yang lama (Rasmun, 2004). Proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dari berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang. Ada dua adaptasi secara fisiologis yaitu apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal disebut LAS (Local

Adaptation Syndroma), akan tetapi apabila reaksi lokal tidak dapat diatasi

sehingga menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian seperti panas seluruh tubuh, keadaan ini disebut GAS

(General Adaptation Syndroma) (Hidayat, 2008). Model gas menyatakan

bahwa dalam keadaan stres, tubuh kita seperti jam dengan sistem alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis (Sukmono, 2009).

b. Adaptasi Psikologis

Yaitu adaptasi yang terjadi berupa berubahnya sikap perilaku individu oleh karena adanya upaya yang terus menerus dilakukan (Rasmun, 2004). Proses penyesuaian secara psikologis akibat stressor yang ada, dengan cara memberikan mekanisme pertahanan diri dengan harapan dapat melindungi atau bertahan dari serangan-serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Dan ada dua cara mempertahankan diri dari berbagai stressor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented) yang dikenal dengan problem

solving strategi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri


(33)

c. Adaptasi Sosial Budaya

Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat (Hidayat, 2008). Sosial budaya juga terjadi perubahan perilaku yang berkaitan dengan keyakinan terhadap budaya baru (Rasmun, 2004).

d. Adaptasi Religius

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya (Hidayat, 2008).

2.2.3. Mekanisme Adaptasi

Individu mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan, dan menggunakan energinya untuk beradaptasi secara positif. Terdapat dua sub sistem yang berperan, antara lain:

1. Sub sistem regulator

Yaitu sub sistem dari manusia yang menangani terhadap adanya rangsangan dari luar yaitu melalui sistem saraf dan hormonal, contohnya bagaimana seseorang yang mengalami stimulus respon emosional, kemudian tubuh menyesuaikan diri dengan mengeluarkan hormon adrenalin yang berefek untuk mempercepat denyut nadi, pernafasan yang meningkat, suhu tubuh meningkat, otot tubuh berkontraksi.


(34)

2. Sub sistem kognator

Yaitu sub sistem yang menangani stimulus dengan melalui proses informasi, belajar, dan pengambilan keputusan. Artinya adaptasi ini dengan cara mengaktifkan fungsi-fungsi kognitif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Rasmun, 2004).

2.2.4. Respon Adaptasi

Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan atau kemunduran bergantung pada stimulus yang masuk dan tingkat/kemampuan adaptasi orang tersebut. Tingkat atau kemampuan adaptasi seseorang ditentukan oleh tiga hal, yaitu masukan (input), control, dan keluaran (output) (Asmadi, 2008).

Respon individu terhadap stimulus lingkungan dapat berupa respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat meningkatkan integritas dan membantu individu untuk mencapai tujuan dari adaptasi sendiri, seperti bertahan hidup, tumbuh, bereproduksi, penguasaan dan perubahan pada individu maupun lingkungan. Sebaliknya, respon maladaptif dapat menggagalkan atau mengancam tujuan adaptasi (Alligood & Tomey, 2010).

Individu beradaptasi dan menunjukkan respon atau perilaku terhadap perubahan kebutuhan yang mencakup perubahan fisik (physiological), konsep diri, fungsi peran dan hubungan saling ketergantungan atau kemandirian (Asmadi, 2008).


(35)

a. Fungsi fisiologis (Physiological)

Adaptasi yang digunakan untuk bersatunya fungsi sistem tubuh, yaitu reaksi fisik terhadap adanya stressor yang masuk ke dalam tubuh, berupa penolakan tubuh terhadap stressor, baik secara alami (reaksi imunitas) maupun yang dipelajari yaitu tindakan menghindar atau berlindung menangkis untuk menolak atau mengurangi stressor.

b. Konsep Diri (Self Concept)

Yaitu adaptasi yang menyangkut persepsi diri sehingga melibatkan aktivitas mental dan pengungkapan perasaan diri. Konsep diri dibagi menjadi lima yaitu: Identitas diri yaitu yang berhubungan dengan ciri-ciri diri yang dipersepsikan. Ideal diri yaitu hal yang terkait dengan persepsi diri terhadap cita-cita, keinginan, harapan hidup. Peran diri yaitu persepsi terhadap peran dirinya di lingkungan sosial masyarakat. Gambaran diri

yaitu hal yang terkait dengan persepsi dirinya terhadap keseluruhan bentuk fisik (tubuh). Harga diri yaitu persepsi terhadap keberadaan nilai dirinya didalam lingkungan sosial.

c. Fungsi Peran (Role Function)

Yaitu proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain. Fungsi psikososial yang diperankan dimasyarakat sesuai kedudukan. Dari peran yang dimiliki, individu dapat menjaga diri melalui proses adaptasi.


(36)

d. Kemandirian (Interdependence)

Yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian didalam mencapai sesuatu serta kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok (Rasmun, 2004). Menurut Asmadi (2008), kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi sosial, termasuk kebutuhan akan dukungan orang lain.

2.3. Konsep Remaja

2.3.1. Defenisi Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, psikologik, dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis)

secara cepat yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional) (Kumalasari, 2012).

Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita (Proverawati, 2009).

Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di


(37)

sejajar (Ali, 2011). Masa remaja, usia diantara masa anak-anak dan dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun (Llewellyn, 2005).

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal antara usia 12 atau 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun dan remaja akhir antara 17 atau 18 tahun sampai 21 atau 22 tahun (Ali, 2011).

2.3.2. Karakteristik Remaja

1. Remaja Awal (early adolescence)

Menurut Ali (2011), remaja awal antara usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun. Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu (Sarwono, 2011). Lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya, mulai berpikir abstrak (Kumalasari, 2012).

2. Remaja Madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, senang kalau banyak teman yang menyukainya, kecenderungan narsistik (Sarwono, 2011). Mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, berkhayal tentang aktivitas seks (Kumalasari, 2012).


(38)

3. Remaja Akhir (late adolescence)

Remaja akhir antara usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun (Ali, 2011). Tahap ini adalah masa dimana remaja menuju periode dewasa dan ditandai dengan minat yang mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme

(terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri), mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain (Sarwono, 2011), pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra tubuh terhadap diri sendiri, dapat mewujudkan rasa cinta (Kumalasari, 2012).

2.4. Konsep Dismenorea

2.4.1. Defenisi Dismenorea

Dismenorea yaitu rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita (Manuaba, 2009). Rasa sakit disebabkan kontraksi lapisan pembuluh darah yang mengecilkan (vasokontriksi) pembuluh darah (BKKBN, 2009).

Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling umum pada perempuan muda, hampir semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid. (Anurogo, 2011).

Dismenorea yaitu nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari


(39)

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dimenorea atau nyeri haid adalah nyeri atau rasa sakit yang dialami wanita diawal menstruasi dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

Gejala klinis dismenorea adalah nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha, dan disertai keluhan dan muntah, sakit kepala, diare, mudah tersinggung (Manuaba, 2009).

2.4.2. Klasifikasi Dismenorea

1. Dismenorea Primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanda kelainan pada alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid

pada bulan-bulan pertama menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2012).

Dismenorea primer yaitu tidak terdapat kelainan organ rahim dalam batas normal (Manuaba, 2009). Dismenora primer biasanya terjadi dalam 6 sampai 12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan (Anurogo, 2011).

Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha, disertai dengan rasa mual, muntah sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya (Prawirohardjo, 2012).


(40)

Penyebab dismenorea primer antara lain:

a. Faktor kejiwaan: emosional tidak stabil pada gadis-gadis, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea (Prawirohardjo, 2012). Menurut Anurogo (2011), faktor kejiwaan atau gangguan psikis seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas.

b. Faktor konstitusi: faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea (Prawirohardjo, 2012).

c. Faktor Endokrin: rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus (Anurogo, 2011). Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus (Prawirohardjo, 2012).

d. Faktor Alergi: teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma bronkhiale (Prawirohardjo, 2012).

e. Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak-arah anatomis rahim), hypoplasia uterus (perkembangan rahim yang tak lengkap), obstruksi kanalis servikal (sumbatan saluran jalan lahir),


(41)

mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium (Anurogo, 2011).

2. Dismenorea Sekunder

Dismenora sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya: endometriosis, fibroids, adenomyosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea (Proverawati, 2009).

Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20 sampai 30 tahunan, setelah tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri (Anurogo, 2011).

Penyebab dismenorea sekunder antara lain: intrauterine contraceptive devices (alat kontrasepsi dalam rahim), adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim), uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot) terutama mioma submukosum (bentuk mioma uteri), uterine polyps (tumor jinak di rahim), adhesions (pelekatan), dll. (Anurogo, 2011).

Adapun menurut Proverawati (2009), penyebab dismenorea sekunder antara lain: endometriosis dan fibroids (myoma).

2.4.3. Faktor Resiko

Faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan dengan dismenorea yaitu: haid pertama pada usia amat dini, periode haid yang lama, aliran darah haid yang hebat, merokok, riwayat keluarga yang positif terkena penyakit, kegemukan, mengkonsumsi alkohol (Anurogo, 2011).


(42)

2.4.4. Komplikasi

Ada dua komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita nyeri haid, yaitu sebagai berikut: pertama, jika diagnosis dismenorea sekunder diabaikan atau terlupakan maka patologi (kelainan atau gangguan yang mendasari dapat memicu kenaikan angka kematian termasuk kemandulan dan kedua isolasi sosial (merasa terasing atau dikucilkan) dan atau depresi (Anurogo, 2011).

2.4.5. Pengobatan

1. Penerangan dan nasehat

Kebanyakan mereka yang mengeluh sakit tidak memerlukan pengobatan, tetapi lebih membutuhkan pengertian dan penerangan. Sikap orangtua yang tidak terlalu keras atau mengasihani dapat membantu meringankan penderitaannya (Llewelly, 2005). Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi (Prawirohardjo, 2012).

2. Pemberian obat analgesik

Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan (Prawirohardjo, 2012). Berbaring dengan botol berisi air panas diperutnya (BKKBN, 2009). Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran


(43)

ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya (Prawirohardjo, 2012).

3. Terapi hormonal

Tujuannya yaitu menekan ovulasi dan penggunaannya hanya atas saran dokter. Tindakan ini bersifat sementara dengan tujuan untuk membuktikan bahwa gangguan bener-benar dismenorea, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Dan dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kontrasepsi (Prawirohardjo, 2012).

4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Termasuk indometasin, ibuprofen, dan naproksen; kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid (Prawirohardjo, 2012).

Obat-obat yang digunakan untuk meredakan nyeri menstruasi, diantaranya: pereda nyeri (analgesik) golongan Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI), misalnya: parasetamol atau asetamonofen (sumagesik, panadol, dll), asam mefenamat (ponstelex, nichostan, dll), ibuprofen (ribunal, ostarin, dll), dan obat-obat pereda nyeri lainnya (Proverawati, 2009).

2.5.Dasar Penelitian

Dismenorea adalah nyeri haid yang sering dialami oleh remaja putri yang ditandai dengan nyeri perut bagian bawah dan gejala lainnya. Stres adalah respon atau reaksi tubuh yang muncul karena adanya situasi atau keadaan tertentu.


(44)

Manajemen stres dapat dilakukan dengan pengaturan diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, olahraga atau latihan teratur, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi minuman keras, pengaturan berat badan, pengaturan waktu, terapi psikofarmaka, terapi somatik, psikoterapi, terapi psikoreligius.

Sedangkan adaptasi yaitu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan baru yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.

Pada penelitian Haryani (2012) yang bertujuan untuk mengetahui stres dan koping dalam menghadapi dysmenorrhea di SMP Negeri 35 Medan. Desain penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel total sampling sebanyak 73 orang. Hasil penelitian gambaran stres responden sebagian besar berada pada tahapan kedua (42,5%), dan hasil untuk koping responden dalam menghadapi dismenorea terbanyak adalah koping positif (89%). Dari hasil penelitian diharapkan perawat dapat mengenal stres dan koping dalam mengahadapi dysmenorrhea yang dialami remaja awal, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan dapat terlaksana secara optimal. Dan pada penelitian Muntari (2010), yang bertujuan untuk menganalisis hubungan stres pada remaja dengan gangguan menstruasi (dismenorea). Desain yang digunakan dengan metode analitik dengan pendekatan cross sectional dan jumlah sampelnya sebanyak 93 responden. Hasil uji chi square x² hitung = 6,1911 berarti Ho ditolak artinya ada hubungan stres


(45)

stres sedang mengalami dismenorea diharapkan para remaja bisa mengahadapi masalahnya dengan beberapa cara seperti obat-obatan, rileksasi dan alternatif pengobatan lainnya.

Hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menghasilkan tingkatan stres ataupun tahapan stres terhadap dismenorea dan menghasilkan apakah ada hubungan stres terhadap dismenorea. Bedanya pada penelitian ini, bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan. Desain pada penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 73 responden dan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling.


(46)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea.

Variabel pada penelitian ini yaitu repon stres yang terdiri dari respon secara verbal dan psikomotor, secara psikologis serta secara kognitif dan respon adaptasi yang terdiri dari fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependence. Maka penulis menyusun kerangka konsep dengan menggunakan skema dibawah ini:

Skema 3.1. Kerangka konsep respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan.

Respon stres

- Secara Verbal dan Psikomotor - Secara Psikologis - Secara Kognitif

Respon adaptasi - Fisik

- Konsep Diri - Fungsi Peran - Interdependence

Adaptif Maladaptif

Ada Tidak Ada


(47)

3.2. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1. Respon stres Reaksi seorang

remaja SMA Raksana yang mengalami nyeri haid sehingga menyebabkan dampak fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual.

Kuesioner 1. Ada jika skor pernyataan yang di dapat

responden 7-12.

2. Tidak ada jika skor pernyataan yang di dapat responden 0-6.

Nominal

2. Respon adaptasi

Reaksi perubahan penyesuaian diri remaja SMA Raksana yang mengalami nyeri haid terhadap perubahan fisik, konsep diri, fungsi

peran dan interdependence.

Kuesioner 1. Adaptif jika skor pernyataan yang di dapat responden 8-14. 2. Maladaptif jika

skor pernyataan yang di dapat responden 0-7.

Nominal


(48)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010).

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang mengalami dismenorea di SMA Raksana Medan dengan jumlah 266 orang. Dari keseluruhan remaja putri di SMA Raksana, 81% angka kejadian dismenorea.

4.2.2. Sampel

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus, sebagai berikut :

N =

) ( 1 N d2

N

+ Keterangan

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi


(49)

n =

) ( 1 N d2

N + n = ) 1 , 0 ( 266 1 266 2 + n = 66 , 2 1 266 + n = 66 , 3 266

n = 72,6 = 73 orang

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 73 orang remaja di SMA Raksana Medan. Cara pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode Stratified Random

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan membagi populasi sasaran di

dalam strata berdasarkan tingkatan kelas yaitu sebanyak 25 orang untuk kelas 1, 24 orang untuk kelas 2 dan 24 orang untuk kelas 3.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Raksana Medan karena sekolah tersebut mudah dijangkau peneliti dan penelitian respon stres dan adaptasi belum pernah dilakukan sebelumnya.

4.3.2. Waktu


(50)

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini menggunakan objek manusia. Oleh karena itu peneliti memahami prinsip-prinsip etika penelitian dengan tidak melanggar hak-hak

(otonomi) manusia. Penelitian ini tidak mengakibatkan penderitaan kepada subjek

penelitian, bebas dari eksploitasi dengan meyakinkan responden bahwa hasil penelitian ini tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden. Menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) yaitu responden mempunyai hak untuk tidak bersedia menjadi responden dan peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian secara adil dan jujur

(justice), peneliti juga menjelaskan kepada responden bahwa data yang diberikan

dirahasiakan (confidentiality).

Untuk itu perlu adanya tanpa nama atau inisial nama (anonymity) dan responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan kemudian peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent), jika responden menolak berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

4.5. Instrumen Penelitian

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian yaitu bagian A merupakan kuesioner karakteristik responden, bagian B kuesioner mengenai respon stres


(51)

terhadap dismenorea dan bagian C kuesioner mengenai respon adaptasi terhadap dismenorea.

Kuesioner karakteristik responden meliputi usia, agama, suku, dan pendidikan orang tua. Kuesioner pada respon stres dan respon adaptasi disusun dengan modifikasi dari tinjauan pustaka dan kerangka konsep yang dikembangkan sendiri oleh penulis yaitu berupa pernyataan: respon stres yang meliputi pernyataan positif terdapat pada soal nomor 2,3,4,5,7,8,9,10,12 dan pernyataan negatif terdapat pada soal nomor 1,6,11. Sedangkan respon adaptasi yang meliputi pernyataan positif terdapat pada soal nomor 1,2,4,6,7,9,10,11,12,13dan pernyataan negatif terdapat pada soal nomor 3,5,8,14. Untuk pernyataan pada kuesioner respon stres dan respon adaptasi diukur menggunakan skala Guttman dengan menggunakan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk pernyataan positif bila menjawab “ya” mendapat skor 1, “tidak” mendapat skor 0 . Untuk pernyataan negatif bila menjawab “ya” mendapat skor 0, “tidak” mendapat 1. Pada respon stres nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah 12. Sedangkan respon adaptasi nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah 14.

Berdasarkan rumus statistik untuk pembagian panjang kelas dengan rumus : P= Rentang

Banyak kelas

Berdasarkan rumus diatas maka total skor respon stres adalah 0-12 dengan skor ada apabila skor jawaban yang didapat responden 7-12 dan skor tidak ada apabila skor jawaban yang didapat responden 0-6. Sedangkan total skor respon


(52)

adaptasi adalah 0-14 dengan skor adaptif apabila skor jawaban yang didapat responden 8-14 dan maladaptif apabila skor jawaban yang didapat responden 0-7.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Penelitian ini menggunakan uji content validiy, dimana instrument penelitian telah dinyatakan valid oleh Expert Judgement yaitu dosen Keperawatan Jiwa USU. Instrument penelitian tersebut mendapat conten validity indeks (CVI) senilai 0,9.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data kepada sampel yang memenuhi kriteria. Uji reliabilitas ini menggunakan analisa Kuder dan Richardson-21 (KR-21) karena pernyataan dalam instrumen dijawab dengan ya (skor 1) atau tidak (skor 0). Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap 30 responden dengan waktu 15 menit d SMA Gajah Mada Medan maka diperoleh nilai r11 pada respon stres adalah 0,656 dan nilai r11 pada respon adaptasi adalah 0,674 maka kuesioner yang digunakan peneliti adalah reliabel karena suatu


(53)

kuesioner dikatakan reliabel jika nilai r11 lebih besar atau sama dengan 0,632 sesuai dengan Arikunto (2005).

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Peneliti melakukan komisi etik terlebih dahulu untuk menyatakan penelitian layak atau tidak untuk diteliti. Setelah penelitian layak untuk dilakukan, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Raksana Medan untuk pengambilan data sesuai dengan tujuan penelitian, setelah mendapatkan izin penelitian dari SMA Raksana Medan, peneliti melakukan pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan di dalam Aula SMA Raksana Medan. Peneliti dibantu oleh kepala sekolah untuk mengumpulkan responden dengan mendatangi kelas 1,2 dan 3 di SMA Raksana. Setelah itu, responden dikumpul di dalam aula dan kemudian peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediannya untuk terlibat sebagai responden. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Setelah itu peneliti memberikan kuesioner data demografi dan kuesioner respon stres dan respon adaptasi kepada responden dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti. Pengisian kuesioner dilakukan selama 15 menit dengan


(54)

responden supaya penelitian berjalan dengan lancer dan tertib. Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti melihat kelengkapannya terlebih dahulu atau mengecek kembali hasil pengisian. Bila ada yang tidak lengkap, maka peneliti meminta kepada responden untuk melengkapinya. Kemudian peneliti melakukan terminasi kepada responden dengan mengucapkan terima kasih atas kesediannya berpartisipasi dalam penelitian ini. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan selama pengisian kuesioner seperti lembar kuesioner dan pulpen.

4.8. Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap: pertama dimulai dengan

Editing yaitu dilakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila

terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data, diperiksa, diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang, kedua Coding data yaitu dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap kategori yang telah ada. Ketiga processing yaitu memasukkan data dari lembar observasi ke dalam komputer. Keempat cleaning

yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat dimana data demografi yaitu karakteristik responden, respon stres terhadap dismenorea dan respon adaptasi terhadap dismenorea menggunakan skala nominal (data kategorisasi), maka dicari distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.


(55)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan data hasil penelitian mengenai respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea melalui pengumpulan data yang telah dilakukan tanggal 13 Desember 2014, terhadap 73 responden di SMA Raksana Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden, respon stres yang meliputi verbal dan psikomotor, psikologis, serta kognitif dan respon adaptasi remaja putri yang meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, serta interdependence (kemandirian) terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan.

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah remaja putri di SMA Raksana Medan. Adapun karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, agama, suku, dan pendidikan orang tua.

Hasil penelitian pada karakteristik responden menunjukkan bahwa responden berada pada kelompok usia mayoritas 17 tahun sebanyak 58 orang (79,5%), berdasarkan agama mayoritas islam sebanyak 38 orang (52,1%), berdasarkan suku mayoritas batak sebanyak 40 orang (54,8%), dan berdasarkan pendidikan orangtua mayoritas SMA sebanyak 45 orang (61,6%) dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut:


(56)

Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik di SMA Raksana Medan tahun 2014 (n=73)

Karakteristik Responden F %

Usia 16 tahun 17 tahun 18 tahun Agama Islam Protestan Katolik Hindu Budha Suku Batak Jawa Melayu Lain-lain Pendidikan Orangtua SD SMP SMA Perguruan Tinggi Tidak sekolah 5 58 10 38 24 10 1 - 40 22 3 8 6 4 45 13 5 6,8 79,5 13,7 52,1 32,9 13,7 1,4 - 54,8 30,1 4,1 11,0 8,2 5,5 61,6 17,8 6,8

5.1.2. Deskripsi Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenorea

Respon stres yang dimiliki oleh responden remaja putri di SMA Raksana Medan pada penelitian ini meliputi respon verbal dan psikomotor, psikologis, serta kognitif.

Hasil penelitian pada respon stres menunjukkan bahwa respon stres remaja putri terhadap dismenorea berdasarkan verbal dan psikomotor, yaitu mayoritas 68 responden (93,2%) menyatakan memegang perut; berdasarkan psikologi, mayoritas 62 responden (84,9%) menyatakan merasa tidak semangat; dan


(57)

berdasarkan kognitif, mayoritas 54 responden (74,0%) menyatakan konsentrasi menurun dapat dilihat pada tabel 5.2. berikut:

Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan respon stres terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 (n=73)

Respon stress Ya Tidak

f (%) f (%)

Verbal dan Psikomotor Saya berteriak-teriak Saya menangis

Saya memegang perut

Saya tidur dengan posisi menekuk lutut ke dada

Psikologi

Saya marah-marah Saya merasa cemas

Saya merasa tidak semangat Saya merasa sedih

Kognitif

Saya menyelesaikan tugas dengan baik Konsentrasi saya menurun

Saya terkadang melamun Saya berdo’a 29 (39,7) 45 (61,6) 68 (93,2) 31 (42,5) 55 (75,3) 35 (47,9) 62 (84,9) 26 (35,6) 23 (31,5) 54 (74,0) 42 (57,5) 20 (27,4) 44 (60,3) 28 (38,4) 5 (6,8) 42 (57,5) 18 (24,7) 38 (52,1) 11 (15,1) 47 (64,4) 50 (68,5) 19 (26,0) 31 (42,5) 53 (72,6)

Tabel 5.3. Distribusi respon stres terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 berdasarkan respon adaptif dan maladaptif (n=73)

Hasil penelitian respon stres remaja putri terhadap dismenorea adalah ada sebanyak 41 responden (56,2%), sedangkan tidak ada sebanyak 32 responden (43,8%) dapat dilihat pada table 5.3. berikut:

Respon stres f %

Ada Tidak ada 41 32 56,2% 43,8%


(58)

5.1.3. Deskripsi Respon Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon adaptasi yang dimiliki oleh responden remaja putri di SMA Raksana Medan yang meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, serta interdependence (kemandirian) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan respon adaptasi terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 (n=73)

Respon adaptasi Ya Tidak

f (%) f (%)

Fungsi fisiologis

Saya tidak mau makan Saya sering ke kamar mandi Saya jongkok lama di WC

Saya mengkompres bagian perut dengan air hangat

Nafsu makan saya bertambah Konsep diri

Saya meminum obat anti nyeri Saya tidak percaya diri

Fungsi peran

Saya memilih untuk tidak sekolah

Saya membantu orangtua bersih-bersih rumah Saya memperbanyak aktivitas di luar rumah Saya berjalan-jalan ke mall

Interdependence Saya menonton TV

Saya bercerita kepada teman

Saya mengalihkan perhatian dengan mendengarkan music 43 (58,9) 45 (61,6) 56 (76,7) 24 (32,9) 30 (41,1) 26 (35,6) 36 (49,3) 54 (74,0) 42 (57,5) 20 (27,4) 15 (20,5) 62 (84,9) 45 (61,6) 51 (69,9) 30 (41,1) 28 (38,4) 17 (23,3) 49 (67,1) 43 (58,9) 47 (64,4) 37 (50,7) 19 (26,0) 31 (42,5) 53 (72,6) 58 (79,5) 11 (15,1) 28 (38,4) 22 (30,1) Tabel 5.4. menunjukkan bahwa respon adaptasi remaja putri terhadap dismenorea berdasarkan fungsi fisiologis, yaitu mayoritas 56 responden (76,7%) menyatakan jongkok lama di WC; berdasarkan konsep diri, mayoritas 36 responden (49,3%) menyatakan tidak percaya diri; berdasarkan fungsi peran, mayoritas 54 responden (74,0%) menyatakan memilih untuk tidak sekolah;


(59)

berdasarkan interdependence, mayoritas 62 responden (84,9%) menyatakan mengalihkan perhatian dengan menonton TV.

Tabel 5.5. Distribusi respon adaptasi terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 berdasarkan respon adaptif dan maladaptif (n=73)

Respon Adaptasi f %

Adaptif Maladaptif

39 34

53,4% 46,6% Tabel 5.5. respon adaptasi remaja putri terhadap dismenorea adalah adaptif sebanyak 39 responden (53,4%), sedangkan maladaptif sebanyak 34 responden (46,6%).

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian diperoleh dari respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan.

5.2.1. Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenorea

Stres adalah kumpulan hasil, respon, jalan, dan pengalaman yang berkaitan, yang disebabkan oleh berbagai keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres (Manktelow, 2008).

Hasil penelitian respon stres remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan diperoleh bahwa (56,2%) responden berespon ada dan (43,8%) berespon tidak ada. Hal ini sesuai dengan Rasmun (2004), semua orang dapat merasakan stres tetapi cara pengungkapannya berbeda sesuai dengan karakteristik individu. Respon yang berbeda tersebut dikarenakan mekanisme koping yang


(60)

digunakan oleh individu berbeda, baik secara verbal dan psikomotor, psikologis dan kognitif.

Rasmun (2004) mengungkapkan bahwa respon pertama individu terhadap stres adalah merupakan spontanitas yang diungkapkan secara verbal dan diikuti dengan gerakan dari ungkapan emosional psikomotor misalnya; menangis, ketawa, teriak, memukul, menyepak, menggenggam, memegang, meremas, mencerca, mengumpat. Nyeri terjadi karena kekejangan pada otot rahim yang disebabkan aliran darah tidak lancar akibat adanya darah haid yang membeku. Nyeri terasa di perut bagian bawah, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa (93,2%) responden memegang perut saat dismenorea sehingga nyeri yang dirasakan berkurang dan memberikan rasa nyaman.

Dalam batas tertentu, stres dapat membantu kita untuk tetap aktif dan waspada. Akan tetapi, stres yang berlangsung lama dapat melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya dan menyebabkan distress emosional seperti kelelahan, meningkatnya asam lambung, dan sakit kepala (Sukmono, 2009). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian (84,9%) responden merasa tidak semangat saat dismenorea. Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, dan sosial budaya (Hidayat, 2008). Dismenorea tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi juga memberi dampak bagi fisik, psikologis, social dan ekonomi terhadap wanita seperti cepat letih dan sering marah.


(61)

Seseorang akan mengalami gejala saat dismenorea seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun. Stres pada daya pikir ditemukan penurunan konsentrasi dan keluhan sering sakit kepala dan pusing Hidayat (2008). Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa (74,0%) responden konsentrasinya menurun sehingga remaja yang mengalami nyeri haid tidak dapat aktif untuk proses belajar mengajar di dalam kelas. Karena dismenorea aktivitas belajar bisa terganggu, konsentrasi menjadi menurun bahkan tidak ada sehingga materi yang diberikan selama pembelajaran yang berlangsung tidak bisa ditangkap oleh perempuan yang sedang mengalami dismenorea. Penelitian yang dilakukan Tangchai (2004) menyatakan bahwa (87,1%) konsentrasi menurun sehingga (6,5%) mendapat nilai yang rendah.

Reaksi individu yang mengalami stres dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi antara lain: penyelesaian masalah, strukturisasi (memanipulasi situasi), melatih diri untuk menghindari stres (disiplin diri), menekan perasaan yang tidak menyenangkan (supresi), fantasi dan melamun, berdo’a atau sembahyang (Rasmun, 2004). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (57,5%) responden menyatakan terkadang melamun.


(62)

merupakan proses normal dalam hidup dan berbeda pula cara seseorang menangani stres.

5.2.2. Respon Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea

Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi kebutuhan baik secara biologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif. Hasil dari perilaku adaptif ini dapat berupa semua respon dengan berusaha mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan (Hidayat, 2008).

Hasil penelitian ini manunjukkan respon adaptasi terhadap fungsi fisiologis, (76,7%) responden jongkok lama di WC karena merasa selalu ingin buang air besar pada saat nyeri haid. Rasmun (2004), menyatakan reaksi fisik terhadap adanya stressor yang masuk ke dalam tubuh, berupa penolakan tubuh terhadap stressor, baik secara alami (reaksi imunitas) maupun yang dipelajari yaitu tindakan menghindar atau berlindung menangkis untuk menolak atau mengurangi stressor. Sebanyak (32,9%) responden mengompres bagian perut dengan air hangat. Hal ini disebabkan dengan dilakukannya kompres hangat, maka otot-otot yang tegang dapat rilek. Selain merelaksasi otot, juga mampu melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal, sehingga dapat mengurangi dismenorea (Fauziyah, 2013).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rakhma (2012) bahwa 41 siswi menggunakan kompres hangat untuk upaya penanganan dismenorea. Prinsip kerja


(63)

kompres hangat dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada dismenorea, karena pada wanita yang dismenorea mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos.

Menurut Rasmun (2004), konsep diri merupakan adaptasi yang menyangkut persepsi diri sehingga melibatkan aktivitas mental dan pengungkapan perasaan diri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa (49,3%) responden tidak percaya diri saat mengalami dismenorea. Seseorang yang mengalami perubahan pada diri mencakup persepsi, perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu mempengaruhi sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri.

Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain. Fungsi psikososial yang diperankan dimasyarakat sesuai kedudukan. Dari peran yang dimiliki, individu dapat menjaga diri melalui proses adaptasi (Rasmun, 2004). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa (74,0%) responden memilih untuk tidak sekolah, sehingga mengganggu aktivitas yang ada. Disaat mengalami nyeri menstruasi memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (Proverawati, 2009).

Menurut Woo (2010) dalam Ratna (2011) dismenorea mempengaruhi kualitas hidup sebesar 40-90% wanita, dimana 1 dari 13 yang mengalami


(64)

yang dilakukan Fauziyah (2013) di SMA N 1 Gresik ditemukan 20% siswi tidak masuk sekolah dan 50% siswi aktivitas belajar terganggu karena mengalami nyeri haid. Sehingga berdampak pada prestasi siswi di sekolah.

Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi sosial, termasuk kebutuhan akan dukungan orang lain (Asmadi, 2008). Hasil penelitian yang didapat, (69,9%) responden mengalihkan perhatiannya hanya dengan mendengarkan musik dan (84,9%) responden menonton tv tanpa harus melibatkan orang lain saat mengalami nyeri. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rakhma (2012) bahwa sebagian besar siswi melakukan upaya penanganan dismenorea menggunakan teknik distraksi dengan menaglihkan perhatian dengan cara mendengarkan musik dan nonton tv atau film. Kebanyakan remaja yang mengeluh sakit tidak memerlukan pengobatan, tetapi lebih membutuhkan pengertian dan penerangan (Llewelly, 2005).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa respon adaptasi yang dihasilkan remaja putri terhadap dismenorea adalah (53,4%) menghasilkan respon adaptif. Respon adaptasi seseorang yaitu perubahan atau kemunduran bergantung pada stimulus yang masuk dan tingkat/kemampuan adaptasi orang tersebut. Respon adaptasi mencakup perubahan fisik (physiological), konsep diri, fungsi peran dan hubungan saling ketergantungan atau kemandirian (Asmadi, 2008).


(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 73 responden di SMA Raksana Medan, lebih dari setengah remaja mengalami respon stres terhadap dismenorea dan lebih dari setengah mengalami respon adaptasi yang adaptif. 6.2.Saran

Adapun saran dari hasil penelitian ini adalah: 6.1. Bagi Guru/Pendidik di Sekolah

Diharapkan dapat mengenal respon stres remaja usia sekolah terhadap dismenorea agar lebih membaik bagi remaja yang beradaptasi terhadap stres.

6.2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat dijadikan rekomendasi untuk mengembangkan upaya kesehatan sekolah (UKS) yang lebih mengakomodasi stres remaja usia sekolah secara utuh.

6.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi atau bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan dismenorea di kalangan remaja.


(1)

22 2 1 1 3 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 7 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 8 1 23 2 1 2 3 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 6 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 7 0 24 3 2 1 3 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 6 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 8 1 25 2 2 1 3 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 5 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 0 26 2 1 2 4 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 6 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 9 1

27 3 1 1 3 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 8 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 7 0

28 2 1 2 3 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 8 1

29 1 1 1 4 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 6 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 8 1

30 2 1 2 3 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 8 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 8 1

31 3 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 8 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5 0

32 2 2 1 3 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 7 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 7 0

33 2 3 1 3 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 9 1

34 2 2 2 3 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 7 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 10 1

35 2 1 2 4 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 7 0

36 1 3 4 4 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 6 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9 1

37 2 2 1 3 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 8 1

38 3 1 2 4 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 7 0

39 2 1 1 3 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 7 0

40 2 2 1 4 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 8 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 7 0

41 2 2 1 5 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 5 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 7 0

42 2 1 3 4 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 6 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 9 1

43 2 2 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 7 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 8 1

44 2 2 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 7 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 9 1


(2)

46 2 2 1 3 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 7 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 8 1

47 2 3 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 9 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 5 0

48 2 2 1 3 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 6 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 1

49 2 1 3 3 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 8 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 5 0

50 2 1 2 3 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 9 1

51 2 2 1 3 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 7 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 8 1

52 2 2 1 3 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 8 1

53 1 4 4 5 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 7 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 7 0

54 3 2 1 3 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 6 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 7 0

55 2 1 2 3 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 9 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 7 0

56 2 1 2 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 8 1 57 2 1 2 4 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 6 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 9 1 58 2 1 2 4 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 7 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 8 1 59 2 1 1 3 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 8 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11 1 60 2 1 2 2 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 7 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 8 1 61 3 2 1 2 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 0 62 2 2 1 3 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 6 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 6 0 63 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 8 1 64 2 1 4 3 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 7 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7 0 65 2 1 2 3 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 6 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 6 0 66 3 3 1 3 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 6 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 8 1 67 2 3 4 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 8 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 7 1 68 2 1 1 3 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 6 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 0 69 2 1 1 4 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 8 1


(3)

70 2 3 1 5 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 8 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 7 0 71 2 1 4 3 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 8 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 8 1 72 1 1 4 3 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 8 1 73 3 1 1 4 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 8 1

keterangan:

Umur: 1 = 16

tahun Keterangan:

U = umur 2 = 17 tahun Agama: 1 = islam Pend. Ortu: 1 = SD Pertanyaan: 1 = Ya A = agama

3 = 18

tahun 2 = protestan 2 = SMP 0 = Tidak

S = suku 3 = katolik 3 = SMA

Pd.O = Pend. orangtua Suku: 1 = batak 4 = hindu

4 =

P.Tinggi Keterangan Respon:

Tot = total 2 = jawa 5 = budha 5 = Tidak sekolah 1 = Adaptif 1 = Ada

Ket =

Respon 3 = melayu 0 = Maladaptif 2 = Tidak ada


(4)

Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan Jadwal Perencanaan Penelitian

Aktivitas Penelitian Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari

2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2015 2015

No Minggu Ke- 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul penelitian 2 Survei awal penelitian 3 Menyusun Bab 1 4 Menyusun Bab 2 5 Menyusun Bab 3 6 Menyusun Bab 4 7 Menyerahkan proposal 8 Ujian sidang proposal 9 Revisi proposal penelitian 10 Uji validitas dan reliabilitas 11 Pengumpulan data 12 Analisa data 13 Menyusun bab 5 14 Menyusun bab 6 15 Pengajuan sidang skripsi 16 Ujian sidang skripsi 17 Revisi skripsi 18 Mengumpulkan skripsi


(5)

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal

a. Biaya mengeprint : Rp. 100.000,-

b. Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka : Rp. 100.000,-

c. Perbanyak proposal : Rp. 100.000,-

d. Biaya internet : Rp. 200.000,-

e. Sidang proposal : Rp. 100.000,-

2. Pengumpulan Data

a. Survei Awal : Rp. 50.000,-

b. Transportasi : Rp. 100.000,-

c. Penggandaan Kuisioner : Rp. 150.000,-

d. Cendera Mata : Rp. 200.000,-

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Penelitian

a. Biaya ngeprint : Rp. 100.000,-

b. Penjilidan : Rp. 100.000,-

c. Penggandaan skripsi : Rp. 100.000,-


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Indah Lestari Harahap

Tempat/Tanggal Lahir : Rantauprapat, 05 Mei 1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. SM. Raja Gg. Sempurna Rantauprapat

Riwayat Pendidikan :

- TK Nur Ibrahimi Rantauprapat (1998-1999) - SD 116874 Bakaran Batu Rantauprapat (1999-2004)

- MTSN Rantauprapat (2004-2007)

- SMAN 3 Rantau Utara Rantauprapat (2007-2010)