Upacara Adat dan Festival Budaya

  Terletak di kawasan pusat Kota Yogyakarta, sebuah wahana wisata baru untuk anak-anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan kreasi dalam suasana yang menyenangkan. Dengan moto mencerdaskan dan menyenangkan, taman yang mulai dibangun pada 2003 ini ingin menumbuhkembangkan minat anak dan generasi muda terhadap sains melalui imajinasi, percobaan, dan pemainan dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas. Taman Pintar juga ingin mewujudkan salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu Niteni: Memahami, Niroake: Menirukan, dan Nambahi: Mengembangkan.  Candi Prambanan Candi Hindu yang tingginya sekitar 47 meter ini dibangun oleh dinasti Sanjaya pada abad 9. Candi ini mempunyai 3 bagian. Bagian utamanya terletak di sebelah dalam dan dikelilingi oleh beberapa candi kecil yang disebut candi “Perwara”. KEGIATAN Dari Mei-Oktober setiap bulan purnama, cerita Ramayana biasanya dipentaskan pada malan hari sekitar pukul 19.30-21.30. Tarian yang lebih dikenal sebagai Sendratari Ramayana ini dipentaskan di area terbuka di bagian barat candi.

7. Upacara Adat dan Festival Budaya

13 Dalam bahasa Jawa berarti selamatan. Sebelum upacara siraman pusaka keraton dilaksanakan, pada malam harinya didahului degan upacara Sugengan Ageng yang bertempat di Bangsal Prabayaksa. Kurang lebih pukul 13.00, semua perlengkapan yang akan digunakan untuk upacara Sugengan Ageng dibawa masuk oleh abdi dalem Jajar Sembir dari pawon wetan Dapur Saka Lengger menuju ke keraton melalui Magangan. Tahap Sugengan Ageng ini diselenggarakan pada hari Senin Wage sore, kurang lebih pukul 19.30 bertempat di bangsal Prabayaksa. Demikian pula pada hari Selasa Kliwon dan hari Rebo Legi diadakan Upacara Sugengan untuk masing-masing pusaka yang akan disirami pada pukul 06.30 pagi harinya. Kemudian setelah acara siraman pusaka selesai seluruhnya, sebagai tanda ucapan terima kasih diselenggarakan upacara syukuran di bangsal Prabayaksa.  Gunungan Lanang Grebeg Maulud  Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat 26 Februari 2010, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar kirap Gunungan Grebeg Maulud dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe atau Masjid Agung Kauman, melewat Alun-alun Utara Kota Yogyakarta. Jalannya prosesi upacara tradisional Grebeg Maulud diawali dengan iring-iringan Gunungan Lanang, Wadon, Gepak, Pawuhan dan Dharat serta Gunungan Bromo yang dikeluarkan dari dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melewati Siti Hinggil, Pagelaran, Alun-Alun Utara hingga berakhir di halaman masjid Gede Kauman Yogyakarta. Setelah didoakan oleh Penghulu Keraton di Masjid Gedhe, Gunungan akan ditarik kembali ke Keraton untuk diperebutkan Abdi Dalem. Selain itu, dalam kirab Grebeg Maulud, juga ditampilkan gajah-gajah yang dinaiki oleh pawang- pawangnya sebanyak 8 ekor mengiringi jalannya kirab Gunungan dari Keraton menuju Masjid Gedhe. 14 Mereka yang memperoleh bagian dari Gunungan tersebut masih mempercayai bahwa sedekah Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut akan membawa berkah bagi kehidupan mereka.

8. Kesenian dan Tradisi