Mumtahana dan E. S. Mumpuni
membawa peralatan teleskop, maka pada tidak dilakukan pengamatan
malam, hanya peninjauan kondisi geogra s dari bukit sampai puncak
gunungnya. Sedangkan pengamatan malam dilakukan di depan rumah
Bapak Camat. Pada kegiatan tersebut, pihak Undana juga
melakukan penelitian yaitu pengukuran geomagnetik di lokasi
situs. Berdasar hasil peninjauan lokasi
situs Gambar 4, untuk kegiatan s e l a n j u t n y a
p e r l u mempertimbangkan transportasi
cadangan seperti sepeda motor terutama ketika musim hujan dan
longsor. Transportasi untuk mengangkut alat berat juga perlu
dipikirkan untuk kedepannya, seperti helikopter.
Untuk perintisan peralatan pertama yang dapat ditempatkan di
lokasi disarankan menggunakan: kontainer yang telah dimodi kasi
berisi sumber daya listrik baterai dan sel surya, komunikasi satelit
untuk kontrol peralatan dan transfer data dan peralatan pengamatan
yang memiliki kemampuan untuk dapat dikontrol secara jarak jauh
misalnya: meteor kamera. Mengingat kondisi jalan yang
hampir tidak memungkinkan untuk d i l a l u i k e n d a r a a n b e r a t ,
pengangkutan kontainer menuju lokasi dapat dilakukan dengan
helikopter. Beberapa anggota tim LAPAN
juga telah mendaki dan meninjau sampai puncak Gunung Timau.
Hasilnya diperoleh bahwa jalan menuju puncak dan puncak
gunungnya sendiri terdiri atas batu- batuan lepas dengan lahan yang
sangat miring dan sempit serta dikelilingi jurang. Gambar 5 dan
6. Untuk menuju puncak dari lokasi terakhir jangkauan sepeda
motor, diperlukan waktu kurang lebih dua jam. Pada tengah hutan
juga dipenuhi ranting berduri dan bebatuan besar, sehingga menurut
Bapak Camat sendiri, gunung ini kurang cocok untuk pendakian
manusia. Karena puncak Timau miring
dan sempit, maka luas lahan yang dapat digunakan untuk rencana
pembangunan teleskop optik sangat terbatas.
U n t u k k e d e p a n n y a , pembangunan kereta gantung dapat
menjadi alternatif untuk akses dari lokasi observatorium nasional
hingga ke puncak Gunung jika
Gambar 4 : Foto tim LAPAN, Undana, dan beberapa warga yang
m e n g a n t a rk a n t i m k e l o k a s i menggunakan motor. Sumber :
Lapan
Gambar 5 : Kondisi lereng menuju puncak Gunung Timau yang penuh
bebatuan dan berbahaya untuk dipijak. Sumber : Lapan
Gambar 6 : Tim LAPAN ditemani penduduk lokal berhasil mencapai
Puncak Timau. Sumber : Lapan
Buletin Cuaca Antariksa
Juli - September 2015
6
Gambar 7 : Rasi Sang Pemburu Orion dan kawan-kawan terbentang
di langit malam dari depan rumah Pak Camat. Diambil dengan kamera
DSLR NIKON D70s dan lensa fish eye.
Gambar 8 : Astrofotografi Nebula Orion. M42 Teleskop WO dan
Canon 650 D.
Gambar 9 : Astrofotografi Gugus Bintang Pleiades M45 Teleskop
WO dan Canon 650D.
lokasi puncak akan dipergunkan. Pembangunan sistem komunikasi
juga merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan mengingat
minimnya jaringan sinyal di daerah remote tersebut. Oleh karena itu,
d a p a t d i p e r t i m b a n g k a n pembangunan juga komunikasi
radio dari LAPAN untuk kelancaran birokrasi kedepannya.
Pada akhir rangkaian acara p e n i n j a u a n t e r s e b u t , t e l a h
direncanakan kegiatan pengambilan data di langit Kupang Gambar 7
antara lain untuk pengukuran kualitas langit, Fotometri dan
Astrofotogra beberapa objek langit seperti meteor Geminid, Gugus
Bintang Pleiades, Nebula Orion, d a n k o m e t L o v e j o y, s e r t a
pengamatan benda jatuh antariksa. Oleh karena itu, untuk mendukung
kegiatan-kegiatan itu, dibawa seperangkat teleskop, beberapa
detektor, beserta aksesoris lainnya. Namun, karena keterbatasan
listrik di malam hari, teleskop hanya mampu digunakan sebentar dengan
menggunakan daya baterai, sehingga rencana pengamatan tidak dapat
dilakukan seutuhnya. Gambar 8 dan Gambar 9 adalah beberapa hasil
pengamatan yang diambil dari langit Kupang yang masih bersih.
Sistem Kalibrasi Magnetometer Menggunakan
Helmholtz Coil
Oleh :