Wellyanita dan C. Eman H.

a b c Gambar 4 : a. Indeks K Stasiun Menado pada bulan Maret 2015 b.Stasiun Pare-pare dan c. Stasiun Watukosek Gambar 3 : Indeks Dst pada Bulan Maret 2015 Sumber: http:wdc. kugi.kyoto-u.ac.jpdstdir kali ini sangat kuat. Lembaga penerbangan dan Antariksa Nasional Lapan yang b e k e r j a s a m a d e n g a n S p a c e Environment Research Center SERC melakukan pengamatan geomagnet di Indonesia dengan mengukur indeks K di beberapa stasiun pengamat geomagnet. Pada bulan Maret 2015 teramati bahwa saat terjadinya badai geomagnet berskala kuat pada tanggal 17 Maret 2015, stasiun pengamat Menado MND, Pare-pare PRP, dan Watukosek WTK memiliki indeks K = 6 gambar 4, yang artinya bahwa daerah lintang rendah merespon badai geomagnetik kuat ini di stasiun-stasiun pengamat geomagnet tersebut. Yang berarti bahwa badai geomagnet tersebut terdeteksi secara global di semua stasiun pengamat geomagnet landas bumi. Kondisi geomagnet sepanjang bulan April 2015 mengalami beberapa kali badai geomagnet l e m a h G a m b a r 5 . B a d a i geomagnet pertama terjadi pada tanggal 10 April 2015 dengan penurunan nilai indeks Dst -52 nT dan indeks Kp maksimum adalah 6. Badai geomagnet yang kedua terjadi pada tanggal 11 April 2015 dengan penurunan nilai indeks Dst sampai dengan -82 nT dengan indeks Kp maksimum adalah 4. Kedua Badai Gambar 5 : Indeks Dst pada bulan April 2015 Sumber: http:wdc. kugi.kyoto-u.ac.jpdstdir Buletin Cuaca Antariksa Juli - September 2015 15 geomagnet ini diklasi kasikan sebagai badai kelas menengah. Akibat dari lontaran massa korona pada tanggal 13 April 2015 jam 00.00 UT dengan kecepatan 595 kms dan pada jam 01.36 UT dengan kecepatan 1564 kms serta pada tanggal 14 April 2015 jam 02.12 UT dengan kecepatan 697 kms maka kondisi geomagnet kembali mengalami gangguan yang mencapai puncaknya pada tanggal 16 April 2015 jam 24.00 dengan nilai indeks Dst -86 nT serta nilai indeks Kp maksimum adalah 5. Erupsi lament terjadi tanggal 18 April 2015 pada daerah bintik m a t a h a r i A R 2 3 2 1 y a n g menghasilkan are kelas C5. Erupsi lament ini diikuti oleh lontaran massa korona yang menyebabkan kondisi geomagnet terganggu pada tanggal 21 April 2015 dengan nilai Dst terendah -33 nT dan nilai indeks Kp = 4. Stasiun pengamat geomagnet Menado MND, Pare-pare PRP, Kupang KPG, Kototabang KTB dan Tanjungsari TJS pada tanggal 11 April 2015 dan 16 April 2015 menunjukan nilai indeks K = 4 untuk tiga stasiun yaitu MND, PRP dan KPG dan nilai K =5 untuk stasiun lainnya yaitu KTB dan TJS Gambar 6. Stasiun pengamat tersebut di atas mendeteksi adanya gangguan geomagnet di lintang rendah khususnya di Indonesia.  a b c d e Gambar 6 : Indeks K Stasiun Menado pada bulan April 2015 a, Stasiun Pare-pare b, Stasiun Kupang c, Stasiun Kototabang d dan Stasiun Tanjungsari e Aktivitas sintillasi ionosfer periode 15 Februari sampai dengan 30 April 2015 merupakan periode dengan kemunculan sintilasi paling intensif dan sering terjadi periode equinox. Alat pengamat sintilasi diperoleh dari penerima GPS Ionospheric Scintillation and TEC Monitoring GISTM di Bandung, Pontianak dan Manado. Dari data GISTM di Bandung, aktivitas sintilasi ionosfer kuat dengan indeks amplitudo sintilasi S4 lebih besar dari 0,5 dan berdurasi lebih dari 3 jam terjadi pada tanggal 15 dan 27 Februari 2015. Gambar-1 menunjukkan aktivitas sintilasi pada tanggal 15 Fe b r u a r i 2 0 1 5 . Pa n e l a t a s m e n u n j u k k a n d a t a i n d e k s amplitudo sintilasi ionosfer S4 terhadap waktu dalam Universal Time UT. Bila diubah ke waktu setempat adalah UT+7. Panel bawah menunjukkan daerah cakupan pengamatan ionosfer. Warna kuning menunjukkan sintilasi sedang moderate. Sedangkan warna merah menunjukkan sintilasi kuat strong. Gambar-1 juga menunjukkan turbulensi plasma ionosfer yang disebabkan oleh plasma bubble pada pukul 13:15 UT20:15 LT Local Time 17:10 UT00:10 LT hari berikutnya. Durasi gangguannya hampir mencapai 4 jam. Aktivitas Sintilasi Ionosfer diatas Bandung, Pontianak dan Manado Februari – April 2015 Oleh : S. Ekawati Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi Buletin Cuaca Antariksa Juli - September 2015 16 Gambar 1 : Aktivitas sintilasi ionosfer diatas Bandung pada 15 Februari 2015 Gambar 2 : Aktivitas sintilasi ionosfer diatas Pontianak pada 15 Februari 2015 Namun, kondisi tersebut tidak ditunjukkan oleh data GISTM di Pontianak, seperti yang ditunjukkan pada Gambar-2. Aktivitas sintilasi ionosfer di atas Pontianak berada pada sintilasi sedang selama ~ 1,5 jam dan sintilasi kuat terjadi hanya selama ~30 menit pada pukul 15:35 16:05 UT 22:35 23:05 LT. Ini menunjukkan bahwa aktivitas sintilasi ionosfer merupakan gangguan ionosfer skala kecil- menengah yang tergantung pada lokasi bersifat gangguan lokal. Gambar 3 : Cakupan pengamatan sintilasi ionosfer dari GISTM Pontianak panel atas dan dari GISTM Bandung panel bawah dan lokasi terjadinya sintilasi kuat. Gambar 4 : Kemunculan Sintilasi Ionosfer tanggal 15 18 Maret 2015. Tabel 1 : Kemunculan Sintilasi Ionosfer diatas Manado. Gangguan sintilasi ionosfer pada aplikasi navigasi berbasis satelit GNSSGlobal Navigation Satellite System dan komunikasi satelit pun bersifat lokal. Artinya gangguan akan lebih signi kan pada saat sinyal satelit melewati ionosfer di atas Bandung dibandingkan di atas Pontianak. Bila dilihat dengan lebih detail cakupan pengamatan dari Gambar-1 dan Gambar-2 akan terlihat daerah terjadinya sintilasi kuat berada di bawah Pontianak dan daerah sekitar Bandung. G a m b a r - 3 m e n u n j u k k a n aktivitas sintilasi ionosfer dilihat dari cakupan pengamatan ionosfer di atas Bandung dan Pontianak pada tanggal 27 Februari 2015. Pada Gambar-3 juga ditunjukkan kemunculan sintilasi kuat warna merah lebih intensif terjadi pada ionosfer di daerah sekitar Bandung. Dari data GISTM di Manado, kemunculan sintilasi sedang 0,25S4 0.5 terjadi 8 hari pada bulan Maret 2015 yaitu pada tanggal 3, 6, 9, 12, 13, 15, 24, dan 26. Sedangkan kemunculan sintilasi kuat terjadi 7 hari selama bulan Maret 2015, yaitu pada tanggal 4, 5, 11, 14, 15, 25 dan 31. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel-1. Pada bulan Maret terdapat kejadian badai geomagnet dengan puncaknya pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 24:00 UT. Dari data yang diperoleh dari GISTM di Manado dan Pontianak, sintilasi ionosfer kuat terjadi pada tanggal 16 Maret 2015. Sedangkan pada tanggal 17 18 Maret 2015 tidak terjadi sintilasi kuat seperti ditunjukkan pada Gambar-4 dan tabel-1. Berdasarkan data yang diperoleh dari GISTM Bandung. Selama bulan April 2015, kemunculan sintilasi ionosfer terjadi 15 hari, yaitu pada tanggal 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 13, 22, 23, 25, 26, 27, dan 29. Hal tersebut menunjukkan kemunculan sintilasi ionosfer selama bulan April terjadi sebesar 50. Durasi gangguan sintilasi ionosfer kuat S4S4 1 terlama selama bulan April terjadi pada tanggal 8 April 2015 yaitu selama 4,5 jam dari pukul ~12:30 ~16:30 UT ~19:30 - ~23:30 LT.  Buletin Cuaca Antariksa Juli - September 2015 17 Koneksitas Jaringan ALE-LAPAN dan Indeks T Regional Oleh : Annis Siradj Mardiani Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi Dari pengamatan jaringan komunikasi ALE Automatic Link Establishment sirkit komunikasi Pekanbaru Bandung jarak 1073 km selama bulan Maret 2015, Frekuensi 7 MHz umumnya memiliki keberhasilan tinggi pada pukul 00:00 - 6:59WIB dan 17:00 22:59WIB lihat tabel 1. Frekuensi 10 MHz umumnya memiliki keberhasilan tinggi sepanjang hari selama 24 jam, sedangkan frekuensi 14 MHz memiliki keberhasilan tinggi pada siang hingga malam hari yaitu pukul 7:00 23:59WIB. Frekuensi 18 MHz dan 21 MHz memiliki keberhasilan tinggi pada pukul 21:00 -22:59WIB. Untuk bulan April 2015, pro l keberhasilan komunikasi untuk frekuensi 7 MHz, 10 MHz dan 14 MHz hampir identik, namun keberhasilan komunikasi pada frekuensi 18 MHz meningkat dari bulan sebelumnya, yaitu pada pukul 8:00 sampai 2 3 : 5 W I B 9 . P e n i n g k a t a n keberhasilan komunikasi pada bulan April juga meningkat, tercatat pada frekuensi 21 MHz yaitu pada pukul 18:00 -23:59WIB. Un t u k s i rk i t k o m u n i k a s i Kupang-Bandung jarak 1795 km s e l a m a b u l a n M a r e t 2 0 1 5 , keberhasilan komunikasi rendah tercatat pada frekuensi 18 MHz, di pagi hari hanya tecatat satu jam yaitu pukul 9:00 9:59 WIB sedangkan pada sore hari tercatat pada pukul 15:00 WIB sampai17:59WIB lihat Tabel 1. Keberhasilan komunikasi sirkit Pekanbaru Bandung selama Maret dan April 2015 tabel 2. Keberhasilan komunikasi rendah juga tercatat pada frekuensi 21 MHz, yaitu pukul 7:00 9:59WIB, pukul 13:00 13:59WIB dan sore hari pada pukul 15:00 18:59W I B. Sementara pada frekuensi 24 MHz, keberhasilan komunikasi rendah tercatat pada pukul 11:00 12:59 WIB dan sore hari pada pukul 16:00 17:59 WIB. Untuk bulan April, frekuensi 18 MHz tercatat memiliki keberhasilan rendah pada pukul 8:00 8:59 WIB serta pukul 11:00 12:59WIB. Keberhasilan rendah juga tercatat pada frekuensi 21 MHz, yaitu pukul 6:00 9:59WIB, pukul 11:00 11:59 WIB serta pukul 13:00 - 16:59WIB. Frekuensi 24 MHz Tabel 2. Keberhasilan komunikasi sirkit Kupang Bandung selama Maret dan April 2015 Tabel 3. Keberhasilan komunikasi sirkit Biak Bandung selama Maret dan April 2015 Buletin Cuaca Antariksa Juli - September 2015 18 tercatat memiliki keberhasilan rendah di pagi dan siang hari masing-masing pukul 8:00 -8:59 W I B s e r t a p u k u l 1 5 : 0 0 15:59WIB. Untuk sirkit komunikasi Biak- Bandung jarak 3220 km selama bulan Maret 2015, keberhasilan komunikasi rendah pada frekuensi 18 MHz tercatat hanya satu jam pada sore hari yaitu pukul 17:00 17:59 WIB lihat tabel 3. Pada frekuensi 21 MHz, keberhasilan rendah juga tercatat pada pukul 15:00 18:59WIB. Untuk bulan A p r i l 2 0 1 5 , k e b e r h a s i l a n komunikasi rendah untuk frekuensi 18 MHz tercatat pada pukul 13:00 13:59WIB, serta pukul 15:00 17:59 WIB. Sedangkan untuk frekuensi 21 MHz, tercatat memiliki Regional Th. 2015 94 93 91 90 88 87 87 86 86 86 85 84 Th. 2016 p e n i n g k a t a n k e b e r h a s i l a n k o m u n i k a s i d a r i b u l a n sebelumnya, yaitu pada pukul 14:00 -18:59W I B, dengan keberhasilan komunikasi tinggi tercatat pada 15:00 17:59WIB. Secara umum, keberhasilan komunikasi pada bulan April 2015 lebih baik daripada bulan Maret 2015. Frekuensi yang tercatat memiliki keberhasilan komunikasi u n t u k s i rk i t d e n g a n j a r a k menengah + 1000 km pada periode Maret April 2015 adalah adalah frekuensi 10 MHz, 14 MHz, serta 18 MHz sedangkan frekuensi yang tercatat memiliki keberhasilan komunikasi untuk sirkit dengan jarak jauh + 3000 km adalah frekuensi 18 MHz dan 21 Mhz.  Oleh :

R. Kesumaningrum

Bidang Matahari dan Antariksa Kondisi cuaca antariksa pada bulan Februari 2015 berada pada kondisi tenang dengan aktivitas m a t a h a r i r e n d a h . T e r j a d i beberapa rentang hari tanpa flare, dengan daerah aktif berukuran kecil dan sederhana. Cuaca antariksa tenang antara lain pada rentang tanggal 13-17 Februari dan 21-27 Februari 2015. Hanya terjadi satu flare menengah kelas M1.2 pukul 02:08 UT yang erupsi pada tanggal 4 Februari 2015 di atas daerah aktif NOAA 2277 dengan konfigurasi magnetik βγ. Flare diikuti oleh semburan radio tipe III dan lontaran massa korona Review Cuaca Antariksa Februari – April 2015 Coronal Mass Ejection-CME lemah dan hanya menyebabkan badai menengah dengan Dst turun menjadi -39 nT sekitar tanggal 7 Februari 2015. Berbeda dengan kondisi matahari pada bulan Februari 2015, aktivitas matahari pada bulan Maret berada pada kondisi aktif dengan banyak daerah aktif y a n g m e n g h a s i l l a n fl a r e menengah kelas M dan ada yang menghasilkan flare kuat kelas X. Pada awal Maret nilai Dst turun mencapai -46 disebabkan karena adanya lubang korona pada rentang waktu 26 – 28 Februari 2015 yang mengarah ke Bumi Gambar 2. Angin matahari yang berasal dari lubang korona berinteraksi dengan medan magnet Bumi dan mengalami rekoneksi menghasilkan badai menengah. Gambar 1. Indeks Dst pada bulan Maret 2015 yang menampilkan adanya badai menengah pada tanggal 2 Maret 2015 dan badai kuat pada tanggal 17 Maret 2015. Sumber: http:wdc. kugi.kyoto-u.ac.jpdstdir Buletin Cuaca Antariksa Juli - September 2015 19 Gambar 2. Lubang korona tanggal 27 Februari 2015 yg menyebabkan badai geomagnet menengah tanggal 2 Maret 2015. Sumber: SDOAIA Gambar 3. Posisi flare berada di atas daerah aktif NOAA 2290 di tepi barat piringan matahari yang memicu terjadinya CME namun tidak menimpulkan badai di geomagnet. Gambar 4. CME mengikuti flare M8.2 tanggal 3 Maret 2015 diatas daerah aktif AR 2290. Sumber: http:sidc.oma.becactuscatalog. php Gambar 5. Flare kuat X2.1 tanggal 11 Maret 2015 di atas daerah aktif N O A A 2 2 9 7 p a d a p a n j a n g gelombang EUV 094 Å Sumber: SDOAIA. Aktivitas matahari juga meningkat berasal dari daerah aktif NOAA 2290 yang sudah mulai terlihat mulai tanggal 18 Februari 2015. NOAA 2290 b e r u k u r a n k e c i l d e n g a n kompleksitas magnetik sederhana alpha. Selama bulan Februari, tidak terjadi flare yang berasal dari daerah aktif NOAA 2290 ini. Namun hal menarik tampak menjelang NOAA 2290 berada di tepi barat piringan matahari dan hampir tidak terlihat dari arah Bumi Gambar 3. Pada tanggal 1 Maret 2015 dengan konfigurasi magnetik sederhana yaitu β, NOAA 2290 mulai melepaskan beberapa flare lemah kelas C dan hingga pada tanggal 2 Maret dengan posisi di tepi piringan matahari yaitu pada N20W91, terjadi lima flare menengah kelas M dan tanggal 3 Maret 2015 terjadi 1 flare kelas M. Flare M1.0 pukul 06:31 UT pada tanggal 2 Maret 2015 diikuti oleh semburan radio tipe II, III, dan tipe IV serta memicu terjadinya CME tanggal 3 Maret 2015 dengan kecepatan awal 463 kms. Sementara flare menengah kelas M8.2 pukul 01:25 UT diikuti oleh semburan radio tipe II, III dan IV. Flare ini memicu CME pukul 01:36 UT dengan kecepatan awal 463 kms Gambar 4. Namun meskipun kedua CME berada pada posisi geoefektif terhadap geomagnet Bumi, tidak terjadi rekoneksi IMF sehingga tidak terjadi badai geomagnet. N O A A 2 2 9 0 k e m u d i a n menghilang di balik piringan matahari pada hari berikutnya. Aktivitas tinggi pada bulan Maret 2015 juga berasal dari salah satu daerah aktif NOAA 2297 yang eruptif, terlihat pada tepi timur piringan matahari mulai tanggal 7 Maret 2015 hingga 19 Maret 2015 Gambar 6. Pada awalnya daerah aktif memiliki konfigurasi magnetik dan kemudian membesar dengan cepat dan bertambah kompleks mencapai konfigurasi magnetik βγδ dalam dua hari kemudian. Selama kemunculannya pada piringan matahari menghadap ke Bumi, daerah aktif NOAA 2297 m e l e p a s k a n 1 7 k a l i fl a r e menengah kelas M dan satu flare kuat kelas X2.1 tanggal 11 Maret 2015 Gambar 5. Pada 17 Maret 2015, terjadi badai geomagnet besar dengan nilai Dst mencapai -223 nT Gambar 1. Dengan menelusuri kecepatan CME, diketahui badai berkaitan dengan kejadian CME tanggal 15 Maret 2015 pukul 02.36 Buletin Cuaca Antariksa Juli - September 2015 20