Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009 MED
I CINUS
18
2.  Mukosa bervariasi sesuai stadium pe nyakit.
Dalam periode tenang, kondisi akan tampak normal kecuali bila in- feksi telah menye babkan penebalan atau metaplasia mukosa men-
jadi epitel transisional. Selama  infeksi  aktif,  mukosa  menjadi  te bal  dan  hiperemis  serta
menghasilkan sekret mukoid atau mukopurulen. Setelah pengoba- tan,  penebalan  mukosa dan sekret  mukoid dapat menetap  akibat
disfungsi  kronik  tuba  Eustachius.  Faktor  alergi  dapat  juga  meru- pakan penyebab terjadinya perubahan mu kosa menetap. Pada se-
bagian kasus, pene balan mukosa terjadi karena iritasi fisik akibat terpaparnya  mukosa  dengan  dunia  luar.  Penebalan  mukosa  bisa
menutup  seluruh  rongga  atik  dan  mastoid,  yang  mengakibat kan terisinya ruangan ini dengan mukus. Dengan berjalannya waktu,
kristal-kris tal  kolesterin  terkumpul  dalam  kantong  mukus,  mem- bentuk granuloma kolesterol. Proses ini bersifat iritatif, menghasil-
kan granulasi pada membran mukosa dan infil trasi sel datia pada cairan  mukus  kolesterin.  Proses  ini  juga  dapat  terlihat  dalam  te-
linga tengah pada otitis media sekretoria kronik.
Dalam  penyembuhan,  mukosa  dapat  me nunjukan  perubahan menjadi timpanosklerosis, yang terdiri dari formasi lempeng hia-
lin amorf dalam submukosa, dengan ben tuk bervariasi mulai dari lapisan tipis sampai ke massa yang tebal. Pada stadium awal, mu-
kosa  tampak  tebal  dan  seperti  karet.  De ngan  berlanjutnya  proses penyembuhan,  lempeng  ini  menjadi  kekuningan  dengan  kon-
sistensi  seperti  dempul.  Suatu  saat  terjadi  penimbunan  garam kalsium,  membentuk  massa  sekeras  tulang.  Tempat  predikleksi
proses ini adalah di daerah anulus membran timpani, khususnya anterosuperior  dan  se keliling  tulang-tulang  pendengaran.  Proses
ini  menyebabkan  fusi  atau  fiksasi  rangkaian  tulang  pendengaran yang mengakibatkan tuli berat.
Mukosa  juga  dapat  mengalami  pemben tukan  jaringan  granulasi danatau  polip.  Proses  ini  berhubungan  dengan  adanya  sek ret
persisten  atau  infeksi  aktif  yang  berlangsung  lama.  Pembentu- kan polip biasanya berhubungan dengan adanya epitel skuamo sa
di  telinga  tengah.  Massa  ini  dapat  muncul  keluar  lewat  perforasi kecil, menghalangi sebagian drainase dan mengakibatkan pe nyakit
menjadi persisten.
3.  Tulang-tulang  pendengaran  dapat  rusak  atau  tidak,  tergantung pada beratnya infeksi sebelumnya.
Biasanya prosesus lo ngus inkus telah mengalami nekrosis karena penyakit trombotik pada pembuluh darah mukosa yang memper-
darahi inkus ini. Ne krosis lebih jarang mengenai maleus dan stapes, kecuali  kalau  terjadi  pertumbuhan  skuamosa  secara  sekunder  ke
arah dalam sehingga arkus stapes dan lengan maleus dapat rusak. Proses  ini  bukan  disebabkan  oleh  osteomielitis  tetapi  disebabkan
oleh ter bentuknya enzim osteolitik atau kolagenase dalam jaringan ikat subepitel.
4.  Tulang Mastoid.