PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA SAMA DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PLAYING ESTAFET PUZZLE ON THE COOPERATION DEVELOPMENT IN A RANGE OF 4-5 YEARS AGE

IN TK AISYIYAH TELUKBETUNG BANDARLAMPUNG

The problem of this research was the lack of cooperation development in a range of 4-5 years age in TK Aisyiyah. This research aimed to determind the influence of playing estafet puzzle on the cooperation development and the difference between before and after applaying estafet puzzle game. This research was used pre-experiment design method and one group pre-experiment post-pre-experiment. Data collection tool that used observation and documentation. This research was analized by t-test examination and sample linier regresssion test. The result showed that there was a significant difference between before and after applying estafet puzzle game toward children on cooperation development in a range of 4-5 years age in TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung


(2)

ABSTRAK

PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN KERJA SAMA DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH

TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG

Masalah dalam penelitian ini adalah perkembangan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah masih rendah. Dengan bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan estafet puzzle terhadapat perkembangan kerjasama dalam kelompok dan perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu melalui bermain estafet puzzle. Metode penelitian adalah menggunakan metode Pre-Experimental Design. Menggunakan design one group pre-ekperiment post-eksperiment. Alat pengumpulan data yaitu menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji t-test dan uji regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang siginifikan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bermain estafet puzzle dan ada pengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerjasama dalam kelompok usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.


(3)

PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA SAMA DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH

TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh YANI LESTARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PLAYING ESTAFET PUZZLE ON THE COOPERATION DEVELOPMENT IN A RANGE OF 4-5 YEARS AGE

IN TK AISYIYAH TELUKBETUNG BANDARLAMPUNG

The problem of this research was the lack of cooperation development in a range of 4-5 years age in TK Aisyiyah. This research aimed to determind the influence of playing estafet puzzle on the cooperation development and the difference between before and after applaying estafet puzzle game. This research was used pre-experiment design method and one group pre-experiment post-pre-experiment. Data collection tool that used observation and documentation. This research was analized by t-test examination and sample linier regresssion test. The result showed that there was a significant difference between before and after applying estafet puzzle game toward children on cooperation development in a range of 4-5 years age in TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung


(5)

ABSTRAK

PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN KERJA SAMA DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH

TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG

Masalah dalam penelitian ini adalah perkembangan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah masih rendah. Dengan bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan estafet puzzle terhadapat perkembangan kerjasama dalam kelompok dan perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu melalui bermain estafet puzzle. Metode penelitian adalah menggunakan metode Pre-Experimental Design. Menggunakan design one group pre-ekperiment post-eksperiment. Alat pengumpulan data yaitu menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji t-test dan uji regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang siginifikan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bermain estafet puzzle dan ada pengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerjasama dalam kelompok usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.


(6)

PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA SAMA DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH

TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG

Oleh YANI LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(7)

(8)

(9)

(10)

RIWAYAT HIDUP

Yani Lestari dilahirkan pada tanggal 04 April 1990 di desa Panggung Rejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Lampung. Putri dari pasangan bapak Suhadi dan ibu Wagiyem ini menamatkan sekolah dasar di SD 1 Panggungrejo

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu pada tahun 2006. Pada tahun 2009 peneliti menyelesaikan pendidikan SMP di PKBM Melati Pecoh Raya Telukbetung Selatan.Pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan di SMA Tamansiswa Telukbetung Bandarlampung.Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi program pendidikan guru anak usia dini. Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui seleksi penjaringan mahasiswa PMPAP.

Tahun 2015 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Profesi Kependidikan (PPK) di TK Tunas Harapan Pekon Kebuayan Krui Pesisir Barat


(11)

MOTTO

“Ketika sekelompok manusia bersatu dan bekerjasama dengan harmonis” “Peningkat energi yang tercipta melalui kerjasama tersebut dialami setiap individu

di dalam kelompok”

(Napoleon Hill)

“Pendidikan tidak memandang siapa seseorang itu” “Sambut dan raihlah masa depan dengan berilmu”


(12)

PERSEMBAHAN Bismillahirrohmannirrohim...

Kupersembanhkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT serta Nabi junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terimakasih serta banggaku kepada

Kedua orang tua tercinta dan tersayang (Bapak Suhadi, Mamak Wagiyem) telah memberikan cinta dan doa yang tulus untuk aku trimakasih

Almamater Tercinta Universitas Lampung

sebagai tempat mencari dan menggali segudang ilmu, menjadikan sosok dewasa dan mandiri

Teman –teman satu angkatan PG-PAUD 2012

yang telah banyak motivasi dan masukannya , seperjuangan satu tujuan dalam menyelesaikan studi ini kelas A dan B terimakasih

Teman-teman KKN di Pekon Kebuayan Pesisir Barat Krui terimakasih atas dukungannya


(13)

SANWACANA

Puji syukur senantiasa ku panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi PG-PAUD di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, selaku Rektor Universitas Lampung 2. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Ari Sofia, S. Psi. M. A. Psi, selaku Ketua Program Studi SI-PG PAUD Universitas Lampung.

5. Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Gian Fitria Angraini, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah bersedia memberi bimbingan, kritik, saran, motivasi, dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Dr. Riswandi, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran guna perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.


(14)

8. Bapak/ibu Dosen PAUD Universitas Lampung dan Staf Karyawan PG-PAUD serta seluruh staf FKIP Universitas Lampung yang tidak tersebut yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Mamah tersayang (Rohayah, S.Pd) terimakasih yang sebanyak-banyaknya telah mendorong dan mensuport memberikan masukan moril dam materil demi kelancaran dalam menggapai cita-citaku dan do’a yang tak pernah berhenti. 10.Kakang, Yayuk, Adik tersayang (Kasyanto, Noviyanti, Sigit Widodo) yang telah

menjadi sodara sekaligus teman dalam sehari-hari dan memberikan semangat ,terimakasih

11.Ponakan yang paling lucu (Andi Bagus Alfarabbi Cendikia) yang selalu memberikan inspirasi membuat saya tersenyum dengan tingkah lucunya yang selalu manja dengan saya. Terimakasih telah menghibur dalam saya menggapai cita-cita.

12.Teman satu Geng beautifull girls ( Diah Ayuningtyas, Dinda Restya, Irania, Kartika Aprilia) teman dari pertama kuliah, penyemangat, seperjuangan, canda tawa kalian selalu membuatku tertawa, selalu kompak kalian lah motivasiku tanpa kalian aku tak seperti ini termakasih kita satu tujuan satu gelar dan kita datang bareng lulus bareng love you are beautiful girls

13.Teman Sukadukaku Irma Febriyana, Istiqomah, Wildan Solehah teman dari pertama kuliah kost bareng satu kamar sedih bareng seneng bareng kalian penyemangatku, penolongku selama menyusun skripsi trimakasih


(15)

14.Orang yang tersayang tercinta di hati, telah mengisi hatiku dan hari-hariku, memberikan cinta dan kasih sayang penuh untukku , memberikan semangat selama perjalanan sampai menuju cita-citaku love you my boy, Terimakasih 15.Almamater Tercinta Universitas Lampung sebagai tempat mencari dan menggali

segudang ilmu, menjadikan sosok dewasa dan mandiri

16.Teman –teman satu angkatan PG-PAUD 2012 yang telah banyak motivasi dan masukannya , seperjuangan satu tujuan dalam menyelesaikan studi ini kelas A dan B terimakasih

17.Teman-teman KKN di Pekon Kebuayan Pesisir Barat Krui terimakasih atas dukungannya

Bandar Lampung, Juli 2016 Penulis


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEEL...xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...6

D. Rumusan Masalah ...6

E. Tujuan Masalah ...7

F. Manfaat Masalah ...7

II. KAJIAN PUSTAKA ...9

A. Hakikat Anak Usia Dini ...9

B. Perkembangan Anak Usia Dini...11

C. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini ...11

1. Pola Perilaku Perkembangan Sosial Anak ...13

2. Pentingnya Pengalaman Sosial...14

3. Faktor-Faktor Perkembangan Sosial Anak Usia Dini ...15

4. Perkembangan Kerjasama Anak ...16

5. Manfaat Kerjasama...17

6. Tugas Dalam Kelompok...17

7. Tujuan Kelompok...17

D. Pengertian Bermain ...18

1. Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini...18

2. Fungsi Bermain ...19

3. Jenis Bermain ...19

4. Bermain Estafet Secara Umum ...22

5. Bermain Estafet puzzle...23

E. Penelitian Yang Relevan ...24

F. Kerangka Pikir ...25

G. Hipotesis...28

III. METODE PENELITIAN ...30

A. Metode Dan Desain Penelitian...30

B. Setting Penelitian ...31

C. Populasi ...31

D. Definisi Variabel ...31

E. Instrumen ...33

F. Teknik Pengumpulan Data...35


(17)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...40

A. Hasil Dan Penelitian...40

B. Pembahasan...51

V. KESIMPULAH DAN SARAN ...60

A. Kesimpulan ...61

B. Saran...57


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Kisi- Kisi Kegiatan Kerjasama Dalam Kelompok ...33

2. Kisi-Kisi Bermain Estafet Puzzle...34

3. Tabel Bermain Estafet Puzzle ...36

4. Tabel Kerjasama Dalam Kelompok ...37

5 . Tabel Silang ...37

6. Distribusi Nilai Keaktifan Sebelum Diberikan Permainan X ...40

7. Distribusi Nilai Keaktifan Sesudah Diberikan Permainan X ...41

8. Distribusi Nilai Keaktifan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Permainan X ...42

9.Distribusi Nilai Kerja Sama Sebelum Diberikan Permainan ...43

10. Distribusi Nilai Kerja Sama Sesudah Diberikan Permainan...44

11. Distribusi Nilai Kerja Sama Sebelum Dan Sesudah Diberikan Permainan ...45


(19)

DAFTAR GAMBAR Gambar

1. Kerangka Pikir...28 2. Desain Penelitian...30


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1.Lembar Observasi Keaktifan Sebelum X ...66

2. Lembar Observasi Keaktifan Sesudah X...67

3. Lembar Observasi Kerja Sama Sebelum Y ...68

4. Lembar Observasi Kerja Sama Sesudah Y...70

5. Rekapitulasi Uji T...72

6. Rekapitulasi Uji Regresi Linier Sederhana ...73

7.Rubrik Instrumen Variabel Y...74

8. Rubrik Intrumen X ...76

9. Instrumen Variabel X ...77

10. Instrumen Variabel Y ...78

11Rkh Bermain Estafet Puzzle...80

12. Rkh Konfensional ...89

13. Validasi Intrumen Indikator ...95

14. Keterangan Surat Pendahuluan Tk Aisyiyah... 109

15. Keterangan Izin Penelitian Tk Aisyiyah... 110

16. Surat Keterangan Penelitian Dari Sekolah ... 111

17. Gambar Media ... 112


(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupakan masa peletakan dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Rangsangan yang diterima anak pada masa usia dini yang meliputi makanan, minuman serta stimulus dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu, dan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Usia dini (0-6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak di masa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Suyadi & Maulidya, 2011:2)

Bentuk pembelajaran pada anak usia dini adalah dengan memperhatikan karakteristik anak yang dimiliki oleh setiap anak. Anak usia dini sangat membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Jika anak mendapatkan rangsangan yang baik, maka perkembangan anak akan berkembang secara optimal dan begitu juga sebaliknya. Proses melaksanankan pembelajaran pada anak usia dini, harus mampu membimbing dan mengetahui jenis karakter peserta didik, juga harus mengetahui tentang standar pendidikan anak usia dini yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang meliputi beberapa aspek yaitu nilai-nilai moral dan agama, fisik motori yang di dalamnya ada fisik motorik halus dan kasar, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni.


(22)

2

Perkembangan anak yang terdapat di Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di atas harus dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Salah satu aspek perkembangan yang perlu ditingkatkan adalah perkembangan sosial emosional khususnya kerjasama anak. Anak usia dini merupakan fase fundamental yang akan menentukan masa yang akan datang, untuk itu harus diperhatikan perkembangan dan keterampilan sosialnya. Sependapat dengan teori Vygotsky dalam Trianto (2012:76) mengatakan bahwa “fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antara individu lain”.

Keterampilan sosial anak biasanya terbentuk melalui kelompok bermain seusianya. Anak bekerja sama dalam satu permainan. Hal tersebut dapat menjadi sarana bagi anak untuk belajar bekerjasama meskipun pada dasarnya hal tersebut muncul akibat perasaan malu pada anak (Syamsu, 2011: 42) hal ini adalah sebagai bentuk perwujudan reaksi emosional. Pada usia 2-4 tahun anak biasanya masih egosentris tidak memperdulikan orang lain asyik dengan dunianya sendiri.

Adapun pentingnya perkembangan sosial anak harus dibentuk sejak dini, karena pada masa anak-anak adalah masa pembentukan kepribadian setelah anak menjadi orang dewasa. Banyaknya pengalaman kebahagiaan mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagi dan untuk menjadi orang yang mempunyai sifat sosial. Banyaknya pengalaman yang tidak menyenangkan mungkin menimbulkan sikap yang tidak sehat


(23)

3

terhadap pengalaman sosial dan terhadap orang pada umumnya, pengalaman yang tidak menyenangkan yang terlalu banyak juga mendorong anak menjadi tidak sosial dan anti sosial. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang lain di luar lingkungan rumah. Sebagai pedoman umum, pengalaman di dalam rumah lebih penting pada masa prasekolah sedangkan pengalaman di luar rumah menjadi lebih penting setelah anak-anak memasuki sekolah. Tahun demi tahun, karena perkembangannya keinginan akan status dalam kelompok, sikap dan perilaku anak dipengaruhi oleh tekanan anggota kelompok (Hurlock, 2000 : 256)

Adapun pola perilaku sosial pada anak menurut (Hurlock: 2000:262) yaitu : 1) meniru, dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka 2) hasrat akan penerimaan sosial, jika hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk diterima oleh teman sebaya 3) simpati, anak kecil tidak mampu berperilaku simpatik sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan dukacita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang sedih 4) empati kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain. Sikap


(24)

4

mementingkan diri sendiri, belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dan bukan hanya memusatkan perhatian pada kepentingan dan milik mereka sendiri (Hurlock, 2000 :263).

Upaya pengembangan dan peningkatkan perkembangan sosial anak biasanya dilakukan melalui bermain. Bermain mampu meningkatkan perilaku sosial anak dengan dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.

Permainan estafet puzzle anak-anak akan merasa senang dan tertantang untuk melakukan kegiatan bersama dan bergantian dalam kelompoknya, didalamnya terdapat kegiatan yang bentuk kompetitif, dimana untuk memacu semangat anak dalam permainan. Permainan estafet juga adanya kerjasama, berbagi tugas, bergiliran, mengerjakan tujuan bersama teman kelompoknya sehingga anak akan terhubung dengan teman bermainnya dan dapat mengembangkan keterampilan sosial anak usia dini.

Adapun hasil penelitian dari Alfiyah (2015) mengatakan bahwa “Dengan bermain aku sayang kawan dapat mengembangkan keterampilan sosial anak, karena pada saat bermain anak melakukan komunikasi dan saling bekerjasama dengan teman bermainnya”. Selain itu juga penelitian dari Zulfasari (2013) mengatakan bahwa “dengan bermain bola estafet dapat meningkatkan hasil belajar anak dan dapat mengembangkan aspek sosial emosional, motorik, kognitif, dan juga bahasa. Bermaian adalah hal yang menyenangkan bagi anak usia dini”.


(25)

5

Berdasarkan pengamatan observasi yang dilakukan pada tanggal 01 Maret 2016 di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung, maka terdapat beberapa anak yang masih mengalami kesulitan dalam bermain kelompok anak-anak cenderung lebih suka bermain sendiri-sendiri (individualis) karena usia yang masih 4-5 tahun. Faktor penghambat yang muncul dikarenakan guru di sekolah tidak pernah adanya kegiatan untuk bermain kelompok, bahkan berdasarkan pengamatan di sekolah tidak pernah adanya bermain, setiap hari hanya belajar baca, tulis, hitung (calistung). Guru belum menggunakan alat permainan edukatif dalam pembelajaran, sehingga anak tidak terbiasa bermain secara berkelompok. Hal ini mengakibatkan anak kurang mempunyai kesempatan untuk mengekpresikan dirinya dan kemudian menghambat keterampilan sosial anak. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti saat observasi di TK Aisyiyah Telukbetung Bandarlampung yang berjumlah 30 anak. Anak-anak masih berada pada kategori keterampilan sosialnya berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 2 anak, berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 anak, mulai berkembang (MB) 23 anak, dan tidak ada anak yang belum berkembang (BB). Upaya dalam membantu mengembangkan keterampilan sosial anak ada beberapa permainan yang dapat digunakan misalnya, “permainan bola estafet” (Syamsidah:2013),

“estafet air” (Amini : 20110) dengan demikian peneliti meggunakan permainan estafet puzzle untuk mengembangkan kerja sama dalam kelompok anak.


(26)

6

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti bermaksud melihat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Talukbetung Bandarlampung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, masalah yang teridentifikasi dalam penilitian sebagai berikut :

a. Anak-anak belum bisa bermain kelompok

b. Anak-anak lebih suka bermain sendiri (Individualis) c. Guru kurang menerapkan permainan berkelompok d. Guru belum kreatif dalam membuat APE

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya kemampuan anak dalam bekerja sama dan anak-anak usia 4-5 tahun masih bersifat individual.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan kerja sama sebelum dan sesudah diberi perlakuan bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam kelompok?

2. Apakah terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam kelompok?


(27)

7

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam kelompok

2. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam kelompok

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitan diharapakan dapat menjadi manfaat 1. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu pengetahuan pada bidang pendidikan anak usia dini yang berkaitan dengan mengembangkan kerja sama dalam kelompok dengan bermain estafet puzzle.

Manfaat Praktis : a. Bagi guru

Sebagai pendidik harus mengetahui jenis karakter anak agar dalam mengembangkan perkembangan anak usia dini sesuai dengan minat dan bakat anak, dengan memilih teknik pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan perkembangan sosial anak.


(28)

8

b. Bagi sekolah

Dapat meningkatkan kualitas sekolah dan menghasilkan anak didik yang baik dalam perkembangan sosial anak.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian dapat meningkatkan perkembangan kerja sama anak dan untuk berlatih terus-menerus dengan bermain bersama dengan teman sebayanya untuk dapat diterima dikehidupan selanjutnya.


(29)

9

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang masuk rentang usia 0-6 tahun. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age) dimana pada masa ini memiliki peluang untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang dimiliki. Oleh karena itu menstimulus perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan sangat penting dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak dengan cara membangun pengetahuannya sendiri Slavina dalam Trianto (2012:76.

1. Teori Kontruktivisme

Sujiono,(2010:29) Pembelajaran pada anak usia dini merupakan proses antara anak, otang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun adalah faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Melalui interaksi tersebut anak memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar anak dapat berlangsung dengan lancar. Menurut Vigotsky dalam Hildayani (2011: 3.22) berpendapat bahwa

Perkembangan kognitif anak di bangun melalui interaksi sosial, dengan kata lain lingkungan sosial dan budaya amat berperan dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak berkenan dengan hal tersebut Vigotsky juga dikenal dengan titik pandang budaya atau bisa disebutSocialcultural.


(30)

10

Menurut teori kontruktivisme, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Aliran kontruktivisme merupakan aliran yang meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia disekeliling mereka, dan membangun pemahaman mereka sendiri terhadap sekitar.

Erikson dalam Hildayani, dkk ( 2011:2.4) meyebutkan bahwa proses maturasi fisik dalam tuntutan masayarakat mencinptakan delapan krisis atau isu yang harus di selesaikan oleh seseorang. Ia menjelaskan krisis ini dengan hasil positif dan negatif, misal basic trust vs basic mitrust. Bila krisis ini tidak dapat di tanggulangi dengan baik maka seseorang akan terus berperang untuk menyelesaikan selama hidupnya. Delapan krisis ini merupakan tahapan perkembangan emosi yang terjadi pada diri seseorang, bahwa keberhasilan pada setiap tahapannya akan mempengaruhi pada tahapan selanjutnya.

Adapun delapan tahapan yang dialami oleh individu sebagai berikut : a. Basic Trust Vs Basic Mitrust(0-1 Tahun)

b. Autonomy Vs Shame And Doubt(Tahun Ke-2) c. Initiative Vs Guilt(3-5 Tahun)

d. Industry Vs Inferiority(6 Tahun- Pubertas)

e. Identitit Vs Identity Confusion(Remaja :10-20 Tahun) f. Intimacy Vs Isolation(Dewasa Muda :20-30 Tahun) g. Geberativity Vs Stagnation(Dewasa Madya :40-50 Tahun) h. Integrity Vs Despair(Dewasa Akhir)

Berdasarkan perkembangan anak usia dini berada pada tahapan 3-5 Tahun atauinnitiative vs Guilt Hildayani (2011: 2.7) menyatakan perkembangan pada tahap ini anak mulai memasuki lingkungan sosial yang lebih luas dan


(31)

11

mereka dituntut untuk mengembangkan perilaku yang dituntut dalam lingkungan sosialnya.

Dapat disimpulakan bahwa perkembangan emosi merupakan perkembangan yang berkaitan dengan perasaan yang ditunjukkan melalui bahasa tubuh akibat reaksi dari suatu kejadian.

(Trianto, 2012:36) Adapun kecerdasan interpersonal yang kaitannya dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Biasanya anak mudah dalam kerja sama dalam kelompoknya mereka juga mudah berkomunikasi dan berempati kepada orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dianalisa bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan yang berhubungan dengan orang lain. Melalui kecerdasan tersebut anak dapat mudah bekerja sama dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan berempati terhadap orang lain.

B. Perkembangan Anak Usia Dini

Setiap individu mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. (Trianto, 2012:20) perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu untuk menuju tingkat kedewasaan dan kematangan. Dapat disimpulkan perkembangan anak usia dini adalah suatu perubahan yang dialami oleh setiap individu, yaitu menuju tingkat pendewasaan dan kematangan yang berlangsung secara sistematis, progres dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.


(32)

12

C. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan pada anak usia dini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.

Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak mulai berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya (Syamsu Y Dkk , 2011: 65).

Anak perlu belajar dari kehidupan sehingga memperoleh keterampilan sebagai bekal kehidupan. Pembelajaran di kelas melibatkan kegiatan fisik, penggunaan benda-benda sebagai alat yang dapat dimanipulasi anak secara konkret sehingga dapat mengembangkan kemampuan intelektual. Interaksi antar anak-anak juga diperlukan sehingga anak dapat belajar dari lingkungan sosial, (Yus, 2012:6)


(33)

13

1. Pola Perilaku Perkembangan Sosial AUD

Perkembangan anak merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial anak usia dini . dapat diartikan juga proses belajar sependapat dengan (Hurlock, 2000: 255) yang mengatakan ada beberapa pola perilaku perkembangan anak usia dini sebagai berikut

Kerja Sama

Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja sama dengan anak lain sampai mereka dewasa. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk memiliki sesuatu bersama-sama. Semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara kerja sama.

Meniru

Meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka.

Hasrat Akan Penerimaan Sosial

Jika hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk diterima oleh teman sebaya.


(34)

14

Simpati

Anak kecil tidak mampu berperilaku simpatik sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan dukacita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang sedih.

Empati

Empati kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tesebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain.

Sikap Mementingkan Diri Sendiri

Belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dan bukannya memusatkan perhatian pada kepentingan dan milik mereka sendiri.

2. Pentingnya Pengalaman Sosial Awal

Karena perilaku sosial atau perilaku yang tidak sosial dibina pada masa anak-anak awal atau masa pembentukan kepribadian setelah anak menjadi orang dewasa. Banyaknya pengalaman kebahagiaan mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagi dan untuk menjadi orang yang mempunyai sifat sosial. Banyaknya pengalaman yang tidak menyenangkan mungkin menimbulkan sikap yang tidak sehat terhadap pengalaman sosial dan terhadap orang pada


(35)

15

umumnya, pengalaman yang tidak menyenangkan yang terlalu banyak juga mendorong anak menjadi tidak sosial dan anti sosial.

Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang lain di luar lingkungan rumah. Sebagai pedoman umum, pengalaman di dalam rumah lebih penting pada masa prasekolah sedangkan pengalaman di luar rumah menjadi lebih penting setelah anak-anak memasuki sekolah. Tahun demi tahun, karena perkembangannya keinginan akan status dalam kelompok, sikap dan perilaku anak dipengaruhi oleh tekanan anggota kelompok (Hurlock, 2000:256)

3. Faktor-Faktor Perkembangan Sosial AUD

Pada anak usia dini sebagai individu yang mengalami perkembangan bersifat unik. Anak berkembang dengan cara tertentu. Perkembangan anak mempunyai variasi individual dan perkembangan anak bisa terjadi setiap saat. Adapun faktor dalam perkembangan anak :

Faktor Keluarga

Jika lingkungan rumah sebaiknya secara keseluruhan memupuk perkembangan sikap sosial yang baik, kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi yang sosial dan begitupun sebaliknya. Sejumlah studi tentang penyesuaian sosial telah membuktikan bahwa hubungan pribadi di lingkungan antara ayah, ibu anak dengan saudaranya, dan anak dengan orang tua, mempunyai pengaruh yang sangat kuat. (Hurlock, 2000:256)


(36)

16

Faktor Luar Rumah

Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. Jika hubungan mereka dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah menyenangkan, maka anak akan menikmati hubungan sosial dan ingin mengulanginya lagi dan begitupun sebaliknya. (Hurlock, 2000:257)

4. Perkembangan Kerjasama AUD

Kelompok belajar merupakan salah satu bentuk realisasi bimbingan di sekolah. Disamping belajar secara individual, anak-anakpun sebaiknya juga belajar dengan sistem kelompok. Mengenai hal ini, ada beberapa alasan mendasar yang dapat diajukan sebagai landasan untuk penyelenggaraan kalompok belajar itu (Walgito, 2010:123).

Sehubungan dengan itu pula, perlu kita ingat mengenai tujuan dari pendidikan dan pengajaran yang tercantum dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional : usia lahir sampai dengan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Yamin Martinis dkk, 2010:5).

Kata-kata tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk orang yang mempunyai sikap atau Attitude sosial yang baik, yang mampu bekerja sama dengan lingkungannya.

Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam Walgito, (2010:124)


(37)

17

mempunyai keinginan untuk berkelompok dengan teman-teman

sosialnya”.

Perkembangan sosial dari umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam kelompok bermainnya (Hurlock, 2000:261)

5. Manfaat Kerja Sama AUD

Kerja sama dapat menambahkan produktifitas dan meningkatkan moral. Kerja sama dalam kelompok ini akan membuahkan hasil yang lebih baik terhadap tugasnya tanpa pamrih

6. Tugas dalam Kelompok

Tugas-tugas dalam kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada setiap peserta kelompok untuk menunjukkan prestasinya, dan juga diarahkan untuk mencapai tujuan yang sama. Dengan melaksanakan tugas kelompok, siswa dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam kerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab (Syamsu Y, Dkk , 2011: 66).

7. Tujuan Kelompok

Walgito (2010:124) Ada beberapa hal yang dapat dicapai dalam kerja sama kelompok. Tentu saja tidak hanya dalam hal pelajaran antara lain:


(38)

18

1. Membiasakan anak bergaul dengan teman-teman 2. Bermain kelompok dapat merealisasikan tujuan 3. Mengatasi kesulitan dalam tugas atau permainan 4. Belajar hidup bersama agar nantinya bisa bermasyakat 5. Mempunyai rasa kebersamaan kegotong-royongan antar

sesama.

Dari pengertian di atas dapat disimpulka bahwa : Kerja sama (Team work) adalah keinginan kerja sama dengan orang lain secara kooperatif menjadi bagian dari kelompok. Kelompok adalah sejumlah individu yang berkomunikasi dengan orang lain untuk jangka waktu tertentu dalam mengerjakan tugas bersama dengan tujuan yang sama pula.

D. Pengertian Bermain

Menurut melinda dalam Yus (2012:32) bermain merupakan peluang bagi anak untuk melakukan berbagai hal. Situasi itulah yang membuat anak belajar, belajar tentang apa saja, belajar tentang objek, kejadian, situasi, dan konsep (misalnya, halus , kasar, dan lain-lain) melalui bermain anak berlatih mengekspresikan perasaan dan berusaha mendapatkan sesuatu.

Piaget dalam Mauldya (2015 :42) Mengatakan bahwa “Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan diri seseorang”. Sedangkan Parten dalam Mauldya (2015 :43) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat


(39)

19

membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa dia hidup serta lingkungan dimana ia hidup.

1. Pentingnya Bermain bagi Anak Usia Dini

Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak hal, dapat mengenal ukuran, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Disamping itu, aktivitas bermain juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan keterampilan motorik anak usia dini. Oleh karena itu anak usia dini tidak ada hari tanpa bermain, dan bagi mereka bermain merupakan kegiatan pembelajaran yang sangat penting (Mulyasa, 2014:166).

2. Fungsi Bermain

Fungsi bermain adalah dapat mengembangkan segala aspek perkembangan anak. Saat anak beraktivitas dalam bermain dengan tidak sadar anak bergerak yaitu motorik kasar dan halus yang sedang diolah, saat anak berbicara anak sudah berkembang secara bahasa, berbagi dengan teman perkembangan sosial, berfikir dan merancang permainan kognitif, adanya peraturan dalam permainan yaitu moral agama.

3. Jenis Bermain

Berdasarkan pengamatan dari kegiatan anak-anak dalam bermain, dan berbagai hasil kajian beberapa ahli yang peduli terhadap perkembangan anak dapat dikemukakan berbagai jenis permainan


(40)

20

yang sering dilakukan oleh anak diantaranya : bermain dengan benda, bermain peran, bermain sosiodrama, dan bermain sosial.

a. Bermain sosial

Dalam bermain sosial, gurulah yang mengamati cara bermain anak, dan dia akan memperoleh kesan bahwa partisipasi anak dalam kegiatan bermain dengan teman-temannya akan menunjukkan derajat partisipasi yang berbeda. Parterm dalam Mulyasa mengelompokkan kegiatan bermain berdasarkan derajat partisipasi seseorang dalam bermain yaitu : unoccupied play (tidak peduli), solitary play ((soliter), onlooker play (penonton), paralel play (paralel), assosiative play(asosiatif), dancooperative play(kooperatif).

Unoccupied play (tidak peduli) adalah kegiatan bermain ketika anak hanya mengamati kejadian yang menarik perhatiannya. Jika tidak ada yang menarik, maka anak akan menyibukkan diri dengan berbagai hal seperti memainkan anggota tubuhnya dan hanya keliling sekitar saja.

Solitary play (bermain soliter) adalah bermain yang dilakukan seorang anak, dan ketika anak bermain tidak memperhatikan apa yang dilakukan anak lain lakukan. • Onlooker play (bermain sebagai penonton) anak hanya


(41)

21

hanya duduk diam mengamati permainan tanpa mengikuti permainan yang ada.

Parallel play (bermain paralel) adalah permainan yang dilakukan sekelompok anak dengan menggunakan alat main yang sama, tetapi masing-masing bermain sendiri-sendiri tanpa melihat teman sekitar.

Assosiative play (bermain asosiatif) adalah permainan yang dilakukan oleh beberapa kelompok anak bersama-ama, tetapi tidak ada peraturan.

Cooperative play (bermain bersama) adalah bermaian yang dilakukan oleh sekelompok anak yang masing-masing mempunyai peran dan dalam campai satu tujuan permainan.

b. Bermain dengan benda

Bermain dengan benda merupakan kegiatan bermain ketika anak dalam bermain menggunakan atau mempermainkan benda-benda tertentu, dan benda-benda tersebut dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak yang bermainnya. Oleh karena itu lembaga-lembaga pendidikan menyiapkan berbagai permainan, sekaligus menyediakan benda-benda yang dapat digunakan secara aman dan nyaman bagi anak-anak dalam bermain.


(42)

22

Pendidikan anak usia dini sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan bidang pengembangan maupun menyangkut hubungan sosial. melalui bermain peran, anak-anak mencoba mengeksplorasi hubungan antara manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama dapat mengeksplorsari perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah (Mulyasa, 2014:173).

4. Bermain Estafet Secara Umum

Permainan estafet secara umum adalah permainan estafet yang dikerjakan oleh sejumlah kelompok untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tujuan yang sama. Permainan ini masuk ke dalam permainan fisik motorik dan sosial, karena adanya gerak tubuh dan melibatkan beberapa orang dalam permainan, sehingga untuk para pendidik bisa menggunakan jenis permainan ini terutama dalam pengembangan sosial anak dalam kerja sama. Salah satu lomba estafet pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian. Satu regu pelari sambung terdiri dari 4 orang pelari. Dalam perlombaan lari sambung, pelari berlari dengan kecepatan penuh dengan memindahkan tongkat ke pelari berikutnya (Aminudin, 2010:39).


(43)

23

5. Bermain Estafet Puzzle

Permainan estafet puzzle adalah salah permainan yang peneliti ambil dari pengertian di atas dan peneliti memodifikasi dengan menyesuaikan perkembangan anak usia dini. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan permainan yaitu estafet puzzel yang berupa permainan menyusun huruf dirangkai menjadi kata.

Adapun dalam Peraturan bermain estafet puzzle sebagai berikut  Pemain dalam satu kelompok berjumlah 10 anak dan dibagi

menjadi 3 kelompok

 Pemain pertama mengambil kartu huruf

 Lalu pemain pertama membarikan ke pemain kedua, ketiga dan selanjutnya

 Lalu pemain terakhir menempelkan kartu huruf sesuai gambar dan urutan yang ada dengan cepat dan tepat

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain estafet puzzle merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan, karena melalui bermainlah anak belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui. Hingga pada akhirnya mereka mampu mengenal semua peristiwa yang terjadi disekitarnya.


(44)

24

E. Penelitian yang Relevan

1) Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nurul Fatimah (2015) Jurnal Universitas PGRI Semarang yang berjudul “Upaya meningkatkan kerjasama anak melalui permainan outbound estafet bola bocor pada kelompok B TK Mardisiwi II Tuksongo tahun ajaran 2015. Berdasarkan keseluruhan kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kerja sama anak pada kelompok B TK mardisiwi II Tuksongomengalami peningkatan melalui peningkatan melalui bermain outbound estafet bola bocor. Saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu (I) bagi anak agar lebih termotivasi dan semangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama kegiatan pembelajaran permainanoutboundestafet bola bocor karena permainan ini sangat menyenangkan dan menarik. (2) bagi guru penerapan permaina outbound estafet bola bocor merupakan salah satu cara alternatif yang perlu digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan kerja sama anak.

2) Penelitian dilakukan sebelumnya oleh Esti Kurnia Mahardika (2014)

Jurnal pendidikan anak usia dini yang berjudul “Peningkatan Perilaku

Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional Jawa” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkat perilaku sosaial anak kelompok A TK DWP Putra harapan bojonegoro. Perilaku sosial anak dapat meningkat setelah dilakukan tindakan melalui kegiatan bermain permainan tradisional jawa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menyebutkan bahwa rerata kelas pada tindakan sebesar 41,13%


(45)

25

setelah dilakukan tindakan dalam siklus I meningkat rerata kelas menjadi sebesar 83,01% dan pada siklus II meningkat menjadi 99,7%. 3) Peneliti sebelumnya Samsidah (2013) jurnal pendidikan anak yang

berjudul “permainan bola estafet sebagai media pembelajaran pada dari hasil anak usia dini”dengan hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa dengan permainan bola estafet dapat meningkatkan semangat belajar anak dan dapat menampak perbendaharaan permainan di lembaga pendidikan.

F. Kerangka Pikir

Perkembangan yang dijelaskan dalam peraturan menteri pendidikan Nasional nomor 137 tahun 2014 tentang standar pendidikan anak usia dini yaitu nilai-nilai moral dan agama, fisik motori yang di dalamnya ada fisik motorik halus dan kasar, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni dari enam aspek perkembangan tersebut hendaknya harus disimulasi dengan baik agar perkembangan dapat berkembang secara optimal.

Salah satu aspek perkembangan yang penting untuk kesiapan anak menghadapi kehidupan selanjutnya adalah aspek sosial emosional, aspek sosial merupakan salah satu aspek pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial yang ditandai dengan anak memiliki kesanggupan menyesuaikan diri. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki anak yaitu bekerja sama dalam kelompok yang hendaknya distimulasi sejak dini. Kerja sama dalam kelompok memberikan pengalaman langsung kepada anak untuk melakukan kegiatan bersama


(46)

26

teman sebayanya dengan tujuan agar anak berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang lain. Merangsang perkembangan sosial anak dengan melakukan kegiatan yang diberikan secara berkelompok akan mendorong anak untuk melakukan kerja sama dengan kelompoknya hal ini dilakukan dengan harapan agar anak mendapatkan kesempatan mengembangkan aspek perkembanagan sosial emosionalnya sehingga anak memiliki kesiapan dalam mempersiapkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dengan teman atau orang lain.

Keterampilan sosial atau biasa disebut dengan interpersonal adalah kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood, temperamental, motivasi, dan hasrat orang lain, serta bekerja sama dengan orang lain, seperti peka pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat orang lain dan dapat berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan terus-menerus dan berulang-ulang melalui metode atau jenis permainan yang mengarah kepada permainan kerja sama dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil survei di TK Aisyyah Telukbetung bahwa anak belum berkembang dalam aspek sosial khususnya kerja sama dalam kelompok masih rendah, dikarenakan guru di sekolah tidak pernah adanya kegiatan untuk bermain kelompok, bahkan berdasarkan pengamatan di sekolah tidak pernah adanya bermain, setiap hari hanya belajar baca, tulis, hitung (calistung). Guru hanya menggunakan majalah sebagai bahan ajar di sekolah. Guru belum menggunakan alat permainan edukatif dalam pembelajaran,


(47)

27

sehingga anak tidak terbiasa bermain secara berkelompok. Sehingga kurangnya kesempatan anak untuk mengekpresikan dirinya dan kemudian menghambat keterampilan sosial anak, agar dapat memenuhi semua kebutuhan perkembangan anak hendaknya dengan kegiatan pembelajaran dengan bermain yang menyenangkan bagi anak. Bermain merupakan dunia anak-anak yang tak lepas dari kehidupannya sehai-hari karena pada hakekatnya anak belajar melalui bermain Piaget dalam Mauldya (2015:42).

Bermain estafet puzzzle berupakan bentuk penyaluran pesan untuk menyampaikan pembelajaran melalui bermain yang ditandai dengan persyaratan dan aturan yang dilakukan dengan mengambil kartu huruf dan berlari untuk memberikan keteman berikutnya selanjutnya menempelkan kartu ditempat yang sesuai. Dengan demikian permainan estafet puzzle yang diharapkan dapat mengembangkan aspek sosial anak kerja sama dalam kelompok adalah jenis permainan kerja sama dan interaksi sosial kepada teman atau orang lain seperti gotong royong, berbagi tugas, bertanggung jawab. Permainan estafet adalah permainan yang mengajarkan adanya kerja sama dan interaksi dan dapat menumbuhkan sikap sosial anak dalam kehidupan sehar-hari.

Dengan demikian permainan yang menarik akan membuat anak tertarik untuk melakukan kegiatan dalam pembelajaran, segingga ketika anak sudah tertarik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kemampuan anak akan berkembang secara optimal.


(48)

28

Berdasarkan diatas maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka pikir Keterangan :

X = Bermain estafet puzzle Y = Kerjasama dalam kelompok

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah di uraikan di atas maka dapat di rumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ha : Terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan bermain estafet puzzle di TK Aisyiyah Telukbetung Bandarlampung

Ho : Tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan bermain estafet puzzle di TK Aisyiyah Telukbetung Bandarlampung

2. Ha : Terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap kerja sama dalam kelompok usian 4-5 tahun di TK Aisyiyah Telukbetung Bandarlampung

Bermain estafet puzzle

X X

Kerjasama dalam kelompok


(49)

29

Ho : Tidak terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap kerja sama dalam kelompok usian 4-5 tahun di TK Aisyiyah Telukbetung Bandarlampung


(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode ini menggunakan metode Pre-Experimental Design, menurut Sugiyono (2011:109) dikatakan Pre-Experimental Design, karena desain ini belum merupakan ekperimen sungguh-sungguh dan masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya dependen.

2. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakanone group pre-ekperiment post-eksperiment. Pada penelitian ini, diberikan pre-ekperiment sebelum diberi perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan Sugiyono (2011:110) Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar II desain penelitianone group pre-ekperiment post-eksperiment


(51)

31

B. Setting penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran 2015/2016.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, (Sugiyono, 2014:119).

Populasi yang akan digunakan pada penelitian TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung secara keseluruhan yang berjumlah 30 anak. Jadi peneliti mengambil seluruh anak untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

D. Definisi Variabel

1. Definisi fariabel konseptual

Variabel bebas: Permainan Estafet Puzzle

Permainan estafet puzzle adalah permainan menempel puzzel yang berbentuk huruf dirangkai menjadi kata yang dikerjakan oleh sejumlah kelompok untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tujuan yang sama sehingga untuk para pendidik bisa menggunakan jenis permainan ini terutama dalam pengembangan sosial anak dalam kerja sama.


(52)

32

Variabel terikat : Kerja sama dalam Kelompok

Kerja sama (Team work) adalah keinginan kerja sama dengan orang lain secara kooperatif menjadi bagian dari kelompok. Kelompok adalah sejumlah individu yang berkomunikasi dengan orang lain untuk jangka waktu tertentu dalam mengerjakan tugas bersama dengan tujuan yang sama pula.

2. Definisi variabel operasional

Variabel bebas : Permainan Estafet Puzzle

Aktivitas bermain estafet puzzle adalah permainan menempel huruf yang dikerjakan sejumlah kelompok yang saling bekerja sama antara lain 1). Ketepatan dalam mengambil kartu estafet puzzle, 2). Kecepatan dalam mengambil kartu estafet puzzle, 3). Kesesuaian dalam menempel kartu estafet puzzle

Variabel terikat : Kerja sama dalam Kelompok

Kemampuan kerja sama dalam kelompok adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk jangka waktu tertentu dan menjalankan tugas bersama-sama dengan tujuan yang sama juga. yaitu : Gotongroyong dengan teman dalam mengambil kartu estafet puzzle bersama-sama teman, menempel kartu estafet puzzle, berbagi tugas dalam menerima kartu estafet puzzle, berbagi tugas menyusun kartu estafet puzzle, bertanggungjawab dalam menempel kartu estafet puzzle,


(53)

33

bertanggungjawab dalam menerima kartu estafet puzzle, bertanggungjawab dalam memberikan kartu estafet puzzle ke teman selanjutnya.

E. Instrumen

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar panduan observasi yaitu dengan menjabarkan variabel yang diukur menjadi indikator variabel. Adapun kisi-kisi yang dibuat untuk mengukur variabel Y yaitu kerjasama kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kerjasama Kelompok (Y)

Aspek Indikator

Aspek yang dinilai Penilaian Ceklis Berkembang Belum berkembang Ya (1) Tidak (0) Gotongroyong dalam bermain Mengambil kartu estafet puzzle Sudah bisa mengambil kartu estafet puzzle bersama-sama Belum bisa mengambil kartu estafet puzzle bersama-sama Menempel kartu estafet puzzle Sudah bisa menempel kartu estafet puzzle bersama-sama Belum bisa menempel kartu estafet puzzle bersama-sama Berbagi tugas Berbagi tugas dalam menerima kartu estafet puzzle Anak sudah berbagi tugas dalam menerima kartu estafet puzzle

Anak belum bisa berbagi tugas dalam menerima kartu estafet puzzle Menyusun kartu estafet puzzle Anak sudah bisa berbagi tugas menyusun kartu estafet puzzle

Anak belum bisa berbagi tugas menyusun kartu estafet puzzle


(54)

34 Bertanggung jawab menempel kartu estafet puzzle Anak sudah bisa menempel kartu estafet puzzle

Anak belum bisa menempel kartu estafet puzzle menerima kartu estafet puzzle Anak sudah bisa menerima kartu estafet puzzle

Anak belum bisa menerima kartu estafet puzzle memberikan kartu estafet puzzle ke teman selanjutnya

Anak sudah bisa memberikan kartu estafet puzzle ke teman selanjutnya

Anak belum bisa memberikan kartu estafet puzzle ke teman selanjutnya

Selanjutnya kisi-kisi yang dibuat untuk mengukur variabel X yaitu bermain estafet sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Bermain Estafet Puzzle (X)

No Indikator Kreteria Skor Terlibat Tidak terlibat Ya (1) Tidak (0) 1 Ketepatan dalam mengambil kartu estafet puzzle Anak sudah tepat dalam mengambil kartu estafet puzzle

Anak belum tepat dalam mengambil kartu estafet

puzzle 2

Kecepatan dalam mengambil kartu estafet puzzle kurang dari 15 detik/ kartu huruf

Anak sudah cepat dalam mengambil kartu estafet puzzle

Anak belum cepat dalam mengambil kartu estafet puzzle 3 Kesesuaian dalammenempel kartu

estafet puzzle Anak sudah sesuai dalam menempel kartu estafet puzzle Anak belum sesuai dalam menempel kartu estafet puzzle


(55)

35

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah sangat penting bagi penelitian untuk dapat mengetahui dari hasil penelitian yaitu kualitas, kebenaran atau data yang valid. Oleh karena itu dalam pengumpulan data ada beberapa teknik yang dapat dilakukan :

1. Observasi terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi. (Sugiyono, 2014:198)

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. (Sugiyono, 2014:240)


(56)

36

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan kerjasama dalam kelompok pada anak usia dini setelah diberi perlakuan menggunakan rumus interval menurut (Mangkuatmodjo 1997:37) sebagai berikut :

Ɩ = NT-NR K Keterangan I =interval Nt =nilai tertinggi Nr =nilai terendah K = kategori

1. Analisis tabel

Analisis tabel digunakan untuk mengetahui data yang diperoleh dari hasil penelitian. Tabel tersebut berbentuk tabel sebagai contoh dapat dilihat tabel berikut ini :

Tabel 3. Tabel Bermain Estafet Puzzle (X)

No Kategori Interval Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1 SA

2 A

3 CA

4 KA

Keterangan : SA = sangat aktif A = aktif CA = cukupaktif KA = kurang aktif


(57)

37

Tabel 4. Tabel Kerjasama dalam Kelompok (Y)

No Kategori Interval Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1 BSB

2 BSH

3 MB

4 BB

Keterangan :

BSB = berkembang sangat baik BSH = berkembang sesuai harapan MB = mulai berkembang

BB = belum berkembang

Tabel 5. Tabel Bermain Estafet Puzzle dan Perkembangan Kerjasama dalam Kelompok

No y

x BSB BSH MB BB JUMLAH

1 SA

2 A

3 CA

4 KA

Jumlah

2. Uji Hipotesis

Teknik analisis data untuk menguji hipotesis pertama dalam penelitian ini dengan t-test, untuk mencari perbedaan antara sesudah dan sebelum dengan rumus sbagai berikut:

Keterangan :

MD : mean differences

d : deviasi individual dari MD N : jumlah subjek


(58)

38

Ŷ

= a + bX

Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan rumus regresi linier sederhana yang digunakan untuk menggambarkan garis yang menunjukkan pengaruh antara variabel. Manfaat dari hasil analisi regresi adalah untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variable independen atau tidak. Sugiyono (2012: 260) regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau pun kausa satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :

Rumus regresi sederhana menurut Sugiyono (2012: 260) sebagai berikut :

Keterangan:

Ŷ

=Subjek dalam variabel dependen yang diprediksi

X =Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Peningkatan atau pun penurunan variabel penurunan variabel dependen yang disadarkan pada perubahan variabel independen apa bila nilai variabel independen X ditentukan. Dimana rumus menghitung nilai konstan b dan a sebagai berikut :


(59)

39

Ket :

a =Harga Y ketika harga X = (harga konstan)

b =Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.


(60)

0

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan t-test dan uji linier sederhana dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji t-test dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan sebelum diberikan perlakuan menggunakan permainan estafet puzzle, hanya beberapa anak yang perkembangan kerjasama dalam kelompoknya berkembang sangat baik. Sesudah diberikan perlakuan menggunakan permainan estafet puzzle sebagian anak berkembang sangat baik.

2. Sementara hasil uji dengan regresi linier sederhana juga menunjukkan terdapat pegaruh bermain estafet puzzle terhadap kerjasama dalam kelompok pada anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Teluk Betung Bandar Lampung. Bermain estafet puzzle menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada perkembangan kerja sama dalam kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan permainan estafet puzzle.

Dengan demikian dapat simpulkan bahwa dengan bermain estafet puzzle dapat meningkatkan perkembangan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.


(61)

✁1

B. Saran 1. Guru

Guru dapat menggunakan permainan yang edukatif dan menyenangkan serta mengetahui jenis karakter anak sehingga dapat dengan mudah di kembangkan dan diterima oleh anak-anak dalam mengembangkan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 tahun.

2. Sekolah

Diharapkan sekolah dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses belajar mengajar. Agar pengembangan yang akan dilakukan sesuai dan mencapai tujuan dengan optimal.

3. Peneliti lain

Babagai peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian sebagai referensi untuk dapat menyusun penelitian yang lebih baik dalam mnggunakan permainan yang dimodifikasi untuk dapat meningkatkan perkembangan kerjasama dalam kelompok usia 4-5 tahun.


(62)

✂ ✄

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah Sita. 2015. Validasi Modul Bermain Peran Aku Sayang Kawan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Prososial Pada Anak Usia Dini. Jurnal Of Professional Psychology UniversitasGadjah Mada (Online) Tersedia Vol. 1 No 2 Agustus (2015) ISSN Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei 2016 Pukul 11:11 WIB

Allen, Maotz. 2010.Profil Perkembangan Anak Edisi Lima. Jakarta: PT. Indeks. Amini. 2012.Upaya Meningkatkat Kercerdasan Interpersonal Anak Melalui Estafet Air.

Surakarta : Mummadiyah Surakarta

Aminudin. 2010.Atletik & Tekniknya.Bogor : Quadra.

Astutii. 2007. Belajar Dan Pembelajaran 2 Edisi Satu. Jakarta : Universitas Terbuka.

Bestiani. M. 2012. Peningkatan Kerjasama Dengan Teman Melalui Permainan Pipa Bocor Di TK Negeri 01 Ketapang. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (Online) FKIP UNTAN. Diunduh

Esti Kurniawati Mahardika. 2014. Peningkatan Perilaku Sosial Anan Melalui Permainan Tradisional Jawa. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (Online) Tersedia Vol VIII Edisi 2. November (2014). Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 11:41 Wib.

Fatimah. 2015. Upaya meningkatkan kerjasama melalui permainan outbound estafet. Jurnal of education universitas PGRI Semarang (online) tersedia Vol 4. No 1 Oktober (2015) PAUDIA

Hadi, Sutrisno. 2006. MetodologiPenelitian. Jogyakarta: Andi Ofset

Hartimah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : PT. Refika Aditama

Hildayani Rini, dkk. 2011. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka.

Hurlock, Elizabeth. 2000.Perkembangan Anak Edisi Enam. Jakarta.Erlangga

Kurnia M Esti. 2014.Peningkatan Perilaku Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional Jawa. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Universtas Negri Jakarta. (Online) Tesedia Vol. 8 Edisi 2 November 2014. PUD Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei 2016 Pukul 11:41 WIB


(63)

☎ ✆

Mangkuatmodjo, Soegyarto. 1997.Pengantar statistika. Jakarta: Rineka Cipta.

Masitoh. 2005.Pendekatan Belajar Aktir Taman Kanak-Kanan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : Universitas Terbuka

Muhammad, As’adi. 2010. Panduan Praktis Stimulasi Otak Anak. Jogjakarta : Divapress .

Mulyasa. 2014.Manajemen PAUD. Bandung : PT remaja Rosdakarya.

Nazayanti. 2013.Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Kegiatan Bermain Balok Anak Usia Dini.Jurnal pendidikan anak (online) tersedia volum II Agustus (2013) diunduh pada hari senen tgl 27 Juni 2016.

Sigiyono. 2014.Metode Penelitian Kombinasi Mix Methods. Bandung : Alfabeta, C.V Siregar, Syofia. 2011. Statistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta : Rajawali

pers

Sujiono,Yuliani Nuraini, Dkk. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Majemuk. Jakarta : Indeks.

Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.456.

.2012.Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta C.V

Suyadi & Maulidya 2015. Konsep Dasar Paud.. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Offset.

Syamsidah. 2013. Permainan Bola Estafet Sebagai Media Pembelajaran Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak. (Online) Tersedia Vol II Edisi 2 Desember (2013) Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 10:10 Wib.

Syamsu, Yusuf Dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Trianto. 2012.Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Walgito, Bimo. 2010.Bimbingan Konseling.Yogyakarta: C.V Andi Offset

Yamin, Martin, dkk. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Gaung Persada. Jakarta.

Yeni, Rachmawati Dkk. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta : Prenadamedia.


(64)

✝✞

Yus, Anita 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Edisi Pertama. Jakarta : Prenadamedia.

.2012. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zulfasari Rina. 2013. Penerapan Modifikai Permainan Lari Estafet Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Hasil Belajar Dalam Pembelajarn Penjaskes. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. UNESA. (Online) Tersedia Vol 1 No 02 (2013)Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 10:33 Wib.


(1)

39

Ket :

a =Harga Y ketika harga X = (harga konstan)

b =Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.


(2)

0

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan t-test dan uji linier sederhana dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji t-test dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan sebelum diberikan perlakuan menggunakan permainan estafet puzzle, hanya beberapa anak yang perkembangan kerjasama dalam kelompoknya berkembang sangat baik. Sesudah diberikan perlakuan menggunakan permainan estafet puzzle sebagian anak berkembang sangat baik.

2. Sementara hasil uji dengan regresi linier sederhana juga menunjukkan terdapat pegaruh bermain estafet puzzle terhadap kerjasama dalam kelompok pada anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Teluk Betung Bandar Lampung. Bermain estafet puzzle menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada perkembangan kerja sama dalam kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan permainan estafet puzzle.

Dengan demikian dapat simpulkan bahwa dengan bermain estafet puzzle dapat meningkatkan perkembangan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.


(3)

✁1

B. Saran 1. Guru

Guru dapat menggunakan permainan yang edukatif dan menyenangkan serta mengetahui jenis karakter anak sehingga dapat dengan mudah di kembangkan dan diterima oleh anak-anak dalam mengembangkan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 tahun.

2. Sekolah

Diharapkan sekolah dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses belajar mengajar. Agar pengembangan yang akan dilakukan sesuai dan mencapai tujuan dengan optimal.

3. Peneliti lain

Babagai peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian sebagai referensi untuk dapat menyusun penelitian yang lebih baik dalam mnggunakan permainan yang dimodifikasi untuk dapat meningkatkan perkembangan kerjasama dalam kelompok usia 4-5 tahun.


(4)

✂ ✄

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah Sita. 2015. Validasi Modul Bermain Peran Aku Sayang Kawan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Prososial Pada Anak Usia Dini. Jurnal Of Professional Psychology UniversitasGadjah Mada (Online) Tersedia Vol. 1 No 2 Agustus (2015) ISSN Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei 2016 Pukul 11:11 WIB

Allen, Maotz. 2010.Profil Perkembangan Anak Edisi Lima. Jakarta: PT. Indeks. Amini. 2012.Upaya Meningkatkat Kercerdasan Interpersonal Anak Melalui Estafet Air.

Surakarta : Mummadiyah Surakarta

Aminudin. 2010.Atletik & Tekniknya.Bogor : Quadra.

Astutii. 2007. Belajar Dan Pembelajaran 2 Edisi Satu. Jakarta : Universitas Terbuka.

Bestiani. M. 2012. Peningkatan Kerjasama Dengan Teman Melalui Permainan Pipa Bocor Di TK Negeri 01 Ketapang. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (Online) FKIP UNTAN. Diunduh

Esti Kurniawati Mahardika. 2014. Peningkatan Perilaku Sosial Anan Melalui Permainan Tradisional Jawa. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (Online) Tersedia Vol VIII Edisi 2. November (2014). Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 11:41 Wib.

Fatimah. 2015. Upaya meningkatkan kerjasama melalui permainan outbound estafet. Jurnal of education universitas PGRI Semarang (online) tersedia Vol 4. No 1 Oktober (2015) PAUDIA

Hadi, Sutrisno. 2006. MetodologiPenelitian. Jogyakarta: Andi Ofset

Hartimah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : PT. Refika Aditama

Hildayani Rini, dkk. 2011. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka.

Hurlock, Elizabeth. 2000.Perkembangan Anak Edisi Enam. Jakarta.Erlangga

Kurnia M Esti. 2014.Peningkatan Perilaku Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional Jawa. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Universtas Negri Jakarta. (Online) Tesedia Vol. 8 Edisi 2 November 2014. PUD Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei 2016 Pukul 11:41 WIB


(5)

☎ ✆

Mangkuatmodjo, Soegyarto. 1997.Pengantar statistika. Jakarta: Rineka Cipta.

Masitoh. 2005.Pendekatan Belajar Aktir Taman Kanak-Kanan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : Universitas Terbuka

Muhammad, As’adi. 2010. Panduan Praktis Stimulasi Otak Anak. Jogjakarta : Divapress .

Mulyasa. 2014.Manajemen PAUD. Bandung : PT remaja Rosdakarya.

Nazayanti. 2013.Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Kegiatan Bermain Balok Anak Usia Dini.Jurnal pendidikan anak (online) tersedia volum II Agustus (2013) diunduh pada hari senen tgl 27 Juni 2016.

Sigiyono. 2014.Metode Penelitian Kombinasi Mix Methods. Bandung : Alfabeta, C.V Siregar, Syofia. 2011. Statistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta : Rajawali

pers

Sujiono,Yuliani Nuraini, Dkk. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Majemuk. Jakarta : Indeks.

Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.456.

.2012.Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta C.V

Suyadi & Maulidya 2015. Konsep Dasar Paud.. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Offset.

Syamsidah. 2013. Permainan Bola Estafet Sebagai Media Pembelajaran Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak. (Online) Tersedia Vol II Edisi 2 Desember (2013) Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 10:10 Wib.

Syamsu, Yusuf Dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Trianto. 2012.Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Walgito, Bimo. 2010.Bimbingan Konseling.Yogyakarta: C.V Andi Offset

Yamin, Martin, dkk. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Gaung Persada. Jakarta.

Yeni, Rachmawati Dkk. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta : Prenadamedia.


(6)

✝✞

Yus, Anita 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Edisi Pertama. Jakarta : Prenadamedia.

.2012. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zulfasari Rina. 2013. Penerapan Modifikai Permainan Lari Estafet Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Hasil Belajar Dalam Pembelajarn Penjaskes. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. UNESA. (Online) Tersedia Vol 1 No 02 (2013)Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 10:33 Wib.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL III BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

4 30 50

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN JUMP NUMBERS TERHADAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK RAMADHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015-2016

0 4 72

HUBUNGAN BERMAIN PUZZLE DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AL-AZHAR 16 KEMILING BANDAR LAMPUNG

0 17 80

HUBUNGAN BERMAIN PUZZLE DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG

2 36 81

PENGARUH BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK FAUZAN AKBAR LAMPUNG TIMUR

9 16 75

PENGARUH BERMAIN MENGGUNAKAN BAHAN BEKAS TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL HIDAYAH BANDAR SURABAYA LAMPUNG TENGAH

2 21 77

HUBUNGAN BERMAIN PEMBANGUNAN DENGAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN BENDA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK HARAPAN IBU BANDAR LAMPUNG

7 150 91

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL PADA ANAK USIA 4–5 TAHUN Pengaruh Permainan Puzzle terhadap Kecerdasan Visual Spasial pada Anak Usia 4–5 Tahun di TK Global Interstudy Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 2 15

Pengaruh Bermain Puzzle Geometri terhadap Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Anak Usia 4-5 Tahun di PAUD Al-Hidayah

0 0 7

IMPLEMENTASI BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PADA ANAK KELOMPOK B USIA 5-6 TAHUN DI TK PGRI BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 93