2 - Relaksasi otot skeletal
- Menekan refleks somatik - Menekan refleks otonom
- Stabilitas hemodinamik dietil eter
Stadium anestesi umum meliputi : analgesia, amnasia, hilangnya kesadaran, terhambatnya sensorik dan reflek otonom, dan relaksasi otot rangka. Untuk menimbulkan efek ini, setiap obat
anstesi mempunyai variasi tersendiri bergantung pada jenis obat, dosis yang diberikan, dan keadaan secara klinis.
a. Stadium analgesi : Pada stadium ini, penderita mengalami analgesi tanpa disertai kehilangan kesadaran. Pada
akhir stadium 1, baru didapatkan amnesia dan analgesi. b. Stadium terangsang :
Pada stadium ini penderita mengalami gelisah, tetapi kehilangan kesadaran. Pernafasan tidak teratur, dapat terjadi mual dan muntah.
c. Stadium operasi : Stadium ini ditandai dengan pernafasan yang teratur dan berlanjut sampai berhentinya
pernafasan secara total. Ada empat tujuan pada stadium 3, digambarkan dengan perubahan pergerakan mata, reflek mata, dan ukuran pupil, yang dalam keadaan tertentu
dapat merupakan tanda peningkatan Anestesi. d. Stadium depresi medula oblongata :
Bila pernafasan spontan berhenti, maka masuk ke dalam stadium 4. Pada stadium ini terjadi depresi berat pusat pernafasan di medula oblongata dan pusat fasomotor. Tanpa
bantuan respirator dan sirkulasi, penderita akan cepat meninggal.
2. ADMINISTRASI OBAT
Administrasi obat anestesi lokal Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral pada pembedahan agak kecil
dimana anestesi umum tidak perlukan zat-zat inhalasi atau intravena. Jenis anestesi lokal
dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah :
1. Anestesi infiltrasi
Beberapa injeksi diberikan pada atau sekitar jaringan yang akaan dianestetisir, sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan di jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya
pada daerah kecil di kulit atau gusi pada pencabutan gigi.
3
2. Anestesi konduksi penyaluran saraf
Injeksi di tulang belakang, yaitu pada suatu tempat berkumpulnya banyak saraf, hingga tercapai anestesi dari suatu daerah yang lebih luas, misalnya lengan atau kaki, juga
digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat.
3. Anestesi spinal intrathecal
Yang disebut juga injeksi punggung ruggenprik, obat disuntikkan di tulang punggung yang berisi cairan otak. Jadi injeksi melintasi durameter dan biasanya antara ruas lumbal
ketiga dan keempat, sehingga dapat dicapai pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Kesadaran penderita tidak dihilangkan sesuai pembedahan tidak
begitu mual.
4. Anestesi epidural
Juga termasuk injeksi punggung, obat disuntikkan di ruang epidural, yakni ruang antara kedua selaput keras dura meter dari sumsum belakang. Anestesi dicapai setelah setengah
jam. Tergantung pada efek yang dikehendaki, injeksi diberikan di lokasi yang berbeda- beda, misalnya secara lumbal untuk persalinan sectio caesarea , “keizersnede”, obstetri,
dan pembedahan perut bagian bawah; secara cervical untuk mencapai hilang rasa di daerah tengkuk; secara thoracal untuk pemotongan di peru-paru dan perut bagian atas.
5. Anestesi permukaan
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk mencabut gigi geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil, seperti
menjahit luka di kulit. Anestesi permukaan juga digunakan sebagai persiapan untuk prosedur diagnostik, seperti bronkoskopi, gastroskopi, dan sitoskopi.
Administrasi obat Anestesi umum
a. Anestetika inhalasi aplikasi pulmonal
Obat-obat ini diberikan sebagai uap mealui saluran pernafasan. Keuntungannya adalah resorbsi yang cepat melalui paru-paru, seperti juga ekskresinya melalui gelembung paru
alveoli dan biasanya dalam keadaan utuh. Pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu setiap waktu dapat dihentikan. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anestesi.
i. Dinitrogen oksida dan nitrogen oksida gas gelak N
2
O
Penggunaan terapi :
Anestesi dan analgesia
Sifat-sifat zat
Gas anorganik, tak berwarna, tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak
Keuntungan
Mengalir masuk dan keluar dengan sangat cepat, karena kelarutannya dalam darah sangat kecil
4
Sangat mudah dikendalikan, efek analgesik sangat baik
Tidak mengiritasi mukosa saluran nafas
Kerugian :
Efek anestesia hanya lemah
Tidak ada relaksasi otot ii. Halotan
Penggunaan terapi :
Anestesi
Sifat-sifat zat
Hidrokarbon terhalogenasi, cairan tak berwarna, tidak mudah terbakar dan tidak
mudah meledak
Keuntungan
Mudah dikendalikan
Aliran masuk dan keluar cepat
Efek anastetik baik
Tidak mengiritasi saluran nafas
Kerugian :
Praktis tidak ada efek analgesik
Relaksasi otot hanya sedikit
Lebar anestesia yang sempit iii. Enfluran, Isofluran
Penggunaan terapi :
Anestesia
Sifat-sifat zat
Senyawa eter terhalogenasi, cairan tak berwarna, tidak mudah terbakar dan tidak
mudah meledak
Keuntungan
Mudah dikendalikan
Mengalir masuk dan keluar dengan sangat cepat
Efek anestetik baik, efek analgesik sangat baik
Relaksasi otot baik sekali
Tidak mengiritasi mukosa saluran nafas
Kerugian :
Lebar anestesia yang sempit iv. Desfluran
Penggunaan terapi :
Anestesia
Sifat-sifat zat
Cairan tak berwarna, pada suhu kamar sudah mendidih
Keuntungan
Mengalir masuk dan keluar dengan sangat cepat
Analgesia dan relaksasi otot baik
Kerugian :
Kelarutan dalam darah yang kecil
v. Metoksifluran Tidak diperdagangkan lagi karena sangat nefrotaksik
vi. Dietil eter Tidak digunakan lagi karena mudah terbakar dan mudah meledak
b. Anestetika parenteral aplikasi intravena
5 Obat-obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rektal, tetapi resorbsinya
kurang teratur. Obat-obat ini terutama digunakan untuk mendahului induksi anestesi total, atau memeliharanya, juga sebagai anestesi pada pembedahan singkat.
i. Tiopental Disuntikkan intravena menginduksi anestesi dalam waktu kurang dari 30 detik karena
obat-obat yang sangat larut dalam lemak ini dengan cepat terlarut dalam otak yang mendapat perfusi cepat. Kerugiannya yaitu tidak ada relaksasi otot, kerusakan pembuluh
darah dan jaringan karena larutan obat suntik yang bereaksi basa kuat, dan lebar Anestesia yang sempit.
ii. Propofol Berkaitan dengan pemulihan cepat tanpa mual atau rasa seperti melayang dan untuk
alasan ini propofol banyak digunakan akan tetapi kadang-kadang bisa menyebabkan konvulsi, dan yang sangat jarang terjadi anafilaksis.
iii. Ketamin Diberikan melalui suntikan intramuskular atau intravena. Ketamin merupakan analgesik
pada dosis sub anastetik, namun sering mengebabkan halusinasi. Kegunakan utamanya anastetik pediatrik.
iv. Etomidat Penggunaan secara intravena, singkat dalam kombinasi dengan Anestesi lain. Namun
sulit dikendalikan serta tidak ada relaksasi otot. v. Metoheksital-natrium
Penggunaan intravena untuk Anestesi jangka pendek. Namun sulit dikendalikan serta tidak ada relaksasi otot.
3. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
Farmakokinetik
Struktur obat anestetika lokal mempunyai efek langsung pada efek terapeutiknya. Semuanya mempunyai gugus hidrofobik gugus aromatik yang berhubungan melalui rantai alkil ke gugus
yang relatif hidrofilik amina tertier. Farmakokinetik suatu anestetik ditentukan oleh 3 hal :
LipidWater solubility ratio, menentukan ONSET OF ACTION. Semakin tinggi kelarutan
dalam lemak akan semakin tinggi potensi anestesi lokal.
Protein Binding, menentukan DURATION OF ACTION. Semakin tinggi ikatan dengan protein akan semakin lama durasinya.
pKa, menentukan keseimbangan antara bentuk kation dan basa. Makin rendah pKa
makin banyak basa, makin cepat onsetnya. Anestetik lokal dengan pKa tinggi cenderung mempunyai mula kerja yang lambat. Jaringan dalam suasana asam jaringan inflamasi
akan menghambat kerja anastetik lokal sehingga mula kerja obat menjadi lebih lama. Hal
6 tersebut karena suasana menghambat terbentuknya asam bebas yang diperlukan untuk
menimbulkan efek anestesi. Kecepatan onset anestetika lokal ditentukan oleh:
kadar obat dan potensinya
jumlah pengikat obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan lokal
kecepatan metabolisme
perfusi jaringan tempet penyuntikan obat
Distribusi : Pemberian vasokonstriktor epinefrin + anestetika lokal dapat menurunkan
aliran darah lokal dan mengurangi absorpsi sistemik. Vasokonstriktor tidak boleh digunakan pada daerah dengan sirkulasi kolateral yang sedikit dan pada jari tangan atau kaki dan penis.
Metabolisme dan ekskresi : Golongan ester prokain, tetrakain dihidrolisis cepat menjadi
produk yang tidak aktif olehkolinesterase plasma dan esterase hati. Bupivakain terikat secara ekstensif pada protein plasma. Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma diubah menjadi
metabolit yang larut dalam air, dan kemudian diekskresi melalui urin.
Farmakodinamika Anestesi lokal menyebabkan suatu hambatan reversibel pada konduksi impuls di dalam sel-sel
saraf. Efek berdasarkan pada blokade kanal Na
+
yang peka terhadap potensial di dalam membran neuron. Pertama-tama, Anestesi lokal harus dapat berpenetrasi ke dalam membran,
selanjutnya dengan jalan difusi mencapai lumen dari kanal Na
+
. Disini terjadi peningkatan bentuk proton dan berikatan pada reseptor dari protein kanal, mengakibatkan kanal Na
+
untuk waktu tertentu beralih ke keadaan tertutup dan non aktif. Lamanya blokade kanal Na+ berbeda-
beda tergantung pada zatnya. Blokade kanal Na+ menghalangi depolarisasi sel-sel saraf sehingga hantaran potensial aksi ditiadakan. Pada prinsipnya cara kerja anastetik lokal ini
berlaku untuk semua jenis serabut saraf sensorik dan motorik.
4. TOKSISITAS