I KRI TERI A SUMBER BENI H PEMBI NAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALI AN

SK-DJ-1CDATAUTG 20. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang perbenihan tanaman hutan. 21. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang perbenihan tanaman hutan 22. Badan Penelitian Pengembangan Badan Litbang Kehutanan adalah Badan yang diserahi tugas dan bertanggung jawab terhadap kewenangan keilmuan dalam bidang perbenihan tanaman hutan. 23. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang penelitian dan pengembangan kehutanan. 24. Kepala Pusat adalah Kepala Pusat yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang penelitian dan pengembangan hutan tanaman pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

BAB I I KRI TERI A SUMBER BENI H

1. Kriteria sumber benih tanaman hutan yang digunakan dalam sertifikasi sumber benih terdiri dari kriteria yang bersifat umum dan kriteria yang bersifat khusus. 2. Kriteria umum sumber benih tanaman hutan adalah : a. aksesibilitas; b. pembungaan pembuahan; c. keamanan; d. kesehatan tegakan; e. batas areal; f. dikelola dengan baik. 3. Kriteria khusus sumber benih tanaman hutan didasarkan pada klasifikasi sumber benih yang terdiri dari: a. tegakan benih teridentifikasi; b. tegakan benih terseleksi; c. areal produksi benih; d. tegakan benih provenan; e. kebun benih semai; f. kebun benih klon; dan g. kebun pangkas. 4. Kriteria umum dan kriteria khusus sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3, kedua-duanya harus dipenuhi untuk menentukan suatu tegakan dapat ditunjuk sebagai sumber benih. Apabila salah satu dari kriteria sumber benih tidak dapat dipenuhi, maka tegakan tersebut tidak dapat disebut sebagai sumber benih. 5. Ketentuan dari kriteria umum mutlak harus dipenuhi pada setiap kelas sumber benih, sedangkan kriteria khusus hanya diberlakukan pada kelas sumber benih tertentu. SK-DJ-1CDATAUTG

BAB I I I STANDAR SUMBER BENI H

A. Standar sumber benih dari kriteria yang bersifat umum

1. Aksesibilitas Lokasi sumber benih harus mudah dijangkau dan didatangi, sehingga memudahkan untuk pemeliharaan sumber benih, pengunduhan buahnya serta mempercepat waktu pengangkutan. Lokasi sumber benih yang memiliki aksesibilitas yang baik akan meringankan biaya pemeliharaan, pengumpulan serta lebih menjamin mutu benih. 2. Pembungaan pembuahan Tegakan harus pernah berbunga dan berbuah, kecuali untuk kebun pangkas. 3. Keamanan Tegakan harus aman dari ancaman kebakaran, penebangan liar, perladangan berpindah, penggembalaan dan penjarahan kawasan. 4. Kesehatan tegakan Tegakan harus tidak terserang hama dan penyakit. 5. Batas areal Batas areal harus jelas, sehingga pengumpul benih mengetahui tegakan yang termasuk sebagai sumber benih. 6. Terkelola dengan baik Sumber benih jelas status kepemilikannya serta memiliki indikator manajemen yang baik, seperti pemeliharaan, pengorganisasian, pemanfaatan benih dan lain-lain.

B. Standar sumber benih dari kriteria yang bersifat khusus

1. Tegakan Benih Teridentifikasi TBT • Asal tegakan berasal dari hutan alam atau hutan tanaman. Apabila tegakan berasal dari hutan tanaman, maka tegakan tersebut tidak direncanakan dari awal untuk dijadikan sebagai sumber benih. • Asal-usul benihnya tidak diketahui. • Jumlah pohon minimal 25 pohon induk. • Kualitas tegakan rata-rata. • Jalur isolasi tidak diperlukan. • Penjarangan tidak diperlukan 2. Tegakan Benih Terseleksi TBS • Asal tegakan berasal dari hutan alam atau hutan tanaman. Apabila tegakan berasal dari hutan tanaman, maka tegakan tersebut tidak direncanakan dari awal untuk dijadikan sebagai sumber benih. • Asal-usul benihnya tidak diketahui. • Jumlah pohon minimal 25 pohon induk. • Kualitas tegakan di atas rata-rata. • Jalur isolasi tidak diperlukan. • Penjarangan terbatas pada pohon-pohon yang jelek. SK-DJ-1CDATAUTG 3. Areal Produksi Benih APB • Asal tegakan berasal dari hutan alam atau hutan tanaman. Apabila tegakan berasal dari hutan tanaman, maka dapat berasal dari konversi tegakan yang ada atau dibangun khusus untuk APB. • Asal-usul benih untuk tegakan yang dikonversi sebagai APB sebaiknya diketahui. Apabila dibangun khusus untuk APB, asal-usul benih harus diketahui. Lot benih untuk membangun APB minimal berasal dari 25 pohon induk untuk menjaga keragaman genetik. • Jumlah pohon minimal 20 batang dalam satu hamparan setelah penjarangan. • Kualitas tegakan di atas kualitas TBS. • Jalur isolasi diperlukan. • Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan pohon-pohon yang terbaik dan meningkatkan produksi benih. 4. Kriteria khusus untuk klasifikasi Tegakan Benih Provenan TBP, Kebun Benih Semai KBS, Kebun Benih Klon KBK dan Kebun Pangkas KP mengacu pada Pedoman yang diterbitkan oleh Kepala Badan.

BAB I V PROSEDUR SERTI FI KASI SUMBER BENI H

A. I dentifikasi dan Deskripsi Calon Sumber Benih

1. Pemilik sumber benih mengajukan permohonan sertifikasi sumber benih kepada Kepala Balai dengan dilampiri dokumen pendukung. 2. Atas dasar permohonan tersebut,: a. Kepala Balai membentuk Tim untuk sumber benih yang diklasifikasikan pada TBT, TBS, dan APB dengan melibatkan unsur terkait dalam kegiatan sertifikasi sumber benih, antara lain UPT Badan Litbang Departemen Kehutanan dan atau tenaga pakar di bidangnya. b. Kepala Pusat membentuk Tim untuk sumber benih yang diklasifikasikan sebagai TBP, KBS, KBK, dan KP dengan melibatkan unsur terkait dalam kegiatan sertifikasi sumber benih, antara lain Balai dan atau tenaga pakar di bidangnya. 3. Tim melakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan tegakan yang akan diidentifikasi dan melakukan orientasi lapangan quick tour untuk menentukan kelayakan sebagai sumber benih. 4. I nformasi yang dikumpulkan sebagaimana dimaksud pada angka 3 digunakan sebagai bahan untuk memenuhi kriteria umum sumber benih. 5. Hasil orientasi lapangan yang memenuhi kriteria umum sumber benih, Tim dapat menerima tegakan sebagai calon sumber benih, dilanjutkan dengan SK-DJ-1CDATAUTG identifikasi dan deskripsi keadaan tegakan dengan mengisi daftar isian sebagaimana disajikan pada Lampiran I I . Untuk yang ditolak, Tim tidak melakukan deskripsi. Khusus untuk TBP, KB, KBK dan KP setelah dilakukan deskripsi keadaan tegakan, dilakukan analisis sesuai dengan Pedoman Standar Sumber Benih TBP, KBS, KBK dan KP yang diterbitkan oleh Kepala Badan. 6. Tim memberikan laporan hasil pemeriksaan kepada Kepala Balai atau Kepala Pusat. 7. Apabila hasil rekomendasi dari Kepala Pusat menyatakan bahwa sumber benih tidak termasuk dalam klasifikasi TBP, KBS, KBK dan KP, maka Kepala Balai dapat memproses sertifikasi sumber benih dimaksud ke dalam klasifikasi TBT, TBS atau APB. 8. Kegiatan identifikasi dan deskripsi sumber benih untuk klasifikasi TBT, TBS dan APB diatur tersendiri dalam Petunjuk Teknis I dentifikasi dan Deskripsi Sumber Benih yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal. Sedangkan untuk klasifikasi sumber benih TBP, KBS, KBK dan KP diatur tersendiri dalam Pedoman yang diterbitkan oleh Kepala Badan.

B. Penerbitan Sertifikat Sumber Benih

1. Kepala Balai menerbitkan sertifikat sumber benih atas dasar laporan Tim atau rekomendasi Kepala Pusat dan disampaikan kepada pemilik sumber benih. 2. Prosedur penerbitan sertifikat sumber benih tanaman hutan sebagaimana disajikan pada skema yang tercantum pada Lampiran I I I dan Lampiran I V. 3. Format sertifikat sumber benih sebagaimana disajikan pada Lampiran V. 4. Ketentuan tentang sertifikat sumber benih: • Satu nomor sertifikat sumber benih hanya berlaku untuk satu lokasi sumber benih dan untuk satu jenis tanaman species. • Sertifikat sumber benih tidak berlaku apabila terjadi kerusakan pada sumber benih, perubahan fungsi status sumber benih, dan tidak produktif lagi. • Masa berlaku sertifikat sumber benih 3 tiga tahun, setelah itu dapat dievaluasi kembali dengan prosedur yang sama.

BAB V PEMBI NAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALI AN

1. Direktorat Jenderal melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan sertifikasi sumber benih terhadap Balai 2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 berupa pemberian pedoman, arahan, pembinaan, pelatihan, dan supervisi. 3. Direktur Jenderal bersama dengan Dinas Provinsi Kabupaten Kota melakukan pengawasan atas sertifikasi sumber benih. SK-DJ-1CDATAUTG 4. Direktorat Jenderal melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan sertifikasi sumber benih yang dilakukan oleh Balai . 5. Pengendalian sebagaimana dimaksud pada angka 4 berupa monitoring dan evaluasi. 6. Balai wajib melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap sumber benih yang telah disertifikasi. 7. Balai wajib menyampaikan hasil updating database sumber benih setiap semester kepada Direktorat Jenderal.

BAB VI PENUTUP