BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis karena berada di jalur pelayaran dunia Internasional. Kota Batam yang memiliki
luas wilayah seluas 3.990 km², terdiri dari daratan seluas 1.040 km² dan lautan seluas 2.950 km² ini percaya diri mengikrarkan dirinya sebagai Kota Industri,
Perdagangan Alih
Kapal dan
Pariwisata. Skpd.batamkota.go.idbapedafiles2011011.-Ulasan-Geografis.pdf
diakses tanggal 1 Maret 2014
Seiring dengan majunya perindustrian dan pesatnya perdagangan, ditambah lagi dengan upah minimum kota UMK Batam yang selalu mengalami
kenaikan signifikan, menjadikan kota ini sebagai salah satu daerah destinasi para pencari kerja. Adapun UMK Batam adalah sebesar Rp. 1.402.000 pada tahun
2012, Rp. 2.040.000 pada tahun 2013 dan sebesar Rp. 2.422.092 pada tahun 2014 SK Gubernur Kepulauan Riau tentang Penetapan Upah Minimum Kota Batam
Nomor 555 Tahun 2011, Nomor 752 Tahun 2012 dan Nomor 984 Tahun 2013. Namun kenaikan UMK Batam tersebut di atas turut disertai dengan
terjadinya inflasi. Laju inflasi tahun kalender Januari - Oktober 2013 di kota Batam adalah sebesar 6,43 persen dan laju inflasi
―year on year‖ Oktober 2013 dibanding dengan Oktober 2012 di kota Batam sebesar 6,87 persen
http:kepri.bps.go.idpost495?title=Oktober-20132C-Batam-Inflasi-02C27- Persen diakses pada tanggal 10 Maret 2014.
Inflasi yang memberi pengaruh terhadap tingginya biaya hidup di Batam, terus saja membebani buruh meskipun UMK turut mengalami kenaikan. Apalagi,
buruh yang didominasi oleh pendatang, juga harus membiayai keluarga mereka di daerah asal mereka. Oleh karena itu, buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh
seperti Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia FSPMI dan Serikat Buruh Seluruh Indonesia SBSI di Batam, berusaha untuk menjaga agar pendapatan
minimal mereka tetap dapat memenuhi kebutuhan dalam memperoleh kehidupan yang layak. Akhirnya, buruh berusaha menyampaikan aspirasi melalui aksi unjuk
rasa yang rutin mereka lakukan setiap tanggal 1 Mei dalam rangka Hari Buruh Internasional dan di penghujung tahun.
Akan tetapi dalam unjuk rasa yang dilakukan oleh buruh, seringkali diwarnai dengan aksi kekerasan seperti yang mereka lakukan pada Kamis
28112013 yakni dengan cara memblokir akses jalan satu-satunya menuju bandara Hang Nadim, Batam. Selain itu, buruh juga melakukan aksi
sweeping
terhadap karyawan yang masih bekerja di kawasan industri Kabil dan bertindak anarkis dengan melempar batu dan bom
molotov
haluankepri.comtajuk55525- buruh-kembali-anarkis.html diakses pada tanggal 5 Maret 2014
Serangkaian aksi anarkis yang dilakukan para buruh, merupakan tindakan di luar batas kewajaran dan telah menimbulkan kerugian materiil dan moriil yang
tidak terkira bagi warga Batam, khususnya warga yang tidak ikut andil dalam aksi unjuk rasa. Akibat aksi ini, selain banyak akses jalan yang terganggu, juga banyak
korban luka serta fasilitas umum yang rusak. Tidak hanya masyarakat kota Batam yang beranggapan bahwa buruh-
buruh sepertinya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi, namun juga para investor asing yang tidak lagi melihat daya tarik dan kenyamanan dalam menanamkan
modalnya di kota Industri ini. Padahal, menurut Tambunan 2006 terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh pada baik-tidaknya iklim investasi di Indonesia
yaitu stabilitas politik dan sosial, juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur dasar listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan dan pelabuhan, berfungsinya
sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja termasuk isu-isu perburuhan, regulasi dan perpajakan, birokrasi dalam waktu dan biaya yang diciptakan, masalah
good governance
termasuk korupsi, konsistensi serta adanya kepastian dari kebijakan pemerintah, adalah beberapa hal yang sangat dipertimbangkan investor sebelum
menanamkan investasinya. Berkurangnya daya tarik Batam sebagai daerah investasi, tentu saja telah dimanfaatkan oleh sejumlah kawasan industri yang ada
di Negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
berupaya untuk menggagas
government relations
mutualistik antara buruh dan pemerintah dalam rangka untuk mengurangi dampak negatif aksi unjuk rasa di
Batam.
1.2 Tujuan dan Manfaat