Pembatasan KESIMPULAN DAN SARAN
Wawancara kepada Bapak Ki Dalmin WS 70 selaku ketua kelompok kesenian musik cengklungan pada tanggal 10 Februari 2014.
Keterangan: P: peneliti
N: narasumber P
: Perkenalakan Bapak nama saya Argo Binantoro mahasiswa pendidikan seni musik Universitas Negeri Yogyakarta yang berniat untuk melakukan
penelitian mengenai fungsi dan bentuk penyajian musik cengklungan. Langsung saja bapak, asal mula atau sejarah dari musik cengklungan itu
bagaimana? N
: Cengklungan itu pada mulanya merupakan permainan anak-anak Penggembala kerbau termasuk saya pada waktu kecil dulu, permainan
tersebut merupakan permainan sepontan nitas. Untuk pencetusnya, untuk saya sendiri hanya bersifat melestarikan. Dulu ketika anak-anak
pengembala kerbau ketika musim hujan atau ketika matahari terik, mereka biasa membawa alat yang dinamakan payung keruduk yang memiliki
fungsi untuk pelindung hujan dan panas ketika matahari terik. Pada saat dulu kebiasaan memelihara kerbau dilakukan oleh seluruh petani yang
berguna untuk membajak sawah juga untuk tabungan. Pada saat dulu tradisi masyarakat masih sangat lekat tradisi tersebut dilakukan oleh para
petani yang secara tidak langsung anak-anak penggembala ikut melakukannya, contohnya pada hari somomanis.
P : Hari somomanis itu bapak?
N : somo mempunyai arti hari senin, sedangkan manis mempunyai arti legi,
Jadi somomanis mempunyai arti senin legi pada penanggalan Jawa. Setiap hari somomanisan semua aktifitas pertanian termasuk kerbau tidak
dipekerjakan di sawah. Aktifitas ketika hari somomanisan berupa menyediakan makanan hasil pertanian seperti nasi, lauk pauk, buah-
buahan, ketela dan lainnya, kemudian dijadikan satu dikumpulkan dan didoakan agar para petani dan penggembala diberi keselamatan, kemudian
setelah melakukan doa kemudian makan yang terkumpul dimakan bersama-sama di sawah. Mengenai musik cengklungan mulanya anak-anak
pengembala dan petani bergerombol kemudian mencari rumput gerinting atau rumput ijuk, rumput gerinting ini mempunyai keistimewaan jika telah
layu bisa menjadi senar yang ditempatkan di payung keruduk, sehingga menimbulkan bunyi. Payung keruduk itu sendiri bentuknya mirip caping
besar yang sering dibawa petani maupun anak-anak pengembala untuk melindungi dari panas atau hujan.
P : Berarti rumput tersebut memiliki fungsi sebagai senar ya dulunya?
N : Iya, kalo sekarang lebih berfungsi sebagai senar pada waktu itu, namun
sekarang menggunakan senar yang diambil dari gitar dipasangkan di patung keruduk yang terdiri dari payung keruduk atau instrumen
cengklung 1 dan 2, dan payung keruduk yang berfungsi sebagai bass, kalao payung keruduk yang berfungsi sebagai kendang tidak menggunakan
senar melainkan tiga bilah bambu. Kembali ke awal mula terbentuknya