106
2. Reduplikasi
Bentuk reduplikasi dalam wacana Hi
ḍimbahiḍimbî terdapat beberapa kata yang mengalami proses morfologis dengan pengulangan kata. Bentuk
pengulangan terdiri dari pengulangan kata dasar dan pengulangan berarafiks. a.
Bentuk ulang dengan pengulangan kata dasar adalah sebagi berikut Kalimat
:
Haywa sowe-sowe 1HRed30
Terjemahan : jangan berlama-lama Sowe-sowe sowe
‘lama’+ sowe ‘lama’ ‘lama-lama’ Kata
sowe-sowe termasuk dwilingga karena pengulangan kata dasar. Kata sowe merupakan ajektiva. Kata sowe-sowe merupakan ajektiva. Kata sowe
mempunyai arti lama. Secara leksikal kata sowe-sowe mempunyai arti lama-lama,
sangat lama Mardiwarsito, 1981:538. Jadi, kata sowe-sowe menyatakan berlama-
lama. Kata berikutnya dalam wacana Hi
ḍimbahiḍimbî yang mengalami proses morfologi yang termasuk
dwilingga atau pengulangan kata dasar, yaitu Kalimat
:
kadi dala-dala nilotpala mata nira 1HRed34
Terjemahan : seperti mahkota bunga matanya
Dala-dala dala + dala ‘daun bunga, mahkota bunga’.
Kata berikutnya dalam wacana Hi
ḍimbahiḍimbî yang mengalami proses morfologi yang termasuk
dwilingga atau pengulangan kata dasar, yaitu Kalimat :
muwah dêrês ning hangin-angin irângusir-inusi 3HRed116
Terjemahan : pula oleh karena cepatnya angin-angin yang timbul karena mereka kejar-mengejar
Hangin-hangin h + angin ‘angin’ + angin ‘angin-angin’
107
Hangin-angin merupakan dwilingga yaitu pengulangan bentuk dasar. Kata hangin merupakan nomina. Kata hangin-angin merupakan nomina. Kata angin
mempunyai arti angin. Kata angin-angin berarti angin-angin Kata berikutnya
dalam wacana Hi
ḍimbahiḍimbî yang mengalami proses morfologi yang termasuk dwilingga atau pengulangan kata dasar, yaitu
Kalimat :
Rûg rêbah parawaça tang kayu-kayu de ning patukar nira.
Terjemahan : rusak roboh bergantung ranting pohon-pohon oleh pertengkaran mereka.
Kayu-kayu kayu ‘pohon’ + kayu ‘pohon’ ‘pohon-pohon’
Kata kayu-kayu merupakan reduplikasi jenis dwilingga yaitu pengulangan
penuh bentuk dasar. Kata kayu merupakan nomina. Kata kayu-kayu merupakan
nomina. Kata kayu mempunyai arti leksikal pohon Mardiwarsito, 1981:275.
Jadi, kata kayu-kayu mempunyai makna pohon-pohon.
b. Bentuk ulang berafiks
Bentuk ulang berafiks adalah kata yang mengalami proses reduplikasi dengan penambahan afiks tertentu pada proses pemebntukannya. Dalam wacana
Hi ḍimbahiḍimbî ditemukan beberapa kata yang mengalami proses reduplikasi
dengan penambahan afiks, yaitu 1.
{a-} + Red + {-an}. Bentuk
a- + Red + -an mempunyai arti menyatakan sesuatu seperti pada kata dasarnya. Bentuk
a- + Red + -an yang digabungkan dengan kata reduplikasi prefiks
a- diletakkan di depan dan sufiks -an diletakkan di belakang kata reduplikasi. Apabila kata reduplikasi berhuruf vokal maka penggabungannya
108
menggunakan hukum sandi. Dalam wacana Hi
ḍimbahiḍimbî terdapat kata yang mengalami reduplikasi dengan pelekatan afiks
a- -an. Kata tersebut adalah awerutwerutan.
Kalimat :
Uminduhur ta ya rambutnyawyang awerutwerutan 3HRed94
Terjemahan : buatlah ke atas rambutnya dia yang merah berikal-ikal.
Awerut-werutan a- +werut + werut + -an ‘berikal-ikal, keriting’
Reduplikasi awerut-werutan termasuk pengulangan kata dasar atau
dwilingga. Kata werut merupakan nomina. Kata awerutweruan merupakan
nomina. Kata werut mempunyai arti keriting; berikal Mardiwarsito, 1981:677.
Kata awerut-werutan mempunyai arti keriting; berikal-ikalan. Kata
awerutwerutan menyatakan sesuatu seperti pada kata dasarnya. Jadi, awerutwerutan menyatakan berikal-ikalan rambutnya.
2. {Ka-} + Red