PENUTUP A. Posisi Dominan Yang Dapat Mengakibatkan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Kasus Putusan KPPU No. 02 / KPPU-L / 2005 Tentang Carrefour)

C. Penerapan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Putusan KPPU No. 02 KPPU-L 2005 Tentang Carrefour ................................................................ 154

BAB V PENUTUP A.

Kesimpulan ........................................................................... 171 B. Saran ..................................................................................... 173 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 174 Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Johannes Tare P Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait,S.H.,M.LI Windha,S.H.,M.Hum Setiap pelaku usaha menginginkan keuntungan sebesar-besarnya, sehingga kebanyakan dari para pelaku usaha akan memakai berbagai cara untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Cara yang dipakai mulai dari mengefesiensikan pengeluaran, memperbaiki jasa pelayanan, memperluas pangsa pasar bahkan memakai strategi bisnis tertentu. Strategi bisnis inilah yang pada akhirnya perlu dikhawatirkan, karena apabila strategi bisnis bertemu dengan posisi dominan sebuah perusahaa maka akan berpotensi mengakibatkan praktek monopoli. Dalam perangkat hukum persaingan usaha di Indonesia pada dasarnya tidak melarang sebuah perusahaan memiliki posisi dominan, namun tegas melarang penyalahgunaan posisi dominan. PT. Carrefour Indonesia, salah satu Perusahaan retail terbesar di Indonesia ini diindikasikan melakukan penyalahgunaan posisi dominan sehingga mengakibatkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Indikasi tersebut terlihat dari putusan KPPU No. 02KPPU-L2005. Pada dasarnya posisi dominan tidak dilarang, lalu posisi dominan yang bagaimanakah yang bertentangan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dan bagaimakah penerapan hukum terhadap penyalahgunaan posisi dominan yang dilakukan PT. Carrefour Indonesia dalam putusan KPPU no. 02KPPU-L2005. Kedua permasalahan itulah yang akan dikaji dalam tulisan ini dengan menggunakan metode pengumpulan data dengan penelitian kepustakaan library research yakni melakukan penelitian dengan menggunakan data dari berbagai sumber bacaan seperti perundang–undangan, buku–buku, majalah dan internet yang dinilai relevan dengan permasalahan yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini. Posisi dominan yang bertentangan dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 diatur secara tegas dalam pasal 25-29. Salah satu indikasi yang ada adalah dengan menetapkan syarat-syarat perdagangan. Syarat-syarat perdagangan inilah yang dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia, dalam putusan KPPU No. 02KPPU-L2005 ditegaskan bahwa PT. Carrefour Indonesia menetapkan traiding term. Traiding terms merupakan salah satu bentuk syarat perdagangan. Walaupun pada saat ini tidak didapatkan bukti bahwa perusahaan retail terbesar ini telah melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, namun tidak dapat dipungkiri kalau PT. Carrefour Indonesia telah melakukan syarat perdagangan. Sehingga tepatlah kalau Pasal 25 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 merupakan kategori pasal Rule Of Reason. Mahasiswa Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Johannes Tare P Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait,S.H.,M.LI Windha,S.H.,M.Hum Setiap pelaku usaha menginginkan keuntungan sebesar-besarnya, sehingga kebanyakan dari para pelaku usaha akan memakai berbagai cara untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Cara yang dipakai mulai dari mengefesiensikan pengeluaran, memperbaiki jasa pelayanan, memperluas pangsa pasar bahkan memakai strategi bisnis tertentu. Strategi bisnis inilah yang pada akhirnya perlu dikhawatirkan, karena apabila strategi bisnis bertemu dengan posisi dominan sebuah perusahaa maka akan berpotensi mengakibatkan praktek monopoli. Dalam perangkat hukum persaingan usaha di Indonesia pada dasarnya tidak melarang sebuah perusahaan memiliki posisi dominan, namun tegas melarang penyalahgunaan posisi dominan. PT. Carrefour Indonesia, salah satu Perusahaan retail terbesar di Indonesia ini diindikasikan melakukan penyalahgunaan posisi dominan sehingga mengakibatkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Indikasi tersebut terlihat dari putusan KPPU No. 02KPPU-L2005. Pada dasarnya posisi dominan tidak dilarang, lalu posisi dominan yang bagaimanakah yang bertentangan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dan bagaimakah penerapan hukum terhadap penyalahgunaan posisi dominan yang dilakukan PT. Carrefour Indonesia dalam putusan KPPU no. 02KPPU-L2005. Kedua permasalahan itulah yang akan dikaji dalam tulisan ini dengan menggunakan metode pengumpulan data dengan penelitian kepustakaan library research yakni melakukan penelitian dengan menggunakan data dari berbagai sumber bacaan seperti perundang–undangan, buku–buku, majalah dan internet yang dinilai relevan dengan permasalahan yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini. Posisi dominan yang bertentangan dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 diatur secara tegas dalam pasal 25-29. Salah satu indikasi yang ada adalah dengan menetapkan syarat-syarat perdagangan. Syarat-syarat perdagangan inilah yang dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia, dalam putusan KPPU No. 02KPPU-L2005 ditegaskan bahwa PT. Carrefour Indonesia menetapkan traiding term. Traiding terms merupakan salah satu bentuk syarat perdagangan. Walaupun pada saat ini tidak didapatkan bukti bahwa perusahaan retail terbesar ini telah melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, namun tidak dapat dipungkiri kalau PT. Carrefour Indonesia telah melakukan syarat perdagangan. Sehingga tepatlah kalau Pasal 25 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 merupakan kategori pasal Rule Of Reason. Mahasiswa Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN