Perancangan Informasi Upacara Adat Babaritan Di Desa Cikiwul Bekasi Melalui Film Dokumenter

(1)

(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Abdul KarimAmbari

Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 13 mei 1994 Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Pendidikan :

 SDN CIKIWUL 1 BEKASI

 MTS PONPES AL-MASTURIYAH

 SMA PONPES AL-MUSADDADIYAH

Alamat : Jl. Raya Narogong Rt 01/06 Kec.Bantar Gebang Kel.Cikiwul Kota Bekasi .

Email : abdulkarim_rim@yahoo.com

No. HP : 081222259546


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI UPACARA ADAT BABARITAN DI DESA CIKIWUL BEKASI MELALUI MEDIA FILM DOKUMENTER

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2015/2016

Oleh :

Abdul Karim Ambari 51912293

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “PERANCANGAN INFORMASI UPACARA ADAT BABARITAN DI DESA CIKIWUL BEKASI MELALUI MEDIA FILM DOKUMENTER ”. Tidak sedikit kendala yang ditemui dalam proses pengerjaanya, tetapi dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama atas bantuan dosen pembimbing dan teman-teman. Kendala yang ada dapat teratasi, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar besarnya kepada keluarga besar terutama kepada orang tua, Taufan Hidayatullah S.Sn, M.Ds selaku dosen pembiming dalam tugas akhir yang senantiasa sabar mengoreksi dan memberikan masukan dalam penulisan laporan ini serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan penelitian ini. Meskipun begitu penulis berharap laporan penelitian ini sudah cukup baik dan dapat bermanfaat dikemudian hari bagi pembaca dan mendorong pembaca untuk bisa melanjutkan dan menyempurnakannya lagi.

Bandung, 16 Agustus 2016

Abdul Karim Ambari NIM. 51912293


(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

I.6 Manfaat Perancangan ... 3

BAB II UPACARA ADAT BABARITAN DI DESA CIKIWUL BEKASI II.1 Upacara Adat Sedekah Bumi ... 4

II.1.1 Pengertian Upacara Adat ... 4

II.1.2 Unsur-Unsur Upacara Adat ... 4

II.1.3 Fungsi Upacara Adat ... 5

II.2 Upacara Adat Sedekah Bumi ... 5

II.3 Upacara Adat Babaritan di Desa Cikiwul ... 6

II.3.1 Profil Desa Cikiwul ... 6

II.3.2 Upacara Adat Babaritan ... 8

II.3.3 Pelaksanaan dan Ritual Babaritan ... 8

II.3.4 Nilai-Nilai dan Makna Babaritan ... 9


(8)

vii

II.5 Kesimpulan ... 14

II.6 Solusi ... 15

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 16

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 16

III.1.3 Pendekatan Komunikasi ... 16

III.1.4 Materi Pesan ... 18

III.1.5 Gaya Bahasa ... 18

III.1.6 Khalayak Sasaran Perancangan... 18

III.1.7 Strategi Kreatif ... 19

III.1.8 Madatory ... 23

III.1.9 Strategi Media ... 24

III.1.10 Strategi Distribusi ... 25

III.2 Konsep Perancangan ... 26

III.2.1 Konsep Visual ... 26

III.2.2 Format Desain ... 27

III.2.3 Tata Letak (Layout) ... 28

III.2.3.1 Sudut Kamera ... 29

III.2.4 Huruf ... 31

III.2.5 Karakter Tokoh ... 33

III.2.6 Audio ... 34

III.2.7 Warna ... 34

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Media Utama ... 35

IV.1.1 Teknis Pembuatan Film ... 35

IV.1.1.1 Pembuatan Sinopsis ... 35

IV.1.1.2 Pembuatan Storyline ... 35

IV.1.1.3 Pembuatan Storyboard ... 35


(9)

viii

IV.1.1.5 Pemilihan lokasi syuting ... 37

IV.1.1.6 Pemilihan Kostum ... 38

IV.1.1.7 Pemilihan Kamera ... 38

IV.1.2 Shooting ... 39

IV.1.3 Teknis Editing ... 41

IV. 1.3.1 Opening ... 41

IV. 1.4 Screening ... 42

IV.1.5 Kesimpulan . ... 42

IV.1.6 Media Pendukung ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(10)

53

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :

Danadibrata, R.A. 2009. Kamus Bahasa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama. Depdikbud. ( 2006). Seni Tradisional Upacara Adat, Semarang: Depdikbud Hambalai, 2007. Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Djambatan

Koentjaraningrat,Dr.Prof 2010. Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Djambatan

Kontowijoyo. 1999. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana Notosudirjo, 1990 . Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Djambatan Sachri,Agus (2016). Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Djambatan Tinarbuko, Sumbo, 2009. Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra

Rustan, Surianto. (2014). Layout dasar dan penerapannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sihombing, Danton. (2015). Tipografi dalam desain grafis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

.

Sumber Jurnal :

Noviandi, Andri, 2012. Mantra Ritual Babarit: Nilai Budaya, Struktur, Konteks Penuturan, Proses Penciptaan, Dan Fungsi Serta Pelestariannya Sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra Di SMA. Bandung: Tesis Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Nugraheni, Luthfa, 2013. Nilai Historis Dalam Acara Sedekah Bumi di Desa Payang

Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Surakarta: Tesis Jurusan Pengkajian Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sumber Wawancara :

Hj.Irem. Interview.2015.”Proses Upacara Adat Babaritan”,Desa Cikiwul, Bekasi Sumber Artikel Internet :

Arif Putra. 2011 ( 26 februari ). Pengertian video, Tersedia di: http://putraarifxmmb. blogspot.co.id/2011/02/pengertian-video.html.


(11)

53

Dony, Kusen 2010 (24 September). Dokumenter Dalam Klasifikasi Tipe Film. Tersedia di : http://www.filmpelajar.com/tutorial/dokumenter-dalam-klasifikasi-tipe-film.

Umbara, Diky 2014 (10 November). Tata Cahaya Bukan Asal Terang. Tersedia di: https://dikiumbara.wordpress.com/category/lighting/

Kurniawan, Yuda 2011 (22 Februari). Komposisi Dasar Dan Sudut Pengambilan

Gambar (Camera Angle). Tersedia di:

http://fotografiyuda.wordpress.com/seputar-fotografi/komposisi-dasar-dan-sudut-pengambilan-gambar-kamera-angle/


(12)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Menurut Koentjaraningrat (Ratna, 2010:153) kebudayaan Secara etimologis berasal dari kata buddhayah (Sansekerta) yang berarti budi dan akal. Dalam bahasa Inggris disebut culture, dari akar kata colere (mengolah, mengerjakan), cult (memuja). Istilah yang sangat dekat hubungannya dengan kebudayaan adalah peradaban, yang secara etimologis berasal dari kata adab (Arab). Sebagai bagian kebudayaan, peradaban dengan demikian adalah puncak-puncak kebudayaan itu sendiri, seperti karya seni dan karya-karya ilmu pengetahuan lainnya, khususnya yang digunakan untuk tujuan-tujuan positif. Budaya adalah rasa, cipta, dan karsa manusia maka untuk hasil dari budaya itulah yang dinamakan dengan kebudayaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengenal serta melestarikan budaya pada masyarakat yaitu melalui upacara adat yakni upacara yang pada umumnya memiliki nilai sakral didalam kebudayaan tersebut.

Menurut Koentjaraningrat (2010) pengertian upacara atau ritual adalah sistem aktifitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara perkawinan, upacara labuhan, upacara camas pusaka dan upacara sedekah bumi. Sedekah bumi adalah upacara ritual tradisional yang dimana para warga desa menyatakan syukur atas hasil panen yang baik sehingga bisa hidup dengan bahagia mempunyai cukup sandang pangan, hidup selamat dan berkecukupan. Mereka berharap tahun depan dan selanjutanya mereka akan tetap bisa menikmati kehidupan ini bahkan bisa lebih baik. Adapun sedekah bumi di Sukabumi yang disebut dengan Seren Taun sedekah bumi, Seren taun sedekah bumi adalah upacara adat sebagai syukuran masyarakat sunda yang di lakukan tiap tahun. Acara seren taun sedekah bumi digelar di desa Girijaya kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi, berlangsung pada 10 Muharam 1437 hijriah.


(13)

2

Adapun upacara adat yang kegiatannya masih dilaksanakan sampai saat ini yaitu upacara adat sedekah bumi yang berada di desa Cikiwul Bekasi disebut dengan babaritan, upacara ini merupakan sebuah ritual yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Cikiwul dalam memperingati bulan maulid nabi. Masyarakat khususnya yang berada di Desa Cikiwul berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan acara babaritan dengan tujuan untuk mensyukuri apa yang telah didapatkannya, selain dari mensyukuri masyarakat tetap menghargai nilai budaya yang telah diwariskan secara turun temurun. Nilai-nilai yang terkandung pada upacara adat babaritan mewakili keadaan dan karakter masyarakat desa Cikiwul. Menurut H.Irem (2016) salah satu tokoh masyarakat di Desa Cikiwul mengatakan bahwa zaman dahulu masyarakat masih menjunjung tinggi terhadap nilai-nilai adat istiadat leluhurnya. Namun seiring perkembangan zaman, dalam pelaksanaan upacara adat babaritan mengalami beberapa perubahan prosesi dan mulai hilangnya nilai-nilai yang terkandung pada upacara adat babaritan dalam kehidupan bermasyarakat khusus di desa Cikiwul.

I.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang diatas maka indentifikasi masalah dapat diuraikan sebagai berikut :

 Terjadinya perubahan dalam prosesi upacara adat babaritan, sehingga sebagian masyarakat desa Cikiwul khususnya yang berusia muda tidak mengetahui prosesi upacara adat babaritan secara utuh.

 Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai yang terkandung pada upacara adat babaritan.

 Hilangnya nilai-nilai yang terkandung pada upacara adat babaritan dalam kehidupan bermasyarakat khusus di desa Cikiwul.


(14)

3

I.3 Rumusan Masalah

Dari hasil pemaparan diatas disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya yang berusia muda terhadap prosesi dan nilai-nilai yang terkandung pada upacara adat babaritan, maka dari itu “Bagaimana menyampaikan informasi mengenai prosesi dan nilai-nilai yang terkandung pada upacara adat babaritan kepada masyarakat desa Cikiwul umumnya dan masyarakat luas”.

I.4 Batasan Masalah

Dari rumusan masalah diatas maka batasan masalah dibatasi pada prosesi upacara adat babaritan di desa Cikiwul serta nilai-nilai budaya dan manfaat yang terkandung didalamnya.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan I.5.1 Tujuan

Masyarakat desa Cikiwul khususnya yang berusia muda mengetahui dan memahami rangkaian acara dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam upacara adat babaritan di Desa Cikiwul.

I.5.2 Manfaat

Perancangan ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:  Adanya dokumentasi tentang upacara babaritan di Desa Cikiwul.

 Masyarakat lebih menghargai khasanah budaya lokal yang telah diajarkan leluhur di Desa Cikiwul.

 Adanya informasi bagi masyarakat mengenai upacara adat babaritan yang memiliki nilai budaya didalamnya yang harus di jaga dan di lestariakan.


(15)

4 BAB II . UPACARA ADAT BABARITAN DI DESA CIKIWUL

II.1 Pengertian Upacara Adat II.1.1 Adat

Adat adalah kebiasaan turun-temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Adat memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib. Di dalam adat terdapat sejumlah konvensi, konvensi inilah menjadi pedoman ataupun anutan dari kelompok masyarakat tradisional yang bersangkutan. Pelangaran terhadap adat. Melanggar adat berarti pelanggaran terhadap adat berarti melanggar ketentuan, bahkan melanggar kepercayaan yang berlaku di dalam masyarakat tersebut (Depdikbud, 2006)

II.1.2 Upacara Adat

Secara etimologi, upacara adat terbagi menjadi dua kata yaitu upacara dan adat. Upacara adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sekelompok orang yang memiliki aturan tertentu sesuai dengan tujuan. Sedangkan yang dimaksud dengan adat adalah wujud idil dari kebudayaan yang berfungsi sebagai pengaturan tingkah laku (Koentjaraningrat, 2010). Adat juga merupakan kebiasaan yang bersifat magis religius dari keidupan suatu penduduk asli yang meliputi kebudayaan, norma dan aturan-aturan yang saling berkaitan dan kemudian menjadi suatu sistem atau pengaturan tradisional (Koentjaraningrat, 2010).

II.1.2.1 Unsur-Unsur Upacara Adat

Menurut Koentjaraningrat yang dikutip oleh Sachri (2016) ada beberapa unsur dalam prosesi pelaksanaan upacara adat diantaranya adalah:

 Tempat berlangsungnya upacara

Tempat yang digunakan untuk melaksanakan suatu upacara biasanya adalah tempat keramat taua bersifat sakral, tidak setiap orang dapat mengunjungi tempat itu. Tempat tersebut hanya digunakan oleh orang-orang yang berkepentingan saja, dalam hal ini adalah orang yang terlibat dalam pelaksanaan upacara seperti pemimpin upacara.


(16)

5  Waktu pelaksanaan upacara

Waktu pelaksanaan upacara adalah saat-saat tertentu yang dirasa tepat untuk melangsungkan upacara. Dalam upacara yang rutin dilakukan seiap tahun biasanya ada patokan dari waktu pelaksanaan upacara yang sebelumnya.  Benda-benda serta peralatan Upacara

Benda-benda atau alat dalam pelaksanaan upacara adalah sesuatu yang harus ada seperti sesaji yang berfungsi sebagai alat dalam pelaksanaan upacara adat.  Orang-orang yang terlibat dalam upacara

Orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan upacara adalah orang yang bertindak sebagai pemimpin jalannya upacara dan beberapa orang yang paham dalam ritual upacara adat (Koentjaraningrat, 2010).

II.1.2.2 Fungsi Upacara Adat

Upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat salah satunya adalah bertujuan untuk keselamatan diri dan juga keluarga. Menurut (Notosudirjo, 1990) fungsi sosial upacara adat dapat dilihat dalam kehidupan sosial masyarakat yaitu adanya pengendalian sosial, sosial media, norma sosial serta pengelompokan sosial. Sedangkan menurut seorang antropologi agama Clifford Geerts (Hambalai, 2007) upacara dengan sistem-sistem simbol didalamnya berfungsi sebagai pengintegrasian antara etos dan pandangan hidup, yang dimaksudkan dengan etos merupakan sistem nilai budaya sedangkan pandangan hidup merupakan konsepsi warga masyarakat yang menyangkut dirinya, alam sekitar dan segala sesuatu yang ada dalam lingkungan sekitarnya (Notosudirjo, 1990).

II.2 Upacara Adat Sedekah Bumi

Sedekah bumi adalah semacam upacara atau jenis kegiatan yang intinya untuk mengingat kepada Sang Pencipta Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepada manusia di muka bumi ini khususnya kepada keluarga petani yang hidupnya bertopang pada hasil bumi di pedesaan atau pinggiran kota yang masyarakatnya bertani.

Biasanya dalam melakukan sedekah bumi, mereka percaya bahwa dengan bersyukur maka Allah SWT akan menambahkan kenikmatan-kenikmatan lagi.


(17)

6 Allah akan menambah hasil-hasil panen mereka dan Allah akan menghilangkan paceklik hasil bumi mereka. Maka meskipun dengan cara yang sederhana biasanya mereka melakukan dengan cara “pamer” hasil bumi yaitu dengan karnaval keliling desa dengan mengarak hasil bumi berupa ketela pohon, mangga, jagung dan sebagainya. Tegantung hasil bumi yang mereka peroleh dari bumi yang mereka tanami. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman (Depdikbud, 2006).

II.3 Upacara Adat Babaritan Di Desa Cikiwul II.3.1 Profil Desa Cikiwul

Nama Desa Cikiwul diambil dari dua suku kata yaitu Ci dan Kiwul, ci adalah cai dan kiwul adalah nama satu pohon yang dapat dimanfaatkan dari semua bagiannya, dari mulai pohon sampai daun tidak ada yang tebuang (mubazir) Cai yang berasal dari bahasa sunda memiliki arti air melambangkan kesuburan lingkungan dan Kiwul melambangkan bahwa pohon yang dimanfaatkan mulai dari daun sampai ke akar-akarnya yang ada dapat dimanfaatkan (Danadibrata, 2009). Pada sekitar tahun 1990 penduduk ketika itu masih sedikit sehingga antara rumah ke rumah lainnya dapat menempuh 500M hingga ke rumah penduduk lainnya bahasa sehari-hari nya menggunakan bahasa sunda yang mayoritas beragama Islam dan penghasilannya dari pertanian, baik dari hasil sawah maupun darat, dari sawah pengahasilannya padi yang di panen satu tahun sekali dan di daratpun banyak yang dihasilkan oleh warga yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran. Desa Cikiwul tidak terlepas dari budaya atau adat yang di milikinya, pada setiap bulan maulid nabi yang diberi nama Babaritan atau Sedekah Bumi. Tempat babaritan itu yang berlokasi di jalan Cariu RT 002/004 desa Cikiwul kecamatan Bantar Gebang kota Bekasi. Tokoh yang pertama melaksanakan ritual pada waktu itu H.Ridwanulloh (Mandor Inong) beliau adalah tokoh adat pada saat itu di desa Cikiwul (H.Irem, 2016).


(18)

7 Gambar II.1. Mandor Inong

Sumber: H.Daud (2016)

Gambar II.2. Cikiwul Tempo Dahulu Sumber: H.Daud (2016)


(19)

8 II.3.2 Upacara Adat Babaritan

Warga desa Cikiwul menyebut upacara adat Sedekah Bumi dengan sebutan Babaritan yang istilah dari bahasa sunda babari dalam bahasa Indonesia itu artinya kemudahan (Danadibrata, 2009).

Gambar II.3. Upacara Adat Babaritan Sumber: Megasari (2016) II.3.3 Pelaksanaan Ritual Babaritan

Pelaksaan upacara adat babaritan digelar warga setiap setahun sekali yang

dilaksanakan pada bulan “Maulid Nabi”, biasanya diawali dengan pengumuman

akan dilaksankannya upacara ini oleh ketua adat, lalu dilakukan pemotongan kambing oleh ketua adat dengan mengubur kepala dan kaki kambing. seluruh masyarakat membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung. Setiap warga masing-masing membawa “berkat” atau sebuah nasi dengan lauk pauknya dari rumah. Warga berbondong-bondong memenuhi jalan sekitar pukul 10.00 WIB dan berkumpul di “Perempatan”. Kemudian ketua adat

mendo’akan tumpeng yang dibawa oleh warga. Usai dido’akan oleh sesepuh atau

ketua adat, kemudian kembali diserahkan kepada masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang sudah di do’akan oleh sesepuh kampung atau ketua adat setempat kemudian di makan secara ramai-ramai dengan daun pisang secara berjajar oleh masyarakat yang merayakan acara babaritan itu.


(20)

9 Namun, ada juga sebagian masyarakat yang membawa pulang nasi tumpeng tersebut untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing. Setelah acara makan bersama selesai, warga memasang ancak atay sesajen di pohon-pohon sekitar desa Cikiwul, lalu acara berlanjut dengan pagelaran wayang hingga selesai (H. Irem, 2016).

Menurut adat istiadat dalam tradisi budaya ini, di antara makanan yang menjadi makanan pokok, yang harus ada dalam tradisi ritual sedekah bumi adalah nasi tumpeng,ayam panggang dan kambing. Sedangkan yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk hanya bersifat tambahan saja, tidak menjadi perioritas yang utama.Dalam puncak acara ritual babaritan di akhiri dengan melantunkan

do’a bersama-sama oleh masyarakat setempat dengan dipimpin oleh ketua adat.

Do’a dalam babaritan tersebut umumnya dipimpin oleh ketua adat atau sesepuh

kampung yang sudah sering dan terbiasa memimpin jalannya ritual tersebut. Ritual babaritan yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat desa Cikiwul ini merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan. Manurut cerita dari para nenek moyang desa Cikiwul terdahulu, Tanah itu merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual babaritan inilah yang menurut mereka sebagai salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat Desa Cikiwul khususnya para petani dan para nelayan untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi kehidupan bagi manusia. Sehingga dengan begitu maka tanah yang dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya (Andri Noviadi, 2016).

II.3.4 Nilai-nilai dan Makna Upacara Adat Babaritan

Menurut tokoh adat desa Cikiwul H. Irem (2016) dalam pelaksanaan Upacara Adat babaritan terdapat bermacam-macam seserahan yang di sediakan seperti tumpeng, telur ayam kampung dua buah, kepala kambing, kaki kambing, dawegan


(21)

10 (buah kelapa yang tidak tua dan tidak muda), kupat, buah-buahan, wajit, limun, congcot (atasan tumpeng), gegeplak, ikan pepetek dibakar, gula batu, rokok lisong dua batang kembang tujuh rupa dan ancak (yaitu yang dibuat dari pelepah pisang yang dibentuk bujur sangkar). Adapun makna dari seserahan yang dibawa dalam prosesi upacara adat babaritan yaitu:

 Tumpeng (melambangkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan) Telur ayam kampung (melambangkan kebulatan tekad)

 Kepala kambing (melambangkan bila memutuskan sesuatu harus dipikirkan dengan matang-matang dan di hadapi dengan kepala dingin)

 Kaki kambing (warga dalam berbuat dan bertindak dengan cara kepala dingin)  Dawegan (menunjukan kekuatn baik lahir mauoun batin)

 Wajit (melambangkan dalam kehidupan sehari-hari bersatu dan tidak boleh bercerai)

 Gegeplak (bila dimakan hancur melambangkan menghindari sifat perpecahan diantara warga.

 Pepetek ikan (maka jangan lupa setiap saat basuhlah badan dengan air)

 Rokok lisong(bila dibakar melambangkan bila di sundut akan timbul asap yang artinya melihat tetangga kanan/kiri apakah dapurnya ngebul/tidak (memasak atau belum)

 Gula batu (melambangkan hidup dengan sesama harus memberikan kebahagiaan dan manisnya kehidupan).

 Ketupat (melambangkan membawa kebaikan)

 Limun (minuman berwarna merah melambangkan menyegarkan tubuh)  Congcot (melambangkan keberanian dan kesucian )

 Anacak (berbentuk segi empat melambangkan hidup itu harus kompak jangan berselisih).


(22)

11 Gambar II.4. Bahan-Bahan Babaritan

Sumber: Megasari (2016)

II.4 Analisis data

Analisa masalah dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan cara menyebarkan kuisioner yang ditujukan pada usia 15-25 tahun yang berada di Desa Cikiwul pada tanggal 2 hingga 4 April 2016. Kuisioner disebarkan kepada 50 orang. Berikut paparan hasil kuisioner tentang upacara adat babaritan:

Gambar II.5. Grafik mengenai upacara adat babaritan. Sumber: Dokumentasi Pribadi (4 April 2016)


(23)

12 Grafik pertanyaan diatas, menyatakan dari jumlah responden 50 orang reponden (100%). 10% diantaranya menyatakan tidak mengetahui tentang upacara adat babaritan dan adapun yang pernah mendengar 13% selain itu ternyata ada juga yang mengetahui tentang upacara adat babaritan 77% dari responden masyarakat.

Gambar II.6. Grafik mengenai prosesi upacara adat babaritan. Sumber: Dokumentasi Pribadi (4 April 2016)

Grafik pertanyaan diatas, menyatakan dari 50 reponden (100%) responden 68% menunjukan bahwa hampir setengahnya tidak mengetahui tentang prosesi upacara adat babaritan, 9% responden menyatakan mengetahui dan 23% yang pernah mendengar tentang prosesi upacara babaritan tersebut.

68% 9%

23%


(24)

13 Gambar II.7. Grafik mengenai nilai-nilai atau makna upacara adat babaritan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi(4 April 2016)

Grafik pertanyaan diatas, menyatakan sebagian besar responden mengatakan kurang memahami atau bahkan tidak tahu nilai-nilai atau makna yang terkandung pada upacara adat babaritan .

Gambar II.8. Grafik mengenai informasi upacara adat babaritan. Sumber: Dokumentasi Pribadi (4 April 2016)

Grafik pertanyaan diatas, dari responden 100% menunjukan 71% responden sulitnya mencari informasi upacara adat babaritan dan 29% masyarakat tidak kesulitan mencari informasi dikarenakan adanya keluarga dan sesepuh yang memberitahu tentang adanya upacara adat babaritan.

11% 26% 63%

Masih Dilaksanakan Pernah Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan


(25)

14 Gambar II.9. Grafik mengenai respon terhadap pelestarian upacara adat babaritan

Sumber: Dokumentasi Pribadi (4 April 2016)

Grafik pertanyaan diatas, menunjukan bahwa responden sebagian besar lebih memilih untuk di lestarikannya upacara adat babaritan.

II.5 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil kuisioner yang didapat sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang prosesi dan nilai-nilai yang terkandung pada upacara adat babaritan secara utuh. Selain itu masih banyak masyarakat yang sulit mendapat kan informasi detail mengenai upacara adat babaritan.

Upacara adat babaritan merupakan tradisi yang patut dilestarikan keberadaannya sebagai kebudayaan yang mewakili masyarakat di desa Cikiwul. Upacara adat babaritan kini mulai dilupakan oleh masyarakat Cikiwul itu sendiri. Pada prakteknya sendiri upacara adat babaritan sudah mulai berubah dan hilang popularitasnya

83% 17%


(26)

15 II.6 Solusi

Berdasarkan dari penjabaran yang dijelaskan dari awal, dapat disimpulkan bahwa upacara adat babaritan merupakan budaya yang dilakukan turun-temurun sejak zaman dahulu oleh masyarakat desa Cikiwul. Masyarakat desa Cikiwul tidak mengetahui proses dan makna upacara adat babaritan tersebut, dari hasil pengumpulan data yang di peroleh, solusinya adalah dengan cara menginformasikan prosesi dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat babaritan dengan media yang mengikuti zaman, agar menarik minat masyarakat untuk mempelajarinya. Karena media informasi mengenai upacara adat babaritan sulit didapatkan.


(27)

16 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dibuat, mengenai media upacara adat babaritan Cikiwul ini adalah dengan merancang media informasi yang tepat sehingga mampu menyampaikan informasi atau pesan yang dapat mudah dimengerti dan dapat memenuhi kebutuhan akan informasi tentang upacara adat babaritan Cikiwul.

Informasi yang disampaikan adalah rangkaian acara dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam upacara adat babaritan Cikiwul. Perancangan media informasi ini akan diterapkan kedalam dua media, yaitu media utama dan media pendukung, dimana materi akan lebih mendalam pada media utamanya. Media pendukung bersifat menguatkan informasi yang ada dalam media utama dan menarik perhatian target khalayak sasaran, selain itu juga sebagai media yang bersifat mengingat.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Memberikan informasi tentang budaya lokal yang ada di Cikiwul yaitu upacara adat babaritan Cikiwul dengan cara pendekatan komunikasi yang efektif. Dengan mengenalkan kembali tradisi upacara adat babaritan Cikiwul yang mengandung nilai-nilai budaya sebagai ciri khas masyarakat Cikiwul sehingga bisa terus dijaga dan juga dilestarikan. Upacara adat babaritan Cikiwul sebagai salah satu budaya yang ada di Indonesia harus tetap mendapat apresiasi karena budaya adalah ciri khas suatu daerah.

III.1.3 Pendekatan Komunikasi

Penyampaian pesan yang digunakan adalah melalui pendekatan verbal dan pendekatan visual yang disesuaikan dengan bahasan sebelumnya. Pendekatan komunikasi media informasi upacara adat babaritan Cikiwul menggunakan komunikasi searah dan disertai oleh gambar agar informasinya lebih cepat dipahami oleh audiens. Pendekatan yang digunakan adalah Suatu informasi yang


(28)

17 dikomunikasikan melalui sebuah videografi yang baik dan berkualitas, tentu harus memiliki sebuah arti pesan dan tujuan yang akan disampaikan terhadap target audience nya.

Setelah dilakukannya penelitian mengenai upacara adat babaritan desa Cikiwul, demi tercapainya penyamapain informasi tentang upacara adat babaritan desa Cikiwul ini, maka dalm film tersebut akan menggunakan cara dalam pengambilan angle dan pemberian instumental audio yang menarik, dan dengan pengambilan gaya-gaya yang digunakan ini diharapkan pesan yang disampaikan bisa tepat kepada target audiens dan target bisa memahaminya dengan baik.

 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dalam media informasi upacara adat babaritan Cikiwul dilakukan dengan penyampaian bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari dalam berkomunikasi yang bersifat naratif agar mudah dimengerti dan dipahami oleh khalayak sasaran. Bahasa yang digunakan dalam media informasi upacara adat babaritan Cikiwul adalah bahasa Indonesia untuk keseluruhan media namun juga tetap memakai istilah Sunda yang terdapat pada upacara adat babaritan Cikiwul.

 Pendekatan Visual

Tinaburko (2009) menjelaskan "Komunikasi visual merupakan konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif yang diaplikasikan kedalam berbagai media komunikasi visual yang terdiri atas ilustrasi (gambar), tipografi, warna. Pendekatan komunikasi visual yaitu mengikuti suasana jaman dahulu. Dengan menggunakan ilustrasi buku kuno serta serpihan api agar memberi kesan mistisnya, dan tipografi yang digunakan seperti mesin ketik karena jaman dahulu masih menggunakan mesin ketik, serta warna yang memberi kesan mistis dan pedesaan,dan alat-alat serta busana mengikuti jaman dahulu agar lebih menarik khalayak sasaran.


(29)

18 III.1.4 Materi Pesan

Materi pesan yang disampaikan adalah berupa informasi mengenai prosesi upacara adat babaritan Cikiwul serta nilai-nilai yang terkandung dibalik setiap upacara tersebut. Pada setiap upacara yang dilakukan terdapat pesan yang mengandung makna sosial dan budaya.

III.1.5 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam media informasi ini menggunakan naratif agar mudah dimengerti oleh masyarakat luas, hal ini bertujuan agar masyarakat memahami dan dapat mengetahui tentang tradisi upacara adat babaritan Cikiwul dan juga masyarakat khususnya khalayak sasaran dapat mengetahui prosesi dan memahami makna yang terkandung dalam upacara adat babaritan Cikiwul. Masyarakat diharapkan dapat mencintai budayanya sendiri serta melestarikannya juga.

III.1.6 Khalayak Sasaran Perancangan Consumer Insight

Target audience yang dicari adalah masyarakat berusia muda sekitar 15 - 25 tahun atau setara dengan SMP kelas 3 hingga mahasiswa ataupun yang baru lulus jenjang kuliah yang hidup di daerah perkotaan khusunya Bekasi. Berdasarkan studi lapangan dan hasil kuisioner, pemuda pada jaman sekarang cenderung tidak tahu tentang budaya dan sejarah yang terdapat di kota Bekasi khususnya desa Cikiwul dimana di dalam upacara adat babaritan Cikiwul terdapat nilai-nilai budaya yang mewakili desa Cikiwul. Entah itu karena pergeseran jaman atau orang tua yang tidak mau membimbing anaknya untuk mengetahui sejarah dan budaya itu sendiri.

Consumer Journey

Penyampaian ide yang telah terbentuk ialah melalui media-media yang akan digunakan, maka diperlukan perencanaan yang baik agar mendapatkan interaksi dan tersampaikan pada sasaran. Dengan begitu maka diperlukan daftar aktifitas dari target audience, sebagai berikut:


(30)

19 Tabel III.1 Tabel Consumer Journey

Sumber:Pribadi (2016)

No Kegiatan Tempat Poin of Contact

1. Bangun pagi Kamar tidur Jam dinding 2. Mandi/Bersantai Ruang tamu,

halaman rumah

Mug, piring, TV 3. Perjalanan ke

sekolah

Jalan, sekolah mobil, poster, stiker ,flayer 4. Di sekolah sekolah Buku, pensil, penggaris, papan

tulis 5. Istirahat Kantin, Lapangan

olahraga atau koridor sekolah

Tumbler, kotak makan, jajanan, poster,buklet 6. Pulang sekolah Jalan Kunci, banner, poster 7. Istirahat, ganti

pakaian

Rumah Sofa, tempat tidur, tv, baju,totebag

8. Bermain Rumah, warnet, rental PS, warung kopi, cafe

Gadget, computer, playstation Flyer

9 Tidur Rumah Selimut, tempat tidur, bantal,

III.1.7 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dimunculkan pada film semi dokumenter ini adalah musik ilustrasi yang mewakili kebudayaan sunda yang berada di desa Cikiwul sedangkan setting atau lokasi pada film ini adalah tempat yang masih terjaga keasliannya di desa Cikiwul sehingga film ini menyuguhkan suasana adat desa Cikiwul. Dalam perancangan media informasi upacara adat babaritan Cikiwul dibuat juga beberapa strategi kreatif untuk menarik minat khalayak sasaran, diantaranya adalah:

Copywriting

Perancangan film menggunakan judul “Babaritan Cikiwul Bekasi” dengan tagline “Ngandelkeun syukur ka gusti”, bertujuan agar dapat menjadi informasi


(31)

20 tentang pembahasan film secara keseluruhan. Tagline dirancang agar dapt menjelaskan sudut pandang pembahasan film dan juga sekilas memberikan pernyataan singkat dari gambaran keseluruhan konteks film. Judul dan tagline merupakan satu kesatuan dimana tagline menjadi kalimat yang menjelaskan judul. Berikut ini penjabaran arti kata dan maksud judul dan tagline.

 Ide Cerita

Bagaimana sesungguhnya mensyukuri nilai-nilai budaya dan kerukunan masyarakat Cikiwul dipersentasikan melalui upacara adat babaritan.

Storyline

Storyline adalah sebuah naskah cerita dalam bentuk teks. merancang naskah merupakan spesifikasi dari teks dan narasi dalam aplikasi multimedia. dalam merancang naskah, analis menetapkan dialog dan urutan elemen-elemen secara rinci.adapun scene yang terdapat di upacara adat babaritan di desa cikiwul .

Scene 1

Mengenalkan suasana perdesaan yang berada di desa Cikiwul Scene 2

Ketua ada mempersiapkan sesajen atau ancak untuk upacara Scene 3

Kepala adat dan masyarakat cikiwul menuju tempat upacara Scene 4

Kepala adat membuka upacara dengan membaca jampe Scene 5

Kepala adat dan masyarakat menuju tempat upacara yang lain Scene 6

Kepala adat mengubur kepala dan kaki kambing yang sudah disembelih Scene 7

Kepala adat dan seluruh masyarakat makan bersama nasi tumpeng dan makanan lainnya yang dibawa oleh seluruh masyarakat


(32)

21 Scene 8

Masyarakat menggantung ancak di setiap perempatan  Storyboard

Storyboard adalah sebuah seri dari gambar yang bersambung, dengan atau tanpa kata, yang memberitahukan sebuah cerita yang berkelanjutan, sketsa gambar yang disusun berurutan sesuai dengan naskah.

Gambar III.1 sketsa storyboard Sumber : Pribadi (2016)


(33)

22  Visualisasi

Gambar III.2 Reverensi

Sumber : https://humaspdg.files.wordpress.com/2010/05/03022008042.jpg (23/7/2016)

Gambar III.3 Reverensi

Sumber : http://img.bisnis.com/posts/2015/10/06/479644/seren-taun.jpg.(23/7/2016)


(34)

23 Gambar III.4 Reverensi

Sumber :

http://1.bp.blogspot.com/-u7H8dL99tJA/UDNQK0JnGdI/AAAAAAAABB0/j86X28Q5M8E/s1600/Ritual_ Barong_Ider_Bumi1.jpg (23/7/2016).

III.1.8 Mandatory

Perancangan film semi dokumenter upacara babaritan ini bekerja sama dengan beberapa pihak. Adapun pihak yang bekerjasama dalam perancangan informasi mengenai upaacara adat babaritan di desa cikiwul ini yaitu Dinas Kebudayaan Kota Bekasi.

Gambar III.5 Logo Kota Bekasi

Sumber : https://badarweb.files.wordpress.com/2015/09/logo-kota-bekasi-glest-radio.jpg.(5/8/2016).


(35)

24 III.1.9 Strategi Media

Dalam perancangan media informasi ini, dibutuhkan strategi media untuk mendukung media informasi sampai tepat sasaran. Dalam perancangan media informasi upacara adat babaritan Cikiwul akan digunakan media utama dan beberapa media pendukung lainnya diantaranya:

 Media Utama

Media utama berupa film semi dokumenter, film semi dokumenter adalah gabungan fakta dan fiksi (Dony, 2010: para 1). Beberapa adegan direkayasa, disesuaikan dengan tema, umumnnya interpretasi imajinatif, bertujuan menambahkan cerita menarik. Pilihan media ini karena video lebih menarik dari pada media cetak, karena khalayak sasaran tinggal melihat dan mendengarkan tanpa harus banyak membaca text. Selain itu film semi dokumenter tentang upacara adat babaritan Cikiwul masih belum bisa ditemui.

 Media Pendukung

Dalam memperkenalkan buku tersebut perlu media promosi untuk menarik minat audiens diantaranya beberapa media pendukung antara lain:

o Poster

Poster digunakan untuk menarik perhatian, Poster di aplikasikan di tembok tembok dengan cara di tempel, poster juga berguna untuk memberikan informasi tentang produk dan dicetak dengan ukuran A3 (29,7 x 42cm).

o Flyer

Media flyer memberikan informasi. Flyer juga memberi ajakan kepada orang agar mengunjungi tempat diputar nya film dokumenter tersebut. Flyer dicetak dengan ukuran a5 (14,8 x 21 cm).


(36)

25

o X-banner

Memberikan petunjuk dimana letak posisi di adakanya pemutaran film dokumenter tersebut dibuat lebih besar dari poster agar menarik perhatian orang dari kejauhan , dicetak dengan ukuran 60 x 160 cm.

o Stiker

Media stiker dapat digunakan dimana saja, karena medianya bisa ditempel, stiker sangat cocok untuk dijadikan sebagai media pengingat.

o Gantungan Kunci

Gantungan Kunci digunakan sebagai media pengingat karena mudah dibawa kemana saja.

o Cover CD

Cover CD ini berguna untuk membuat menarik penampilan audience dan ingin memilikinya .

o Baju

Baju digunakan sebagai media pengingat karena dapat dipakai kemana saja.

III.1.10 Strategi Distribusi

Produksi dan pendistribusian video upacara adat babaritan Cikiwul sebagai media utama akan diberikan kepada pemerintah kota Bekasi untuk selanjutnya didistribusikan ke setiap kelurahan. Di Bekasi ada 56 kelurahan yang akan melakukan screening pada acara-acara lokal dan poster, flyer, yang akan disebarkan ke masyarakat melalui Dinas Kebudayaan Bekasi sekitar ±2000,dan stiker, gantungan kunci, x-banner sekitar ±200. Selain itu video upacara adat babaritan Cikiwul akan didistribusikan ke setiap sekolah di kota Bekasi sebagai media edukasi kebudayaan, mulai dari jenjang SMP hingga SMA.


(37)

26 Tabel III.2 Tabel Jadwal Pendistribusian Media

Sumber:Pribadi (23/7/2016).

 Poster dan flyer mulai disebar di tanggal 18 November – 14 Desember 2016 kesetiap kelurahan , RW dan RT di sekitar Bekasi.

X-banner akan di sebar kesetiap kelurahan pada tanggal 10 Desember – 20 Desember 2016 masing-masing kelurahan di sekitar Bekasi memiliki 4 – 8 X-banner.

 Gantungan kunci, Stiker dan Baju sebagai aksesoris di perjual belikan sekitar tanggal 30 November – 20 Desember 2016 dan setiap kelurahan memiliki stand untuk penjualan.

 Cover CD dan CD nya diperjual belikan dihari penayangan film semi dokumenter Upacara Adat Babaritan di Desa Cikiwul tersebut di tanggal 20 Desember 2016 disetiap Kelurahan yang ada di Bekasi.

III.2 Konsep Perancangan

Dalam membuat rancangan media informasi, dibutuhkan beberapa konsep visual, untuk media informasi ini menggunakan beberapa elemen seperti video, tipografi, narasi dan lain sebagainya. Selain itu dalam konsep perancangan ini menggunakan backsound yang sesuai dengan nuansa sunda untuk memperkuat karakter kebudayaan yang ada di Cikiwul. Konsep perancangan ini diharapkan dapat


(38)

27 membantu khalayak sasaran dalam mencerna informasi yang telah dibuat sedemikian rupa agar dapat tersampaikan pesannya.

III.2.1 Konsep Visual

Untuk menghasilkan infomasi melalui media audio visual yang baik, tentu dibutuhkan sebuah konsep visual yang baik pula karena ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kesalahan dalam penyampaian pesan ataupun informasi dari upacara adat babaritan. Konsep visual merupakan awal dari sebuah gagasan yang diperoleh dari sebuah pemahaman dan pendalaman materi dari semua permasalahan yang telah dikaji. Dengan menyatukan visual yang menggunakan suasana perdesaan asli desa Cikiwul dan kostum pakaian adat yang dipakai kepala adat maupun masyarakat yang digunakan dalam upacara adat babaritan desa Cikiwul ini maka didapatlah sebuah konsep visual yang menampilkan sebuah upacara adat babaritan yang didalamnya tidak menghilangkan keaslian dari adat tersebut sehingga tidak juga menghilangkan tentang pesan dan nilai-nilai yang terkandung didalam upacara adat babaritan desa Cikiwul. Opening dengan buku kuno yang memberi kesan bahwa buku-buku tersebut masih di lestarikan, begitupun opening dengan menggunakan media buku dapat melestarikan video tersebut.

Gambar III.6 Reverensi

Sumber :

http://1.bp.blogspot.com/-6yShUnf-yHA/Tk38kxLKG9I/AAAAAAAABOs/ThsvVpsT2tU/s1600/Buku%2Bkuno%2 BSarinah%2Bkarya%2BSoekarno.jpg. (23/7/2016).


(39)

28 III.2.2 Format Desain

Film semi dokumenter ini memiliki sebuah konsep atau gaya yang akan memudahkan dalam penyampaian bahasa visual dengan tujuan agar dapat dengan mudah dipahami oleh penonton atau target khalayak sasaran. Dengan gaya natural yang akan digunakan dalam judul dan logo ini menggukanakan warna oren kecoklatan dan hitam karena ini merupakan ciri khas dari upacara adat babaritan desa Cikiwul, karena pakaian yang diigunakan kepala adat pada saat pagelaran berlangsung itu semua bernuansa hitam dan warna kuning kecoklatan diambil dari warna rumah kayu dan tanah yang mewakili karakter sebuah desa, dan ini juga bermaksud memberikan nuansa buhun karena warna gelap tersebut terlihat memiliki unsur tradisional. Kemudian untuk media yang dibuat, Format desain pada film pendek ini dengan menggunakan video high resolution 1920 x 1080 pixel dengan perbadingan aspek rasio 16 : 9. Aspek rasio merupakan perbandingan lebar dan tinggi dari sebuah pixel dalam sebuah gambar. Sedangkan format kemasan dari film pendek ini berupa DVD, dengan durasi film ± 9 menit yang akan dipusblish kedalam format file *.vod (DVD), karena disesuaikan dengan standar medianya. Adapun spesifikasi format video:

Video editing menggunakan adobe premiere pro • Costum video for windows

- Frame size : 1920 x 1080pixel - Frame rate : 30000frame /second

- Pixel aspect rasio : NTSC widescreen 16 : 9 - Color depth : 24 bith - Quality 100%

• Audio setting

- Sample rate : 4800Hz - Format audio : mp3

- Compressor : Uncompressed 31

- Quality : 100 % • Video rendering

- Fields : no fields

- Compressor : Indeo Video5.06 - Compresion control : smoothness - Date rate : 3000kb/s


(40)

29 • Video Encoding

- Conopus Pro Encoder

III.2.3 Tata Letak (Layout)

Rustan (2014) “pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tataletak

elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. Dapat dikatakan bahwa desain merupakan arsiteknya, sedangkan layout pekerjaanya”. Media dengan ukuran dan bentuk yang berbeda membutuhkan cara penerapan layout yang berbeda. Demikian pula fungsi yang berbeda dari masing-masing media itu membutuhkan penanganan layout yang berbeda pula. Maka layout akan menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan media perancangan ini. Hal ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan media utama maupun media pendukung dalam perancangan ini.

III.2.3.1 Sudut Kamera

Yuda (2011) Sudut kamera atau angle menentukan tersampaikannya informasi atau pesan yang terdapat pada film ini. Untuk memaksimalkan penyampaian informasi atau pesan pada film ini akan menggunakan beberapa teknik pengambilan sudut kamera pada perancangan film, yaitu high angle teknik pengambilan gambar oleh juru kamera yang memposisikan kamera berada dalam posisi di atas obyek bidikan sehingga mampu membangun kesan dramatis, eye level angle teknik pengambilan gambar oleh juru kamera yang memposisikan kamera berada dalam posisi di sejajar dengan pandangan mata, baik berdiri maupun ketika duduk antara obyek dan kamera dkedudukannya sejajar sehingga mampu mempresentasikan gambaran sebuah objek secara wajar atau seolah-olah menyaksikan dengan mata sendiri, low angle teknik pengambilan gambar oleh juru kamera yang memposisikan kamera berada dalam posisi di bawah obyek bidikan yang bertujuan untuk membangun kesan yang megah dan agung.


(41)

30 Gambar III.7 contoh pengambilan high angle

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/j7_iDLoOdw4/s1600/IMG_7109.jpg.(5/8/2016)

Gambar III.8 contoh pengambilan eye level angle

Sumber : http://2.bp.blogspot.com/ziZmoDb7kkI/s1600/basic1_eyelevel.jpg (5/8/2016).


(42)

31 Gambar III.9 contoh pengambilan low angle

Sumber : http://cache1.asset-cache.net (5/8/2016).

III.2.4 Huruf

Sihombing (2015) “Tipografi memiliki peran penting dalam setiap karya desain

grafis yang berlangsung dari setiap masa ke masa yang bersentuhan dengan peradaban manusia. Karya-karya yang muncul senantisa mewakili semangat zaman dari aksi seorang desainer grafis dalam menyikapi setiap kebutuhan komunikasi visual melalui dimensi dan disiplin yang terdapat dalam tipografi”. Isi teks font yang digunakan pada setiap media menggunakan font arial, dan font rod karena font ini bisa disebut dengan font yang sering digunakan diberbagai media dengan tujuan agar pembaca bisa jelas membaca dan tidak lelah ketika membacanya.


(43)

32 Gambar III.10 Contoh font Rod

Sumber : Pribadi (23/7/2016).

Gambar III.11 Contoh font Trajan Pro Sumber : Pribadi (5/8/2016)


(44)

33 Gambar III . 12 Contoh font Arial

Sumber : Pribadi (23/7/2016).

III.2.5 Karakter Tokoh

Adapun karakter tokoh yang akan tampil di film ini disesuaikan dengan referensi tokoh pada kebudayaan sunda yang digunakan juga oleh masyarakat desa Cikiwul. Pemilihan karakter tokoh ini bertujuan untuk memperkuat identitas asli masyarakat desa Cikiwul, walaupun pada kenyataanya pakaian adat ini sudah jarang digunakan oleh masyarakat.

Gambar III . 13 Contoh studi karakteristik tokoh

Sumber : http://budaya-indonesia.org/f/2924/gandung_baju_kampret.jpg. (23/7/2016).


(45)

34 Gambar III .14 Contoh studi karakteristik tokoh

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda(23/7/2016).

III.2.6 Audio

Putra (2011)Audio dalam sistem komunikasi bercirikan video, sinyal elektrik digunakan untuk membawa unsur bunyi. Istilah ini juga biasa digunakan untuk menerangkan sistem – sistem yang berkaitan dengan proses perekaman dan tranmisi yaitu sistem pengambilan/penangkapan suara, sambungan tranmisi pembawa bunyi,ampliter dan lainnya.

III.2.7 Warna

Diky (2014) Lighting, suhu, dan warna menjadi hal yang penting dalam sebuah film agar bisa digunakan untuk membantu penonton melihat kedalam point of interest atau sebuah fokus/titik utama dalam sebuah gambar dimana titik tersebut yang menjadi cerita dalam gambar tersebut. Dalam sinematografi hanya mengenal 2 warna cahaya yaitu Daylight (cahaya yang bersumber dari matahari) dan Tungsten (cahaya yang bersumber dari sebuah lampu pijar). Pada film ini mayoritas akan bersetting luar ruangan/outdoor, maka dari itu pada pengerjaan produksi film ini akan memakai warna cahaya daylight, dipadukan dengan tone warna yang sedikit gelap untuk memberikas kesan zaman dahulu.


(46)

35 BAB IV . TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Media Utama

Media utama film semi dokumenter “Babaritan Cikiwul” berdurasi sembilan menit mengangkat upacara adat babaritan di desa Cikiwul kota Bekasi yang saat ini audiens kurang mengetahui kebudayaan ini, dalam film semi dokumenter “Babaritan Cikiwul” ini memberikan informasi kepada target audience / penonton bagaimana prosesi upacara adat babaritan dan nilai-nilai yang terkandung pada upacara ini.

IV.1.1 Teknis Pembuatan Film

Dalam pembuatan film semi dokumenter “Babaritan Cikiwul ” dilakukan secara bertahap mulai dari pembuatan sinopsis, storyline, storyboard, dan storylist, pemilihan lokasi, pemilihan kostum dan kamera yang digunakan dalam pembuatan film semi dolumenter ini. Adapun rincian proses pembuatan film dokumenter ini sebagai berikut:

IV.1.1.1 Pembuatan Sinopsis

Pembuatan sinopsis berdasarkan data dan fakta yang ditemukan dilapangan selama penelitian dilakukan, kemudian disusun berurutan agar menjadi suatu cerita yang utuh berdasarkan alur film agar menjadi tontonan yang menarik. IV.1.1.2 Pembuatan Storyline

Pembuatan storyline berdasarkan sinopsis yang telah dibuat menentukan alur cerita dan visualisasi yang akan dibuat, berisikan adegan-adegan yang ada pada film semi dokumeter upacara adat babaritan Cikiwul.

IV.1.1.3 Pembuatan Storyboard

Storyboard adalah bentuk visualisasi atau gambaran yang dibuat bedasarkan storyline, storyboard menjadi patokan untuk mengambil gambar yang difilmkan dan untuk membantu sutradara sehingga akan mempermudah dalam proses syuting.


(47)

36 Gambar IV.1. Storyboard

Sumber : Pribadi (23/7/2016).

Gambar IV.2. Storyboard Sumber : Pribadi (23/7/2016).

IV.1.1.4 Pembuatan Storylist

Storylist adalah susunan pengambilan gambar dari segi waktu, hari dan tempat atau lokasi.


(48)

37 Tabel III.3 Tabel Jadwal Shooting

Sumber:Pribadi (23/7/2016).

IV.1.1.5 Pemilihan lokasi syuting

Pemilihan lokasi syuting, lokasi syuting yang dipakai dalam film semi dokumenter babaritan Cikiwul ini adalah tempat-tempat yang biasa dipakai untuk melakukan prosesi upacara adat babaritan di desa Cikiwul kota Bekasi.

Gambar IV.4.lokasi babaritan Sumber : Pribadi(23/7/2016).

IV.1.1.6 Pemilihan Kostum

Pemilihan kostum pada film dokumenter babaritan Cikiwul ini menggunankan baju pangsi yang digunakan oleh ketua adat dan pakaian tradisional yang biasa dipakai masyarakat dahulu di desa Cikiwul. Dengan kostum ini dapat mewakili daerah asal kebudayaan yang ada dalam film ini.


(49)

38 Gambar IV.5.Pakaian

Sumber : Pribadi (23/7/2016).

IV.1.1.7 Pemilihan Kamera

Kamera yang digunakan dalam pembuatan film semi dokumenter upacara adat Babaritan adalah Canon Dslr 60 D, dan 1000D yang sudah memiliki fasilitas video recording atau perekam video dengan lensa standar Sedangkan 1000D digunakan untuk kepentingan dokumentasi. Sedangkan untuk membangun kesan yang hening dan tenang menggunakan tripod sebagai alat bantu agar tidak

megalami shacking .

Gambar IV.6.Kamera dan Lensa Sumber :

http://4.bp.blogspot.com/-mQyqaOaZtpc/UnFweeqrcdI/AAAAAAAAADQ/U_D3yqNNLb8/s1600/Kamera +Canon+EOS+60D.JPG. (23/7/2016).


(50)

39 Gambar IV.7.Tripot

Sumber:http://www.digitalpoins.com/image/catalog/Aksesoris/Tripod/Attanta/atta nta-234.jpg. (23/7/2016).

IV.1.2. Shooting

Proses shooting film babaritan Cikiwul berorientasi pada shotlist dan storyboard yang telah dirancang pada proses pra produksi sebagai daftar shot list yang diperlukan dalam sebuah film. Berikut ini screenshoot daftar berkas video film babaritan Cikiwul hasil shooting:


(51)

40 Gambar IV.8 Screenshoot Daftar Berkas Video Film babaritan Cikiwul

Sumber: Pribadi. (23/7/2016). IV.1.3 Teknis Editing

Setelah seluruh proses syuting selasai berdasarkan storyline dan storyboard langkah selanjutnya adalah proses editing, editing video menggunakan software Magic pro video editing, langkah pertama dalam editing adalah membuat setting frame, import frame, pemotongan frame, penambahan efek warna, video transition, penambahan teks judul, penambahan ilustrasi musik dan terakhir adalah proses rendering.


(52)

41 Gambar IV.9.Editing

Sumber : Pribadi (23/7/2016).

IV.1.3.1 Opening

Opening upacara adat babaritan menggunakan ilustrasi buku membangun kesan kuno dengan memasukan foto dan artikel di opening upacara adat babaritan Cikiwul tersebut.

Gambar IV.10.Editing Sumber : Pribadi (23/7/2016).


(53)

42 IV.1.4 Screening

Screening merupakan proses penayangan secara internal oleh tim produksi untuk menganalisa segala kukurangan film agar kemudian dapat diputuskan untuk revisi atau film telah siap ditayangkan pada program dalam perancangan media tersebut.

IV.1.5 Kesimpulan Video

Gambar IV.11.opening Sumber : Pribadi (5/8/2016).

Membangun daya tarik visual dengan opening menggunakan ilustrasi buku kuno karena film dokumenter ini sudah ada sejak dari nenek moyang di desa Cikiwul.

Gambar IV.12.Rumah Sumber : Pribadi (5/8/2016).

Membangun suasana pedesaan di desa cikiwul pada zaman dahulunya melalui rumah-rumah panggung dan rumah-rumah tradisional.


(54)

43 Gambar IV.13.Persiapan

Sumber : Pribadi (5/8/2016).

Dengan bahan-bahan upacara adat babaritan wujud rasa syukur terhadap nenek moyang terdahulu.

Gambar IV.14.Berangkat Sumber : Pribadi (5/8/2016).

Masyakat berbondong-bondong membawa bahan-bahan makanan dan ancak simbol dari kebersamaan dan saling mengenal satu sama lainnya.

Gambar IV.15.Pakaian Sumber : Pribadi (5/8/2016).


(55)

44 Dengan berpakaian pangsi berwarna hitam itu sebagai simbol ketua adat tersebut karena dari pakaian tersebut memiliki makna dan arti tersendiri di desa Cikiwul .

Gambar IV.16.Pengambilan gambar Sumber : Pribadi(5/8/2016).

Dengan pengambilan gambar dari atas lebih menarik dan terlihatnya tanah yang berlubang untuk di pergunakan mengukur kepala kambing.

Gambar IV.17.Ritual Sumber : Pribadi(5/8/2016).

Menginformasikan makna wujud dari rasa hormat warga Cikiwul dengan menguburkan kepala dan kaki kambing dengan dibungkus oleh kain putih.


(56)

45 Gambar IV.18 .Makan Bersama

Sumber : Pribadi(23/7/2016).

Menginformasikan makna wujud dari rasa bersyukur dengan makan bersama-sama dan di alaskan oleh daun pisang melambangkan kerukunan warga Cikiwul

Gambar IV.19.Bayi Sumber : Pribadi(5/8/2016).

Membangun kesan kebersamaan warga Cikiwul dari yang tua sampai bayi memakan,makanan dari hasil upacara adat babaritan tersebut.

Gambar IV.20 Ancak Sumber : Pribadi(5/8/2016).


(57)

46 Menginformasikan makna wujud rasa hormat dan rasa syukur dengan apa yang telah diberikan oleh yang maha kuasa kepada manusia .

IV.1.6 Media Pendukung

Teknis perancangan media pendukung melalui proses editing dan dilakukan pewarnaan dengan proses digital juga dengan menggunakan software Adobe Illustrator CS6 dan Adobe Photoshop CS6. Selanjutnya file yang telah selesai siap untuk dicetak.

Gambar IV.21 Poster Sumber : Pribadi (2016)

Poster digunakan untuk menarik perhatian, Poster diaplikasikan di tembok tembok dengan cara ditempel, poster juga berguna untuk memberikan informasi tentang produk.

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 29,7 x 42 cm

Material : Kertas art paper 150gram Teknik Produksi : Cetak Offset


(58)

47 Gambar IV.22 flyer

Sumber : Pribadi (2016)

Media flyer memberikan informasi. Flyer juga memberi ajakan kepada orang agar mengunjungi tempat di putar nya film dokumenter tersebut.

Format / bentuk : landscape

Ukuran : 14,8 x 21 cm

Material : Kertas art paper 150gram Teknik Produksi : Cetak Offset


(59)

48 Gambar IV.23 X-banner

Sumber : Pribadi (2016)

Memberikan petunjuk dimana letak posisi diadakanya pemutaran film dokumenter tersebut dibuat lebih besar dari poster agar menarik perhatian orang dari kejauhan. Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 60 cm x 160 cm

Material : Bahan khusus kain silk banner Teknik Produksi : Cetak Offset


(60)

49 Gambar IV.24 Gantungan kunci

Sumber : Pribadi (2016)

Gantungan Kunci digunakan sebagai media pengingat karena mudah dibawa kemana saja

Format / bentuk : Memanjang

Material : alumunium dan plastik Teknik Produksi : Cetak Digital

Gambar IV.25 sticker Sumber : Pribadi (2016)

Media stiker dapat digunakan dimana saja, karena medianya bisa ditempel dimana saja, stiker sangat cocok untuk dijadikan sebagai media pengingat.

Format / bentuk : Memanjang Material : Cutting Stiker Teknik Produksi : Cetak Offset


(61)

50 Gambar IV.26 Baju

Sumber : Pribadi (2016)

Baju digunakan sebagai media pengingat karena dapat dipakai . Format / bentuk : Depan - belakang

Material : Combed 30s


(62)

51 Gambar IV.27 Cover CD

Sumber : Pribadi (2016)

Cover CD ini berguna untuk membuat menarik penampilan audience dan ingin memilikinya.

Format / Bentuk : Segi Empat

Ukuran :18.5 x 12.8 mm

Material : Art Paper Teknis Produksi : Cetak Digital


(1)

46 Menginformasikan makna wujud rasa hormat dan rasa syukur dengan apa yang telah diberikan oleh yang maha kuasa kepada manusia .

IV.1.6 Media Pendukung

Teknis perancangan media pendukung melalui proses editing dan dilakukan pewarnaan dengan proses digital juga dengan menggunakan software Adobe Illustrator CS6 dan Adobe Photoshop CS6. Selanjutnya file yang telah selesai siap untuk dicetak.

Gambar IV.21 Poster Sumber : Pribadi (2016)

Poster digunakan untuk menarik perhatian, Poster diaplikasikan di tembok tembok dengan cara ditempel, poster juga berguna untuk memberikan informasi tentang produk.

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 29,7 x 42 cm

Material : Kertas art paper 150gram Teknik Produksi : Cetak Offset


(2)

47 Gambar IV.22 flyer

Sumber : Pribadi (2016)

Media flyer memberikan informasi. Flyer juga memberi ajakan kepada orang agar mengunjungi tempat di putar nya film dokumenter tersebut.

Format / bentuk : landscape

Ukuran : 14,8 x 21 cm

Material : Kertas art paper 150gram Teknik Produksi : Cetak Offset


(3)

48 Gambar IV.23 X-banner

Sumber : Pribadi (2016)

Memberikan petunjuk dimana letak posisi diadakanya pemutaran film dokumenter tersebut dibuat lebih besar dari poster agar menarik perhatian orang dari kejauhan.

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 60 cm x 160 cm

Material : Bahan khusus kain silk banner


(4)

49 Gambar IV.24 Gantungan kunci

Sumber : Pribadi (2016)

Gantungan Kunci digunakan sebagai media pengingat karena mudah dibawa kemana saja

Format / bentuk : Memanjang

Material : alumunium dan plastik Teknik Produksi : Cetak Digital

Gambar IV.25 sticker

Sumber : Pribadi (2016)

Media stiker dapat digunakan dimana saja, karena medianya bisa ditempel dimana saja, stiker sangat cocok untuk dijadikan sebagai media pengingat.

Format / bentuk : Memanjang Material : Cutting Stiker Teknik Produksi : Cetak Offset


(5)

50 Gambar IV.26 Baju

Sumber : Pribadi (2016)

Baju digunakan sebagai media pengingat karena dapat dipakai .

Format / bentuk : Depan - belakang Material : Combed 30s Teknik Produksi : Sablon


(6)

51 Gambar IV.27 Cover CD

Sumber : Pribadi (2016)

Cover CD ini berguna untuk membuat menarik penampilan audience dan ingin memilikinya.

Format / Bentuk : Segi Empat Ukuran :18.5 x 12.8 mm Material : Art Paper