Pengaruh Rasio Leverage Dan Rasio Intensitas Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan Automotive Yang Go-Public Di Bursa Efek Indonesia
The Infulence Of Leverage Ratio And Capital Intensity Ratio To Profitability Automotive Companis that Go-Public At Stock Exchange Indonesia
Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Disusun Oleh:
Lisnawati Nurdiani 21207044
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2011
(2)
i
ABSTRAK
Lisnawati Nurdiani, “PENGARUH RASIO LEVERAGE DAN RASIO INTENSITAS MODAL TERHADAP PERUSAHAAN AUTOMOTIVE YANG GO-PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA”, Dibawah Bimbingan : Linna Ismawati, SE.,M,Si
Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui : (1) Perkembangan rasio leverage (DER) pada perusahaan automotive. (2) Perkembangan rasio intensitas modal pada perusahaan automotive. (3) Perkembangan profitabilitas (ROE) pada perusahaan automotive. (4) Besarnya pengaruh rasio laverage dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas secara parsial dan secara simultan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif dan metode verifikatif. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa pooled data yaitu terdiri dari data tahun 2005-2009 yang meliputi perusahaan automotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengujian statistik yang digunakan adalah analisis korelasi pearson, korelasi determinasi, dan uji hipotesis yang dihitung dengan menggunakan aplikasi SPSS 17,0 for windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan rasio leverage dan rasio intensitas modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas sebesar 10,1%. Secara parsial, rasio leverage (DER) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROE), sedangkan rasio intensitas modal berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE).
(3)
ii
ABSTRACT
Lisnawati Nurdiani, "THE INFULENCE OF RATIO LEVERAGE AND CAPITAL INTENSITY RATIO TO PROFITABILITY AUTOMOTIVE COMPANIS THAT GO-PUBLIC AT STOCK EXCHANGE INDONESIA”. Under guidance of Mrs. Linna Ismawati, SE., M.Si
The purpose of this study is to determine: (1) The development of the leverage ratio (DER) on the automotive companies. (2) The development of capital intensity ratio in automotive companies. (3) The development of profitability (ROE) in automotive companies. (4) The amount of influence laverage ratio and the ratio of capital intensity on profitability is partially and simultaneously.
The research method used is descriptive method and the method verifikatif. The data used are secondary data that is composed of data pooled data 2005-2009, which include automotive companies listed in Indonesia Stock Exchange. The test statistic used is the Pearson correlation analysis, correlation of determination, and test the hypothesis that computed using SPSS 17.0 for windows applications.
The results showed that simultaneously leverage ratio and capital intensity ratio significantly influence the profitability of 10.1%. Partially, the leverage ratio (DER) are not significant negative effect on profitability (ROE), while the capital intensity ratio significantly negative effect on profitability (ROE).
(4)
iii
Assalamu’allaikum Wr.Wb
Persembahan yang satu, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan nikmat dan kasih sayangnya kepada kita sebagai hamba-Nya. Atas segala rahmat, karunia yang telah diberikan-Nya,penulis dapat menyelesaikan penyusunan usulan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Rasio Leverage dan Rasio Intensitas Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Automotive yang Go-Pubic di Bursa Efek Indonesia”
Usulan Penelitianini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan Usulan Penelitian ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Ir Eddy Suryanto Soegoto,selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra. SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
(5)
iv
4. Ibu Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si, selaku Dosen Wali Kelas Mn-1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Seluruh Staf Dosen Pengajar dan Staff Sekretariat (Teh Hanna dan Teh Maya) Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
6. Ayahanda kupanjatkan do’a, semoga segala pengorbananmu menjadi suatu doa untuk penulis.
7. Ibundaku tercinta kupanjatkan do’a, semoga segala bantuan dan dorongan yang telah diberikan akan mendapat balasan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah S.W.T.
8. Keluargaku tercinta, terimakasih atas doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
9. Seseorang yang mencintai dan menyayangiku Raydi Chandra terimakasih atas bantuan dan dukungan semangatnya selama penulis menyelesaikan penelitian ini.
10. Sahabat–sahabatku Desi, Devi, Nita, Susriyani, Wina, Dede ridwan, Noe, Meli, Neng Riani terimakasih atas bantuan dan dukungan selama penulis menyelesaikan penelitian ini.
11. Teman-teman kelas Mn-1 angkatan 2007 yang sama-sama berjuang dan telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
(6)
v
Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan usulan penelitian ini sangat jauh dari kata sempurna. Keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis adalah hal yang menjadi kekurangan penulis. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhirnya penulis panjatkan doa semoga Allah SWT memberikan Taufik dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Bandung, Agustus 2011
(7)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini dengan semakin meningkatnya mobilitas, kuantitas serta kualitas arus ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan terjadinya perubahan–perubahan yang demikian cepat dalam segi kehidupan khususnya dalam dunia usaha. Perubahan–perubahan yang terus-menerus ini berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia yang terus berubah setiap saat. Satu sisi, perubahan-perubahan tersebut akan banyak membantu perusahaan untuk dapat memanfaatkan peluang atau keuntungan yang besar bagi suatu perusahaan. Sisi lain, perusahaan ini bisa juga mendatangkan malapetaka bagi perusahaan lainnya.
Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Perusahaan bertugas mengolah sumber-sumber ekonomi atau sering disebut faktor-faktor produksi. Melalui pengolahan sumber-sumber ekonomi itulah perusahaan mendapatkan keuntungan.
Di pasar modal dikenal jenis perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Perkembangan perusahaan dalam industri manufaktur Indonesia baik dalam jumlah maupun ukuran usaha membawa implikasi pada persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan dan
(8)
bahkan meningkatkan kinerjanya agar tetap bertahan dalam masa krisis dan persaingan yang semakin ketat.
Untuk mengetahui keberhasilan suatu perusahaan lazim digunakan ukuran kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan jika kinerja keuangan sudah mewakili kemajuan atau kemunduran suatu perusahaan. Dalam mengukur kinerja keuangan, dapat digunakan rasio keuangan.
Kinerja perusahaan pada akhir periode dievaluasi untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Proses evaluasi memerlukan standar tertentu sebagai dasar perbandingan. Standar yang digunakan dapat bersifat internal atau eksternal. Standar internal pada umumnya mengacu pada perbandingan kinerja perusahaan saat ini dengan periode sebelumnya. Standar eksternal mengacu pada competitive benchmarking yang merupakan proses perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dimana nilai rasio perusahaan dibandingkan dengan pesaing utama atau kelompok pesaing. Pendekatan competitive benchmarking harus dilakukan secara hati-hati agar hasil evaluasi kinerja perusahaan dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam meliputi kemajuan perusahaan secara relatif dibanding perusahaan pesaing.
Evaluasi kinerja perusahaan dengan mengacu pada standar eksternal melalui competitive benchmarking memberikan gagasan untuk mengembangkan analisis keuangan perusahaan individual dengan mempertimbangkan rasio industri (Lukas S. Atmaja, 2001:471). Hal ini dilakukan dengan mengukur rasio keuangan perusahaan tersebut dan dibandingkan dengan rasio keuagan industri. Rasio industri dalam penelitian ini disebut sebagai rasio keuangan.
(9)
Rasio lain yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan adalah rasio leverage keuangan. Rasio ini menunjukan risiko financial yang dihadapi perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan dananya perusahaan bisa menggunakan modal sendiri atau modal yang berasal dari pemilik atau jumlah hutang. Masalah leverage timbul karena perusahaan menggunakan asset yang menyebabkan harus membayar biaya tetap dan menggunakan hutang yang menyebabkan perusahaan menanggung beban tetap.
Perusahaan menggunakan leverage operasi dan finansial dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya. Dengan emikian akan meningkatkan keuntungan bagi para pemegang saham.
Dari sudut pandang manajemen keuangan, rasio leverage keuangan merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan (everaged) profitabilitas perusahaan (martono, 2001). Tingkat leverage operasi yang tinggi, jika hal-hal lain dan di anggap konstan, berarti perubahan penjualan dalam jumlah yang relatif kecil akan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan besar dalam ROE (Brigham & Houston, 2006:12). Rasio leverage keuangan membawa implikasi penting dalam pengukuran risiko finansial perusahaan.
Salah satu indikator penting dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis. Dalam matriks portofolio Boston Consulting Grup (BCG), daya tarik bisnis tercermin dari sumbu (axis) vertikal. Indikator daya tarik bisnis tersebut dapat diukur dari profitabilitas (seperti ROA dan ROE).
(10)
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor dan Kreditor berkepentingan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba saat ini maupun dimasa yang akan datang.
profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba (Bambang Riyanto, 2001:44) laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas modal sendiri ROE adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (EAT). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri (Equity) yang bekerja di dalam perusahaan.
Menurut (Commanor dan Wilson 1967), serta (Porter 1979) mengemukakan bahwa dalam mempelajari persaingan industri, hal penting yang perlu diperhatikan adalah tingkat hambatan untuk keluar masuk industri (barrier to entry). Penggunaan rasio intensitas modal (capital intensiveness) yang diukur dari total aktiva terhadap penjualan sebagai indikator barrier to entry. Semakin tinggi rasio intensitas modal menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk industri (Martono, 2001) . Hal tersebut karena dibutuhkan lebih banyak aset untuk menghasilkan setiap unit penjualan.
Berikut merupakan data perkembangan rata-rata rasio leverage, rasio intensitas modal, dan profitabilitas pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009.
(11)
Tabel 1.1
Perkembangan Rata-rata Rasio Leverage, Rasio Intensitas modal, dan Profitabilitas Pada Perusahaan Automotive
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 Sampai Dengan 2009
No Tahun Dalam persen (%)
Rasio Leverage (DER)
Rasio Intensitas Modal
Profitabilitas (ROE)
1 2005 3.60 1.15 5.93
2 2006 3.85 1.19 4.62
3 2007 4.65 1.04 18.22
4 2008 4.58 1.08 11.70
5 2009 2.57 1.21 22.52
Sumber : www.idx.co.id, data yang sudah diolah
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rasio leverage, rasio intensitas
Modal, dan profitabilitas pada setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Berdasarkan fenomena diatas bisa kita lihat bahwa fenomena terjadi pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 rasio leverage mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 2,57%. Berdasarkan survey awal penurunan ini karena bertambahnya modal perusahaan sehingga disisi lain rasio intensitas modal pun mengalami kenaikan 1,21%. Sehingga profitabilitas mengalami kenaikan sebesar 22,52%. DER turun karena ada pembayaran kas yang jatuh tempo sehingga jumlah modal keseluruhan berkurang. Hal ini berdampak pada operasional perusahaan yaitu menurunnya profitabilitas. Dilain pihak intensitas modal tinggi akibat rendahnya penjualan sehingga perolehan keuntungan yang menurun.
Karena dengan tingginya intensitas modal yang tinggi maka akan mengakibatkan menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk
(12)
industry. Tetapi dengan semakin tinggi intensitas modal akan semakin berpengaruh positif terhadap profibilitas.
Fenomena diatas juga didukung dengan adanya artikel (www.detikfinance.com) yang menyatakan bahwa pada tahun 2009 industri automotive mengalami penurunan. Hal ini disebabkan dengan adanya krisis global pada akhir tahun 2008. Kekhawatiran pelaku industry otomotif terhaap pengaryh krisis ekonomi makin nyata saja.
Kondisi ini ditandai anjloknya angka penjualan kendaraan bermotor di awal tahun secara nasional. Selama tiga bulan pertama tahun 2009 industri kendaraan bermotor sudah turun 16,49%. Gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia (Gakino) memperkirakan penjualan mobil tahun ini bakal menurun drastis. Jika pada tahun 2008 angka penjualan mencatat prestasi hingga terjual lebih dari 607,151 Unit, Maka pada tahun2009 diprediksi angkanya drop hanya tinggal sekitar 350.000 - 450.000 unit. Atau turun sekitar 25 – 30 % dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas bisa kita lihat rasio leverage dan rasio intensitas modal secara sepintas terlihat mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Khusus untuk industri automotive, faktor rasio intensitas modal dapat diwakili oleh industri ini. Hal ini dikarenakan untuk masuk ke industri ini membutuhkan modal yang besar. oleh karena itu objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur industri automotive.
(13)
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Leverage dan Rasio Intensitas Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan Automotive yang Go-Pubic di
(14)
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Adanya leverage yang tidak terlalu tinggi yang sering kali menjadi hambatan industri automotive untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal sendiri.
2. Adanya hambatan untuk keluar masuk industri (barrier to entry). Semakin tinggi rasio intensitas modal menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk industri, yang diukur dari total aktiva terhadap penjualan.
1.2.2 Rumusan masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian di atas maka peneliti membatasi pembahasannya pada masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan rasio leverage pada perusahaan automotif yang go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.
2. Bagaimana perkembangan rasio intensitas modal pada perusahaan automotif yang go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. 3. Bagaimana perkembangan profitabilitas pada perusahaan automotif yang
(15)
4. Seberapa besar pengaruh rasio leverage dan intensitas modal terhadap profitabilitas secara parsial dan simultan pada perusahaan automotif yang go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dari objek penelitian mengenai rasio leverage, intensitas modal pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan identifikasi di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk :
1. Untuk mengetahui perkembangan rasio leverage pada perusahaan automotif yang go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. 2. Untuk mengetahui perkembangan rasio intensitas modal pada perusahaan
automotif yang go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. 3. Untuk mengetahui perkembangan profitabilitas pada perusahaan automotif
yang go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.
4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh rasio laverage dan intensitas modal terhadap profitabilitas secara parsial dan secara simultan pada perusahaan automotif yang go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.
(16)
1.4 kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan jawaban atas dasar pemikiran bagi permasalahan yang dibahas, diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi penulis, perusahaan, maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kegunaan penelitian ada dua yaitu kegunaan praktis dan kegunaan akademis.
1.4.1 Kegunaan Praktis
1. Bagi perusahaan yang menjadi penelitian ini, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dan dapat mengetahui informasi yang diperoleh dari hasil analisis tentang rasio leverage, intensitas modal pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009. 2. Bagi karyawan bagian keuangan semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai cara-cara menganalisis khususnya dalam rasio laverage, intensitas modal pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, semoga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan tentang rasio leverage, intensitas modal pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009, dan menjadi referensi serta memberikan kegunaan empiris bagi kepentingan pengembangan ilmu
(17)
manajemen keuangan, khususnya, dan dunia ilmu pengetahuan secara umum. Serta untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya dan sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang terkait dengan data laporan keuangan perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009.
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun jangka waktu dalam menyusun penelitian ini adalah kurang lebih selama tiga bulan, terhitung dari bulan Maret sampai dengan Mei 2011. Berikut jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian :
Tabel 1.4 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jadwal Kegiatan
Bulan
Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
(18)
(19)
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Leverage
Perusahaan dalam beroperasi selain menggunakan modal kerja, juga menggunakan aktiva tetap, seperti tanah, bangunan, pabrik, mesin, kendaraan, dan peralatan lainnya yang mempunyai masa manfaat jangka panjang atu lebih dari satu tahun. Atas penggunaan aktiva tetap tersebut perusahaan harus menanggung biaya yang bersifat tetap yaitu biaya tetap atau fixed cost.
Untuk memenuhi kebutuhan dananya perusahaan bisa menggunakan modal sendiri atau modal yang berasal dari pemilik, dan bisa juga berasal dari pinjaman atau hutang. Bila perusahaan menggunakan dana dari pinjaman, maka perusahaan secara rutin akan membayar biaya bunga yang merupakan beban tetap bagi perusahaan. Masalah leverage timbul karena perusahaan menggunakan hutang yang menyebabkan perusahaan menanggung beban tetap. Dengan demikian leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap (Sutrisno, 2009:198).
Dikaitkan dengan manajemen keuangan, biaya tetap (yang berasal dari aktivitas operasi dan keuangan) dapat dipandang sebagai suatu leverage, yang sanggup menghasilkan (mengungkit) laba yang lebih besar.Sebaliknya, leverage pun berpotensi menimbulkan kerugian yang lebih besar (Mardiyanto, 2009:248).
(20)
Berdasarkan uraian diatas maka bilamana tingkat leverage operasi sudah relatif tinggi, perusahaan cenderung untuk mengurangi tingkat leverage keuangn (mengurangi proporsi utangnya). Demikian juga sebaliknya.
Leverage bersumber dari penggunaan biaya tetap (fixed cost), baik biaya tetap dari aktivitas operasi maupun biaya tetap dari aktifitas operasi maupun biaya tetap dari aktivitas keuangan.Leverage yang bersumber dari aktivitas operasi disebut leverage operasi (operating leverage) dan leverage yang berasal dari aktivitas keungan dinamai leverage keuangan (financial leverage). Gabungan keduanya dinamai leverage total (total leverage) atau leverage kombinasi (combined leverage)
2.1.1.1. Leverage Operasi
Leverage operasi adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan. Penggunaan leverage operasi oleh perusahaan diharapkan agar penghasilan yang diperoleh atas penggunaan aktiva tetap tersebut cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variable (Sutrisno,2009:198).
Berdasarkan uraian diatas bahwa leverage operasi ini terjadi karena perusahaan dalam beroperasi menggunakan aktiva tetap sehingga harus menanggung biaya tetap. Leverage operasi mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan operasi. Dengan mengetahui tingkat leverage operasi, maka manajemen bisa menaksir perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan penjualan.
(21)
Ukuran leverage operasi adalah degree of operating leverage (DOL). Semakin tinggi DOL, perusahaan semakin berisiko, karena harus menanggung biaya tetap semakin besar (Sutrisno,2009:199). Untuk menghitung besarnya degree of operating leverage bisa digunakan rumus:
atau
2.1.1.2. Leverage Finansial
Leverage finansial merupakan penggunaan dana yang menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga. Penggunaan dana yang menyebabkan beban ini diharapkan penghasilan yang diperoleh besar dibanding dengan beban yang dikeluarkan (Sutrisno,2009:198).
Berdasarkan uraian diatas leverage finansial terjadi akibat perusahaan menggunakan sumber dana dari hutang yang menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap. Atas penggunaan dana hutang perusahaan setiap tahunnya dibebani biaya bunga. Leverage finansial mengukur pengaruh perubahan keuntungan operasi (EBIT) terhadap perubahan pendapatan bagi pemegang saham (EAT).
Ukuran tingkat leverage finansial adalah degree of financial leverage (DFL), dan untuk mengukur besarnya DFL bisa digunakan rumus sebagai berikut:
% perubahan dalam EBIT DEL =
% perubahan dalam sales
S-BV Q(P-V) DOL = =
S-BV-BT Q(P-V)-BT
EBIT Q(P-V)BT DFL = =
(22)
2.1.1.3. LeverageTotal
Leverage totalmerupakan gabungan antara leverage operasi dan leverage keuangan. Dengan leverage kombinasi kita juga bisa mengetahui secara langsung efek perubahan penjualan terhadap perubahan laba untuk pemegang saham atau EAT. Leverage kombinasi adalah pengaruh perubahan penjualan terahadap perubahan laba setelah pajak (Sutrisno,2009 :202).
Leverage kombinasi diukur melalui perkalian antara leverage operasi dan leverage keuangan yang disebut degree of combined leverage. Untuk menghitung degree of combined leverage, sebagai berikut:
2.1.1.4. Rasio Leverage
Rasio leverage menunjukan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage faktornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage faktor, perusahaan mempunyai risiko yang kecil bila kondisi ekonomi merosot. Penggunaan dana hutang bagi perusahaan tersebut mempunyai tiga dimensi (1) pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. (2) dengan menggunakan dana hutang, maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan (3) dengan penggunaan hutang, pemilik mendapatkan dana tanpa kehilangan pengendalian pada perusahaannya. Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah hutang
S-BV Q(P-V) DFL = =
(23)
yangdigunakan, dan semakin besar risiko bisnis yang dihadapi terutama apabila kondisi perekonomian memburuk (Sutrisno, 2009:217).
Menurut Sutrisno (2009:217) rasio leverage yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yakni sebagai berikut:
1. Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Yang dimaksud dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang (Sutrisno, :217). Untuk mengukur besarnya debt ratio bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2. Debt to Equity Ratio
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit disbanding dengan hutangnya (Sutrisno, :218).Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk menghitung debt to equity ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
Total hutang
Debt ratio = x 100% Total aktiva
Total hutang
Debt to Equity Ratio = x 100% Modal
(24)
3. Time Interest Earned Ratio
Time interest earned ratio yang sering disebut sebagai coverage ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini memgukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya (Sutrisno, :218). Untuk menghitung Time interest earned ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
4. Fixed Charge Coverage Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa.Karen amungakin saja perusahaan menggunakan aktiva tetap dengan cara leasing, sehingga harus membayar angsuran tertentu (Sutrisno, :218). Untuk menghitung Fixed Charge Coverage Ratiobisa menggunakan rumus sebagai berikut:
Laba sebelum bunga & pajak Time interest earned ratio =
Beban bunga
EBIT+Bunga+Angsuran Lease Fixed Charge Coverage Ratio =
(25)
5. Debt Service Ratio
Debt service ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman (Sutrisno, :219). Untuk menghitung debt service ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
2.1.2. Rasio Intensitas Modal
Perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Sebenarnya masalah modal itu mengandung banyak arti dan berbagai rupa aspek, hubungan ini pun perlu disayangkan bahwa hingga kini diantara para ahli ekonomi sendiri belum terapat “Communis Opinio” tentang apa yang disebut modal. Karena begitu banyaknya pendapat-pendapat mengenai pengertian modal yang kadang-kadang bertentangan satu engan yang lainnya,hal ini akan dapat membingungkan kita.arti pada faktor produksi modal dalam sejarahnya adalah berkembang sesuai dengan perkembangan artian itu sendiri secara ilmiah, pada permulaannya orientasi dari pengertian modal “Physical oriented”.
Menurut Agus Sartono (2001) Intensitas modal merupakan rasio antara fixed asset, seperti peralatan pabrik, mesin dan berbagai property, terhadap asset total.
Laba sebelum bunga & pajak Debt Service Ratio =
Angsuran pokok pinjaman Bunga + Sewa +
(26)
Rasio ini menggambarkan seberapa besar asset perusahaan diinvestasikan dalam bentuk fixed asset (aktiva tetap). Perputaran total aktiva (Total Aset Turnover) apabila dibalik akan menghasilkan intensitas modal.
Perputaran Total Aktiva (Total assets Turnover) merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan didalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali Operating Assets berputar dalam suatu periode tertentu.Berikut ini adalah definisi Perputaran Total aktiva (Total assets Turnover) menurut beberapa sumber, yaitu sebagai berikut :
Perputaran Total aktiva (Total assets Turnover) adalah : “ Kecepatan berputarnya Total Assets dalam suatu periode tertentu”. (Agnes sawir, 2003:19)
Definisi Perputaran Total aktiva (Total assets Turnover) sebagai berikut :
“Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
penjualan berdasarkan efektifitas penggunaan total aktiva”. (Mamduh M. Hanafi, 2003:81).
2.1.2.1 Pengertian Modal
Menurut Bambang riyanto (2008:17) dalam hubungan ini dapat di kemukakan misalnya modal yang klasik dimana artinya modal adalah hasil produksi yang digunakan untuk memprodusir lebih lanjut. Perkembangan pengertian modal itu mulai bersifat “non-physical oriented” dimana pengertian modal itu di tekankan pada nilai,daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal,meskipun dalam hal ini sebenarnya juga belum ada penyesuaian pendapat diantara ahli ekonomi
(27)
sendiri. Hal ini di kemukakan pengertian modal oleh berbagai ahli yang dikutip oleh bambang riyanto (2008 : 18) :
Menurut Prof.Meii “Modal sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal yang terdapat dalam neraca sebelah debet,yang di maksudkan dengan barang-barang moal adalah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi pruduktifitasnya untuk membentuk
pendapatan”.
Menurut Prof.Polak “ modal sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang -barang modal,dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit, adapun yang dimaksud dengan barang modal adalah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi terdapat di
neraca disebelah debet”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa modal merupakan barang-barang yang kongkret yang ada dalam perusahaan atau menunjukan dana jangka panjang pada suatu perusahaan yang meliputi semua bagian disisi kanan neraca kecuali hutang lancar.
2.1.2.2 Klasifikasi Modal
Menurut Bambang Riyanto (2008:19) klasifikasi modal digolongkan menjadi 2 bagian yaitu :
1.Modal menurut bentuknya (modal Aktif) yaitu modal yang tertera di sebelah debit dari neraca,yang menggambarkan bentuk-bentuk alam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan.
a. Modal aktif berdasarkan cara dan lamanya perputaran dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
(28)
1.Aktiva lancar
Aktiva yang habis dalam suatu kali berputar dalam proses produksi,dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun).
2. Aktiva Tetap
Aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi.
b. Modal aktif berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Modal kerja
2. Modal tetap
2. Modal menurut sumber atau asalnya (modal pasif) yaitu modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber darimana dana tersebut diperoleh.
a. Modal pasif berdasarkan asalnya
1. Modal sendiri adalah berasal dari perusahaan itu seniri (cadangan,laba) berasal dari pengambilan bagian, peserta atau pemilik (modal saham,modal peserta dll)
(29)
2. Modal asing (modal kreditur atau hutang) adalah modal yang berasal dari kreditur yang ini merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan.
b. Modal pasif berdasarkan lamanya penggunaan dibedakan menjadi jangka panjang dan modal jangka pendek.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal di kelompokan menjadi modal aktif dan modal pasif, dimana modal aktif adalah modal yang berada di sebelah debet dari neraca. Modal aktif menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan modal pasif menggambarkan sumber-sumber dana yang diperoleh oleh perusahaan.
2.1.2.3 Sumber Modal
Masalah modal dalam suatu perusahaan merupakan persoalan yang tidak akan berakhir, mengingat bahwa pentingnya masalah modal yang nantinya akan digunakan dalam segala aktivitas perusahaan itu sendiri. Perusahaan dapat memperoleh sumber modal dengan cara-cara yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya menurut bambang (2008:209) sumber modal dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Ditinjau dari asalnya sumber modal terbagi 2 yaitu : a.sumber intern
b.sumber ekstern
sumber modal yang berasal dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Modal yang
(30)
berasal dari kreditur adalah merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan dan di sebut sebagai modal asing, sedangkan dana atau modal yang berasal dari pemilik peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan adalah merupakan dana yang akan tetap ditanamkan didalam perusahaan yang bersangkutan dengan dikenal sebagai modal sendiri.
2. Ditinjau dari cara terjadinya sumber modal terbagi menjadi tiga : a. Tabungan
Tabungan tidak menkonsumir pendapatan atau sebagian dari pendapatannya dengan demikian maka tabungan ialah pendapatan yang tidak dikonsumsi. Tabungan dapat digunakan untuk keperluan konsumsi dan dapat pula dipergunakan untuk investasi. Tabungan yang digunakan untuk kepentingan konsumsi tidak memperbesar dana modal, sedangkan tabungan yang digunakan untuk investasi memperbesar dana modal. b. Penciptaan atau Kreasi Uang/Kredit oleh Bank
Sebagai sumber kedua yaitu penciptaan atau kreasi uang yang dapat menciptakan uang tidak hanya bank sirkulasi tetapi juga bank-bank daripada penggunaan uang.
c. Identifikasi dari Penggunaan Uang
Cara ini dilakukan oleh bank dengan meminjam kembali uang yang dipercayakan atau disimpan oleh masyarakat dibank.
(31)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber modal atau dana dari dalam perusahaan yaitu modal yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan sedangkan sumber dana dari luar perusahaan adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan.
2.1.2.4. Jenis-jenis Modal
1. Modal Asing
Menurut Bambang Riyanto (2008:227) modal asing merupakan modal yang berasal dari pihak luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan,dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Adapun modal asing dibagi menjadi tiga bagian:
1. Modal Asing/Utang Jangka Pendek (Short-term Debt)
Menurut bambang riyanto (2008:227) modal asing jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya. Jenis-jenis modal asing jangka pendek adalah :
a. Rekening Koran. b. Kredit penjual c. Kredit dan Pembeli d. Kredit wesel.
(32)
2. Modal Asing/Utang Jangka Menengah (Intermediate-Term Debt)
Menurut bambang riyanto (2008:232) modal asing jangka menengah merupakan hutang yang jangka waktu atau umumnya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai usaha dengan jenis kredit ini dirasakan karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek disatu pihak dan juga sukar untuk dipenuhi dengan jangka panjang dilain pihak.
Bentuk-bentuk utama dari kredit-kredit jangka menengah sebagai berikut : a.Term Loan
Kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu.
b. Lessing
Suatu alat atau cara untuk mendapatkan “service” dari suatu aktiva
tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya kalau kita
menjual obligasi untuk mendapatkan “service” dan hak milik atas
aktiva.
3. Modal Asing/Utang jangka panjang (Long-Term Debt)
Menurut Bambang Riyanto (2008:238) modal asing jangka panjang adalah suatu utang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari 10 tahun.Utang jangka panjang umumnya digunakan untuk membelanjai peluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan.
(33)
Bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang sebagai berikut: a. Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, untuk mana debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu.
b. Pinjaman Hipotik (Mortgage)
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak.
2. Modal Sendiri
Menurut Bambang Riyanto (2008:240) modal sendiri dapat berasal dari luar perusahaan juga dapat berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri dari dalam perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern adalah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan, sedangkan yang berasal dari sumber ekstern perusahaan adalah modal yang bersal dari pemilik perusahaan, terdiri dari berbagai macam bentuk menurut bentuk hukum dari masing-masing perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Bambang Riyanto (2008:240) modal sendiri dalam suatu perusahaan yang berbentuk PT. terdiri dari:
1. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu P.T. bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil
(34)
penjualan sahamnya “akan tetap tertanam” di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.
Adapun jenis-jenis dari saham adalah sebagai berikut a. Saham Biasa (Common Stock)
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
c. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred-Stock) 2. Cadangan
Cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (Reserve that are surplus). Caangan yang termasuk dalam modal sendiri ialah antara lain:
a. Cadangan ekspansi b. Cadangan modal kerja c. Cadangan selisih kurs
d. Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya (cadangan umum).
3. Laba Ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan
(35)
keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan “keuntungan yang ditahan” (retained Earning).
2.1.3. Profitabilitas
Setiap perusahaan yang bersifat profit oriented tentunya akan berusaha menggunakan setiap aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang optimal. Perusahaan menginginkan agar sebagian dananya dioperasikan, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas atau keuntungan yang optimal. Profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva.
Menurut Bambang Riyanto (2008:35), profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Adapun yang termasuk dalam rasio rentabilitas adalah: 1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Laba kotor Gross Profit Margin =
Penjualan bersih
Laba setelah pajak Net Profit Margin =
(36)
3. Earning Power of Total investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan kekuntungan netto.
4. Return on Equity
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen.
5. Return on Asset
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur dari total aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas dapat dihitung dengan berbagai macam rumus rasio. Profitabilitas atau rentabilitasdi bagi menjadi lima, yaitu Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Earning Power of Total investment, Return on Equity, Return on Asset. Yang
Laba sebelum pajak Erning Power of =
Total Invesment Total aktiva
Laba setelah pajak ROE =
Modal sendiri
Laba sebelum pajak ROA =
(37)
dimana masing-masing ratio tersebut digunakan untuk meningkatkan keuntungan atau laba.
Menurut Bambang Riyanto (2008:44) “ROE merupakan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal disatu pihak dengan modal sendiri di pihak lain”.
Kemudian Gitosudarmo mengatakan bahwa “ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan laba.
Secara umum rentabilitas modal sendiri menurut Gitosudarmo (2002:233) dapat dianalisi dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Sementara tandelilin (2001:240) secara sistematis menyatakan bahwa rumus atau menghitung ROE bisa d sebutkan
Berdasarkan uraian diatas bisa di simpulkan bahwa rasio yang paling banyak diminati oleh para pemegang saham adalah ratio return on equity karena rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen alam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntunan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Reynaldo:2007).
Laba bersih ROE =
Modal sendiri
Laba bersih setelah bunga dan pajak ROE =
(38)
2.1.4. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
2.1.4.1 Hubungan Rasio Leverage dengan Profitabilitas (ROE)
Menurut Bambang Riyanto (2008:51) Besarnya rentabilitas modal sendiri selain dipengaruhi oleh rentabilitas ekonomi juga dipengaruhi oleh rasio utang. Pengaruh rasio utang terhadap rentabilitas sendiri dapat positif, dapat negatif ataupun dapat tidak mempunyai pengaruh sama sekali.
pengaruh positif, artinya makin besar rasio ini mengakibatkan makin besarnya rentabilitas modal sendiri, terjadi kalau rentabilitas ekonomi lebih besar daripada tingkat bunga.Pengaruh negatif terjadi dalam keadaan ekonomi yang sebaliknya, yaitu dalam keadaan rentabilitas ekonomi lebih kecil daripada tingkat bunga.
Berasarkan uraian diatas bisa di simpulkan bahwa dalam yang keadaan demikian perusahaan yang mempunyai rasio utang yang lebih besar akan mempunyai rentabilitas modal sendiri yang lebih tinggi. Dan apabila perusahaan dalam keadaan mempunyai rasio utang paling besar akan memiliki rentabilitas modal sendiri yang paling kecil.
(39)
2.1.4.2 Hubungan Rasio Intensitas Modal dengan Profitabilitas (ROE)
Menurut Martono (2001) Rasio intensitas modal berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROE.Intensitas modal yang tinggi berarti semakin tinggi aktiva yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan setiap unit penjualan sehingga tidak efisien.
Berdasarkan uraian diatas bisa di simpulkan bahwa apabila semakin kecil aktiva yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan berarti semakin efisien operasi perusahaan.
2.1.4.3 Hubungan Rasio Leverage, Rasio Intensitas Modal terhadap Profitabilitas (ROE)
Menurut Ross Westerfield Jordan (2009:97) yang menyatakan bahwa return on equity (ROE) dipengaruhi oleh efisiensi penggunaan aset (yang diukur oleh perputaran total aset). Dengan demikian semakin tingggi rasio intensitas modal menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk industri.Hal tersebut karena ibutuhkan lebih banyak aset untuk menghasilkan setiap unit penjualan.
Rasio leverage membawa implikasi penting dalam pengukuran risiko finansial perusahaan. Rasio leverage merupakan rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.
(40)
2.1.5. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Studi Empiris dengan Penelitian Terdahulu Penelitian dan
Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan
Alat Analisis Cyrillius Martono 2001 “Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur yang Go-Public di Indonesia” ROA industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan, rasio leverage keuangan tertimbang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perusahaan, sedangkan variable lain berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Rasio Leverage dan Rasio Intensitas Modal sebagai salah satu indikator X
Rasio “ROA” dan “ROE” yang digunakan sebagai rasio keuangan pada peneliti terdahulu Uji korelasi koefisien determinasi dan uji regresi berganda. Azmila 2005 “Pengaruh Leverage Keuangan dan Profit Margin Tertimbang Terhadap ROE Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”
leverage keuangan dan profit margin tertimbang secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Rasio Leverage sebagai salah satu indikator X, dan ROE sebagai indikator Y
Intensitas Modal sebagai salah satu indikator X Uji korelasi koefisien determinasi dan uji regresi berganda. Sanjaya Robert 2006 “Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal ROA industri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahan. rasioleverage keuangan tertimbang dan pangsa pasar Rasio Leverage dan Rasio Intensitas Modal sebagai salah satu indikator X
Pangsa pasar sebagai salah satu variabel X pada penelitian terdahulu. Uji korelasi koefisien determinasi dan uji regresi berganda.
(41)
Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap ROA dan ROE Perusahaan Keuangan yang Go-public di Indonesia”
memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. intensitas modal tertimbang memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA perusahaan Reynaldo Hamonangan “pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Perporming Loan, Operating Ratio, dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return on Equity (ROE) Perusahaan Perbankkan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”
Secara simultan dapat kesimpulan, bahwa CAR, DER, NPL, OR, dan LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE dengan arah negatif.
Return On Equity (ROE) sebagai salah satu indikator Y
Non Perporming Loan, Operating Ratio, dan Loan To Deposit Ratio sebagai salah satu indikator X pada penelitian terdahulu Uji korelasi koefisien determinasi dan uji regresi berganda.
(42)
2.2. Kerangka Pemikiran
Kegiatan suatu perusahaan diantaranya adalah untuk mencari modal dan melakukan pembelanjaan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dengan tujuan agar memperoleh keuntungan. Modal perusahaan berasal dari modal asing dan modal sendiri. Apabila perusahaan ingin dapat meningkatkan nilai perusahaannya maka perusahaan harus meningkatkan laba (keuntungan) yang akan menarik minat para investor.
Pemilihan dana yang digunakan oleh perusahaan. Terlebih dahulu perusahaan harus mempertimbangkan tujuan dari penarikan dana tersebut dan untuk apa dana tersebut digunakan. Hal ini penting untuk memperkirakan tingkat hasil yang diperoleh perusahaan akibat dari penarikan dan penggunaan modal tersebut. Jika perusahaan tersebut tidak mampu menggunakan modalnya secara efektif dan efisien, ada akhirnya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan terutama dalam mengembalikan hutang-hutangnya.
Menurut Bambang Riyanto (2008:375) Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap.
Masalah finanisial leverage baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap, seperti halnya masalahnya operating leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage
(43)
yang menguntungakan atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dari beban tetap dari penggunaan dana itu.
Menurut Brigham dan Houston (2006:12) “Tingkat leverage operasi yang tinggi, jika hal-hal lain di anggap konstan, berarti perubahan penjualan dalam jumlah yang relative kecil akan dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan besar alam ROE”.
Salah satu pendekatan rasio yang digunakan dalam rasio leverage adalah debt to equity ratio(DER). Berikut pengertian debt to equity ratio menurut beberapa ahli:
Menurut Sutrisno (2009:218) “Rasio hutang dengan modal sendiri merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal seniri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya”.
Menurut Sumadji, Yuha Pratama, dan Rosita (2006:238) “Debt to Equity
Ratio(DER) menunjukan perbandingan antara hutang dan modal sendiri untuk menilai batas kemampuan modal sendiri dalam menanggung resiko
atau batas perluasan usaha dengan menggunakan moal pinjaman”.
Menurut Sua Husnan dan Enny Pudjiastuti (2006:70) “Debt to Equity Ratio
(DER) merupakan rasio yang menunjukan perbandingan antara hutang
dengan modal sendiri”.
Berdasarkan uraian diatas bisa di simpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seuruh hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya (Prihantoro, 2003).
(44)
Untuk menghitung debt to equity ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
Total aset turn over menunjukan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio total aset turn over berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan (Yuanita Caroline, 2006).
Berdasarkan uraian diatas bisa di simpulkan bahwa jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila total asse turn overnya ditingkatkan atau diperbesar.
Menurut Commannor dan Wilson 1967, serta Porter 1979 mengemukakan bahwa pengukuran rasio perputaran total aktiva bila dibalik (reciplocal) akan mencerminkan rasio intensitas modal atau capital intensiveness. Perusahaan yang memiliki intensitas modal tinggi cenderung tidak efisien karena membutuhkan aktiva lebih besar untuk menghasilkan setiap unit penjualan.
Semakin tinggi rasio intensitas modal menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk industri. Hal tersebut karena dibutuhkan lebih banyak asset untuk menghasilkan setiap unit penjualan (Martono, 2001)
Perhitungan total asset turn over dilakukan sebagai berikut: Total hutang
Debt to Equity Ratio = x 100% Modal
Penjualan Perusahaan Total asset turn over =
(45)
Rumus untuk menghitung Intensitas Modal
Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan di mana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri.Profitabilitas selain merupakan cerminan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan operasional bank, profitabiitas juga dapat mencerminkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan operasional perusahaan.
Menurut Munawir (200:65) “Profitabilitas ialah keefektifan operasi serta
derajat keuangan suatu perusahaan”.
Tujuan analisis profitabilitas atau rentabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha an profitabilitas yang dicapai oleh perusahan yang bersangkutan (Kuncoro, 2002:548).Tingkat profitabilitas yang tinggi akan dapat menarik para investor untuk menanamkan modalnya, sedangkan tingkat profitabilitas rendah dapat menyebabkan para investor menarik dana mereka.
Rasio pengukuran yang digunakan dalam hubungan dengan modal sendiri adalah Return on Equity (ROE) yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasikan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Total Aktiva Intensitas Modal =
(46)
Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegng saham, ukuran dari keberhasilan ini adalah angka ROE berhasil di capai. Menurut Bambang Riyanto (2008:44) untuk menghitung ROE digunakan rumus sebagai beikut:
Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran Laba bersih ROE =
Modal sendiri
Kegiatan Perusahaan
Pembelian (Allocation) - Asset
Pendanaan (Financing) - Modal asing
- Modal sendiri
Penjualan
Laba
Keuntungan (Profitabilitas) Laba bersih ROE =
Modal sendiri
Leverage perusahaan Total hutang DER =
Modal sendiri Intensitas modal
Total asset penjualan
(47)
Menurut Bambang Riyanto (2008:51) Besarnya rentabilitas modal sendiri selain dipengaruhi oleh rentabilitas ekonomi juga dipengaruhi oleh rasio utang. Pengaruh rasio utang terhadap rentabilitas sendiri dapat positif, dapat negatif ataupun dapat tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Perusahaan yang mempunyai rasio utang yang lebih besar akan mempunyai rentabilitas modal sendiri yang lebih tinggi.
Menurut Martono (2001) Rasio intensitas modal berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROE. Intensitas modal yang tinggi berarti semakin tinggi aktiva yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan setiap unit penjualan sehingga tidak efisien. Apabila semakin kecil aktiva yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan berarti semakin efisien operasi perusahaan.
(48)
Berasarkan uraian tersebut dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut :
Brigham & Houston (2006:12)
Martono (2001)
3 4 5
Martono (2001)
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Rasio Leverage
- Hutang jangka panjang - Moal sendiri
Total hutang
DER = x 100%
Modal sendiri (Sutrisno, 2009:218)
Intensitas Modal - Total aktiva
- Penjualan
Total aktiva Intensitas modal =
Penjualan (Martono, 2001)
Profitabilitas
- Laba bersih - Modal sendiri
Laba bersih
ROE = x 100% Modal sendiri
(49)
2.3. Hipotesis
Menurut sugiono (2010:84) Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang digunakan sebelum dilakukannya penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat sebuah hipotesis awal yaitu bahwa terdapat pengaruh antara rasio leverage dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas secara parsial dan simultan pada perusahaan automotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
(50)
(51)
43 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono(2005:32)adalah sebagai berikut :
“Objek Penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah rasio leverage, rasio intensitas modal terhadap profitabilitas. Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Automotive yangGo Public.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:
Menurut Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa:
“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuandan kegunaan tertentu”.
(52)
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwamerupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka), dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2008:147)menyatakan bahwa:
“Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Menurut Sugiyono(2010:8) metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunkan istrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan benar tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan tentang hubungan antar
(53)
variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan, mengolah, menganallisis, dan menginterprestasi data dalam pengujian hipotesis statistik.
Penulis menggunakan metode deskriptif tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana kondisi rasio leverage dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas. Sedangkan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena data rasio leverage, rasio intensitas modal dan profitabilitas yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif.
Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah - masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan di kumpulkan, diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan dapat ditarik kesimpulan.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) mengatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.Tahapan atau langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,
(54)
2. Menetapkan rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Seberapa besar pengaruhrasio leverage dan rasio intensitas modal, secara simultan maupun parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive yang Go Public.
3. Menetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio leverage dan rasio intensitas modal, secara simultan dan parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan Automotive yang Go Public.
4. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori. Penulis menetapkan hipotesis dalam penelitian ini: rasio leverage dan rasio intensitas modal secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Automotif yang Go Public.
5. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini konsep rasio leverage mengacu kepada pendapat Brigham & Houston (2006:12). Rasio Intensitas Modal adalah menurut Martono, (2001) selanjutnya Profitabilitas mengacu kepada pendapat Bambang Riyanto (2008:44)
6. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Teknik nonprobability sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sampling purposive. Sehingga diperoleh
(55)
sampel dari laporan keuangan perusahaan Automotif yang Go Publik selama limatahunyaitu dari tahun 2005-2009. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi
7. Melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik dinferensial. Metode deskriptif dan Verifikatif, dan analisis regresi berganda.
8. Melaporkan hasil penelitian.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan dua variable bebas secara bersamaan dengan satu variable tergantung.
Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Pengertian variabel menurut Sugiyono (2010: 31) adalah “sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.”
Rasio Leverage (X1)
Variabel Indevenden
Profitabilitas (Y) Variabel Dependen Rasio Intensitas
Modal (X2)
(56)
Sedangkan definisi operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002:69) sebagai berikut:
“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.”
Berdasarkan pernyfataan diatas, operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.
1. Variabel Bebas / Independent (variabel X1)
Sugiyono (2010:33)mengemukakan bahwa,“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat (dependen)”.
Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.
Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)
adalah rasio leverage dan kedua (X2) adalah rasio intensitas modal.
a. Rasio Leverage (X1)
Menurut Sutrisno, (2009:198) Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Leverage bersumber dari penggunaan
(57)
biaya tetap (fixed cost), baik biaya tetap dari aktivitas operasi maupun biaya tetap dari aktifitas operasi maupun biaya tetap dari aktivitas keuangan.
Menurut Brigham dan Houston (2006:12) “Tingkat leverage operasi yang
tinggi, jika hal-hal lain di anggap konstan, berarti perubahan penjualan dalam jumlah yang relative kecil akan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan besar
alam ROE”.
b. Rasio Intensitas Modal (X2)
Menurut Commannor dan Wilson 1967, serta Porter 1979 mengemukakan bahwa pengukuran rasio perputaran total aktiva bila dibalik (reciplocal)akan mencerminkan rasio intensitas modal atau capital intensiveness. Perusahaan yang memiliki intensitas modal tinggi cenderung tidak efisien karena membutuhkan aktiva lebih besar untuk menghasilkan setiap unit penjualan.
2. Variabel tergantung / Dependent (Variabel Y)
Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Menurut Sugiyono(2010:39), “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas”.
Dalam hal ini variabel terikatnya adalah Profitabilitas yangmenurut Bambang Riyanto (2008:35), profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
(58)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep variable Indikator Ukuran Skala
Rasio Leverage (X1)
Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap
(Sutrisno, 2009:198).
Rasio Leverage (X1)
Total Hutang DER =
Modal Sendiri
(Sutrisno, 2009: 218)
%
(persen) Rasio
Rasio Intensitas Modal (X2)
Perusahaan yang memiliki intensitas modal tinggi cenderung tidak efisien karena membutuhkan aktiva lebih besar untuk menghasilkan setiap unit penjualan (Martono, 2001)
Rasio Intensitas Modal(X2) Total asset Intensitas Modal =
Penjualan
(Martono, 2001)
%
(persen) Rasio
Profitabilitas (Y)
profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
(Bambang Riyanto,
2008:35)
Laba Bersih ROE =
Modal sendiri
( Bambang Riyanto, 2008:44)
%
(59)
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti pada penelitian mengenai pengaruh rasio leverage dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitasadalah data data sekunder.
Sedangkan menurut Sugiyono (2009:137)data sekunder adalah:
“Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.”
Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk data-data, tabel-tabel, diagram atau segala informasi yang berasal literatur yang ada hubungannya dengan teori-teori mengenai topik penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan Perusahaan automotif yang Go Public..
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Populasi Penelitian
Adapun Pengertian populasi menurut Sugiyono(2006:72) mengemukakan bahwa:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh
(60)
Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Laba Rugi dan Neraca yang diperoleh dari tahun 2005-2009.
2. Sampel
Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap seluruh anggota populasi maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut.Sugiyono (2010:81) memaparkan bahwa, “Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan.Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik nonprobability sampling.
Menurut Sugiyono(2010:84), diungkapkan bahwa: “Nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”.
Teknik nonprobability sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sampling purposive.
Sugiyono (2010:85) menjelaskan bahwa, “Sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.Sedangkan teknik penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah non probabilitiysampling yaitu dengan menggunakan purposive sampling dimana sampel diambil berdasarkan pada alasan kriteria yang jelas. Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berasal dari
(61)
laporan keuangan perusahaan automotive yang go public berupa laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas perusahaan periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu mencari data dari berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku sumber yang dapat dijadikan acuan, internet atau pun dari surat kabar.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Melakukan pengumpulan data dengan melakukan observasi langsung di Pojok Bursa YPKP Bandung. Dalam teknik ini peneliti langsung terjun di lapangan pada perusahaan yang menjadi objek penelitian untuk mengumpulkan, mengelola dan menganalisis data yang diperlukan. Adapun cara yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Observasi (Observation)
Pengamatan langsung pada objek yang diteliti untuk mengetahui secara langsung keadaan yang sebenarnya. Data atau informasi diperoleh secara langsung dari sumber-sumber tertulis yang diberikan sehingga pengumpulan data yang dibutuhkan dapat dipercaya kebenarannya.
(62)
b. Wawancara (Interview)
Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang berkepentingan atau ahli yang berkompetensi dalam bidangnya. Dalam hal ini dengan pembimbing dari perusahaan.
c. Dokumentasi (Documentation)
Mengumpulkan dan menganalisa data-data penting tentang perusahaan atau dengan kata lain dengan mengolah data yang sudah ada.
3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis
Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. a. Analisis Kualitatif
Menurut Sugiyono(2010:14)analisis kualitatif adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan
(63)
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dari variabel X1(rasio leverage) dan X2(rasio intensitas modal), peneliti menggunakan
metode kualitatif dengan mewawancarai narasumber dari divisi yang terkait. b. Analisis Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2010:31)analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :
“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik.Statistik
yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif.Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris.Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random.Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan.Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram.Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data
yang telah disajikan.”
Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Pengujian asumsi klasik meliputi :
a) Uji Asumsi Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.
(64)
Menurut Singgih Santoso (2002:393) , dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:
Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.
Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan :
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Singgih Santoso, 2002:322).
Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. b) Uji Asumsi Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:
1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
(1)
101
yang memiliki intensitas modal tinggi cenderung tidak efisien karena membutuhkan aktiva lebih besar untuk menghasilkan setiap unit penjualan. Maka dari itu semakin tinggi rasio intensitas modal menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk industri.
3. Perubahan profitabilitas (ROE) pada Perusahaan automotive yang go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 mengalami fluktuasi. Penurunan rata-rata profitabilitas (ROE) terjadi pada tahun 2006 dan 2008, hal itu disebabkan karena adanya penurunan pada penjualan yang menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih dengan modal sendirinya berkurang. Sedangkan peningkatan rata-rata profitabilitas (ROE) terjadi pada tahun 2007 dan 2009, dimana perolehan laba bersih perusahaan meningkat. Walaupun pada periode tersebut terjadi krisis global, akan tetapi perusahaan tetap menunjukan kinerja yang optimal dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan modal sendiri secara maksimal.
4. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara rasio leverage (DER) dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas (ROE)sebagai berikut :
a. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio leverage (DER) dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas (ROE) dengan pengaruh hanya sebesar 10,1% dan sisanya sebesar 89,1% merupakan variabel lain yang tidak diteliti.
(2)
102
b. Secara parsial, kedua variabel rasio intensitas modal memberikan pengaruh secara signifikan, dengan kontribusi pengaruh terhadap profitabilitas (ROE) sebesar 10,8%. Sedangkan variabel rasio leverage (DER) tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROE).
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran bagi Perusahaan Automotive Yang Go-Public Di Bursa Efek Indonesia sebagai bahan pertimbangan perusahaan maupun untuk pihak lainnya mengenai Rasio Leverage (DER), Rasio Intensitas Modal, dan Profitabilitas (ROE) yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan harus lebih meningkatkan kinerja salah satunya dengan menurunkan biaya produksi sehingga dalam pendanaannya perusahaan tidak perlu menggunakan hutang dengan kata lain perusahaa menggunakan modal sendiri.
2. Manajemen perusahaan harus lebih meningkatkan efisiensi dalam menggunakan aktiva untuk kegiatan operasionalnya. Karena jika perusahaan menggunakan aktiva yang lebih banyak berarti perusahaan memilki intensitas modal yang tinggi dan itu gejala yang kurang baik bagi perusahaan.
(3)
103
3. Perusahaan harus selalu berupaya untuk meningkatkan profitabilitas (ROE). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah Perusahaan terus meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan modal yang dimilki secara efektif dan juga menggunakan aktiva secara efisien.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Riyanto. (2008). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit GPFE
Brigham dan Houston. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat
Handono Mardiyanto. (2009) Intisari Manajemen Keuangan. Raja Grafindo. Jakarta Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. ALFABETA, Bandung
Sutrisno. (2009) Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta Umi Narimawati. (2008). Analisis Multitariat Untuk Penelitian Ekonomi. Jakarta:
Graha Ilmu
Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, an Linna Ismawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis
Azmila (2005). Pengaruh leverage keuangandan profit margin tertimbang terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Skripsi Sarjana STEI Perbanas. Surabaya: STIE Perbanas
Martono, Cyrillius. (November 2002), Analisis pengaruh profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang dan intensitas modal tertimbang serta pangsa pasar terhadap “ROA” dan “ROE” perusahaan manufaktur yang go-public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 126-140
Sanjaya, Robert. (2006). Analisis pengaruh profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang dan intensitas modal tertimbang serta pangsa pasar terhadap ROA dan ROE perusahaan keuangan yang go-public di Indonesia. TA No: 04010581/AKT/2006. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
(5)
www.idx.com
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/copywriting/2130451-debt-equity-ratio-der/#ixzz3HdvCTbso
http://shelmi.wordpress.com/2009/03/04/rasio-%E2%80%93-rasio-keuangan perusahaan/
http://en.wikipedia.org/wiki/Capital_intensity
http://www.skripsi-tesis.com/07/02/pengaruh-pangsa-pasar-rasio-leverage-dan-rasio- intensitas-modal-terhadap-profitabilitas-perusahaan-manufaktur-yang-go-public-di-bursa-efek-jakarta-pdf-doc.htm
http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--deninugrah-1575
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Nama : Lisnawati Nurdiani
NIM : 21207044
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 24 Desember 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Panghegar Permai 7
Jl. Pamekar Timur XX No.9
Riwayat Pendidikan
TAHUN KETERANGAN
Lulus 1995 - 2001 SDN Darmaraja IV Sumedang
Lulus 2001 - 2004 SLTP Triyasa Bandung
Lulus 2004 - 2007 SMA Karya Pembangunan 2 Bandung Lulus 2007 - 2011 Universitas Komputer Indonesia