Bab 9 Apresiasi
97 gerak itu menyebabkan gambaran menjadi hadir di depan pembaca. Dengan
diserahkannya itu, maka dunia ini kiasan juga: sinekdoki totum pro parte dapat melihat kamar itu. Jadi, sesungguhnya baris pertama itu berarti bahwa melalui
jendela itu orang luar dapat melihat keadaan kamar itu. Hal ini ditambah lagi: ‘Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu’. Bulan mengiaskan
orang luar, seolah-olah bulan menyorotkan sinarnya menerangi kamar itu untuk lebih banyak mengetahui “rahasia” kamar itu. Biasanya orang luar itu selalu
ingin lebih banyak mengetahui keadaan atau rahasia orang lain. Begitulah makna baris kedua, yang juga kiasan metafora bulan dan personifikasi: ‘bulan
mau lebih banyak tahu’. Dalam kamar itu ada lima orang anak, salah seorang
di antaranya adalah si aku. Jadi, lewat jenedla kamar itu orang luar dapat mengetahui isi kamar dan keadaannya. Dalam kamar itu sudah dilahirkan lima
orang anak, salah seorang di antaranya si aku. Keadaan kamar itu sesungguhnya menyedihkan, mungkin karena keadaan
ekonominya menyedihkan sekali. Keluarga yang tinggal dalam kamar itu dalam keadaan miskin, berkekurangan. Karena sedihnya, si ibu tertidur masih dalam
keadaan tersedu. Rasanya kamar itu seperti penjara, meskipun ramai tetapi pada hakikatnya sepi, dalam arti tak ada hiburan, tak ada barang-barang rumah tangga
yang cukup, tidak cukup makan dan pakaian. Itulah amanat yang disampaikan paradoks itu: ‘Keramaian penjara sepi selalu’. Ayah si aku sendiri tak dapat
berbuat apa-apa, hanya terbaring saja dengan kejemuannya. Satu-satunya yang bisa dilakukan hanya berdoa, menatap orang terselip tersalib di batu, yaitu
gambar Kristus patung Kristus dalam salib batu, yang bagi si aku dirasakan keterlaluan, kelihatan dipergunakan tanda seru di akhir baris.
Pada hakikatnya itu adalah bunuh diri, bila orang dalam keadaan menderita menambah penderitaannya lagi. Seperti halnya keluarga si aku, lima orang anak
ditambah ayah-ibu, jadi, semua tujuh orang, tinggal dalam kamar yang sangat sempit: 3 × 4 m. Jadi, teranglah mereka itu dalam keadaan yang sangat menderita,
sangat miskin, menyedihkan. Namun mereka akan menambah penderitaan lagi dengan akan tambahnya seorang bayi. Dengan ironis si aku berkata bahwa si
aku minta adik lagi kepada ayah-ibunya, yang tidak mau memperhitungkan atau memikirkan bahwa mereka sudah dalam keadaan sangat miskin ‘mereka
berada di luar hitungan’. Sesungguhnya kamar 3 × 4 m itu sudah sangat sempit untuk dihuni tujuh orang, mengapa masih ditambah lagi. Hal ini sama saja
dengan bunuh diri. Si aku bunuh diri, ayah-ibunya bunuh diri; ‘Sekeliling dunia bunuh diri’, semua orang bunuh diri.
Dalam sajak ini penyair mengemukakan sebuah ironi kehidupan di Indonesia, yaitu pertama orang luar itu selalu ingin mengetahui rahasia orang lain, kedua,
dalam keadaan sangat menderita orang hanya berdoa, seperti ayah si aku; ketiga, orang masih akan menambah anak lagi, padahal anaknya sudah banyak
dan dalam keadaan yang sangat menderita.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMAMA Kelas X
98 Anda pernah membaca salah satu jenis sastra Melayu Klasik, bukan? Sajak,
bidal, pantun, syair, seloka, gurindam, dongeng, dan hikayat adalah jenis sastra Melayu Klasik. Nah, sekarang Anda akan belajar mengungkap hikayat. Hikayat
merupakan cerita lama sejenis roman Melayu. Isinya menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan putra raja yang gagah perkasa dan putri yang
cantik molek. Pada umumnya, menceritakan kesaktian, pengalaman-pengalaman berbahaya putra raja. Biasanya berakhir dengan pertemuan putra raja dengan
kekasihnya. Setelah menikah, putra raja memerintah kerajaan dengan adil dan bijaksana.
1. Bacalah sebuah puisi yang bertema sosial, kemasyarakatan, atau kemanusiaan
2. Jelaskanlah isi puisi tersebut
Latihan 3
Gambar: Indonesian Heritage
Gambar: Hikayat Abdulah
3. Hubungkanlah isi isi puisi dengan realitas alam, sosial, budaya, dan masyarakat melalui
diskusi
C. Mengungkap Sastra Melayu Klasik
Tujuan Pembelajaran
Pada subbab ini, Anda akanmengidentifikasi
karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra
Melayu Klasik. Setelah mempelajari
subbab ini, Anda diharapkan dapat
mengidentifikasi karakteristik, dan unsur-
unsur intrnsik sastra Melayu Klasik.
Nah, sekarang bacalah Hikayat Mariam dan Nurdin Masri di bawah ini
Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri
Tersebutlah kisah seorang saudagar kaya di negeri Mesir yang bernama Tajuddin. Beliau sangat arif
dan bijaksana serta taat menjalankan ajaran agama. Saudagar Tajuddin mempunyai seorang putra yang
tampan dan gagah perkasa bernama Nurdin. Pada suatu hari, atas ajakan dan hasutan teman-
temannya, Nurdin melakukan perbuatan yang tidak terpuji, yaitu minum-minum bersama teman-
temannya hingga mabuk. Mengetahui hal itu, ayahnya sangat marah dan Nurdin akan dihukum
keesokan harinya. Mengetahui putranya akan dihukum, diam-diam ibunya memberitahu Nurdin
dan menyuruhnya pergi malam itu juga agar tidak kena hukuman ayahnya. Dengan berbekal uang
seribu dinar pemberian ibunya, pergilah Nurdin ikut sebuah kapal yang kebetulan berlayar ke
Iskandariah, Nurdin bertemu Mansur dan ikut tinggal di rumahnya. Nurdin dinasihati untuk
berniaga dengan uang yang dibawanya. Pada bagian selanjutnya, dikisahkan ada sebuah
kerajaan besar bernama Pranja. Raja Pranja mempunyai empat orang anak, satu di antaranya
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab 9 Apresiasi