Rasio Efisiensi Pengeluaran Pembiayaan
Halaman 4-74
Seberapa besar efisiensi dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan mengukur input yang digunakan dan membandingkan dengan output yang dihasilkan
yang memerlukan data-data realisasi belanja dan realisasi pendapatan.
Sehingga provinsi dalam hal ini memiliki rasio Efisiensi yang tidak efisien
karena total pengeluarannya yang lebih besar dibandingkan total penerimaannya.
Bila ada pertanyaan, mengapa efektif namun tidak efisien? Hal ini dapat dijelaskan bahwa frame yang diambil berbeda. Efektif dalam hal ini adalah
dalam merealisasikan anggarannya. Sedangkan efisien adalah dalam hal membandingkan pendapatan dan belanjanya. Terlihat bahwa Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung masih memiliki belanja yang melebihi pendapatannya. Hal ini dialami pula oleh beberapa daerah di Indonesia.
Kemampuan keuangan lebih ditunjang oleh Dana Perimbangan dari pusat. Ada beberapa daerah yang memiliki kemampuan keuangan dari
pendapatannya melebihi belanjanya. Daerah tersebut biasanya memiliki PAD yang lebih tinggi dibandingkan dana perimbangannya.
2. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Analisis Kemampuan Keuangan Daerah ;
pertama diawali dengan Perhitungan dan Analisis Kinerja PAD melalui ukuran
share dan growth kemudian mengklasifikasikan dengan pemetaan kemampuan keuangan daerah
berdasarkan Metode Kuadran. Susanto et al 2010
Halaman 4-75
Kedua, dengan menghitung Indeks Kemampuan Keuangan IKK dan kemudian mengklasifikasikan dengan metode Indeks Kemampuan Keuangan.
Adapun metode Indeks Kemampuan Keuangan merupakan rata-rata hitung dari indeks pertumbuhan growth, Indeks Elastisitas dan Indeks Share.
Untuk menyusun indeks ketiga komponen tersebut, ditetapkan nilai maksimum dan minimum dari masing-masing komponen.
Indeks Elastisitas
Indeks elastisitas adalah rasio perbandingan PAD terhadap Belanja Langsung. Rasio ini bertujuan melihat sensitivitas atau elastisitas PAD terhadap
perkembangan ekonomi suatu daerah.
TABEL 4. 7 Index Elastisitas INDEX
ELASTISITAS TAHUN
NILAI KONDISI
MAX KONDISI
MIN INDEX
th. 2008 2.07
2.41 1.70
0.52 th. 2009
2.25 2.41
1.70 0.78
th. 2010 2.41
2.41 1.70
1.00 th. 2011
1.93 2.41
1.70 0.32
th. 2012 1.70
2.41 1.70
- th. 2013
1.95 2.41
1.70 0.35
TOTAL 2.96
INDEX ELASTISITAS 0.49
Data diolah 2014
Halaman 4-76
Indeks PAD atau Growth merupakan angka pertumbuhan PAD tahun i dari tahun i-1
TABEL 4. 8 Index PAD INDEX PAD
TAHUN NILAI
KONDISI MAX
KONDISI MIN
INDEX
th. 2008 0.26
0.30 0.23
0.43 th. 2009
0.23 0.30
0.23 -
th. 2010 0.24
0.30 0.23
0.21 th. 2011
0.30 0.30
0.23 1.00
th. 2012 0.26
0.30 0.23
0.5 th. 2013
0.26 0.30
0.23 0.49
TOTAL 2.62
INDEX PAD GROWTH 0.44
Data diolah 2014
Indeks Share
Share merupakan rasio PAD terhadap Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Rasio ini mengukur seberapa jauh kemampuan keuangan daerah
membiayai membiayai kegiatan Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat kapasitas kemampuan
keuangan daerah.
Halaman 4-77
TABEL 4. 9 Index Share INDEX PAD
TAHUN NILAI
KONDISI MAX KONDISI MIN
INDEX
th. 2008 5,720,043,973.00
106,357,525,107.68 5,720,043,973.00
- th. 2009
57,447,383,662.00 106,357,525,107.68
5,720,043,973.00 0.56
th. 2010 11,972,741,081.03
106,357,525,107.68 5,720,043,973.00
0.16 th. 2011
49,507,554,807.91 106,357,525,107.68
5,720,043,973.00 0.49
th. 2012 106,357,525,107.68
106,357,525,107.68 5,720,043,973.00
1.0 th. 2013
55,770,855,438.96 106,357,525,107.68
5,720,043,973.00 0.55
TOTAL 2.76
INDEX SHARE 0.46
Data diolah 2014
TABEL 4. 10 Index Kemampuan Daerah INDEX KEMAMPUAN DAERAH
INDEX ELASTISITAS 0.49
INDEX PAD GROWTH 0.44
INDEX SHARE 0.46
IKK 0.46
Data diolah 2014
Halaman 4-78
Dari sisi indeks kemampuan daerah menunjukkan bahwa keuangan daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masuk dalam kategori yang tinggi.
Peta Kemampuan Keuangan Berdasarkan Metode Kuadran
Bila keseluruhan data keuangan di atas dirangkum, maka dapat digambarkan bahwa kemampuan keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
ada di Kuadran II sebagai berikut :
Rata-Rata Growth
Rata-Rata Share
Kuadran II Kuadran i
Kuadran IV Kuadran III
GAMBAR 4. 1 Kuadran Kemampuan Daerah
Data diolah 2014
Dari Peta di atas, tampak bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada
di kuadran II yang artinya Provinsi memiliki kemampuan meningkatkan PAD-nya. Beberapa cara dalam meningkatkan PADnya dapat digambarkan
seperti telah di bahas sebelumnya.
Halaman 4-79
4.3 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Kebijakan anggaran mendasarkan pada pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran kinerja
adalah suatu anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan
memperhatikan kondisi semua komponen keuangan. Efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip pengelolaan keuangan yang
dilakukan diantaranya dengan mengefektifkan fungsi pengawasan serta upaya-upaya penghematan sehingga dana yang terbatas dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk kegiatan pembangunan dan pemerintahan serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan
pembangunan. Beberapa kebijakan seperti yang dipaparkan dalam Bisma et al 2010 adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan pendapatan keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan kepada ketersediaan dana yang berkelanjutan
dengan jumlah yang memadai. Semua potensi pendapatan semaksimal mungkin digali agar mampu memenuhi seluruh kebutuhan belanja.
Sumber-sumber pendapatan yang mendukung APBD diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan penerimaannya intensifikasi, dan
diupayakan sumber-sumber
pendapatan baru
ekstensifikasi. Beberapa langkah strategis untuk mendukung pencapaian target ini
antara lain dilakukan dengan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah, Optimalisasi Aset Daerah, dan Peningkatan Dana
Perimbangan dan Bagi Hasil.
Halaman 4-80
2. Kebijakan belanja keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan untuk mendukung kebijakan dan prioritas
strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana program strategis yang memiliki nilai tambah
value-added. 3. Arah pembiayaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan
untuk menutup defisit dan mengalokasikan pada pos-pos pembiayaan. Dalam hal APBD mengalami defisit maka kebijakan pembiayaan
mengupayakan sumber pemasukan untuk menutup defisit tersebut diatas
pembiayaan penerimaan.
Sebaliknya, apabila
APBD mengalami selisih lebih, maka surplus tersebut akan dialokasikan
dalam pembiayaan pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.
Halaman 4-81
4.2. Proyeksi Tata Keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
GAMBAR 4. 2 Proyeksi APBD
Data diolah 2014
Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, ramalan tidak akan pernah tepat 100 . Oleh karenanya, usaha yang dapat dilakukan hanyalah
menentukan model yang memberikan peramalan dengan nilai kesalahan ketidaktepatan sekecil mungkin.
Lalu bagaimana untuk dapat memperkirakan nilai kesalahan peramalan di masa yang akan datang ? Tentunya kesalahan peramalan untuk masa yang
akan datang sesuatu yang belum terjadi tidak dapat kita hitung secara
Halaman 4-82
pasti. Hal tersebut hanya dapat dilakukan melalui pendekatan dengan membandingkan nilai
fits dan actual dari data pada masa yang lalu. Secara grafis, ini ditunjukkan oleh perbedaan antara titik-titik pada garis biru
putus-putus dengan titik-titik pada garis hitam tidak terputus-putus dari grafik di atas pada tahun yang sama. Secara numeris, nilai-nilai yang umum
adalah : MAPE Mean Absolute Percentage Error, MAD Mean Absolute
Deviation, atau MSD Mean Square Deviation. Semakin kecil nilai-nilai MAPE, MAD, atau MSD, semakin kecil nilai
kesalahannya. Oleh karenanya, dalam menetapkan model yang akan digunakan dalam peramalan, pilihlah model dengan nilai MAPE, MAD atau
MSD yang paling kecil. MAPE Mean Absolute Percentage Error, mengukur ketepatan nilai dugaan
model, yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolut kesalahan.
MAD Mean Absolute Deviation, mengukur ketepatan nilai dugaan
model,yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut kesalahan
MSD Mean Squarred Deviation, mengukur ketepatan nilai dugaan model,
yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari kesalahan
Adapun nilai MAPE,MAD dan MSD metode ini adalah:
Halaman 4-83
MAPE
6.88
MAD
58,761,100,000
MSD
5,866,860,000,000,000,000,000
Data diolah 2014 Besarnya APBD 5 lima tahun yang akan dating adalah sebagai berikut:
Tahun Anggaran
APBD Pertumbuhan
2003 275,323,315,617
2004 324,412,640,492
17.83 2005
435,167,347,128 34.14
2006 546,961,448,176
25.69 2007
609,867,856,708 11.50
2008 971,399,105,648
59.28 2009
1,128,200,361,942 16.14
2010 1,044,353,996,356
-7.43 2011
1,319,129,357,087 26.31
2012 1,619,791,080,526
22.79 2013
1,837,133,947,552 13.42
2014 2,044,970,000,000
11.31 2015
2,325,000,000,000 13.69
2016 2,624,990,000,000
12.90 2017
2,944,950,000,000 12.19
2018 3,284,880,000,000
11.54
Halaman 4-84
2019 3,644,780,000,000
10.96 2020
4,024,640,000,000 10.42
2021 4,424,470,000,000
9.93 2022
4,844,260,000,000 9.49
2023 5,284,030,000,000
9.08
Proyeksi PAD
Proyeksi PAD untuk 5 lima tahun yang akan dating, tampak sebagai berikut dengan menggunakan S-Curve Trend Model :
GAMBAR 4. 3 Proyeksi PAD
Data diolah 2014
Halaman 4-85
Adapun nilai MAPE,MAD dan MSD metode ini adalah: MAPE
25.93
MAD
82,962,900,000
MSD
13,594,600,000,000,000,000,000
Data diolah 2014
Besarnya PAD 5 lima tahun yang akan datang adalah sebagai berikut:
No Tahun
Anggaran Pendapatan Asli
Daerah Pertumbuhan
1 2003
71,789,118,253 2
2004 114,368,223,031
59.31 3
2005 188,167,354,665
64.53 4
2006 198,173,311,840
5.32 5
2007 203,541,902,473
2.71 6
2008 234,940,406,932
15.43 7
2009 255,269,242,162
8.65 8
2010 297,221,240,328
16.43 9
2011 364,496,034,466
22.63 10
2012 423,107,063,159
16.08 11
2013 433,307,517,261
2.41 12
2014 519,639,000,000
19.92 13
2015 586,116,000,000
12.79 14
2016 657,442,000,000
12.17 15
2017 733,617,000,000
11.59 16
2018 814,640,000,000
11.04 17
2019 900,511,000,000
10.54 18
2020 991,230,000,000
10.07 19
2021 1,086,800,000,000
9.64 20
2022 1,187,210,000,000
9.24 21
2023 1,292,480,000,000
8.87
Halaman 4-86
Proyeksi APBD DAN PAD Besarnya proporsi PAD terhadap PAD tampak sebagai berikut:
TABEL 4. 11 Proyeksi APBD dan PAD
No Tahun
Anggaran APBD
Pendapatan Asli Daerah
1 2003
275,323,315,617 71,789,118,253
26.0745 2
2004 324,412,640,492
114,368,223,031 35.2539
3 2005
435,167,347,128 188,167,354,665
43.2402 4
2006 546,961,448,176
198,173,311,840 36.2317
5 2007
609,867,856,708 203,541,902,473
33.3748 6
2008 971,399,105,648
234,940,406,932 24.1858
7 2009
1,128,200,361,942 255,269,242,162
22.6262 8
2010 1,044,353,996,356
297,221,240,328 28.4598
9 2011
1,319,129,357,087 364,496,034,466
27.6316 10
2012 1,619,791,080,526
423,107,063,159 26.1211
11 2013
1,837,133,947,552 433,307,517,261
23.5861 12
2014 2,044,970,000,000
519,639,000,000 25.4106
13 2015
2,325,000,000,000 586,116,000,000
25.2093 14
2016 2,624,990,000,000
657,442,000,000 25.0455
15 2017
2,944,950,000,000 733,617,000,000
24.911 16
2018 3,284,880,000,000
814,640,000,000 24.7997
17 2019
3,644,780,000,000 900,511,000,000
24.7069 18
2020 4,024,640,000,000
991,230,000,000 24.629
19 2021
4,424,470,000,000 1,086,800,000,000 24.5634 20
2022 4,844,260,000,000 1,187,210,000,000 24.5076
21 2023
5,284,030,000,000 1,292,480,000,000 24.4601 RATA-RATA
27.3823 Data diolah 2014
Halaman 4-87
Apabila digambarkan secara grafik akan tampak seperti gambar di bawah ini:
Data diolah 2014
Tampak dari gambar di atas, bahwa APBD bergerak naik dan PAD bergerak naik namun tidak setinggi pergerakan dari APBN. Hal ini mengindikasikan
bahwa PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung naik dan punya prospek terus meningkat. Adanya peningkatan ini membuka kesempatan kepada
provinsi kepulauan Bangka Belitung untuk terus meningkatkan PADnya dimasa yang akan datang. Peningkatan PAD provinsi juga merupakan
peningkatan harapan untuk mendanai biaya pegawai. Khususnya biaya untuk tambahan penghasilan pegawai TPP. Namun dalam pergerakannya adalah
dikisaran 20-30 atau rata-rata 27
275,323,315,617 71,789,118,253
Halaman 4-88
4.4 Kebijakan Umum Anggaran
Pengelolaan keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, yang pelaksanaannya dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasanpemeriksaan sampai kepada pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberlakuan anggaran kinerja memungkinkan adanya surplus atau defisit
pada penyusunan APBD. Untuk menutup defisit dan surplus diperlukan pembiayaan daerah. Jika pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit
anggaran berjalan, arah pengelolaan pembiayaan harus berdasarkan prinsip kemampuan dan kesinambungan fiskal daerah.
Pembiayaan defisit anggaran antara lain bersumber dari pinjaman daerah, sisa lebih perhitungan anggaran, dana cadangan dan penjualan aset.
Selanjutnya untuk pengeluaran pembiayaan diprioritaskan pada pengeluaran yang bersifat wajib, antara lain untuk pembayaran hutang pokok yang telah
jatuh tempo. Setelah pengeluaran wajib terpenuhi, maka pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk penyertaan modal kepada BUMD yang
berorientasi keuntungan dan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Halaman 4-89
Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau
kegiatan. Belanja
tidak langsung
merupakan belanja
yang dianggarakan setiap bulan dalam satu tahun anggaran sebagai
konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yan bersifat tetap danatau kewajiban untuk pengeluaran
belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik Darise: 133. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Kelompok belanja tidak langsung salah satunya adalah Belanja pegawai yang merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
Oleh karena itu untuk perhitungan Tambahan Penghasilan Pegawai TPP dapat ditelusuri dari Belanja Tidak Langsung ini.
Halaman 4-90
GAMBAR 4. 4 Biaya Pegawai dan APBD 2008-2013
Data diolah 2014
Pada gambar di atas, terlihat bahwa pertumbuhan biaya pegawai belanja tidak langsung terus meningkat sebagaimana APBD. Namun
pertumbuhan biaya pegawai ini tidak sebesar pertumbuhan APBD.
2E+11 4E+11
6E+11 8E+11
1E+12 1.2E+12
1.4E+12 1.6E+12
1.8E+12 2E+12
1 2
3 4
5 6
TAHUN APBD
BPEGAWAI
Halaman 4-91
GAMBAR 4. 5 Rasio Biaya Pegawai dan APBD 2008-2013
Data diolah 2014
Pada gambar di atas, terlihat bahwa pada tahun 2011, terlihat bahwa rasio biaya pegawai terhadap APBD adalah yang tertinggi yaitu
17,60. Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya biaya pegawai berbanding dengan APBD adalah bersifat fluktuatif, namun masih
berada di tingkat rata-rata.
13.42
11.48 13.69
17.60
13.35 13.44
RASIO BPEGAWAI DAN APBD 2008-2013
RASIO
Halaman 4-92
Belanja Pegawai berbanding dengan PAD
GAMBAR 4. 6 Biaya Pegawai dan PAD 2008-2013
Data diolah 2014
Pada gambar di atas, terlihat bahwa pertumbuhan biaya pegawai belanja tidak langsung terus meningkat sebagaimana PAD.
1E+11 2E+11
3E+11 4E+11
5E+11 6E+11
1 2
3 4
5 6
TAHUN PAD
BPEGAWAI
Halaman 4-93
GAMBAR 4. 7 Rasio Biaya Pegawai dan APBD 2008-2013
Data diolah 2014
Pada gambar di atas, terlihat bahwa pada tahun 2009, terlihat bahwa rasio biaya pegawai terhadap PAD adalah yang tertinggi yaitu 52,48.
Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya biaya pegawai berbanding dengan PAD juga bersifat fluktuatif.
Belanja Pegawai berbanding dengan Total Belanja
35.18 52.48
46.23 40.89
49.34 49.80
RASIO BPEGAWAI DAN PAD 2008-2013
RASIO
Halaman 4-94
GAMBAR 4. 8 Biaya Pegawai dan Total Belanja 2008-2013
Data diolah 2014
Pada gambar di atas, terlihat bahwa pertumbuhan biaya pegawai belanja tidak langsung meningkat, walaupun tidak setinggi total
belanja. Belanja langsung masih dominan pada total belanja daerah. Adapun ratio perbandingan antara keduanya tampak seperti gambar di
bawah ini:
2E+11 4E+11
6E+11 8E+11
1E+12 1.2E+12
1.4E+12 1.6E+12
1.8E+12
1 2
3 4
5 6
TAHUN BELANJA
BPEGAWAI
Halaman 4-95
GAMBAR 4. 9 Rasio Biaya Pegawai dan Total Belanja 2008-2013
Data diolah 2014
Kesimpulan dari rata-rata rasio tampak dari table di bawah ini:
TABEL 4. 12 Kesimpulan Rata-rata Rasio RASIO
Keterangan RATA-
RATA KESIMPULAN
Rasio BPegawai dan APBD
Tingkat Biaya Pegawai berbanding dengan APBD