menjadi lebih sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan yang ilmiah
educated guess. Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang, maka pasti ada
peramalan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut Sofyan Assauri, 1984, hal. 1.
Dalam kegiatan produksi, peramalan dilakukan untuk menentukan jumlah permintaan terhadap suatu produk dan merupakan langkah awal dari
proses perencanaan dan pengendalian produksi. Dalam peramalan ditetapkan jenis produk apa yang diperlukan
what, jumlahnya how many, dan kapan dibutuhkan when. Tujuan peramalan dalam kegiatan
keuangan pemerintah adalah untuk meredam ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya.
Pemerintah biasanya menggunakan prosedur tiga tahap untuk sampai pada peramalan keuangan, yaitu diawali dengan melakukan peramalan
makro, diikuti dengan peramalan penerimaan, dan diakhiri dengan peramalan belanja.
Peramalan makro dilakukan untuk meramalkan inflasi, pengangguran, tingkat suku bunga, kecenderungan konsumsi dan menabung, iklim
investasi, belanja pemerintah, ekspor, dan berbagai ukuran lingkungan yang penting bagi perusahaan. Hasil akhirnya adalah proyeksi Produk
Domestik Regional Bruto , yang digunakan bersama indikator lingkungan lainnya untuk meramalkan keuangan daerah. Kemudian, pemerintah
daerah melakukan peramalan pendapatan dengan asumsi jumlah tertentu yang akan tercapai.
2.5.1 Pemilihan Metode Terbaik
Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, ramalan tidak akan pernah tepat 100 . Oleh karenanya, usaha yang dapat kita lakukan hanyalah
menentukan model yang memberikan peramalan dengan nilai kesalahan ketidaktepatan sekecil mungkin.
Bagaimana dapat memperkirakan nilai kesalahan peramalan kita untuk masa yang akan datang ? Tentunya kesalahan peramalan untuk masa
yang akan datang sesuatu yang belum terjadi tidak dapat kita hitung secara pasti. Hal tersebut hanya dapat dilakukan melalui pendekatan
dengan membandingkan nilai fits dan actual dari data pada masa yang
lalu. Secara grafis, ini ditunjukkan oleh perbedaan antara titik-titik pada garis biru putus-putus dengan titik-titik pada garis hitam tidak terputus-
putus dari grafik di atas pada tahun yang sama. Secara numeris, nilai- nilai yang umum adalah : MAPE
Mean Absolute Percentage Error, MAD Mean Absolute Deviation, atau MSD Mean Square Deviation.
Semakin kecil nilai-nilai MAPE, MAD, atau MSD, semakin kecil nilai kesalahannya. Oleh karenanya, dalam menetapkan model yang akan
digunakan dalam peramalan, pilihlah model dengan nilai MAPE, MAD atau MSD yang paling kecil.
MAPE Mean Absolute Percentage Error, mengukur ketepatan nilai
dugaan model, yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolut kesalahan.
MAD Mean Absolute Deviation, mengukur ketepatan nilai dugaan
model,yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut kesalahan
MSD Mean Squarred Deviation, mengukur ketepatan nilai dugaan model,
yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari kesalahan
Tambahan Penghasilan Pegawai TPP
Berdasarkan ketentuan Pasal 63 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pasal 39
Peraturan Dalam Negeri Nornor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Pasal 71 ayat 1 Peraturan Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, Pemerintah Daerah dapat
memberikan tambahan
penghasilan dalam
rangka peningkatan
kesejahteraan pegawai berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah antara lain berdasarkan beban kerja, prestasi kerja, tempat bertugas dan kondisi kerja; Dalam
rangka meningkatkan kinerja dan disiplin serta kesejahteraan pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Barigka Belitung sesuai
peraturan perundangan-undangan yang berlaku, perlu dilakukan pemberian tambahan penghasilan pegawai dengan berdasarkan beban
kerja. Tambahan penghasilan pegawai berdasarkan beban kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
Angigarart 2014 perlu ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Tambahan penghasilan pegawai berdasarkan beban kerja yang
selanjutnya disingkat TPP adalah tambahan penghasilan yang diberikan kepada Pegawai yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikan tugas-
tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya serta tugas kedinasan lainnya dengan memenuhi kewajiban terhadap tingkat kehadiran dan jam kerja
serta pelaksanaan disiplin pegawai. TPP diberikan secara langsung setiap bulan kepada pegawai yang
namanya tercantum dalam Daftar Gaji bulan berkenaan dan melaksanakan tugas secara nyata di Satuan Kerja Perangkat Daerah
lingkup Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan ketentuan perhitungan didasarkan pada tarif TPP.
Besarnya TPP untuk suatu masa kinerja dihitung berdasarkan pada kondisi kinerja seorang pegawai dalam memenuhi kewajiban terhadap tingkat
kehadiran dan jam kerja serta pelaksanaan disiplin pegawai guna pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari jabatannya, baik struktur dan
difungsional maupun staf atau peran nyata melaksanakan tugas kedinasan lainnya dan masa kinerja.
Tata cara permintaan pembayaran uang TPP ditetapkan sebagai berikut : a. Pejabat penanggung jawab mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
Langsung SPP-LS melalui Bendahara Pengeluaran dari masing-masing SKPD sesuai dengan prosedur yang berlaku dengan melampirkan :
1. Daftar perhitungan uang TPP yang telah disahkan oleh Pejabat
Penanggung Jawab. 2.
Daftar rekapitulasi kehadiran kerja. 3.
Daftar rekapitulasi kehadiran apel. 4.
Surat pernyataan tanggung jawab mutlak. b. Daftar perhitungan uang TPP untuk Pejabat Eselon II di lingkungan
Sekretariat Daerah disahkan oleh Sekretaris Daerah, sedangkan daftar perhitungan
uang TPP untuk Badan, Dims, Biro,
Sekretariat DPRDKPUKORPRI dan Kantor disahkan oleh Kepala BadanDinasBiro,
Sekretaris DPRDKPUKORPRI dan Kepala Kantor terkait.
TABEL 2. 5 TARIF TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI BERDASARKAN BEBAN KERJA
NO JABATAN STRUKTURALFUNGSIONAL
GOLONGAN RUANG BESAR TARIF PERBULAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL 1.
ESELON 1
Rp.
20.000.000, 2.
ASISTEN SKRETARIS DAERAH ESELON 11
Rp.
10.000.000, 3.
ESELON II a
Rp.
5.175.000, a
ESELON II b FUNGSIONAL IVd - IVe D4S1S2S3
Rp.
4.398.750,
4. ESELON III
FUNGSIONAL IVa -1Vc D4S182S3
Rp.
3.622.500,
5. ESELON I V
FUNGSIONAL IIIb
,
- 1d D4515253
Rp.
3.151.000, 6.
STAF GOLONGAN IV
Rp.
2.213.750, 7.
STAF GOLONGAN III
Rp.
1.627.500, 8.
STAF GOLONGAN II
Rp.
1.200.000, 9.
STAF GOLONGAN 1
Rp.
1.070.000,
3.1 Metodologi
Kegiatan “Penyusunan Laporan Tata Kelola Keuangan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung ” akan dibagi menjadi 5 tahap. Rincian Tahapan pelaksanaan
pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 3.1.
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Survei, Pengumpulan dan Pengolahan Data
3. Tahap Analisis dan Desain
4. Tahap Dokumentasi
5. Tahap Penyusunan
TAHAPAN PERSIAPAN
SURVEI PENGUMPULAN
DAN PENGOLAHAN DATA
ANALISIS DAN DISAIN DOKUMENTASI
PENYUSUNAN RENCANA
AKTIVITAS
METODEPEN DEKATAN
Desk Studi Studi Literature
Interview FGD
Analisis Deskriptif Analisis Rasio Keuangan
Peramalan Keuangan Daerah Diskusi
Penyusunan Strategi
DATA Laporan Keuangan
Data Sekunder Hasil
Analisis Sebelumnya
TARGET OUTPUT
Rencana Kerja Disain Survai Alat Analisis
Rencana Ahli a
Pengukuran Analisis Kemandirian dan Analaisis Kinerja Keuangan Daerah
b Peramalan Kinerja Keuangan
c Proporsi TPP
a Mengukur Rasio Keuangan b Mengetahui Peramalan
Tata Kelola Keuangan
Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
LAPORAN LAP PENDAHULUAN
LAP ANTARA LAP AKHIR
GAMBAR 3. 1 Tahapan Metodologi Penyelesaian Pekerjaan
STUDI LITERATUR
KAJIAN DATA SEKUNDER
KAJIAN DATA
SEKUNDER DISAIN
PENELITIAN DAN
SURVEI PENGUMPU
LAN DATA SEKUNDER
PENGOLAH AN DATA
SEKUNDER ANALISIS
DATA DAN DISAIN
LAPORAN PENYUSUN
AN LAPORAN
PENYUSUNAN LAPORAN
AKHIR Analisis Deskriptif
Analisis Rasio Keuangan
Halaman 4-58
3.1.1 Tahap Persiapan
Kegiatan dimulai dengan melakukan persiapan penyelesaian pekerjaan yang dimulai dengan melakukan kajian literatur dan data awal dalam rangka penetapan
desain kajian serta inventarisasi kebutuhan data. Target pada tahap ini adalah tersepakatinya desain kajian, metode dan pendekatan kajian serta tersusunnya
rencana survei dan rencana pengerahan tenaga ahli, kemudian disusun laporan pendahuluan.
3.1.2 Tahap Survey Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.1.2.1 Skema Survei
Upaya untuk melakukan perencanaan pembangunan diperlukan beberapa konsep yang sering digunakan dalam membentuk dan membangun sebuah model.
Model yang dibuat biasanya berasal dari teori-teori yang memang dapat diaplikasikan ke dalam kondisi sebenarnya dalam hal ini pembangunan
pembangunan daerah atau regional. Beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam membentuk sebuah model pembangunan adalah lokasi,
persaingan, serta pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Dalam memperoleh model yang tepat untuk aplikasi pelaksanaan pembangunan maka diperlukan data
dan informasi yang akurat agar dapat dijadikan sebagai input dalam membangun sebuah model dan dapat mengakomodasi seluruh bagian model.
Survei merupakan salah satu cara yang mampu memberikan informasi yang akurat atau sering disebut dengan metode untuk mendapatkan data primer. Dalam
hal pemetaan serta pembentukan strategi pembangunan di suatu daerah, maka profil peluang investasi menjadi modal dasar yang dapat dijadikan untuk melihat
kondisi existing sebuah daerah yang sedang melaksanakan pembangunan.
Halaman 4-59
Upaya untuk memperoleh data yang terkait dengan tata kelola keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Item-item yang diperlukan dalam memperoleh
informasi yang akurat dari tata kelola keuangan di berupa informasi tentang Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Biaya Daerah.
Survei dilakukan untuk memperoleh data langsung dari Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga
informasi yang diperoleh dapat menjadi dasar dan bahan tambahan dalam analisis dan digunakan dalam mengambil kesimpulan dalam analisis ini.
3.1.2.1.1 Indikator Survei
Indikator yang disurvei dalam kegiatan Penyusunan Kajian Tata Kelola Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi hal-hal berikut:
a. Kondisi Keuangan eksisting Keuangan Daerah b. Proyeksi Keuangan Daerah
c. Kemampuan Keuangan Daerah dalam memenuhi Tambahan Penghasilan Pegawai TPP.
Survei dilakukan melalui datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3.1.2.1.2 Focus Group Discussion FGD
Hasil analisis data dan temuan dilapangan akan dibuat laporan pendahuluan yang bersifat sementara karena harus dilakukan analisis yang lebih mendalam
melalui Focus Group Discussion FGD. Tahap FGD ini juga bertujuan untuk
melakukan cross-check terhadap penelitian lapangan yang sebelumnya sudah
dilakukan, dalam hal ini peneliti akan mengundang para nara sumber sekaligus audien yang berasal dari satuan perangkat pegawai pejabat di lingkungan Badan
Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil FGD akan dijadikan acuan untuk membuat analisis dan kesimpulan akhir dalam
Halaman 4-60
bentuk laporan akhir yang nantinya akan diserahkan kepada pengguna yang berkepentingan.
3.1.2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Setelah data dikumpulkan maka dilakukan pengolahan serta analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
kondisi eksisting dari Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dalam memperoleh informasi tentang Tata Kelola Keuangan Daerah dengan lebih mendalam maka data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan
tabulasi data dengan menggunakan alat statistik, hal ini bertujuan untuk melihat seluruh informasi yang lebih mendalam yang tidak akan diperoleh bila hanya
mengandalkan analisis deskripsi. Berikut merupakan kerangka kajian yang dapat dilihat pada gambar 3.1
Halaman 4-61
GAMBAR 3. 2 PROSES PENGERJAAN 3.1.2.3
Pengolahan Data
Rencana Kerja Dan Kegiatan
Identifikasi Data Dan Informasi
Referensi Kebijakan Dan Peraturan
DATA DAN INFORMASI
Rasio Keuangan Daerah
Tambahan Penghasilan
Pegawai SURVEI
ANALISIS DAN EVALUASI
Tata Kelola keuangan dan Tambahan Penghasilan
Pegawai
Revisi Laporan Tata Kelola Keuangan Daerah
FOCUS GROUP DISCUSSION FGD
Laporan Tata Kelola Keuangan Daerah
PERSIAPAN
Kondisi Eksisting Tata Kelola
Keuangan Daerah
Darft Laporan Tata Kelola Keuangan Daerah
Halaman 4-62
Tabulasi data bertujuan untuk melihat kebijakan, kondisi eksisiting serta potensi Keuangan Daerah terkait dengan Tambahan Penghasilan Pegawai TPP
Berdasarkan tabulasi data ini diharapkan memperoleh gambaran kesiapan keuangan daerah dalam tambahan penghasilan pegawai. Kemudian diharapkan
juga tersusunnya potensi kemampuan keuangan daerah dan kemampuan daerah dalam menangani belanja daerah terutama dengan belanja pegawai.
3.1.3 Tahap Analisis dan Desain
Usaha untuk melakukan analisis data dapat dibagi dalam beberapa tahap dimulai dari analisis deskriptif data yang berasal dari data sekunder kemudian
dilanjutkan dengan analisis tabulasi data untuk melihat kondisi eksisting keuangan daerah. Langkah selanjutnya adalah membawa hasil penelitian ini kedalam f
ocus group discussion yang bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam dan cross
check data antara hasil lapangan dengan beberapa pejabat terkait Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah. Terakhir akan dihasilkan berupa
kesimpulan dan saran yang akan dijadikan rekomendasi bagi pengguna.
3.1.3.1 Analisis
3.1.3.1.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mempelajari dan melihat lebih dalam karakteristik dan pola data dan merupakan proses awal yang harus dilakukan dalam
kajian ini. Selain itu analisis ini juga dapat mendeteksi pola yang berlaku dalam sebuah deret data.
Halaman 4-63
Kegiatan analisis data merupakan proses awal yang sangat penting dalam menjawab mengapa suatu masalah terjadi, analisis deskriptif ini terdapat beberapa
hal yang sangat penting dilihat anatara lain untuk melihat proporsi, persentase, serta nilai frekuensi sebuah kejadian terjadi. Analisis deskripsi ini juga bertujuan
untuk melihat potret lebih jelas dari keadaan keuangan daerah.
3.1.3.2 Desain
Desain Laporan Penyusunan Tata Kelola Keuangan Daerah berdasarkan data diperoleh dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset
Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang kemudian akan tersusun sebagai dokumen Tata Kelola Keuangan Daerah. .
3.1.4 Tahap Dokumentasi
Dokumentasi. Tata Kelola Keuangan Daerah berdasarkan data diperoleh dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kemudian akan ditampilkan berupa: 1. Informasi tentang Penerimaan, Belanja dan Biaya di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. 2. Informasi Tata Kelola Keuangan Daerah berdasarkan data diperoleh dari
hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang kemudian ditindaklanjuti dengan
kesesuaian dengan TPP.
Halaman 4-64
3. Informasi Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan TPP
4. Dokumen Profil Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3.1.5 Tahap Penyusunan
Tahap Penyusunan Dokumen Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perencanaan dimulai dengan penyusunan profil
investasi yang dilanjutkan dengan perumusan strategi dan dokumen Tata Kelola Keuangan Daerah..
Seluruh tahap di atas akan dilakukan secara berurutan dan hasil pengolahan data akan dibuat sebuah Tata Kelola Keuangan Daerah berdasarkan data diperoleh
dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .
Laporan Dokumentasi Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari:
1. Laporan Pendahuluan 2. Laporan Antara
3. Laporan PenyempurnaanFinalisasi
Halaman 4-65
4.1 Struktur APBD
Ditetapkannya Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 jo. Undang - Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang – Undang No.
25 tahun 1999 jo. Undang – Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, membuka peluang yang luas bagi daerah untuk mengembangkan dan
membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing –
masing. Hal ini diikuti pula dengan bergesernya pusat
– pusat kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dari pusat ke daerah.
Sebagai konsekuensi logis, maka peningkatan kewenangan tersebut harus di imbangi pula dengan peningkatan kinerja dan akuntabilitas aparat
pemerintah daerah. Berikut adalah gambaran perkembangan APBD untuk 5 lima tahun
anggaran. Struktur APBD tahun 2008-2013 telah di komparasi berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 pada table 4.1.
Halaman 4-66
TABEL 4. 1 Struktur APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Anggaran 2003-2013
No Tahun
Anggaran APBD
Pendapatan Asli Daerah
1 2003
275,323,315,617 71,789,118,253
26.0745 2
2004 324,412,640,492
114,368,223,031 35.2539
3 2005
435,167,347,128 188,167,354,665
43.2402 4
2006 546,961,448,176
198,173,311,840 36.2317
5 2007
609,867,856,708 203,541,902,473
33.3748 6
2008 971,399,105,648
234,940,406,932 24.1858
7 2009
1,128,200,361,942 255,269,242,162
22.6262 8
2010 1,044,353,996,356
297,221,240,328 28.4598
9 2011
1,319,129,357,087 364,496,034,466
27.6316 10
2012 1,619,791,080,526
423,107,063,159 26.1211
11 2013
1,837,133,947,552 433,307,517,261
23.5861 RATA-RATA
29.7078
Data diolah 2014 Dari table di atas terlihat bahwa komposisi PAD terhadap APBD adalah sekitar
29. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan PAD daerah Provinsi berada dikisaran 20 hingga 30.
Komposisi besarnya Belanja Daerah masih lebih tinggi dibandingkan dengan Pendapatannya. Besarnya Belanja ini ditutupi dengan adanya Dana
Perimbangan dari Pusat. Hal ini terbilang wajar bagi keuangan daerah. Besarnya PAD untuk Provinsi didominasi dari Retribusi dan Pajak dan hasil
pengelolaan kekayaan alam. PAD merupakan tolak ukur dari daerah dalam menyelenggarakan pemerintahannya di era otonomi daerah ini. Semakin
besar PAD menunjukkan adanya kemandirian daerah dalam menjalankan pemerintahanya dan tidak tergantung kepada pemerintah pusat.
Halaman 4-67
Hal ini mengindikasikan masih tingginya ketergantungan fiskal Pemerintah Daerah Provinsi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap Pemerintah
Pusat selama kurun waktu 2008-2013 kendati paket otonomi daerah telah digulirkan.
Pada sisi belanja kebutuhan belanja daerah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini merupakan dampak dari kewenangan otonomi
daerah dimana pemerintah daerah secara aktif dan lebih leluasa melakukan pembiayaan dalam upaya pengembangan segala bentuk aktifitas progam-
program pembangunan di daerah
Gambar 4.1. Pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pendapatan Provinsi Kep. Bangka Belitung masih didominasi oleh Pajak dan diikuti oleh Penerimaan lain yang sah dan Retribusi.
8.78 6.03 8.17 11.94 14.24 10.26 10.28
7.99 6.32 3.49 3.59
90.28 93.46
91.50 87.59
85.14 88.72
87.37 90.28
90.69 92.61
95.01
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
100.00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Penerimaan lain
Pajak Retribusi
Halaman 4-68
Pemerintah daerah dapat menggenjot potensi penerimaan lain misalnya dari Pariwisata yang sangat potensial bagi pemerintah daerah di masa yang akan
dating.
4.2 Teknik Analisis Data Untuk analisis data digunakan analisis sebagai berikut :
1. Analisis Kinerja Keuangan Daerah
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian
TAHUN PENDAPATAN
ASLI DAERAH DANA
PERIMBANGAN RASIO
KEMANDIRIAN th. 2008
197,821,858,500 511,474,100,000
38.68 th. 2009
255,269,242,162 559,465,250,000
45.63 th. 2010
267,241,983,243 618,038,480,399
43.24 th. 2011
316,749,538,051 600,306,954,037
52.76 th. 2012
423,107,063,159 785,306,155,805
53.88 th. 2013
478,877,918,598 933,756,954,111
51.29
RATA-RATA 47.57869366
Data diolah 2014
TABEL 4. 2 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Dari table di atas terlihat bahwa Rasio Kemandirian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki rasio yang besarannya berada di 40 ke atas. Hal
ini mengindikasikan bahwa kemandirian Provinsi masih kurang. Dana
perimbangan yang
besar dibandingkan
pendapatan asli
daerah mengindikasikan bahwa Provinsi harus lebih meningkatkan nilai PAD-nya.
Halaman 4-69
Sejalan dengan kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat, pemerintah daerah merencanakan intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan yang bisa diupayakan oleh daerah sendiri PAD, yang bersumber dari pusat Dana Perimbangan, serta pendapatan lain
–lain. Saat ini sumber pendapatan dari PAD masih relatif kecil dibandingkan dengan
dana perimbangan. Kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan untuk mendorong peningkatan pendapatan daerah melalui mobilisasi pendapatan
asli daerah dan penerimaan daerah lainnya.
Kotak 1
Kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat,
pemerintah daerah merencanakan intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan yang bias diupayakan oleh daerah sendiri PAD, yang
bersumber dari pusat Dana Perimbangan, serta pendapatan
lain
–lain.
Khusus untuk pendapatan lain –lain yang sah, bagi hasil dari Pemerintah
Provinsi berperan penting sebagai salah satu sumber pendapatan dalam mendukung pendanaan berbagai program dan kegiatan.
Provinsi dapat meningkatkan nilainya dengan cara menambah beberapa teknik misalnya dengan meningkatkan kemampuan manajemen daerah dan
investasi daerah.
Halaman 4-70
b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Kriteria untuk menetapkan ketergantungan keuangan daerah dapat dilihat Tabel di bawah ini :
TABEL 4. 3 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
TAHUN PENDAPATAN ASLI
DAERAH PENERIMAAN
APBD TANPA SUBSIDI
RASIO KETERGANTUNGAN
th. 2008
197,821,858,500
197,821,858,500 100
th. 2009
255,269,242,162
255,269,242,162 100
th. 2010
267,241,983,243
267,241,983,243 100
th. 2011
316,749,538,051
366,749,538,051 86.37
th. 2012
423,107,063,159
602,239,143,159 70.26
th. 2013
478,877,918,598
620,854,768,598 77.13
RATA-RATA 88.96
Data diolah 2014
Table di atas menggambarkan bahwa kemampuan daerah dalam mengoptimalkan PAD-nya dibandingkan penerimaan lain APBD tanpa subsidi
adalah tinggi.
Halaman 4-71
c. Rasio Desentralisasi Fiskal
Rasio Desentralisasi Fiskal sebagai berikut:
TABEL 4. 4 Rasio Desentralisasi Fiskal
TAHUN PENDAPATAN
ASLI DAERAH TOTAL
PENERIMAAN DAERAH
RASIO DESENTRALISASI
FISKAL
th. 2008 197,821,858,500
709,295,958,500 28
th. 2009 255,269,242,162
814,734,492,162 31
th. 2010 267,241,983,243
885,280,463,642 30
th. 2011 316,749,538,051
967,056,492,088 33
th. 2012 423,107,063,159 1,387,545,298,964
30 th. 2013
478,877,918,598 1,554,611,722,709 31
RATA-RATA 30.5
Data diolah 2014
Rasio ini menggambarkan bahwa tingkat tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan pembangunan adalah cukup yaitu dikisaran 30. Namun dalam konteks pengelolaan pendapatan daerah di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung , proporsi sumber pendapatan utama daerah
yaitu Pendapatan Asli Daerah PAD dengan proporsi rata-rata dibawah 40
dari total pendapatan daerah, maka perlu adanya strategi-strategi dalam rangka peningkatan PAD di waktu yang akan datang. Disamping itu,
sumber –sumber pendapatan lainnya juga perlu ditingkatkan, sehingga dalam
kurun waktu tiga sampai dengan lima tahun mendatang, proporsi DAU secara bertahap dapat mulai digantikan oleh sumber
–sumber pendapatan yang dapat diupayakan oleh daerah.
Halaman 4-72
Kotak 2
Disamping itu, sumber –sumber
pendapatan lainnya juga perlu ditingkatkan, antara lain bagian laba
Badan Usaha Milik Daerah BUMD, lain-lain pendapatan yang sah, dana
perimbangan bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, sehingga
dalam kurun waktu lima tahun mendatang, proporsi DAU secara
bertahap dapat mulai digantikan oleh sumber
–sumber pendapatan yang dapat diupayakan oleh daerah.
d. Rasio Efektifitas
Pengukuran tingkat efektivitas ini untuk mengetahui berhasil tidaknya pencapaian tujuan anggaran yang memerlukan data-data realisasi
pendapatan dan target pendapatan. Berikut formula untuk mengukur tingkat Efektivitas:
TABEL 4. 5 Rasio Efektifitas ANGGARAN
REALISASI RASIO
EFEKTIFITAS
th. 2008 746,414,506,932.00
840,122,438,713.74 112.55
th. 2009 814,734,492,162.00
804,845,142,747.69 98.79
th. 2010 804,230,982,584.93
848,025,568,043.87 105.45
th. 2011 1,319,129,357,086.97 1,176,683,815,919.18
89.20 th. 2012
1,387,545,298,963.62 1,384,937,385,356.64 99.81
th. 2013 1,554,611,722,708.58 1,529,110,292,281.15
98.36 RATA-RATA
100.69
Data diolah 2014
Halaman 4-73
Dari daftar di atas terlihat bahwa untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berhasil tidaknya pencapaian tujuan anggaran yang memerlukan data-data
realisasi pendapatan dan target pendapatan adalah masuk kategori sangat efektif.
Efektifitas ini menggambarkan kemampuan daerah dalam merealisasikan anggarannya. Hal ini tidak menggambarkan kemampuan untuk memperoleh
keuangan daerah namun dalam merealisasikan anggarannya. Dalam keuangan daerah, bila mampu untuk merealisasikan anggarannya maka
daerah dianggap efektif dan berprestasi.
e. Rasio Efisiensi
TABEL 4. 6 Rasio Efisiensi
TAHUN PENGELUARAN
TOTAL PENERIMAAN
DAERAH RASIO
EFISIENSI BELANJA
th. 2008 771,059,566,156
709,295,958,500 109
th. 2009 1,128,200,361,942
814,734,492,162 138
th. 2010 1,108,197,336,215
885,280,463,642 125
th. 2011 1,067,056,492,088
967,056,492,088 110
th. 2012 1,619,791,080,526 1,387,545,298,964
117 th. 2013
1,837,133,947,552 1,554,611,722,709 118
RATA-RATA 119.5
Data diolah 2014
Halaman 4-74
Seberapa besar efisiensi dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan mengukur input yang digunakan dan membandingkan dengan output yang dihasilkan
yang memerlukan data-data realisasi belanja dan realisasi pendapatan.
Sehingga provinsi dalam hal ini memiliki rasio Efisiensi yang tidak efisien
karena total pengeluarannya yang lebih besar dibandingkan total penerimaannya.
Bila ada pertanyaan, mengapa efektif namun tidak efisien? Hal ini dapat dijelaskan bahwa frame yang diambil berbeda. Efektif dalam hal ini adalah
dalam merealisasikan anggarannya. Sedangkan efisien adalah dalam hal membandingkan pendapatan dan belanjanya. Terlihat bahwa Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung masih memiliki belanja yang melebihi pendapatannya. Hal ini dialami pula oleh beberapa daerah di Indonesia.
Kemampuan keuangan lebih ditunjang oleh Dana Perimbangan dari pusat. Ada beberapa daerah yang memiliki kemampuan keuangan dari
pendapatannya melebihi belanjanya. Daerah tersebut biasanya memiliki PAD yang lebih tinggi dibandingkan dana perimbangannya.
2. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Analisis Kemampuan Keuangan Daerah ;
pertama diawali dengan Perhitungan dan Analisis Kinerja PAD melalui ukuran
share dan growth kemudian mengklasifikasikan dengan pemetaan kemampuan keuangan daerah
berdasarkan Metode Kuadran. Susanto et al 2010