Siklus Anggaran Rasio Efektifitas

menjadi lebih sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan yang ilmiah educated guess. Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang, maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut Sofyan Assauri, 1984, hal. 1. Dalam kegiatan produksi, peramalan dilakukan untuk menentukan jumlah permintaan terhadap suatu produk dan merupakan langkah awal dari proses perencanaan dan pengendalian produksi. Dalam peramalan ditetapkan jenis produk apa yang diperlukan what, jumlahnya how many, dan kapan dibutuhkan when. Tujuan peramalan dalam kegiatan keuangan pemerintah adalah untuk meredam ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Pemerintah biasanya menggunakan prosedur tiga tahap untuk sampai pada peramalan keuangan, yaitu diawali dengan melakukan peramalan makro, diikuti dengan peramalan penerimaan, dan diakhiri dengan peramalan belanja. Peramalan makro dilakukan untuk meramalkan inflasi, pengangguran, tingkat suku bunga, kecenderungan konsumsi dan menabung, iklim investasi, belanja pemerintah, ekspor, dan berbagai ukuran lingkungan yang penting bagi perusahaan. Hasil akhirnya adalah proyeksi Produk Domestik Regional Bruto , yang digunakan bersama indikator lingkungan lainnya untuk meramalkan keuangan daerah. Kemudian, pemerintah daerah melakukan peramalan pendapatan dengan asumsi jumlah tertentu yang akan tercapai.

2.5.1 Pemilihan Metode Terbaik

Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, ramalan tidak akan pernah tepat 100 . Oleh karenanya, usaha yang dapat kita lakukan hanyalah menentukan model yang memberikan peramalan dengan nilai kesalahan ketidaktepatan sekecil mungkin. Bagaimana dapat memperkirakan nilai kesalahan peramalan kita untuk masa yang akan datang ? Tentunya kesalahan peramalan untuk masa yang akan datang sesuatu yang belum terjadi tidak dapat kita hitung secara pasti. Hal tersebut hanya dapat dilakukan melalui pendekatan dengan membandingkan nilai fits dan actual dari data pada masa yang lalu. Secara grafis, ini ditunjukkan oleh perbedaan antara titik-titik pada garis biru putus-putus dengan titik-titik pada garis hitam tidak terputus- putus dari grafik di atas pada tahun yang sama. Secara numeris, nilai- nilai yang umum adalah : MAPE Mean Absolute Percentage Error, MAD Mean Absolute Deviation, atau MSD Mean Square Deviation. Semakin kecil nilai-nilai MAPE, MAD, atau MSD, semakin kecil nilai kesalahannya. Oleh karenanya, dalam menetapkan model yang akan digunakan dalam peramalan, pilihlah model dengan nilai MAPE, MAD atau MSD yang paling kecil. MAPE Mean Absolute Percentage Error, mengukur ketepatan nilai dugaan model, yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolut kesalahan. MAD Mean Absolute Deviation, mengukur ketepatan nilai dugaan model,yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut kesalahan MSD Mean Squarred Deviation, mengukur ketepatan nilai dugaan model, yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari kesalahan Tambahan Penghasilan Pegawai TPP Berdasarkan ketentuan Pasal 63 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pasal 39 Peraturan Dalam Negeri Nornor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Pasal 71 ayat 1 Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan penghasilan dalam rangka peningkatan kesejahteraan pegawai berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah antara lain berdasarkan beban kerja, prestasi kerja, tempat bertugas dan kondisi kerja; Dalam rangka meningkatkan kinerja dan disiplin serta kesejahteraan pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Barigka Belitung sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku, perlu dilakukan pemberian tambahan penghasilan pegawai dengan berdasarkan beban kerja. Tambahan penghasilan pegawai berdasarkan beban kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Angigarart 2014 perlu ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Tambahan penghasilan pegawai berdasarkan beban kerja yang selanjutnya disingkat TPP adalah tambahan penghasilan yang diberikan kepada Pegawai yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikan tugas- tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya serta tugas kedinasan lainnya dengan memenuhi kewajiban terhadap tingkat kehadiran dan jam kerja serta pelaksanaan disiplin pegawai. TPP diberikan secara langsung setiap bulan kepada pegawai yang namanya tercantum dalam Daftar Gaji bulan berkenaan dan melaksanakan tugas secara nyata di Satuan Kerja Perangkat Daerah lingkup Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan ketentuan perhitungan didasarkan pada tarif TPP. Besarnya TPP untuk suatu masa kinerja dihitung berdasarkan pada kondisi kinerja seorang pegawai dalam memenuhi kewajiban terhadap tingkat kehadiran dan jam kerja serta pelaksanaan disiplin pegawai guna pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari jabatannya, baik struktur dan difungsional maupun staf atau peran nyata melaksanakan tugas kedinasan lainnya dan masa kinerja. Tata cara permintaan pembayaran uang TPP ditetapkan sebagai berikut : a. Pejabat penanggung jawab mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung SPP-LS melalui Bendahara Pengeluaran dari masing-masing SKPD sesuai dengan prosedur yang berlaku dengan melampirkan : 1. Daftar perhitungan uang TPP yang telah disahkan oleh Pejabat Penanggung Jawab. 2. Daftar rekapitulasi kehadiran kerja. 3. Daftar rekapitulasi kehadiran apel. 4. Surat pernyataan tanggung jawab mutlak. b. Daftar perhitungan uang TPP untuk Pejabat Eselon II di lingkungan Sekretariat Daerah disahkan oleh Sekretaris Daerah, sedangkan daftar perhitungan uang TPP untuk Badan, Dims, Biro, Sekretariat DPRDKPUKORPRI dan Kantor disahkan oleh Kepala BadanDinasBiro, Sekretaris DPRDKPUKORPRI dan Kepala Kantor terkait. TABEL 2. 5 TARIF TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI BERDASARKAN BEBAN KERJA NO JABATAN STRUKTURALFUNGSIONAL GOLONGAN RUANG BESAR TARIF PERBULAN PEGAWAI NEGERI SIPIL 1. ESELON 1 Rp. 20.000.000, 2. ASISTEN SKRETARIS DAERAH ESELON 11 Rp. 10.000.000, 3. ESELON II a Rp. 5.175.000, a ESELON II b FUNGSIONAL IVd - IVe D4S1S2S3 Rp. 4.398.750, 4. ESELON III FUNGSIONAL IVa -1Vc D4S182S3 Rp. 3.622.500, 5. ESELON I V FUNGSIONAL IIIb , - 1d D4515253 Rp. 3.151.000, 6. STAF GOLONGAN IV Rp. 2.213.750, 7. STAF GOLONGAN III Rp. 1.627.500, 8. STAF GOLONGAN II Rp. 1.200.000, 9. STAF GOLONGAN 1 Rp. 1.070.000,

3.1 Metodologi

Kegiatan “Penyusunan Laporan Tata Kelola Keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ” akan dibagi menjadi 5 tahap. Rincian Tahapan pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 3.1. 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Survei, Pengumpulan dan Pengolahan Data 3. Tahap Analisis dan Desain 4. Tahap Dokumentasi 5. Tahap Penyusunan TAHAPAN PERSIAPAN SURVEI PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ANALISIS DAN DISAIN DOKUMENTASI PENYUSUNAN RENCANA AKTIVITAS METODEPEN DEKATAN Desk Studi Studi Literature Interview FGD Analisis Deskriptif Analisis Rasio Keuangan Peramalan Keuangan Daerah Diskusi Penyusunan Strategi DATA Laporan Keuangan Data Sekunder Hasil Analisis Sebelumnya TARGET OUTPUT Rencana Kerja Disain Survai Alat Analisis Rencana Ahli a Pengukuran Analisis Kemandirian dan Analaisis Kinerja Keuangan Daerah b Peramalan Kinerja Keuangan c Proporsi TPP a Mengukur Rasio Keuangan b Mengetahui Peramalan Tata Kelola Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung LAPORAN LAP PENDAHULUAN LAP ANTARA LAP AKHIR GAMBAR 3. 1 Tahapan Metodologi Penyelesaian Pekerjaan STUDI LITERATUR KAJIAN DATA SEKUNDER KAJIAN DATA SEKUNDER DISAIN PENELITIAN DAN SURVEI PENGUMPU LAN DATA SEKUNDER PENGOLAH AN DATA SEKUNDER ANALISIS DATA DAN DISAIN LAPORAN PENYUSUN AN LAPORAN PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR Analisis Deskriptif Analisis Rasio Keuangan Halaman 4-58

3.1.1 Tahap Persiapan

Kegiatan dimulai dengan melakukan persiapan penyelesaian pekerjaan yang dimulai dengan melakukan kajian literatur dan data awal dalam rangka penetapan desain kajian serta inventarisasi kebutuhan data. Target pada tahap ini adalah tersepakatinya desain kajian, metode dan pendekatan kajian serta tersusunnya rencana survei dan rencana pengerahan tenaga ahli, kemudian disusun laporan pendahuluan.

3.1.2 Tahap Survey Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.1.2.1 Skema Survei

Upaya untuk melakukan perencanaan pembangunan diperlukan beberapa konsep yang sering digunakan dalam membentuk dan membangun sebuah model. Model yang dibuat biasanya berasal dari teori-teori yang memang dapat diaplikasikan ke dalam kondisi sebenarnya dalam hal ini pembangunan pembangunan daerah atau regional. Beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam membentuk sebuah model pembangunan adalah lokasi, persaingan, serta pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Dalam memperoleh model yang tepat untuk aplikasi pelaksanaan pembangunan maka diperlukan data dan informasi yang akurat agar dapat dijadikan sebagai input dalam membangun sebuah model dan dapat mengakomodasi seluruh bagian model. Survei merupakan salah satu cara yang mampu memberikan informasi yang akurat atau sering disebut dengan metode untuk mendapatkan data primer. Dalam hal pemetaan serta pembentukan strategi pembangunan di suatu daerah, maka profil peluang investasi menjadi modal dasar yang dapat dijadikan untuk melihat kondisi existing sebuah daerah yang sedang melaksanakan pembangunan. Halaman 4-59 Upaya untuk memperoleh data yang terkait dengan tata kelola keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Item-item yang diperlukan dalam memperoleh informasi yang akurat dari tata kelola keuangan di berupa informasi tentang Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Biaya Daerah. Survei dilakukan untuk memperoleh data langsung dari Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga informasi yang diperoleh dapat menjadi dasar dan bahan tambahan dalam analisis dan digunakan dalam mengambil kesimpulan dalam analisis ini.

3.1.2.1.1 Indikator Survei

Indikator yang disurvei dalam kegiatan Penyusunan Kajian Tata Kelola Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi hal-hal berikut: a. Kondisi Keuangan eksisting Keuangan Daerah b. Proyeksi Keuangan Daerah c. Kemampuan Keuangan Daerah dalam memenuhi Tambahan Penghasilan Pegawai TPP. Survei dilakukan melalui datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3.1.2.1.2 Focus Group Discussion FGD

Hasil analisis data dan temuan dilapangan akan dibuat laporan pendahuluan yang bersifat sementara karena harus dilakukan analisis yang lebih mendalam melalui Focus Group Discussion FGD. Tahap FGD ini juga bertujuan untuk melakukan cross-check terhadap penelitian lapangan yang sebelumnya sudah dilakukan, dalam hal ini peneliti akan mengundang para nara sumber sekaligus audien yang berasal dari satuan perangkat pegawai pejabat di lingkungan Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil FGD akan dijadikan acuan untuk membuat analisis dan kesimpulan akhir dalam Halaman 4-60 bentuk laporan akhir yang nantinya akan diserahkan kepada pengguna yang berkepentingan.

3.1.2.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Setelah data dikumpulkan maka dilakukan pengolahan serta analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi eksisting dari Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam memperoleh informasi tentang Tata Kelola Keuangan Daerah dengan lebih mendalam maka data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan tabulasi data dengan menggunakan alat statistik, hal ini bertujuan untuk melihat seluruh informasi yang lebih mendalam yang tidak akan diperoleh bila hanya mengandalkan analisis deskripsi. Berikut merupakan kerangka kajian yang dapat dilihat pada gambar 3.1 Halaman 4-61 GAMBAR 3. 2 PROSES PENGERJAAN 3.1.2.3 Pengolahan Data Rencana Kerja Dan Kegiatan Identifikasi Data Dan Informasi Referensi Kebijakan Dan Peraturan DATA DAN INFORMASI Rasio Keuangan Daerah Tambahan Penghasilan Pegawai SURVEI ANALISIS DAN EVALUASI Tata Kelola keuangan dan Tambahan Penghasilan Pegawai Revisi Laporan Tata Kelola Keuangan Daerah FOCUS GROUP DISCUSSION FGD Laporan Tata Kelola Keuangan Daerah PERSIAPAN Kondisi Eksisting Tata Kelola Keuangan Daerah Darft Laporan Tata Kelola Keuangan Daerah Halaman 4-62 Tabulasi data bertujuan untuk melihat kebijakan, kondisi eksisiting serta potensi Keuangan Daerah terkait dengan Tambahan Penghasilan Pegawai TPP Berdasarkan tabulasi data ini diharapkan memperoleh gambaran kesiapan keuangan daerah dalam tambahan penghasilan pegawai. Kemudian diharapkan juga tersusunnya potensi kemampuan keuangan daerah dan kemampuan daerah dalam menangani belanja daerah terutama dengan belanja pegawai.

3.1.3 Tahap Analisis dan Desain

Usaha untuk melakukan analisis data dapat dibagi dalam beberapa tahap dimulai dari analisis deskriptif data yang berasal dari data sekunder kemudian dilanjutkan dengan analisis tabulasi data untuk melihat kondisi eksisting keuangan daerah. Langkah selanjutnya adalah membawa hasil penelitian ini kedalam f ocus group discussion yang bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam dan cross check data antara hasil lapangan dengan beberapa pejabat terkait Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah. Terakhir akan dihasilkan berupa kesimpulan dan saran yang akan dijadikan rekomendasi bagi pengguna.

3.1.3.1 Analisis

3.1.3.1.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mempelajari dan melihat lebih dalam karakteristik dan pola data dan merupakan proses awal yang harus dilakukan dalam kajian ini. Selain itu analisis ini juga dapat mendeteksi pola yang berlaku dalam sebuah deret data. Halaman 4-63 Kegiatan analisis data merupakan proses awal yang sangat penting dalam menjawab mengapa suatu masalah terjadi, analisis deskriptif ini terdapat beberapa hal yang sangat penting dilihat anatara lain untuk melihat proporsi, persentase, serta nilai frekuensi sebuah kejadian terjadi. Analisis deskripsi ini juga bertujuan untuk melihat potret lebih jelas dari keadaan keuangan daerah.

3.1.3.2 Desain

Desain Laporan Penyusunan Tata Kelola Keuangan Daerah berdasarkan data diperoleh dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang kemudian akan tersusun sebagai dokumen Tata Kelola Keuangan Daerah. .

3.1.4 Tahap Dokumentasi

Dokumentasi. Tata Kelola Keuangan Daerah berdasarkan data diperoleh dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kemudian akan ditampilkan berupa: 1. Informasi tentang Penerimaan, Belanja dan Biaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Informasi Tata Kelola Keuangan Daerah berdasarkan data diperoleh dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang kemudian ditindaklanjuti dengan kesesuaian dengan TPP. Halaman 4-64 3. Informasi Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan TPP 4. Dokumen Profil Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

3.1.5 Tahap Penyusunan

Tahap Penyusunan Dokumen Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perencanaan dimulai dengan penyusunan profil investasi yang dilanjutkan dengan perumusan strategi dan dokumen Tata Kelola Keuangan Daerah.. Seluruh tahap di atas akan dilakukan secara berurutan dan hasil pengolahan data akan dibuat sebuah Tata Kelola Keuangan Daerah berdasarkan data diperoleh dari hasil datang langsung ke Badan Penerimaan dan Pengelolaan Aset Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung . Laporan Dokumentasi Tata Kelola Keuangan Daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari: 1. Laporan Pendahuluan 2. Laporan Antara 3. Laporan PenyempurnaanFinalisasi Halaman 4-65 4.1 Struktur APBD Ditetapkannya Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 jo. Undang - Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang – Undang No. 25 tahun 1999 jo. Undang – Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, membuka peluang yang luas bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing – masing. Hal ini diikuti pula dengan bergesernya pusat – pusat kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dari pusat ke daerah. Sebagai konsekuensi logis, maka peningkatan kewenangan tersebut harus di imbangi pula dengan peningkatan kinerja dan akuntabilitas aparat pemerintah daerah. Berikut adalah gambaran perkembangan APBD untuk 5 lima tahun anggaran. Struktur APBD tahun 2008-2013 telah di komparasi berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 pada table 4.1. Halaman 4-66 TABEL 4. 1 Struktur APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Anggaran 2003-2013 No Tahun Anggaran APBD Pendapatan Asli Daerah 1 2003 275,323,315,617 71,789,118,253 26.0745 2 2004 324,412,640,492 114,368,223,031 35.2539 3 2005 435,167,347,128 188,167,354,665 43.2402 4 2006 546,961,448,176 198,173,311,840 36.2317 5 2007 609,867,856,708 203,541,902,473 33.3748 6 2008 971,399,105,648 234,940,406,932 24.1858 7 2009 1,128,200,361,942 255,269,242,162 22.6262 8 2010 1,044,353,996,356 297,221,240,328 28.4598 9 2011 1,319,129,357,087 364,496,034,466 27.6316 10 2012 1,619,791,080,526 423,107,063,159 26.1211 11 2013 1,837,133,947,552 433,307,517,261 23.5861 RATA-RATA 29.7078 Data diolah 2014 Dari table di atas terlihat bahwa komposisi PAD terhadap APBD adalah sekitar 29. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan PAD daerah Provinsi berada dikisaran 20 hingga 30. Komposisi besarnya Belanja Daerah masih lebih tinggi dibandingkan dengan Pendapatannya. Besarnya Belanja ini ditutupi dengan adanya Dana Perimbangan dari Pusat. Hal ini terbilang wajar bagi keuangan daerah. Besarnya PAD untuk Provinsi didominasi dari Retribusi dan Pajak dan hasil pengelolaan kekayaan alam. PAD merupakan tolak ukur dari daerah dalam menyelenggarakan pemerintahannya di era otonomi daerah ini. Semakin besar PAD menunjukkan adanya kemandirian daerah dalam menjalankan pemerintahanya dan tidak tergantung kepada pemerintah pusat. Halaman 4-67 Hal ini mengindikasikan masih tingginya ketergantungan fiskal Pemerintah Daerah Provinsi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap Pemerintah Pusat selama kurun waktu 2008-2013 kendati paket otonomi daerah telah digulirkan. Pada sisi belanja kebutuhan belanja daerah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini merupakan dampak dari kewenangan otonomi daerah dimana pemerintah daerah secara aktif dan lebih leluasa melakukan pembiayaan dalam upaya pengembangan segala bentuk aktifitas progam- program pembangunan di daerah Gambar 4.1. Pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pendapatan Provinsi Kep. Bangka Belitung masih didominasi oleh Pajak dan diikuti oleh Penerimaan lain yang sah dan Retribusi. 8.78 6.03 8.17 11.94 14.24 10.26 10.28 7.99 6.32 3.49 3.59 90.28 93.46 91.50 87.59 85.14 88.72 87.37 90.28 90.69 92.61 95.01 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Penerimaan lain Pajak Retribusi Halaman 4-68 Pemerintah daerah dapat menggenjot potensi penerimaan lain misalnya dari Pariwisata yang sangat potensial bagi pemerintah daerah di masa yang akan dating. 4.2 Teknik Analisis Data Untuk analisis data digunakan analisis sebagai berikut :

1. Analisis Kinerja Keuangan Daerah

a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Rasio Kemandirian TAHUN PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN RASIO KEMANDIRIAN th. 2008 197,821,858,500 511,474,100,000 38.68 th. 2009 255,269,242,162 559,465,250,000 45.63 th. 2010 267,241,983,243 618,038,480,399 43.24 th. 2011 316,749,538,051 600,306,954,037 52.76 th. 2012 423,107,063,159 785,306,155,805 53.88 th. 2013 478,877,918,598 933,756,954,111 51.29 RATA-RATA 47.57869366 Data diolah 2014 TABEL 4. 2 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Dari table di atas terlihat bahwa Rasio Kemandirian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki rasio yang besarannya berada di 40 ke atas. Hal ini mengindikasikan bahwa kemandirian Provinsi masih kurang. Dana perimbangan yang besar dibandingkan pendapatan asli daerah mengindikasikan bahwa Provinsi harus lebih meningkatkan nilai PAD-nya. Halaman 4-69 Sejalan dengan kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat, pemerintah daerah merencanakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bisa diupayakan oleh daerah sendiri PAD, yang bersumber dari pusat Dana Perimbangan, serta pendapatan lain –lain. Saat ini sumber pendapatan dari PAD masih relatif kecil dibandingkan dengan dana perimbangan. Kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan untuk mendorong peningkatan pendapatan daerah melalui mobilisasi pendapatan asli daerah dan penerimaan daerah lainnya. Kotak 1 Kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat, pemerintah daerah merencanakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bias diupayakan oleh daerah sendiri PAD, yang bersumber dari pusat Dana Perimbangan, serta pendapatan lain –lain. Khusus untuk pendapatan lain –lain yang sah, bagi hasil dari Pemerintah Provinsi berperan penting sebagai salah satu sumber pendapatan dalam mendukung pendanaan berbagai program dan kegiatan. Provinsi dapat meningkatkan nilainya dengan cara menambah beberapa teknik misalnya dengan meningkatkan kemampuan manajemen daerah dan investasi daerah. Halaman 4-70

b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Kriteria untuk menetapkan ketergantungan keuangan daerah dapat dilihat Tabel di bawah ini : TABEL 4. 3 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah TAHUN PENDAPATAN ASLI DAERAH PENERIMAAN APBD TANPA SUBSIDI RASIO KETERGANTUNGAN th. 2008 197,821,858,500 197,821,858,500 100 th. 2009 255,269,242,162 255,269,242,162 100 th. 2010 267,241,983,243 267,241,983,243 100 th. 2011 316,749,538,051 366,749,538,051 86.37 th. 2012 423,107,063,159 602,239,143,159 70.26 th. 2013 478,877,918,598 620,854,768,598 77.13 RATA-RATA 88.96 Data diolah 2014 Table di atas menggambarkan bahwa kemampuan daerah dalam mengoptimalkan PAD-nya dibandingkan penerimaan lain APBD tanpa subsidi adalah tinggi. Halaman 4-71

c. Rasio Desentralisasi Fiskal

Rasio Desentralisasi Fiskal sebagai berikut: TABEL 4. 4 Rasio Desentralisasi Fiskal TAHUN PENDAPATAN ASLI DAERAH TOTAL PENERIMAAN DAERAH RASIO DESENTRALISASI FISKAL th. 2008 197,821,858,500 709,295,958,500 28 th. 2009 255,269,242,162 814,734,492,162 31 th. 2010 267,241,983,243 885,280,463,642 30 th. 2011 316,749,538,051 967,056,492,088 33 th. 2012 423,107,063,159 1,387,545,298,964 30 th. 2013 478,877,918,598 1,554,611,722,709 31 RATA-RATA 30.5 Data diolah 2014 Rasio ini menggambarkan bahwa tingkat tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan adalah cukup yaitu dikisaran 30. Namun dalam konteks pengelolaan pendapatan daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung , proporsi sumber pendapatan utama daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah PAD dengan proporsi rata-rata dibawah 40 dari total pendapatan daerah, maka perlu adanya strategi-strategi dalam rangka peningkatan PAD di waktu yang akan datang. Disamping itu, sumber –sumber pendapatan lainnya juga perlu ditingkatkan, sehingga dalam kurun waktu tiga sampai dengan lima tahun mendatang, proporsi DAU secara bertahap dapat mulai digantikan oleh sumber –sumber pendapatan yang dapat diupayakan oleh daerah. Halaman 4-72 Kotak 2 Disamping itu, sumber –sumber pendapatan lainnya juga perlu ditingkatkan, antara lain bagian laba Badan Usaha Milik Daerah BUMD, lain-lain pendapatan yang sah, dana perimbangan bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, proporsi DAU secara bertahap dapat mulai digantikan oleh sumber –sumber pendapatan yang dapat diupayakan oleh daerah.

d. Rasio Efektifitas

Pengukuran tingkat efektivitas ini untuk mengetahui berhasil tidaknya pencapaian tujuan anggaran yang memerlukan data-data realisasi pendapatan dan target pendapatan. Berikut formula untuk mengukur tingkat Efektivitas: TABEL 4. 5 Rasio Efektifitas ANGGARAN REALISASI RASIO EFEKTIFITAS th. 2008 746,414,506,932.00 840,122,438,713.74 112.55 th. 2009 814,734,492,162.00 804,845,142,747.69 98.79 th. 2010 804,230,982,584.93 848,025,568,043.87 105.45 th. 2011 1,319,129,357,086.97 1,176,683,815,919.18 89.20 th. 2012 1,387,545,298,963.62 1,384,937,385,356.64 99.81 th. 2013 1,554,611,722,708.58 1,529,110,292,281.15 98.36 RATA-RATA 100.69 Data diolah 2014 Halaman 4-73 Dari daftar di atas terlihat bahwa untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berhasil tidaknya pencapaian tujuan anggaran yang memerlukan data-data realisasi pendapatan dan target pendapatan adalah masuk kategori sangat efektif. Efektifitas ini menggambarkan kemampuan daerah dalam merealisasikan anggarannya. Hal ini tidak menggambarkan kemampuan untuk memperoleh keuangan daerah namun dalam merealisasikan anggarannya. Dalam keuangan daerah, bila mampu untuk merealisasikan anggarannya maka daerah dianggap efektif dan berprestasi.

e. Rasio Efisiensi

TABEL 4. 6 Rasio Efisiensi TAHUN PENGELUARAN TOTAL PENERIMAAN DAERAH RASIO EFISIENSI BELANJA th. 2008 771,059,566,156 709,295,958,500 109 th. 2009 1,128,200,361,942 814,734,492,162 138 th. 2010 1,108,197,336,215 885,280,463,642 125 th. 2011 1,067,056,492,088 967,056,492,088 110 th. 2012 1,619,791,080,526 1,387,545,298,964 117 th. 2013 1,837,133,947,552 1,554,611,722,709 118 RATA-RATA 119.5 Data diolah 2014 Halaman 4-74 Seberapa besar efisiensi dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan mengukur input yang digunakan dan membandingkan dengan output yang dihasilkan yang memerlukan data-data realisasi belanja dan realisasi pendapatan. Sehingga provinsi dalam hal ini memiliki rasio Efisiensi yang tidak efisien karena total pengeluarannya yang lebih besar dibandingkan total penerimaannya. Bila ada pertanyaan, mengapa efektif namun tidak efisien? Hal ini dapat dijelaskan bahwa frame yang diambil berbeda. Efektif dalam hal ini adalah dalam merealisasikan anggarannya. Sedangkan efisien adalah dalam hal membandingkan pendapatan dan belanjanya. Terlihat bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih memiliki belanja yang melebihi pendapatannya. Hal ini dialami pula oleh beberapa daerah di Indonesia. Kemampuan keuangan lebih ditunjang oleh Dana Perimbangan dari pusat. Ada beberapa daerah yang memiliki kemampuan keuangan dari pendapatannya melebihi belanjanya. Daerah tersebut biasanya memiliki PAD yang lebih tinggi dibandingkan dana perimbangannya. 2. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Analisis Kemampuan Keuangan Daerah ; pertama diawali dengan Perhitungan dan Analisis Kinerja PAD melalui ukuran share dan growth kemudian mengklasifikasikan dengan pemetaan kemampuan keuangan daerah berdasarkan Metode Kuadran. Susanto et al 2010