Kendaraan Bermotor TINJAUAN TEORETIS MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP
lingkungan, teknologi injeksi injection tersebut terdiri dari beberapa jenis, diantaranya :
1. Direct Fuel Injection 2. Port Fuel Injection
3. Throttle Body Injection Berbagai macam jenis teknologi terbaru pada kendaraan 2
langkah Two Stroke dan 4 langkah Four Stroke telah dibuat dan dikembangkan di Indonesia, mulai dari penmgisian bahan bakar
karburator sampai berbagai jenis sistem injeksi injection, masing-masing dari teknologi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing, seperti sistem injeksi injection yang lebih efisien dalam proses pengkabutan
penggunaan bahan
bakar, serta
lebih rendah
menghasilkan gas emisi dibandingkan sistem karburator, akan tetapi harga teknologi sistem injeksi ini mempunyai harga yang lebih mahal dari
sistem karburator. Pilihan penggunaan kendaraan bermotor dengan teknologi
apapun, merupakan hak bagi para konsumen, selama penggunaan kendaraan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan tetapi
semakin berkembangnya teknologi otomotif yang rendah emisi, sehingga meningkatkan jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan sistem
injeksi injection. Sistem karburator maupun sistem injeksi injection yang dianggap
memiliki emisi yang lebih rendah, pada prinsipnya kedua sistem pengisisan bahan bakar tersebut masih menggunakan minyak bahan
bakar fosil dalam proses pembakarannya, sehingga sisa pembakaran
dari kedua sistem tersebut masih menghasilkan emisi gas buang yang berdampak buruk pada lingkungan ataupun kesehatan masyarakat.
2. Peraturan Tentang Kendaraan Bermotor di Indonesia Sesuai dengan pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa Indonesia adalah negara hukum, maka peraturan mengenai kendaraan di Indonesia diatur lebih khusus
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa :
“Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor”
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa alat transportasi menjadi sarana pendukung bagi sebagian besar masyarakat Indonesia
dalam kegiatan ekonomi, baik digunakan sebagi alat transportasi oleh masyarakat itu sendiri maupun digunakan untuk mengantar barang dari
suatu tempat ke tempat lain, sesuai dengan pasal 1 angka 7 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
kendaraan terbagi atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor, penggunaan kendaraan tidak bermotor tidak terlalu banyak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, akan tetapi penggunaan kendaraan bermotor mempunyai dampak negatif yang cukup
luas terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat, yang diakibatkan dari sisa pembakaran kendaraan bermotor tersebut.
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa :
“Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang
berjalan di atas rel” Berbagai jenis kendaraan serta berbagai jenis teknologi dari
kendaraan bermotor yang ada di Indonesia terutama di kota-kota besar khususnya di kota Bandung, mulai dari sepeda motor jenis matic, bebek,
dan motor besar sport, mulai dari mobil tua sampai mobil terbaru, berbagai jenis mobil tersebut memadati kota Bandung setiap harinya,
meskipun kendaraan tersebut mempunyai jenis, teknologi, bentuk, dan merk yang berbeda, kendaraan tersebut termasuk kendaraan bermotor,
sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, karena
kendaraan-kendaraan tersebut menggunakan mesin sebagai alat penggerak.
Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa :
“Negara bertanggung jawab atas lalu lintas dan angkutan jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah.”
Kendaraan bermotor dan lalu lintas merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena kendaraan bermotor tanpa adanya lalu lintas
yang teratur tidak akan membuat nyaman para penggunanya, bahkan dapat menimbulkan kerugian bagi para penggunanya, tidak sedikit
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang,
karena tidak tertib berlalu lintas, dalam hal ini negara mempunyai tanggung jawab cukup besar, karena penyedia sarana dan prasarana lalu
lintas merupakan bagian dari tanggung jawab negara, dalam hal ini pembinaannya dilakukan oleh pemerintah, sebagaimana telah disebutkan
dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, akan tetapi tidak sepenuhnya negara
bertanggung jawab atas lalu lintas, dalam hal ini peranan serta kesadaraan masyarakat sangat berpengaruh terhadap terwujudnya
ketertiban dalam berlalu lintas. Pasal 47 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa : “Kendaraan terdiri atas:
a. Kendaraan bermotor; dan b. Kendaraan tidak bermotor.”
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pengaturan tidak hanya difokuskan terhadap
kendaraan bermotor, akan tetapi terdapat juga pengaturan mengenai kendaraan tidak bermotor, persoalan mengenai permasalahan lalu lintas
di kota-kota besar seperti kota Bandung, tidak hanya ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, akan tetapi persoalan tersebut dapat ditimbulkan
oleh kendaraan tidak bermotor, di Bandung ketidak tertiban dalam berlalu lintas bisa disebabkan oleh kendaraan tidak bermotor seperti becak, dan
kereta kuda. Becak merupakan kendaraan tidak bermotor beroda tiga yang digerakan oleh tenaga manusia, jumlah becak di kota becak di kota
Bandung semakin bertambah, sehingga menambah kepadatan jala-jalan di kota Bandung.
Seharusnya pemerintah menyediakan jalur khusus untuk becak atau kendaraan tidak bermotor lainnya guna menciptakan ketertiban di
kota Bandung, meskipun pemerintah kota Bandung telah menyediakan jalur khusus untuk sepeda, tetapi jalur tersebut belum dapat digunakan
secara efektif, jalur-jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor sebenatnya sangat diperlukan di kota-kota besar seperti kota Bandung,
karena dengan adanya sarana untuk kendaraan tidak bermotor, dapat menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk menggunakan
kendaraan tidak bermotor, dengan berkurangnya pengguna kendaraan bermotor berbahan bakar minyak fosil dapat mengurangi jumlah
penggunaan bahan bakar minyak, serta dapat mengurangi jumlah emisi khususnya di kota Bandung.
Pasal 47 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa :
“Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dikelompokan berdasarkan jenis:
a. sepeda motor; b. mobil penumpang;
c. mobil bus; d. mobil barang; dan
e. kendaraan khusus.
Sebagaimana Pasal 47 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, di Indonesia terdapat
berbagai jenis kendaraan bermotor, seperti sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus, mobil barang, dan kendaraan khusus, untuk
menciptakan ketertiban lalu lintas, sehingga semua jenis kendaraan yang
beroperasi tersebut harus tunduk dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Pasal 47 ayat 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa :
“Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b, huruf c, dan huruf d dikelompokkan berdasarkan fungsi:
a. Kendaraan bermotor perseorangan; dan b. Kendaraan bermotor umum.”
Kepadatan kendaraan yang terjadi di jalan-jalan kota besar, khususnya di kota Bandung diakibatkan terlalu banyaknya penggunaan
kendaraan bermotor perseorangan yang berdampak pada meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak, serta meningkatnya zat pencemar udara.
Kepadatan kendaraan bermotor perseorang di jalan, bisa diakibatkan dari kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap penyediaan alat
transportasi masal transportasi umum, karena apabila pemerintah menyediakan alat trasnportasi masal transportasi umum yang layak,
nyaman, aman dan tepat waktu, kepadatan di jalan oleh kendaraan perseorangan dapat berkurang.
Penyedian alat transportasi masal transportasi umum yang layak, aman, nyaman, dan tepat waktu mempunyai cukup banyak
kelebihan, karena selain dapat menghemat biaya trasnportasi, hal tersebut dapat mengurai kepadatan jumlah kendaraan bermotor di jalan,
menghemat konsumsi BBM Bahan Bakar Minyak, serta mengurangi jumlah emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang akan berdampak
pada lingkungan.
Pasal 47 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa :
“Kendaraan tidak bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dikelompokkan dalam:
a. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang; dan b. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan.”
Penggunaan kendaraan tidak bermotor baik yang digerakkan tenaga orang atau hewan dalam kegiatan sehari-hari merupakan salah
satu cara untuk mengurangi jumlah emisi gas buang yang dapat mencemari udara. Tidak tersedianya fasilitas yang disediakan pemerintah
daerah untuk kendaraan tidak bermotor, seperti jalur khusus menjadikan sebagian orang enggan untuk menggunakan kendaraan tidak bermotor
dalam kegiatan sehari-hari. Pasal 48 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa : “setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.” Pasal 48 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa : “Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri
atas: a. susunan;
b. perlengkepan; c. ukuran;
d. karoseri; e. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
f. pemuatan; g. penggunaan;
h. penggandengan kendaraan bermotor; dan i. penempelan kendaraan bermotor.”
Pasal 48 ayat 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa :
“Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan oleh kerja minimal kendaraan bermotor yang diukur
sekurang-kurangnya terdiri atas : a. emisi gas buang;
b. kebisingan suara; c. efisiensi sistem rem utama;
d. efisiensi sistem rem parkir; e. kincup roda depan;
f. suara klakson; g. daya pancar dan arah sinar lampu utama;
h. radius putar; i. akurasi alat penunjuk kecepatan;
j. kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan k. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat kendaraan.”
Sebagaimana pasal 48 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap kendaraan yang
dioperasikan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, persyaratan teknis dan laik jalan tersebut telah diatur dalam Pasal 48 ayat
2, pasal 48 ayat 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, emisi gas buang merupakan bagian dari
persyaratan teknis dan laik jalan, hal tersebut dikarenakan emisi gas buang yang tidak sesuai dengan batas minimum dapat berdampak luas
terhadap lingkungan serta kesehatan. Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa : “kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan
yang diimpor, dibuat danatau dirakit didalam negeri yang akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian.”
Pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa :
“Pengujian sebagaiman dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. uji tipe; dan
b. uji berkala.” Pengujian diwajibkan terhadap kendaraan bermotor yang diimpor,
dibuat danatau dirakit didalam negeri yang akan dioperasikan, hal tersebut sangat penting dilakukan, sesuai dengan ketentuan pasal 49
ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, karena selain menguji kelayakan keamanan kendaraan
bagi para pengguna kendaraan tersebut, kelayakan gas emisi buang menjadi hal penting, karena apabila emisi gas buang tidak layak dan
melebihi ambang batas yang telah ditentukan, maka hal tersebut akan berdampak terhadap lingkungan hidup.
Pasal 93 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatkan bahwa :
“Manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan:
a. penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalur atau jalan khusus;
b. Pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki;
c. Pemberian kemudahan bagi penyandang cacat; d. Pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas
berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas; e. Pemaduan berbagai moda angkutan;
f. Pengendalian lalu lintas pada persimpangan; g. Pengendalian lalu lintas pada ruas jalan; danatau
h. Perlindungan terhadap lingkungan.”
Sesuai dengan Pasal 93 ayat 2 huruf h Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, manajemen dan
rekayasa lalu lintas dilakukan dengan perlindungan terhadap lingkungan, hal tersebut guna dapat mencegah terjadinya kerusakan terhadap
lingkungan yang diakibatkan oleh manajemen dan rekayasa lalu lintas, kejadian tersebut sering kali terjadi di kota Bandung, tidak sedikit pohon-
pohon besar ditebang untuk kepentingan pelebaran jalan, atau bahkan kawasan hijau yang dijadikan manajemen dan rekayasa lalu lintas, hal-hal
tersebut dapat mengancam kelestarian lingkungan, seharusnya kerusakan pada lingkungan dapat dihindari atau diperkecil, pada saat
proses pembangunan dilakukan. Pasal 209 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa : “Untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap kegiatan di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan harus dilakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk
memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa lingkungan hidup mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia,
lingkungan hidup dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, oleh karena itu jaminan atas lingkungan hidup tidak hanya diatur dalam pasal
28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Dampak Dari Meningkatnya Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia terutama di kota-kota besar mempunyai dampak buruk yang cukup luas dan banyak,
tidak hanya peningkatan emisi serta berdampak pada pencemaran udara dan berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan saja, akan tetapi
konsumsi BBM Bahan Bakar Minyak terutama BBM Bahan Bakar
Minyak bersubsidi dari pemerintah akan terus meningkat, kepadatan kendaraan bermotor di jalan akan meningkat sehingga akan
menyebabkan meningkatnya kemacetan di jalan-jalan. Berbagai jenis teknologi otomotif terbaru telah banyak dibuat dan
dikembangkan dalam kendaraan bermotor berbahan bakar minyak, masing-masing perusahaan industri otomotif menawarkan keunggulan
teknologinya, serta masing-masing pabrikan mengklaim bahwa teknologi yang telah dibuat merupakan teknologi kendaraan bermotor berbahan
bakar minyak bahan bakar fosil yang paling ramah terhadap lingkungan dan paling hemat dalam penggunaan bahan bakar minyak, secanggih
apapun teknologi pada kendaraan bermotor berbahan bakar minyak, selama teknologi tersebut menggunakan minyak sebagai bahan bakar
serta menghasilkan zat emisi gas buang berbahaya, maka hal tersebut akan tetap berdampak buruk terhadap lingkungan.
Teknologi-teknologi terbaru pada Motor bakar dalam internal, baik CIE Compretion Ignition Engine atau SIE Spark Ignition Engine,
memiliki nilai lebih dari pada teknologi lama, diantaranya lebih sedikit menghasilkan gas emisi buang serta lebih irit dalam penggunaan bahan
bakar sehingga dapat jumlah emisi gas buang yang dapat mencemari udara, hal tersebut akan lebih baik jika pengguna kendaraan bermotor
dapat dibatasi sehingga manfaat dari teknologi-teknologi terbaru dari kendaraan bermotor akan dapat lebih dirasakan, karena akan terasa
percuma bila jumlah peningkatan kendaraan bermotor tidak dapat dikendalikan, sedangkan teknologi-teknologi terbaru dibuat.
Bahan pencemar terutama terdapat didalam gas buang kendaraan bermotor antaran lain Karbonmonoksida CO, berbagai senyawa
hidrokarbon, berbagai Oksida Nitrogen NOx dan Sulfur Oksida SOx dan partikulat debu termasuk timbal Pb. Hidrikarbon dan Pb yang lepas
ke udara terjadi karena adanya proese penguapan dari sIstem bahan bakar yang terjadi selama pembakaran bahan bakar fosil bensin dan solar
di dalam mesin. Setelah lepas ke udara, berbagai senyawa yang ada pada buangan gas kendaran bermotor tersebut dapat berubah oleh
karena adanya reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap ari atau dengan senyawa satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, adanya
reaksi di udara yang mengubah Nitrogen Monoksida NO yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor menjadi Nitrogen
Dioksida NO2 yangt lebih reaktif. Selain itu gas buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke
dalam lingkungan jalan raya yang sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buangan dari cerobong industri yang tinggi.
Sedangkan aktivitas kendaraan bermotor dapat meningkatkan kadar pertikulat debu yang berasal dari permukaan jalan raya, komponen ban
dan rem
17
. Dampak dari gas buang kedaraan bermotor, selain menimbulkan
pencemaran terhadap udara, kerugian tersebut akan sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat, karena kualitas udara yang dihirup telah
tercemar. Udara merupakan bagian dari kehidupan manusia, manusia membutuhkan Oksigen O2 untuk bernafas, udara yang dihirup manusia
17
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, www.analisadaily.com, diakses pada tanggal 16 Juni, pukul 06.46 WIB
tidak dapat dipisah-pisah, antara udara bersih dan udara yang sudah tercemar.
Bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil sperti Pb, beberapa Hidrokarbonhalogen dan Hidrokarbon Poliaromatk, dapat jatuh ke tanah
bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam
rantai makanan yang pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak dan produk lainnya dari ternak hewan.
Beberapa senyawa yang dinyatakan tersebut dapat membahayakan kesehatan, misalnya kanker pada paru-paru atau organ tubuh lainnya,
penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut maupun khronis, dan kondisi yang diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap
organ lain seperti paru, misalnya sistem saraf
18
. Akibat dari pencemaran yang dihasilkan dari emisi gas buang tidajk hanya akan dirasakan para
pengguna kendaraan bermotor, akan tetapi masyarakat yang tidak menggunakan kendaraan bermotor akan merasakan dampak dari emisi
gas buang. Organisasi kesehatan dunia atau WHO
World Health Organization baru saja mendapatkan hasil riset terkait masalah
kesehatan dan polusi. WHO World Health Organization menyatakan bahwa sejumlah penyakit maut bisa dipicu oleh asap pembuangan dari
knalpot mesin diesel. Mereka yang berkaitan langsung dengan aktivitas mesin diesel seperti pekerja tambang dan supir truk telah mendapatkan
peringatan dini terkait hasil riset terbaru ini. Dari riset tersebut, diketahui
18
Loc. Cit.
bahwa manusia rentan terkena penyakit seperti kanker paru-paru dan tumor kandung kemih apabila terlalu sering terpapar asap knalpot
diesel
19
. Pemanasan global Global Warming menjadi isu lingkungan yang
paling penting saat ini karena besarnya dampak yang ditimbulkan diseluruh wilayah bumi ini. Pemanasan global Global Warming adalah
proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan
20
. Emisi gas buang kendaraan bermotor menjadi salah satu penyumbang
penyebab terjadinya Pemanasan global Global Warming, karena sebagimana telah disebutkan sebelumnya bahwa emisi gas buang
kendaraan bermotor mengandung Karbonmonoksida CO, berbagai senyawa hidrokarbon, berbagai Oksida Nitrogen NOx dan Sulfur Oksida
SOx dan partikulat debu termasuk timbal Pb. Hidrikarbon dan Pb yang lepas ke udara sehingga berdampak pada pencemaran udara.
Ketika keadaan mesin dari kendaraan bermotor sedang menyala, kendaraan bermotor menghasilkan emisi gas buang, baik ketika
kendaraan bermotor tersebut bergerak ataupun tidak bergerak. Ketika kendaraan sedang bergerak manfaat dari kendaraan tersebut akan
terasa, karena dengan menggunakan kendaraan bermotor waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu bisa menjadi lebih singkat,
akan tetapi ketika terjadi kemacetan serta kendaraan tidak dapat bergerak, maka selain peningkatan emisi gas buang, penggunaan BBM
Bahan Bakar Minyak akan bertambah.
19
Asap Mesin Diesel Pemicu Kanker, http:ciricara.com, diakses pada tanggal 20 Juni, pukul 08.12 WIB
20
Pemanasan Global, http:lh.surabaya.go.id, diakses pada tanggal 02 April, pukul 20.32 WIB
Menurut data Badan Pusat Statistik BPS, peningkatan jumlah kendaraan bermotor terus meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan
jumlah kendaraan tersebut selain dapat meningkatkan jumlah emisi gas buang, hal tersebut akan meningkatkan jumlah konsumsi Bahan Bakar
Minyak BBM. Menurut wakil wali kota Bandung Ayi Vivananda, pada tahun 2011 jumlah kendaraan di kota Bandung mencapai 1.200.000
kendaraan, yang terbagi 400.000 kendaraan mobil dan 800.000 kendaraan sepeda motor
21
. Di kota Bandung saja jumlah kendaraan bermotor mencapai 1.200.000, jika jumlah kendaraan bermotor tersebut
digabungkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia, maka konsumsi Bahan Bakar Minyak BBM serta jumlah emisi gas buang akan lebih
banyak.
21
Jumlah Kendaraan Bermotor, www.bandung.go.id, diakses pada tanggal 22 Juni, pukul 07.47 WIB
60