Perancangan media informasi kesenian Tari Merak

(1)

(2)

(3)

(4)

Curriculum Vitae

Personal Details

Full Name : Yayan Apriani

Sex : Female

Place, Date of Birth : Majalengka, 2 April 1991 Nationality : Indonesia

Marital Status : Single

Height, Weight : 156 cm, 47 kg Health : Perfect

Religion : Moslem

Addrress : Jl. Simpang 3 RT/RW 02/02 Desa Weragati, Palasah – Majalengka 45475

Mobile : 0877 222 34 112

E-mail : yayanapriani@gmail.com

Educational Background

1995-1997 : TK Binangkit 1997-2003 : SDN 1 Weragati

2003-2006 : SMPN 1Palasah, Majalengka 2006-2009 : SMAN 1 Jatiwangi, Majalengka

2009-2013 : Fresh Graduation Universitas Komputer Indonesia

Course & Seminar

SMP : - Sekretaris OSIS

- Dewan Penggalang PRAMUKA - Volly Ball

- Archery Club Kab. Majelengka

SMA : - Sekretaris OSIS


(5)

PRESENT : - 1001 Senyum UNIKOM

- Road to Success of a Movie Movie maker 2011 UNIKOM

- Advertising Real Show 2013 UNPAD Qualifications

1. Can operate several Operating System (Windows Server 2003, Windows XP, Windows Vista, LINUX, Windows 7 Professional). 2. Computer Literate (MS Word, MS Excel, Adobe Illustrator, Adobe

Photoshop, Adobe Premiere, Adobe InDesain, Adobe Photoshop Lightroom)


(6)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI KESENIAN TARI MERAK

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2012-2013

Oleh :

Yayan Apriani 51909196

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pengantar Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Media Informasi Kesenian Tari Merak.

Pada dasarnya, laporan pengantar tugas akhir ini ditulis sebagai syarat dalam mengikuti Sidang Akhir dalam jenjang pendidikan Strata 1 pada Progam Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia. Objek penelitian yang diambil oleh penulis merupakan tema yang mendasari karya visual yang akan dibuat. Dengan bekal ilmu pengetahuan yang didapat dari unversitas serta pengumpulan data terhadap objek penelitian, penulis berharap dapat memaksimalkan hasil penelitian agar dapat bermanfaat untuk dituangkan dalam makalah akademik ini.

Tiada gading yang tak retak, walaupun penulis berniat untuk membuat laporan ini dengan sempurna, penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan yang disengaja maupun tidak disengaja. Akhir kata, semoga makalah akademik ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bandung, 21 Mei 2013


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSLUSIF ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... x

Bab I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 4

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan Perancangan... 5

Bab II Unsur Visual Kesenian Tari Merak ... 6

II.1 Seni dan Tari ... 6

II.2 Tari Merak Sebagai Tari Penyambut Tamu ... 7

II.3. Unsur Visual pada Gerak Tari Merak ... 8

II.3.1 Gerak Tari Merak ... 9


(9)

II.4 Perbandingan Visual Tari Merak karya Tjeje Somantri dan

Irawati Durban ... 23

II.5 Segmentasi ... 25

Bab III Strategi Perancangan ... 27

III.1 Strategi Perancangan ... 27

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 27

III.1.2 Strategi Kreatif ... 28

III.1.3 Strategi Media ... 29

III.1.4 Strategi Distribusi ... 31

III.2 Konsep Visual ... 32

III.2.1 Format Desain ... 33

III.2.2 Tata Letak ... 33

III.2.3 Tipografi ... 36

III.2.4 Ilustrasi ... 37

III.2.5 Warna ... 40

Bab IV Teknis Produksi Media ... 41

IV.1 Proses Perancangan Buku ... 41

IV.2 Media Pendukung ( Gimick) ... 45

IV.2.1 Pembatas Buku ... 45

IV.2.2 Sticker ... 45

IV.2.3 Gantungan Kunci ... 46


(10)

IV.3.1 Mini X Banner ... 47

IV.3.2 Poster ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Caturwati, Endang. (1996). Rias Dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI PRESS. Darmaprawira, Sulasmi. (2002). Warna : Teori dan Kreativitas Penggunaannya.

(Edisi Kedua). Bandung: Penerbit ITB.

Durban, Irawati Ardjo. (2008). Perkembangan Tari Sunda Melacak Jejak Tb. Oemay Martakusuma dan Rd. Tjetje Somantri. Bandung: Sastrajaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Ekadjati, E Suhardi. (1983). Cerita Dipati Ukur Karya Sastra Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.

Kartika, Dharsono Sony. (2007). Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.

Narawati, Tati & Sudarsono. (2005). Tari Sunda dari dulu, kini dan esok. Bandung: Pusat Penelitian dan Perkembangan Pendidikan Tari Tradisional, Universitas Pendidikan Indonesia.

Nursantara, Yayat. (Ed). (2007). Seni Budaya untuk SMA Kelas X Standar Isi 2006. (Jilid ke-2). Jakarta: Erlangga.

Riyanto, Arifah. A. (2003). Teori Busana. (Cetakan Kedua). Bandung: Yapemdo. Rusliana, Iyus. (1984). Pengantar Ethnologi Tari (Jilid ke-2). Bandung: Proyek

Pengembangan Institut Kesenian Indonesia Sub Proyek Akademi Seni Tari Indonesia Bandung.

Safanayong, Yongky. (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Arte Intermedia.

Sedyawati, Edi.,Parani, Y.,Murgiyanto, S., Soedarsono, Rohkyatmo, A., Suharto, B.,Sukidjo. (1986). Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah


(12)

Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudarsono. (2008). Djawa dan Bali : Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Jurnal

Dyah, Ayoeningsih. (2007). Makna Simbolisasi pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arya di Desa Slangit. ITB Jounal of Visual Art and Design, ID (2), 232.

Sujana, Anis. (2009). Mengamati Aspek-Aspek Visual Pertunjukan Tari Sebagai Pangayaan Kajian Senirupa. ITB Journal of Visual Art and Desain, ID (2), 260-277.

Skripsi / Makalah Akademik

Sopyani, Melinda Restiani. (2010). Kajian Visual Pada Kostum dan Gerak Tari Kesenian Surak Ibra. Skripsi- Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.


(13)

SUMBER DATA LAIN

Dokumentasi:

Asih, Mekar. (2011). Video Dokumentasi Tari Merak. Bandung. Wawancara

Wawancara kepada Iyus Rusliyana, pakar tari dan dosen pengajar Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Bandung.

Wawancara kepada Ine Ariani, seniaman tari dan dosen pengajar Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Bandung.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Gambaran kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam menjadikan kesenian sebagai salah satu perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas. Kesenian mengalami perkembangan dari masa ke masa baik dalam bentuk penampilannya, alat-alat yang digunakan maupun aturan-aturan pokok yang terkandung dalam suatu kesenian. Perubahan ini terjadi karena berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi kesenian tersebut.

Menurut Koentjaraningrat (1985: 27) kesenian dilihat dari cara atau media penyampaiannya memiliki beberapa jenis, yaitu seni suara (vocal), seni lukis, seni tari, seni drama, dan seni patung. Dari sekian banyak kesenian yang ada di Indonesia, tari adalah salah satu cabang seni yang merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Sebagai ekspresi seni, tari dapat menjadi sebuah media komunikasi melalui media gerak. Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah (Sudarsono, 1972:5). Dari pernyatan tersebut, tari dapat diibaratkan sebagai bahasa gerak yang merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal.

Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memilliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh. Maka tidak heran apabila banyak ahli-ahli dalam bidang kesenian khususnya seni tari yang membuat pengertian atau definisi tentang tari dengan penjabaran yang berbeda namun memiliki makna yang hampir sama. Adapun menurut Edy Sedyawati dkk (1986: 74), mengemukakan tentang beberapa definisi tari salah satunya yaitu “tari adalah paduan gerak-gerak indah dan ritmis yang disusun sedemikian rupa sehingga memberi kesenangan kepada pelaku dan penghayatnya”. Dalam perkembangannya, ada yang dikenal sebagai seni tari kreasi baru, yaitu tari yang diciptakan dalam bentuk baru. Istilah ini timbul sejak tahun 1950. Tarian ini diciptakan dengan maksud untuk memenuhi ekspresi dan keinginan batin penciptanya. Tari kreasi baru merupakan salah satu tari yang mengalami pembaharuan, dapat pula dikatakan bahwa tari kreasi baru adalah


(15)

inovasi dari seorang koreografer atau pencipta tari untuk menciptakan suatu tarian baru. Menurut Ine Ariani (2013) kreasi baru merupakan karya yang dihasilkan atas kreatifitas individual atau kelompok, sebagai karya yang ditata dengan sentuhan atau cita rasa baru. Tari kreasi baru merupakan jenis tarian yang memiliki kebebasan dalam penciptaanya. Dalam penciptaanya tersebut para koreografer tari mengacu pada tari tradisi di daerah setempatnya, bahkan ada juga para koreografer tari yang mengambil inspirasinya dari daerah-daerah lain dan mengcampurkan gerak tari yang lepas dari ikatan-ikatan tradisi biasa disebut dengan gerakan modern.

Tari Merak adalah salah satu contoh tari kreasi baru yang berasal dari Pasundan yang diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950-an serta dibuat ulang oleh Irawati Durban pada tahun 1965. Tarian ini bercerita tentang pesona merak jantan yang terkenal pesolek untuk menarik hati sang betina. Setiap gerakan penuh makna ceria dan gembira, sehingga tarian ini kerap digunakan sebagai tarian persembahan bagi tamu negara. Tari Merak lahir di kota Bandung yang merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Sejak dulu Bandung telah dikenal sebagai pusat tekstil, mode, seni, dan budaya. Masyarakat kota Bandung yang toleran terhadap ide-ide baru dan menghargai kebebasan individu menjadi modal utama Bandung dalam pengembangan industri kreatif. Bandung dengan segala fasilitasnya memicu persaingan antara budaya lokal dan modernisme.

Seiring dengan perkembangannya, saat ini kesenian Tari Merak merupakan kesenian yang sering tampil pada acara festival budaya, acara peresmian dan acara-acara pernikahan. Keberadaan kesenian Tari Merak ini dapat dengan mudah dikenali melalui unsur visual yang dimilikinya. Kostum dan gerak tari merupakan unsur-unsur yang mengandung visualisasi paling dominan pada kesenian Tari Merak.

Kostum dan gerak tari memiliki unsur-unsur visual yang membuat kesenian Tari Merak dapat menarik dan bertahan sampai sekarang. Dengan adanya unsur visual terdapat pada kostum dan gerak tari dalam kesenian ini dapat memberikan warna tersendiri bagi perkembangan dunia visual yang dibentuk oleh sebuah kesenian, khususnya di kalangan kesenian tradisional.


(16)

Pengenalan dan pengetahuan kesenian daerah seperti Tari Merak harus dapat tersosialisasikan agar masyarakat mengenal akan kesenian daerahnya sendiri. Sosialisasi Tari Merak ini adalah salah satu proses yang termasuk rumit. Walaupun sekarang tersedia guru kesenian dan sanggar seni tetapi pada kenyataanya masih banyak ditemukan masalah. Selain tingkat ketertarikan pembelajar yang masih rendah, kurangnya refrensi dan media informasi mengenai Tari Merak membuat pembelajar tidak mendapatkan informasi lengkap tentang kesenian tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka media informasi yang sesuai merupakan hal penting dalam pengsosialisasian kesenian Tari Merak agar masyarakat mendapatkan pengetahuan lebih mengenai kesenian tersebut.

I.2 Identifikasi masalah

 Gerakan yang terdapat pada kesenian Tari Merak memvisualkan perilaku dan makna tertentu, yaitu menceritakan tentang seekor burung Merak jantan yang sedang beranjak dewasa dan menampilkan keindahan ekornya yang panjang berwarna-warni untuk menarik hati sang betina. Hal ini merupakan bagian penjelasan penting pada kesenian Tari Merak oleh sebab itu masyarakat perlu mengatahui informasi yang terdapat pada tarian tersebut.

 Adanya pergeseran fungsi dalam pengaplikasiannya Tari Merak, yaitu dari fungsi penyambutan tamu negara menjadi tarian penyambut pengantin.  Kostum pada kesenian Tari Merak telah mengalami perkembangan sejak

diciptakannya hingga saat ini, yakni relatif menjadi lebih dekoratif dari sebelumnya, sehingga keasliannya dari kostumnya perlahan-lahan hilang.  Sosialisasi Tari Merak merupakan hal yang cukup rumit walaupun sudah

tersedianya sanggar tari dan guru kesenian namun pada kenyataanya ditemukan masalah.

 Tingkat ketertarikan pembelajar yang masih rendah, kurangnya refrensi dan media informasi mengenai Tari Merak membuat pembelajar sulit mendapatkan informasi lengkap tentang kesenian tersebut.

 Kurang tersedianya media informasi yang membahas khusus mengenai tema Tari Merak membuat sosialisasi cukup rumit oleh karena itu diperlukan


(17)

media informasi yang secara khusus mengangkat tema Tari Merak serta mempunyai visual yang menarik untuk dinikmati masyarakat.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut yaitu menciptakan suatu media informasi yang efektif untuk mensosialisasikan kesenian Tari Merak. I.4 Batasan Masalah

Batasan masalah meliputi:

 Unsur visual yang dikaji pada kesenian Tari Merak adalah gerak tari dan kostum, sedangkan unsur visual lainya seperti tata rias, dekorasi, panggung, suara atau audio, dan penataan cahaya tidak dibahas dalam laporan pengantar tugas akhir ini.

 Unsur visual yang dikaji diantaranya bentuk, warna, motif dan material kostum, sedangkan simbolisasi dan makna tidak dipermasalahkan. Pada gerak tari yang dikaji adalah bentuk atau desain gerak, diantaranya sikap tari, level, volume, dan kualitas gerak.

 Unsur visual yang dikaji pada kesenian Tari Merak yaitu lingkup gerak tari yang diciptakan oleh Irawati Durban.

 Dalam penelitian ini bahasan visual yang dikaji tidak mengkaitan pada unsur psikologi mendalam.


(18)

I.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Memperoleh informasi tentang Tari Merak, sejarah perkembangan, gerakan dan penjelasaannya, serta kostum dari penari Merak.

 Membuat suatu alternatif media informasi mengenai Tari Merak sehingga informasi tersebut bisa tersampaikan kepada masyarakat luas.


(19)

BAB II

UNSUR VISUAL KESENIAN TARI MERAK

II.1 Seni dan Tari

Menurut Herbert Read dalam Dharsono Sony Kartika (2007:7) seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahaan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan.

Sedangkan Suzanne K. Langer dalam Dharsono Sony Kartika (2007:7) seni merupakan simbol dari perasaan. Seni merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia. Bentuk-bentuk simbolis yang mengalami transformasi yang merupakan universalisasi dari pengalaman, dan bukan merupakan terjemahan dari pengalaman emosionalnya yang bukan dari pikiran semata.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk dengan menggunakan simbolisasi, perasaan dan keindahan. Seni atau kesenian berhubungan erat dengan manusia, lingkungan dan masyarakat. Seni berkembang dalam semua kalangan masyarakat, baik kalangan atas, menengah ataupun bawah.

Tari sebagai sebuah kesenian tumbuh mengikuti perkembangan zaman yang selalu dipengaruhi kebutuhan hidup yang beranekaragam dan kemudian menuntut terjadinya perubahan nilai yang berlaku di masyarakat sebagai pelaku seni tersebut. Tari juga hadir berfungsi dan berperan pada lingkungan tertentu yang memiliki adat istiadat dan tata masyarakat.

Menurut Amir Rohkyatmo (1986:74) tentang pengertian tari, yaitu beberapa orang ahli tari telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi tari, dimana kesemuanya selalu berkisar pada materi pokok yang sama, yaitu gerak ritmis yang indah sebagai ekspresi jiwa manusia, dengan memperhatikan unsur ruang dan waktu.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tari merupakan sebuah seni atau kesenian yang berupa gerakan badan yang ritmis sebagai ekspresi jiwa yang menimbulkan keindahan. Indonesia memiliki aneka ragam tari, hal ini dipengaruhi oleh keragaman budaya dan suku bangsa yang dimiliki.


(20)

Menurut Yayat Nursantara (2007:35-36) tari dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya tari tradisional, tari nusantara, tari kreasi dan tari kontemporer.

Penggolongan berdasarkan atas koreografinya, digolongkan menjadi:

 Tari Rakyat, yaitu tari yang sudah berkembang sejak jaman primitif sampai sekarang.

 Tari Klasik, yaitu tarian yang sudah mengalami puncak keindahannya yang tertinggi. Tarian ini berkembang semenjak kejayaan masyarakat feodal di Indonesia.

 Tari Kreasi Baru, yaitu tari yang diciptakan dalam bentuk baru. Istilah ini timbul sejak tahun 1950 yang diciptakan dengan maksud untuk memenuhi eskpresi dan keinginan batin penciptanya. Tarian ini mengarah kepada kebebasan dalam pengungkapan, dan tidak selalu berpijak pada aturan-aturan tradisi lama, sehingga merupakan garapan baru yang lebih bebas dalam mengungkapkan gerak dan tidak mengikuti pola-pola yang sudah ada.

II.2 Tari Merak Sebagai Tari Penyambut Tamu

Menurut Ine Ariani (2013) menyebutkan bahwa diciptakan Tari Merak berawal atas permintaan Soekarno yang menginginkan suatu pertunjukan untuk penyambutan tamu negara. Pada zaman itu Indonesia mulai menjadi negara berkembang sehingga banyak tamu-tamu dari luar negeri yang ingin berkunjung dan melakukan kerja sama. Soekarno meminta Tjetje Somantri untuk menciptakan suatu kesenian yang mampu membuat para tamu negara tersebut terpesona dan terhibur. Atas permintaan tersebut Tjetje Somantri menciptakan sebuat tarian kreasi yang di adaptasi dari seekor burung elok yaitu burung Merak. Keindahan dan keelokan burung tersebut di eksplorasi menjadi sebuah tarian yang menceritakan kehidupan dan pesona Merak jantan. Tjetje Somantri juga pernah menceritakan bahwa Soekarno memiliki sifat romantisme dan sangat mengagumi keindahan. Karena hal tesebut maka penari yang ditampilkan adalah perempuan. Menurutnya perempuan lebih cocok menampilkan tarian ini karena mempunyai kehalusan gerak saat menari dan dalam gerakan-gerakannya yang gemulai perempuan memberikan kesan yang indah serta lembut.


(21)

Gambar I.1 Tari Merak Sumber: www.indonesiabox.com

Tari Merak merupakan kesenian tradisional yang melibatkan beberapa orang, yaitu 2 sampai 6 orang atau lebih yang terdiri dari penari Merak jantan dan Merak betina. Setiap penari mempunyai peran masing-masing. Penari Merak jantan memeragakan sosok burung Merak jantan yang sedang memamerkan keindahan ekornya dan menggoda sang betina. Sedangkan penari Merak betina berperan sebagai burung Merak betina yang sedang melihat keindahan ekor sang jantan sampai sang jantan menghampirinya, menampilkan sosok gemulai perempuan, dan kemolekan tubuh sang betina.

Tari kreasi baru ini dalam setiap gerakannya mengadaptasi dari prilaku burung Merak. Dalam tariannya menceritakan tentang burung Merak jantan yang sedang beranjak dewasa, yang sedang menampilkan kehindahan ekornya yang panjang berwarna-warni untuk menarik hati sang betina. Gerak gerik sang jantan tampak seperti tarian yang gemulai untuk menampilkan pesona dirinya yang terbaik sehingga sang betina terpesona dan melanjutkan ritual perkawinan mereka. II.3 Unsur Visual pada Gerak Tari Merak

Visual dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan.

Tahapan proses visual:

“ Merasakan + penseleksi + pemahaman = penglihatan “ (Yongky Safanayong, 2006: 24)


(22)

Menurut Anis Sujana (2007: 261) tentang unsur visual pada tari adalah “fakta menujukan bahwa sebuah pentas tari tidak hanya dibangun oleh teknik gerak melainkan juga oleh unsur visual lainnya. Pada jenis-jenis tarian tertentu unsur visual itu adalah kostum, rias, dan properti, dan pada jenis-jenis tertentu lainya adalah panggung, dekorasi, berikut penataan cahayanya”.

Maka dapat disimpulkan bahwa unsur visual pada sebuah tari tidak mutlak sama tetapi dapat berbeda-beda tergantung pada jenis tariannya itu sendiri. Hal ini berlaku juga pada kesenian Tari Merak, dimana unsur visual yang ada dan paling dominan meliputi gerak dan kostumnya. Sedangkan rias, dekorasi, panggung, dan penataan cahaya tidak begitu dominan pada kesenian Tari Merak.

III.3.1 Gerak Tari Merak

Menurut Iyus Rusliana (2012) gerak tari akan dapat dimengerti secara visual dengan memperhatikan bentuk dan desain geraknya. Desain gerak merupakan pola rangkaian dari elemen gerak yang estetis, dimana rangkaiannya merupakan rangkaian terpendek. Desain gerak yang disampaikan oleh Iyus Rusliana ada 4 (empat) desain gerak, yaitu:

a. Desain gerak berdasarkan organ tubuh, diantaranya:

 Sikap tari, yaitu penampilan yang tidak bergerak. Pengertian ini serupa dengan pengertian menurut Anis Sujana (2007:266) bahwa sikap dalam konteks tari adalah pose atau posisi tubuh dalam keadaan diam. Gerak, yaitu bagian tubuh yang melakukan gerak, bagian tubuh tersebut misalnya tangan atau kaki saja. Dapat juga harmonisasi dari beberapa bagian tubuh, seperti harmonisasi tangan dan kepala, tangan dan kaki. Sebagai contoh adalah gerak sembah, pada gerak ini sikap tarinya terdapat pada tangan dan geraknya terdapat pada kepala.

b. Desain gerak berdasarkan level penampilan tubuh. Level yang dimaksud adalah tinggi rendahnya penampilan tubuh dan yang termasuk level, diantaranya:

 Level rendah: posisi seluruh badan menyentuh lantai, duduk, posisi lutut menyentuh lantai.

 Level menengah: posisi berdiri rapat kaki, badan agak membungkuk atau lutut ditekuk.


(23)

 Level tinggi: posisi seluruh badan berdiri dengan kaki jinjit, loncat.

c. Desain gerak berdasarkan volume, berhubungan dengan gerak. Pengertian volume, yaitu ukuran besar kecilnya gerakan, diantaranya:

 Volume kecil, yaitu ruang atau jangkauan geraknya paling kecil atau sempit.

 Volume menengah, yaitu ruang atau jangkauan geraknya diantara sempit dan luas atau menengah.

 Volume besar, yaitu ruang atau jangkauan geraknya paling besar atau luas. d. Desain gerak berdasarkan kualitas gerak. Kualitas gerak yang dimaksud, yaitu

jelas tidaknya akhir dari penggunaan tenaga saat melakukan gerakan, diantaranya:

 Gerak patah-patah, merupakan gerak yang peralihannya memiliki jeda yang tegas dan jelas.

 Gerak mengalun, merupakan gerak yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis tentang gerak pada kesenian Tari Merak maka:

1. Sikap tari dari keseluruhan gerak yang diteliti pada kesenian Tari Merak seluruh bagian tubuh ditonjolkan. Gerakan-gerakan tangan, kaki, badan dan kepala menyatu menjadi gerakan yang harmonis.

2. Tari Merak termasuk pada kategori menengah dan tinggi, karena posisi badan saat menari berada pada posisi berdiri rapat kaki, badan agak membungkuk atau lutut ditekut serta badan berdiri dengan kaki jinjit.

3. Berdasarkan gerak yang terdapat pada Tari Merak yang diteliti, tarian kreasi ini bervolume menengah, karena jangkauan geraknya diantara sempit dan luas.

4. Tari Merak adalah tarian yang gemulai, halus, dan penuh dengan gerakan-gerakan lembut, sehingga berdasarkan kualitas geraknya Tari Merak termasuk gerak mengalun.

Adapun gerak-gerak tari yang terdapat pada kesenian Tari Merak, yaitu: a. Bagian Kepala

1. Galier

Gerakan yang memutarkan kepala. Merupakan sikap tari yang diadaptasi dari gerakan burung Merak yang sedang menoleh.


(24)

Gambar II.1 Posisi kepala dan badan ketika melakukan gerakan galier. Sumber: Dokumen Mekar Asih

2. Gilek

Gerakan menggoyangkan kepala dan leher ke kanan dan ke kiri membentuk angka delapan yang didahului oleh dagu. Gilek merupakan gambaran perilaku burung saat menggelengkan kepala.

Gambar II.2 Posisi badan dan tangan ketika melakukan gerakan gilek. Sumber: Dokumen Mekar Asih

b. Bagian Tangan 1. Ukel


(25)

Gambar II.3 Posisi gerakan ukel. Sumber: Dokumen Mekar Asih 2. Mucuk

Gerkan melingkarkan jari tengah dan ibu jari.

Gambar II.4 Posisi tangan mucuk. Sumber: Dokumen Mekar Asih 3. Selut

Gerakan tangan kanan dan kiri yang digerakan ke dapan atau ke atas dengan cara bergantian.


(26)

Gambar II.5 Posisi gerakan tangan selut. Sumber: Dokumen Mekar Asih 4. Tepak bahu

Gerakan tangan yang menepuk-nepuk bahu baik itu satu tangan atau dua tangan saling bergantian.

Gambar II.6 Posisi badan saat melakukan gerak tepak bahu. Sumber : Dokumen pribadi.

5. Capang


(27)

Gambar II.7 Posisi gerakan tangan capang. Sumber: Dokumen Mekar Asih 6. Lontang kiri / kanan

Gerakan tangan yang menggunakan dua tangan digerakan saling bergantian.

Gambar II.8 Posisi gerakan lontang. Sumber: Dokumen Mekar Asih 7. Trisik

Gerak peralihan antara dua gerak pokok dalam susunan tari yang mengandung unsur berkeliling sambil berjinjit. Diawali dengan menyibakkan selendang ke belakang, kemudian mengayunkan kedepan/samping, berjalan berkeliling dengan langkah kecil-kecil sambil berjinjit dengan gerakan tangan yang membentang. Diadaptasi dari perilaku burung Merak saat membentangkan sayap dan memekarkan ekornya.


(28)

Gambar II.9 Posisi gerakan membentangkan sayap, trisik. Sumber: Dokumen Mekar Asih

Gambar II.10 Posisi gerakan trisik saat berputar. Sumber: Dokumen Mekar Asih

c. Bagian Kaki 1. Rengkuh :

Menurunkan posisi badan dengan menekukan lutut dengan sikap badan yang berdiri.

2. Seser

Gerakan kaki yang bergeser ke arah kanan dan kiri. 3. Siring


(29)

4. Ngoreh

Gerakan kaki yang menggaruk-garuk tanah. Seperti seekor burung yang sedang mencari makan (cacing).

Gambar II.11 Posisi gerakan ngoreh. Sumber: Dokumen Mekar Asih d. Bagian Gabungan :

1. Mincid

Gerakan gabungan kepala, tangan, dan kaki dan di gerakan bersamaan tetapi tangan dan kaki berbeda yaitu tangan kanan berpasangan dengan kaki kiri begitu pun sebaliknya.

Gambar II.12 Posisi gerakan mincid. Sumber: Dokumen Mekar Asih 2. Tumpang tali

Posisi tangan ukel, gerakan kaki ke depan ke belakang dilanjutkan dengan mengibaskan tangan ( selendang).


(30)

Gambar II.13 Posisi gerakan saat mengibaskan selendang. Sumber: Dokumen Mekar Asih

3. Bagian bercumbu

Posisi tangan mucuk, kaki kedepan, kepala ileug (gileuk). Gerakan ini merupakan adaptasi dari burung Merak ketika melakukan perkawinan.

Gambar II. 14 Posisi gerakan gabungan bagian bercumbu. Sumber: Dokumen Mekar Asih

II.3.2 Kostum Tari Merak

Pengertian kostum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 528) adalah pakaian khusus atau dapat pula pakaian seragam bagi perseorangan, rombongan, kesatuan dalam upacara, pertunjukan, dan sebagainya.

Menurut Anis Sujana (2007: 269) “Dalam lingkup dunia tari, kostum dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang membungkus (menutup) tubuh penari”.


(31)

Dalam tari, kata kostum juga sering disepadankan dengan busana. Menurut Arifah A. Riyanto (2003: 3) pengertian busana adalah segala yang dikenakan mulai dari kepala hingga ujung kaki yang menampilkan keindahan. Pada kesenian Tari Merak terdapat kostum atau busana yang digunakan oleh para penarinya dalam setiap pertunjukannya. Dalam sebuah kostum umumnya terdapat unsur-unsur diantaranya:

1. Bentuk

Bentuk yang dimaksud pengertiannya disepadankan dengan ragam kostum, misalnya kostum berbentuk celana panjang, baju batuk dan sebagainya. Menurut Anis Sujana (2007: 269) kostum memiliki bagian-bagiannya sesuai dengan proporsi tubuh, yaitu:

 Bagian kepala (penutup kepala).  Badan bagian atas (baju).

 Bagan bagian bawah (kain dan celana). 2. Warna

Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto (2009: 13) warna dapat didefinisikan secara fisik atau objektif sebagai sifat cahaya yang dipancarkan dan secara psikologis atau subjektif, dapat diartikan sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Masih menurut Sadjiman Ebdi Santoyo (2009: 42-44) warna memiliki tiga macam keselarasan warna, yaitu:

a. Laras warna tunggal atau monoton, yaitu suatu pewarnaan karya seni dengan satu warna.

b. Laras warna harmonis, yaitu kombinasi warna yang saling berhubungan. Dimana sususnan warna harmonis enak dilihat, cocok untuk hal yang perlu dinikmati berlama-lama seperti interior, busana, lukisan, dan lain-lain. Contohnya kuning-kuning, jingga-jingga dan lainnya.

c. Laras warna kontras, yaitu warna yang letaknya saling berjauhan satu sama lain. Contohnya jingga-biru, hijau-merah, kuning-ungu, dan lainnya.

Menurut Dharsono Sony Kartika (2007: 39) warna memiliki peranan yang sangat penting, yaitu warna sebagai warna, warna sebagai repesentasi alam, warna sebagai lambang atau simbol, dan warna sebagai simbol ekspresi.


(32)

Warna pada kostum biasanya disesuaikan dengan jenis tarian, warna juga dapat bersifat fungsional ataupun simbolis yang akan menjelaskan maksud dan tujuan dari pengguanaan kostum itu sendiri.

3. Motif

Menurut Iyus Rusliana (2012) motif adalah hiasan yang terdapat pada kostum. Dari pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa motif secara sederhana dapat diartikan sebagai pola atau corak pada kostum atau busana.

4. Material

Material merupakan bahan pembentuk sebuah benda. Kostum pun memerlukan material, yang berkaitan dengan kualitas bahan yang digunakan seperti kekuatan bahan, kelenturan, bahan menyerap cahaya atau tidak.

Kedudukan busana tari sendiri dalam kebudayaan berpakaian lebih dititikberatkan pada pengawetan seni tradisi. Disni harus diakui bahwa yang menonjol adalah faktor estetik dengan sikap dan dimensi tuntutan seni pertunjukan. Dengan demikian busana tari harus mampu mendukung karakter dari tarian itu sendiri dimana latar belakangnya juga mempengaruhi.

Busana berkaitan erat dengan tarian yang akan dibawakan. Oleh sebeb itu, busana mempunyai fungsi tertentu untuk menunjang ekspresi suatu tarian. Atas dasar keterkaitan antara busana dengan tubuh penari maka menurut Endang Caturwati (1996: 14) fungsi busana terbagi menjadi berikut:

1. Fungsi Prikis

 Busana merupakan lingkungan penari yang paling akrab dan dekat, juga menentukan keberhasilan suatu tarian.

 Busana adalah pendukung secara moril bagi penari karena akan mendorong pemakainya untuk menari dengan baik.

2. Fungsi Fisik

 Busana adalah penutup aurat atau bagian tubuh lainnya yang dianggap perlu, disamping itu tidak mengahambat gerakan-garakan dalam tarian.  Busana adalah pelindung tubuh dari pengaruh sekelilingnya, misalnya


(33)

3. Fungsi Artistik

 Busana adalah aspek seni rupa dalam penampilan tari, yang akan menggambarkan identitas tarian melalui garis, bentuk, corak dan warna busana.

 Busana adalah pendukung tarian dan merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah tarian. Identitas tarian dan dorongan menari harus tercapai melalui kesenirupaan untuk mencapai tujuan teateral.

4. Fungsi Estetika

 Busana merupakan unsur keindahan tarian yang menyatu dengan tubuh penari. Dengan unsur ini maka tarian merupakan kesatuan yang akan dihayati keindahannya.

 Busana merupakan unsur keserasian bagi tubuh penari dan tarian itu sendiri. Disamping itu busana dapat mengungkapkan karakteristik dan tujuan dari suatu tarian.

5. Fungsi Teateral

 Busana harus menonjolkan serta menggambarkan identitas peran.

 Busana harus merupakan komponen pemeranan melalui corak dan warna kedalam maksud sebuah pementasan tari.

Pada awalnya kostum atau busana yang dikenakan oleh penari kesenian Tari Merak sederhana. Payet-payet yang digunakan hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu.

Sejalan dengan perkembangannya, kostum atau busana yang sederhana tersebut berubah menjadi lebih dekoratif. Busananya dipenuhi payet yang mengkilat bahkan tidak sedikit yang menambahkan unsur hias lainnya.

Perubahan kostum atau busana yang dipakai pada kesenian Tari Merak ini terjadi secara bertahap. Begitu pula dengan warna kostum diambil dari warna-warna pelangi yang menambah kesan ceria dan bahagia dalam setiap pertunjukannya.

Adapun bagian-bagian busana yang dipakai oleh penari Tari Merak: a. Bagian Kepala


(34)

Yaitu bagian mahkota yang bentuk dan rupanya mengadopsi dari kepala burung Merak.

2. Sanggul Ciwidey 3. Tutup Sanggul 4. Bunga Sanggul b. Bagian Badan

1. Apok

Yaitu kain yang menutupi bagian dada hingga pinggul bagian dada atas dan punggung atas serta bahunya terbuka atau biasa disebut kemben.

2. Kacih

Yaitu kain yang melingkar menutupi bagian pundak. 3. Beubeur / Ikat Pinggang

Biasanya berbahan kulit. Dan selain untuk mengikat pinggang fungsi lainnya adalah untuk mengikat sampur.

4. Sampur / Soder

Selendang yang diikat diperut, biasanya digunakan ketika gerakan tangan mengibas.

5. Sinjang

Kain penutup penggati baju dan rok atau celana.

6. Buntut Merak

Kain yang berfungsi sebagai ekor burung Merak. Bentuknya lebar sehingga ketika mengepakan ekor / sayap kainnya mekar. Bagian ini adalah bagian yang dipenuhi payet.

c. Bagian Perhiasan 1. Suweng

Suweng adalah istilah dalam bahasa Jawa untuk giwang, perhiasan yang digunakan untuk menghias telinga.

2. Kelat Bahu

Hiasan yang melilit lengan atas, terbuat dari emas, kuningan atau kulit dicat emas dengan manik-manik dan payet.


(35)

Merupakan bagian aksesoris yang di pakai pada bagian pergelangan tangan dan lengan atas sebagai pelengkap yang mendukung busana terkesan indah.

Gambar II.15 Kostum Tari Merak pada bagian kepala. Sumber: Dokumen pribadi.

Gambar II.16 Kostum Tari Merak pada bagian badan dan perhiasan. Sumber: Dokumen pribadi.


(36)

II.4 Perbandingan Visual Tari Merak karya Tjetje Somantri dan Irawati Durban

Gerakan-gerakan yang ada pada kesenian Tari Merak merupakan adaptasi dari prilaku burung merak yang terkenal pesolek. Makna yang terkandung didalamnya kurang bisa diterjemahkan secara visual karena gerakan dalam tarian ini dikemas menjadi sebuah tarian yang gemulai, sehingga gerakannya diperhalus dan disederhanakan. Pada Tari Merak yang diciptakan Tjetje Somantri, yang dikepakan ketika melakukan gerak trisik ialah sayap burung merak sedangkan oleh Irawati Durban dirubah menjadi ekor burung merak yang indah terbentang dan dipamerkan dengan bangga ketika trisik membuat lingkaran sambil berjinjit. Konsep gerak dan teknik tari baru diimbuhkan untuk menguatkan watak burung meraknya, dengan demikian unsur sikap tubuh yang condong ke samping dari tari Bali, dan keluwesan pada olah badan, bahu dan tangan, dan pirouette (putaran penuh pada ujung kaki) dari tari balet ada didalamnya. Kostumnya pun dirubah total, motif bulu dan burung merak yang kehijauan menjadi warna dasar, sayap yang dikepakan dirubah menjadi ekor burung merak yang dibanggakan. Pada Tari Merak Tjetje Somantri menggunakan warna-warna gelap seperti merah tua, biru tua, ungu tua dan kuning tua, tanpa motif burung merak. Dengan demikin, maka Tari Merak sekarang lebih tepat dikatakan sebagai tataan Irawati Durban di perkumpulan Rinenggasari, dengan kostum yang dibuat oleh Viatikara sebagai hasil kerjasama Irawati Durban, Barli, Paul, dan Kusumah sebagai pembuat dan penyempurna kostum. (Irawati Durban, 2008, h.140). Seiringnya perubahan zaman saat ini kostum Tari Merak menggunakan warna tanpa gradasi. Tanpa diketahui pendesainnya perubahan kostum ini semakin lama semakin menyebar penggunaanya. Hal ini membuat keindahan dan keaslian dari identitas burung merak pada kostum menjadi berkurang dari desain sebelumnya dan masyarakatpun kurang mengetahui kostum merak yang sebenarnya.


(37)

Berikut ini merupakan tabel perbandingan secara umum dari unsur Tari Merak yang diciptakan oleh Tjetje Somantri dan Irawati Durban :

Tabel II.1 Perbandingan unsur Tari Merak Tjeje Somantri dan Irawati Durban. Unsur Tari

Merak secara umum

Tjetje Somantri Irawati Durban

Durasi (±) 12 menit (±) 12 menit

Pola Lantai

Menyesuaikan dengan besar kecilnya arena tampil.

Menyesuaikan dengan besar kecilnya arena tampil.

Desain Gerak

Di dominasi oleh sikap rengkuh.

Variatif dan banyak imbuhan dari kesenian lain.

Desain Kostum

Yang dibentangkan

ketika gerak trisik adalah sayap.

Yang dibentangkan ketika gerak trisik adalah ekor.

Warna Kostum

Warna-warna gelap

seperti merah tua, biru

tua, ungu tua dan

kuning tua, tanpa motif burung merak.

Menggunakan warna kehijauan sebagai warna dasar serta menambahkan motif bulu dan burung merak pada desain kostumnya.

Makna Tersirat

- Hanya digunakan

untuk menyabut tamu kenegaraan.

- Kadar kesundaanya

lebih kental ( tinggi ).

Selain digunakan untuk menerima tamu negara Tari Merak juga ditampilkan pada acara pengantin dan festival budaya.

Sumber: Dokumen Pribadi

Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang prinsipil antara unsur dari Tari Merak yang diciptakan oleh Tjetje Somantri dan Irawati Durban, yaitu dari unsur visualnya yang merupakan gambaran identitas dan mengungkapkan karakteristik serta tujuan dari sebuah tarian. Unsur


(38)

visual yang dimaksud meliputi desain gerak, desain kostum, warna dan makna yang tersirat.

Tari Merak ini berjaya pada tahun 1970-an karena merupakan tarian yang ditampilkan untuk penyambutan tamu negara, namun seiring berkembangnya kesenian dan tarian-tarian lain eksistensinya mulai menurun. Saat ini Tari Merak hanya ditampilkan pada acara festival budaya dan penyambutan pengantin. Selain eksistensinya mulai menurun, kurangnya media informasi yang membahas Tari Merak semakin membuat sulitnya masyarakat mendapat informasi tentang tarian tersebut. Hal tersebut membuat masyarakat lebih mengetahui kesenian lain yang mempunyai informasi lengkap sehingga memicu ketertarikan dan minat masyarakat. Menurut Ine Ariani (2013) seorang seniman dan dosen tari di Sekolah Tinggi Seni Indonesia kurangnya referensi buku yang membahas khusus Tari Merak dikarenakan tarian tersebut dahulunya sangat ekslusif karena hanya ditampilkan di Istana Negara sehingga penulis sulit mendapatkan informasi lengkap menggenai tarian tersebut. Selain itu, Tari Merak ini hanya dipelajari dan ditampilkan oleh penari-penari yang dibentuk oleh Tjetje Somantri.

Dari sekian banyak informasi yang terdapat pada kesenian Tari Merak, maka perlu adanya media informasi yang membahas dan memberikan pengetahuan tetang kesenian Tari Merak. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran, serta merupakan salah satu tahap sosialisasi kembali mengenai kesenian Tari Merak agar tetap lestari dan diketahui oleh masyarakat.

II.5 Segmentasi

Segmentasi atau target audiens untuk informasi yang ingin disampaikan tertuju pada pembelajar sebagai sasaran primer dan masyarakat umum sebagai sasaran sekunder.

a. Geografis

Khusus : Bandung wilayah perkotaan.

Umum : Negara Indonesia wilayah perkotaan. b. Demografis

Usia : Remaja awal, remaja akhir dan dewasa. Gender : Laki-laki dan perempuan


(39)

SES : Menengah ke atas c. Psikografis

Psikografis yang dituju adalah pembelajar pada usia remaja dan dewasa yang mempunyai sikap peduli terhadap suatu objek dalam hal ini adalah kesenian, dimana pembelajar akan mencari informasi sebanyak-banyaknya guna memenuhi rasa keingintahuan, membuat pembelajar membutuhkan informasi untuk memahaminya dan menjawab keingintahuannya. Pada usia remaja seseorang akan mulai memiliki kemampuan cara berfikir yang masuk akal terhadap sebuah gagasan dan mulai memiliki rencana, strategi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Pada usia remaja akhir juga seseorang sudah memiliki kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji sebuah hipotesis, memiliki perencanaan untuk masa depan dan mencari alternatif untuk mencapainya, mulai menyadari proses berfikir dan belajar berinstropeksi juga wawasan berfikirnya semakin meluas. Pada usia dewasa, seseorang mulai memantapkan letak kedudukan, mulai mengatur hidup dan bertanggung jawab dengan kehidupannya. Masa dewasa merupakan masa kreatif seseorang yang tercermin sesuai dengan minat dan kemampuan individual.


(40)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan pada dasarnya merupakan suatu manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah media. Pembuatan konsep perancangan media informasi Tari Merak digunakan agar pesan yang ingin disampaikan ke target audiens dapat dimengerti dan diterima dengan baik. Strategi perancangan yang akan dilakukan pada kesenian Tari Merak adalah merancang atau membuat suatu media informasi berupa buku dengan bahasa formal dan sederhana yang memberikan informasi murni dan gambaran mengenai unsur visual yang terdapat pada kesenian tersebut.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi pada buku kesenian Tari Merak terbagi dua yaitu, pendekatan visual dan pendekatan verbal. Pendekatan visual yang akan ditampilkan dalam media adalah penggabungan ilustrasi visual foto yang telah melalui proses pengolahan dengan elemen-elemen desain seperti tipografi, warna, dan tata letak (layout). Buku yang akan dirancang akan lebih menampilkan unsur visual dibandingkan dengan teks agar pembaca tidak lebih mengetahui dan memahami unsur-unsur visual pada Tari Merak ketika membacanya. Pendekatan verbal adalah ungkapan secara lisan yang digunakan dalam pembuatan media informasi buku Tari Merak. Dalam pendekatan verbal digunakan bahasa Indonesia yang formal namun dengan kosa kata yang sederhana karena target audiens pada buku ini adalah masyarakat umum yang ingin mengetahui informasi mengenai Tari Merak dan masyarakat yang tertarik pada bidang kesenian.

Pembuatan buku Tari Merak dipilih agar penyampaian informasi yang ingin disampaikan dapat diterima oleh target audiens secara maksimal. Dari perancangan buku Tari Merak ini pesan utama yang akan disampaikan adalah memberitahukan gerakan tari dan bagian-bagian kostum yang terdapat pada kesenian Tari Merak, sehingga target audiens mengetahui dan mengerti tentang unsur visual yang ada pada kesenian Tari Merak.


(41)

III.1.2 Strategi Kreatif

Perancangan media informasi buku ini ditujukan sebagai media yang mudah untuk diketahui dan pemahaman yang diinformasikan lebih cepat dimengerti oleh khalayak sasaran karena buku merupakan media yang mudah dibawa dan memudahkan pembacanya untuk mengakses informasi secara berulang-ulang.

Agar perancangan media informasi buku Tari Merak bisa menarik bagi khalayak sasaran maka buku ini dirancang dengan strategi kreatif sebagai berikut:  Menggunakan judul buku yang bersifat komersil atau menjual agar tidak

terlihat kaku dan monoton, adapun judul yang digunakan untuk media informasi tentang Tari Merak ini adalah “Gemulai Merak – Pesona Sang Merak Jantan”. Judul ini disusun dan ditampilkan dengan tujuan menarik perhatian pembaca.

 Warna pada latar cover buku menggunakan warna hitam agar terlihat kontras dengan tampilan gambar dan judul. Sulasmi Darmaprawira (2002:59) warna hitam akan mempersatukan warna dalam suatu komposisi, serta akan membantu menyelaraskan suatu susunan warna-warna cerah.

 Gambar pada cover berupa ikon penari Merak dengan warna yang mencolok sedangankan judul buku menggunakan warna kuning. Strategi ini dipilih agar buku memiliki kesan yang menarik dan mencolok sehingga pembaca berminat untuk membacanya.

 Warna latar pada isi buku menggunakan warna hitam dan putih agar informasi yang terdapat pada isi buku bisa terlihat jelas dan visual pada buku terlihat mencolok. Pada latar isi buku ditampilkan invisible element yaitu berupa floral untuk memberikan kesan perempuan sesuai dengan tampilan visualnya yaitu penari Merak. Floral ini berwarna coklat dengan opacity yang rendah agar tidak lebih mencolok dari pesan visual dari inti informasi yang digambarkan.

 Isi buku didominasi oleh gambar foto dari unsur visual yang terdapat pada Tari Merak. Strategi ini dipilih karena seni tari merupakan seni yang tidak bisa dinikmati tanpa visual.


(42)

 Gaya foto yang ditampilkan pada buku terbagi menjadi tiga kategori yaitu product photography, fashion photography dan beauty photography. Ketiga kategori digunakan berdasarkan materi buku yang berisikan penggambaran visual dari Tari Merak yang ingin menonjolkan unsur gerak dan kostum.  Menggunakan tipe huruf script pada judul bab untuk memberi kesan gemulai

yang diimbuhkan dari gerak Tari Merak. Pada bagian bodytext digunakan huruf yang meliliki karakter tidak formal namun tetap mudah dibaca sehingga memudahkan tersampaikannya pesan visual dari foto-foto Tari Merak kepada pembaca.

 Ukuran buku 20cm x 20cm, format ukuran ini akan membawa kesan unik dan tidak umum sehingga akan berbeda jika ditaruh di rak perpustakaan atau toko buku. Dengan ukuran yang berbeda dan didukung dengan visual buku yang mencolok setidaknya akan mendorong pembaca untuk melihat buku.

 Jenis kertas yang digunakan pada cover adalah Art Paper 310 gsm, dan untuk isi halaman buku menggunakan art paper 150 gsm.

 Menggunakan identitas Tari Merak berupa logo pada setiap media yang digunakan. Indentitas ini terdiri dari bagian kepala atau siger, suweng, dan kacih yang digunakan penari Merak.

Gambar II.17 Identitas Tari Merak yang ditampilkan pada setiap media. Sumber: Dokumen pribadi

III.1.3 Strategi Media

Media merupakan alat bantu atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari komunikator kepada khalayak sasaran dengan perencanaan yang sistematik dan berharap mendapatkan respon dan tanggapan dari penerima pesan. Media yang akan dibuat harus tepat dan pesan


(43)

yang akan disampaikan harus dapat diterima oleh penerimanya, karena kebutuhan terhadap media ini diharapkan menjadi solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang ada. Strategi media yang digunakan sebagai alat menginformasikan kesenian Tari Merak terdiri dari media utama dan media pendukung.

a. Media Utama

Media utama yang digunakan berupa sebuah buku berukuran 20cm x 20cm. Buku ini berisikan sejarah, foto dari unsur visual dan penjelasan mengenai makna dari gerak tari dan kostum yang terdapat pada kesenian Tari Merak. Pemilihan buku sebagai media utama karena buku adalah media informasi yang mudah ditemui dan praktis dalam penggunaanya.

b. Media Pendukung

Media pendukung digunakan sebagai media tambahan yang mendukung dan memberikan nilai tambah pada media utama. Media tambahan ini meliputi:  Pembatas buku

Pembatas buku merupakan media yang dapat digunakan untuk membatasi halaman buku sehingga memudahkan pembaca dalam mencari halaman yang terakhir dibaca.

 Gantungan Kunci

Gantungan kunci berbahan akrilik dibuat sebagai bagian dari merchandise. Tujuan pembuatanya sebagai alat pengingat.

 Stiker

Media ini bertujuan untuk mengingatkan dalam bentuk deskriptif atau tulisan, yang bisa ditempel dibelakang kaca mobil, atau diberbagai tempat yang sering dikunjungi orang banyak, seperti sekolah, mall, jalan raya dan sebagainya.  Mini X Banner

Penggunaan media pendukung akan ditempatkan ditoko sebagai sebagai media informasi bahwa buku telah terbit dan tersedia di toko tersebut. Banner yang ditampilkan kesan penasaran karena tidak menjelaskan dan menampilkan secara langsung gambaran buku. Hal ini diharapkan dapat menarik perhatian para pengunjung toko buku dan membantu meningkatkan promosi buku tersebut.


(44)

 Poster

Media ini digunakan untuk mempromosikan buku Tari Merak kepada masyarakat bahwa buku telah terbit dan tersedia di beberapa toko buku. Bersifat mengundang penasaran agar setidaknya masyarakat tertarik dan berminat untuk melihat buku tersebut.

III.1.4 Strategi Distribusi

Media utama berupa buku berilustrasikan foto yang dirancang oleh penulis diasumsikan kepada pihak penerbit yang berpotensi dan kompeten dengan berbagai produk yang bersifat pengetahuan yaitu PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sedangkan untuk kebutuhan promosi, media berupa mini x banner dan poster akan ditempatkan ditempat utama yaitu toko buku. Stiker, gantungan kunci dan pembatas buku merupakan media yang bersifat merchandise karena diberikan setelah melakukan pembelian buku pada toko yang bersangkutan dengan PT. Gramedia Pustaka Utama. Adapun tabel tahapan strategi distribusinya sebagai berikut:


(45)

Tabel III.1 Tahapan Strategi Distribusi

Media

Tahapan

Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Buku

Mini X-Banner - - -- -

-Poster - - -- - -- -

-Pembatas Buku - - - - - - -

-Gantungan

Kunci √ √ √ - - - - - - - -

-Stiker - - - -

-Sumber: Dokumen Pribadi III.2 Konsep Visual

Konsep visual dari perancangan media informasi Tari Merak adalah menampilkan visualisasi secara gerakan-gerakan serta kostum yang ada dalam Tari Merak yang diilustrasikan dengan teknik fotografi dan ditunjang dengan warna serta huruf yang tidak formal.

Gambar III.1 Refrensi visual media informasi tentang tari. Sumber: www.balitravelnews.com


(46)

III.2.1 Format Desain

Format desain pada buku ini adalah custom dengan ukuran 20 cm x 20 cm. Pemilihan format ukuran ini akan membawa kesan unik dan tidak umum sehingga akan terlihat berbeda jika ditaruh di rak perpustakaan atau toko buku. Dengan ukuran yang berbeda dan didukung dengan visual buku yang mencolok setidaknya akan mendorong pembaca untuk melihat buku.

Gambar III.2 Format desain pada media informasi. Sumber: Dokumen pribadi

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Layout yang digunkan untuk membuat buku mengenai Tari Merak yaitu dengan peletakan visual dan teks yang statis serta elemen-elemen desain yang simetris. Penggunaan ilustrasi berupa foto merupakan yang paling dominan dalam buku ini, karena materi utamanya yang berupa pola gerak dan kostum dari Tari Merak. Teks dalam buku ini digunakan untuk menjelaskan nama gerakan dan bagian-bagian kostum Tari Merak.


(47)

Gambar III.3 Tata letak pada media informasi. Sumber: Dokumen pribadi


(48)

Gambar III.4 Contoh 1 tata letak pada isi buku. Sumber: Dokumen pribadi

Gambar III.5 Contoh 2 tata letak pada isi buku. Sumber: Dokumen pribadi.

Gambar III.6 Contoh 3 tata letak pada isi buku. Sumber: Dokumen pribadi.


(49)

Gambar III.7 Tampilan cover buku. Sumber: Dokumen pribadi.

III.2.3 Tipografi

Pemilihan huruf yang baik harus mengarah pada tingkat keterbacaan dan menarik, selain itu bentuk tipografi juga harus menggambarkan karakter dari pesan yang disampaikan. Desain huruf tertentu dapat menciptakan kesan atau karakteristik sebuah objek.

Pada pernacangan media informasi Tari Merak ini digunakan type huruf Lauren Script pada judul buku dipilih karena type ini termasuk pada kategori script sehingga mampu mewakili karakter feminin, Duepuntozero nomer halaman buku, dan AlexandriaFLF pada body teks dipilih karena type ini mempunyai tingkat keterbacaan yang jelas dan memberikan kesan ringan ketika dibaca. Selain ketiga type tersebut, type atau jenis font lain juga digunakan dalam perancangan media informasi ini namun bersifat umum dan bukan bahasan inti atau khusus pada media yang dirancang.


(50)

Gambar III.8 Jenis-jenis font yang dipakai pada media informasi. Sumber: Dokumen pribadi

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, forografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang bertujuan menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan atau informasi tertulis lainnya sehingga tulisan tersebut lebih mudah dicerna.

Dalam perancangan media informasi Tari Merak ini ilustrasi yang akan ditampilkan berupa visualisasi gerak dan kostum dengan teknik fotografi. Teknik fotografi dipilih karena selain menekankan kejelasan visual dari gerak dan kostum juga ingin menampilkan keindahan yang ada pada Tari Merak. Kategori gaya foto yang terdapat pada media informasi ini terdiri dari product photography, fashion photography dan beauty photography.


(51)

a. Product photography

Product photography dipilih dengan tujuan untuk memuat hasil foto bagian-bagian busana dan perlengkapan yang dipakai oleh penari Tari Merak mulai dari bagian kepala sampai bagian kaki.

b. Fashion photography

Yaitu foto yang khusus mengabadikan foto busana dan perlengkapannya. Fashion photography dipilih karena mampu menampilkan busana dengan baik, mulai dari bentuk, warna dan detailnya. Kategori ini akan memuat hasil foto penari dengan perlengkapan busana Tari Merak serta bagian-bagian gerakan yang ada pada tarian tersebut.

c. Beauty photography

Beauty photography adalah foto yang mengkhususkan pada kecantikan wajah seseorang. Kategori ini akan memuat hasil foto penari dengan angle-angle atau sudut pengambilan gambar yang bervariasi guna menampilkan sisi-sisi kecantikan dan keindahan penari Tari Merak.

Gambar III.9 Refrensi ilustrasi fotografi pada media informasi. Sumber: pinterest.com


(52)

Gambar III.10 Refrensi ilustrasi fotografi pada gerak tari. Sumber: www.sridevintrithyalaya.com

Gambar III.11 Refrensi sudut pengambilan gambar penari. Sumber: www.hospitalityindonesia.com


(53)

Gambar III.12 Refrensi beauty photograpy pada penari. Sumber: www.doyansilalahi.com

III.2.5 Warna

Warna hitam dan putih dipilih sebagai warna latar pada media utama. Kedua warna tersebut digunakan dan dikombinasikan pada latar buku, yakni latar dari halaman isi buku, latar tata telak tampilan visual foto dan teks dengan tujuan agar visual pada buku dapat terlihat mencolok serta memberikan rasa nyaman pada mata pembaca. Menurut Sulasmi Darmaprawira (2002:59) kontras antara hitam dan putih atau antara cerah dan gelap menghasilkan kesan yang lebih mencolok dibandingakan dengan kontars warna-warna yang kuat dalam nilai yang sama.

Warna pada judul cover buku menggunakan warna hitam agar terlihat kontras dengan visual gambar ikon penari merak yang berwarna keemasan sehingga terlihat mencolok. Warna hitam juga digunakan pada media pendukung diantaranya Mini X Banner, pembatas buku, dan stiker. Sedangkan untuk media pendukung lain digunkan latar berwarna kuning keemasan. Warna coklat digunakan untuk warna floral yang ditampilkan pada latar halaman isi buku.

Gambar III.13 Kode warna pada media informasi. Sumber: Dokumen pribadi.


(54)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Proses Perancangan Buku

Proses ini dimulai dengan pembuatan storyline dimana merupakan pengembangan dari sinopsis yang telah dibuat sebelumnya dengan adanya deskripsi dan teks. Stroryline tersebut selanjutanya memasuki penyususnan awal dengan menyusun layout per halaman dalam storyboard yang diambil dari sebuah video dokumentasi Tari Merak sebagai gambaran bagaimana gambar dan teks akan ditempatkan. Proses ini mencakup bagaimana pesan melalui ilustrasi foto disampaikan dengan gesture tubuh penari dalam buku bergambar.

Didasari pada storyboard, dilakukanlah pengambilan gambar penari dengan teknik fotografi yang dilaksanakan distudio poto. Tahap ini adalah tahap penyesuaian antara nama gerak dan teknik atau tampilan gerak, dimana fose yang diambil adalah bagian yang dianggap menarik pada gerakan Tari Merak. Setelah seluruh foto sesuai dengan stroryboard dan storyline maka tahap selanjutnya adalah penyeleksian poto. Penyeleksian poto dilakukan bersamaan dengan pengeditan yang menggunakan software Adobe Lightroom 3 dan Adobe Photoshop CS 5.

Pada tahap layout buku software yang digunakan adalah Adobe Indesign CS 5, proses tersebut meliputi mengaturan tata letak foto, bodytext, pemilihan tipografi, pengaturan warna, dan pengaturan konten dan penyusunan halaman dengan file berukuran 20 cm x 20 cm.


(55)

Gambar IV.1 Proses Perancangan Visual. Sumber : Dokumen Pribadi.

Setelah seluruh artwork selesai disusun perhalaman, maka file tersebut telah siap dicetak untuk dibuat dummy sebagai acuan dalam proses akhir percetakan. Pembuatan dummy ini dicetak dengan skala 1:1 dan menggunakan bahan kertas yang dipakai dihasil akhir karena jenis kertas mempengaruhi hasil akhir artwork yang dicetak. Proses yang dilakukan setelah pembuatan dummy adalah proses percetakan yang langsung berlanjut kepemotongan kertas dan


(56)

penjilidan. Untuk halaman depan (cover) dilakukan proses laminasi terlebih dahulu dengan fungsi melindungi buku.

Adapun spesifikasi kertas untuk pada media buku adalah Art Paper 150 gsm pada halaman dalam atau isi dan Art Paper 310 gsm pada cover buku.

Gambar IV.2 Cover buku Gemulai Merak Sumber : Dokumen Pribadi.

Gambar IV.3 Tampilan konten isi buku halaman 1-2 Sumber : Dokumen Pribadi.


(57)

Gambar IV.4 Tampilan konten isi buku halaman 15-16 Sumber : Dokumen Pribadi.

Gambar IV.5 Tampilan konten isi buku halaman 37-38 Sumber : Dokumen Pribadi.

Gambar IV.6 Tampilan konten isi buku halaman 65-66 Sumber : Dokumen Pribadi.


(58)

IV.2 Media Pendukung (Gimick)

Media pendukung mempunyai teknis produksi yang berbeda dengan media utama, walaupun diproduksi secara banyak mengikuti media utama. Pertimbangan dibuatnya media pendukung adalah barang yang bersifat merchandise.

IV.2.1 Pembatas Buku

Pembatas buku didesain dengan ukuran 12cm x 6cm dan dicetak menggunakan jenis kertas Art Paper 210 gsm.

Gambar IV.7 Pembatas Buku Sumber : Dokumen Pribadi

IV.2.2 Sticker

Visual dari Sticker dirancang dengan bentuk lingkaran berdiameter 8cm yang ditampilkan ikon penari merak yang diimbuhkan dengan tulisan “Gemulai Merak – Pesona Sang Merak Jantan” dimana tulisan ini merupakan bagian dari judul buku . Material yang digunakan adalah kertas berjenis Sticker Chromo. Jenis kertas ini dipilih karena dapat memunculkan tektur pada permukaan gambar sehingga gambar ikon dan tulisan akan terasa saat diraba.


(59)

Gambar IV.8 Sticker Gemulai merak Sumber : Dokumen Pribadi.

IV.2.3 Gantungan Kunci

Gantungan kunci dibuat dengan dua desain yang berbeda namun tetap memunculkan ikon penari merak serta ditambah dengan tulisan “Gemulai Merak” yang merupakan judul utama pada media buku. Gantungan kunci ini ukuran 4,5cm x 2,5cm dan 5,5cm x 4,2cm dengan material akrilik. Teknik pembuatan gantungan kunci ini yaitu menggunakan teknik cutting grapier agar sisi-sisi dari gantung kunci ini bisa mengikuti desain yang dibuat yakni bentuk dari kepala penari merak lengkap dengan siger yang dipakainya.

Gambar IV.9 Gantungan kunci desain 1 Sumber : Dokumen Pribadi.


(60)

Gambar IV.10 Gantungan kunci desain 2. Sumber : Dokumen Pribadi.

IV.3 Media Pendukung (Promosi)

Media pendukung yang berperan sebagai strategi promosi adalah Mini X Banner dan Poster. Kedua media tersebut bertujuan untuk memberitahuan kepada pengunjung toko buku bahwa buku mengenai Tari Merak yang berjudul “Gemulai Merak - Pesona Sang Merak Jantan” telah terbit, namun cara penyampaiannya didesain secara tidak langsung agar memunculkan rasa penasaran pada benak pengunjung sehingga menggugah rasa ingin tahu mengenai media tersebut.

IV.3.1 Mini X Banner

Visual dari Mini X Banner yang ditampilkan yaitu dua ikon tari merak yang telah melalui proses editing menggunakan software Adobe Photoshop CS 5. Salah satunya desain ikon penarinya ditampilkan dengan warna hitam putih. Strategi desain ini dibuat agar memunculkan kesan lampau dan modern pada visualnya. Ukuran yang digunakan pada media promosi ini adalah 30cm x 40cm dimana ukuran tersebut merupakan ukuran standar pembuatan Mini X Banner.

Material yang digunakan pada media Mini X Banner ini adalah jenis kertas Syntetic. Kertas ini dipilih karena bahannya mengandung unsur plastik sehingga tidak mudah sobek dan aman untuk digunakan.


(61)

Gambar IV.11 Mini X Banner Sumber : Dokumen Pribadi.


(62)

IV.3.2 Poster

Poster promosi didesain dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS 5. Tampilan poster pada prinsipnya tetap menggunakan ikon penari merak, namun visualnya tidak lagi detil seperti tampak pada Mini X Banner karena sudah disederhanakan menjadi bentuk bayangan berwarna hitam. Selain motif bulu merak dengan opacity rendah diimbuhkan pada tampilan ikon, visual pada ikon poster berisikan penggalan kalimat atau tulisan yang merupakan informasi yang terdapat pada isi buku. Judul buku yang dipromosikan juga ikut dimunculkan agar mempertegas bahwa porter tersebut adalah poster dari buku yang berjudul “Gemulai Merak - Pesona Sang Merak Jantan”. Poster ini berukuran 29,7cm x 42 cm dengan menggunakan bahan material Art paper 210 gsm.

Gambar IV.12 Poster Sumber : Dokumen Pribadi.


(1)

Gambar IV.4 Tampilan konten isi buku halaman 15-16 Sumber : Dokumen Pribadi.

Gambar IV.5 Tampilan konten isi buku halaman 37-38 Sumber : Dokumen Pribadi.


(2)

IV.2 Media Pendukung (Gimick)

Media pendukung mempunyai teknis produksi yang berbeda dengan media utama, walaupun diproduksi secara banyak mengikuti media utama. Pertimbangan dibuatnya media pendukung adalah barang yang bersifat merchandise.

IV.2.1 Pembatas Buku

Pembatas buku didesain dengan ukuran 12cm x 6cm dan dicetak menggunakan jenis kertas Art Paper 210 gsm.

Gambar IV.7 Pembatas Buku Sumber : Dokumen Pribadi

IV.2.2 Sticker

Visual dari Sticker dirancang dengan bentuk lingkaran berdiameter 8cm yang ditampilkan ikon penari merak yang diimbuhkan dengan tulisan “Gemulai Merak – Pesona Sang Merak Jantan” dimana tulisan ini merupakan bagian dari judul buku . Material yang digunakan adalah kertas berjenis Sticker Chromo. Jenis kertas ini dipilih karena dapat memunculkan tektur pada permukaan gambar sehingga gambar ikon dan tulisan akan terasa saat diraba.


(3)

Gambar IV.8 Sticker Gemulai merak Sumber : Dokumen Pribadi.

IV.2.3 Gantungan Kunci

Gantungan kunci dibuat dengan dua desain yang berbeda namun tetap memunculkan ikon penari merak serta ditambah dengan tulisan “Gemulai Merak” yang merupakan judul utama pada media buku. Gantungan kunci ini ukuran 4,5cm x 2,5cm dan 5,5cm x 4,2cm dengan material akrilik. Teknik pembuatan gantungan kunci ini yaitu menggunakan teknik cutting grapier agar sisi-sisi dari gantung kunci ini bisa mengikuti desain yang dibuat yakni bentuk dari kepala penari merak lengkap dengan siger yang dipakainya.


(4)

Gambar IV.10 Gantungan kunci desain 2. Sumber : Dokumen Pribadi.

IV.3 Media Pendukung (Promosi)

Media pendukung yang berperan sebagai strategi promosi adalah Mini X Banner dan Poster. Kedua media tersebut bertujuan untuk memberitahuan kepada pengunjung toko buku bahwa buku mengenai Tari Merak yang berjudul “Gemulai Merak - Pesona Sang Merak Jantan” telah terbit, namun cara penyampaiannya didesain secara tidak langsung agar memunculkan rasa penasaran pada benak pengunjung sehingga menggugah rasa ingin tahu mengenai media tersebut.

IV.3.1 Mini X Banner

Visual dari Mini X Banner yang ditampilkan yaitu dua ikon tari merak yang telah melalui proses editing menggunakan software Adobe Photoshop CS 5. Salah satunya desain ikon penarinya ditampilkan dengan warna hitam putih. Strategi desain ini dibuat agar memunculkan kesan lampau dan modern pada visualnya. Ukuran yang digunakan pada media promosi ini adalah 30cm x 40cm dimana ukuran tersebut merupakan ukuran standar pembuatan Mini X Banner.

Material yang digunakan pada media Mini X Banner ini adalah jenis kertas Syntetic. Kertas ini dipilih karena bahannya mengandung unsur plastik sehingga tidak mudah sobek dan aman untuk digunakan.


(5)

Gambar IV.11 Mini X Banner Sumber : Dokumen Pribadi.


(6)

IV.3.2 Poster

Poster promosi didesain dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS 5. Tampilan poster pada prinsipnya tetap menggunakan ikon penari merak, namun visualnya tidak lagi detil seperti tampak pada Mini X Banner karena sudah disederhanakan menjadi bentuk bayangan berwarna hitam. Selain motif bulu merak dengan opacity rendah diimbuhkan pada tampilan ikon, visual pada ikon poster berisikan penggalan kalimat atau tulisan yang merupakan informasi yang terdapat pada isi buku. Judul buku yang dipromosikan juga ikut dimunculkan agar mempertegas bahwa porter tersebut adalah poster dari buku yang berjudul “Gemulai Merak - Pesona Sang Merak Jantan”. Poster ini berukuran 29,7cm x 42 cm dengan menggunakan bahan material Art paper 210 gsm.

Gambar IV.12 Poster Sumber : Dokumen Pribadi.