Penilaian sektor drainase lingkungan

penduduk yang belum mendapatkan pelayanan persampahan yang baik yaitu sekitar 49,4 dimana penduduk yang belum mendapatkan pelayanan tersebut mengatasinya dengan cara dibakar dan dibuang ke sungaikali tentunya hal ini menyebabkan pencemaran udara dan juga pencemaran air permukaan. Masyarakat yang belum terlayani dalam pengangkutan sampah tersebut tersebar pada beberapa kelurahan diantaranya yang kondisinya paling buruk yaitu pada Kelurahan Bojong Kerta, Rancamaya, Genteng, Kertamaya, Harjasari, Pamoyanan, Kencana, Situ Gede, Mekarwangi, Bubulak, Kayumanis dan Katulampa serta sejumlah kelurahan lainnya yang cakupan pelayanannya tidak mencapai 50. Gambar 5.8 Grafik Tingkat Perilaku Pemilahan Sampah Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa meskipun kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah masih sangat rendah sebesar 11,0 tapi ini merupakan potensi, bahwa sebenarnya masyarakat tersebut masih memiliki kesadaran dalam kepengelolaan sampah.

5.1.2.3. Penilaian sektor drainase lingkungan

Untuk menilai kondisi drainase lingkungan di Kota Bogor dalam study EHRA dapat dilihat dari faktor variabel kunci utama yaitu pengalaman menderita banjir dan keberadaan Saluran Pengaliran Air Hujan SPAH, akan tetapi perlu dibedakan antara drainase lingkungan dan lingkup drainase makro. Hal ini sangat penting karena tidak semua permasalahan banjir merupakan permasalahan drainase lingkungan tetapi juga dapat merupakan akibat pengelolaan sumber daya air yang dan drainase makro yang kurang baik. Gambar 5.9 Grafik Prosentase Jumlah Rumah Tangga Pernah Mengalami Banjir Gambar 5.10 Grafik Prosentase Frekuensi Banjir Rutin BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 11 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor Dari gambar 5.9 dan gambar 5.10 dapat diketahui prosentase masyarakat yang sering mengalami banjir sebesar 33,5 dari yang pernah mengalami banjir sebesar 5,9 sehingga mereka yang mengalami banjir secara rutin terdapat sebesar 1,98. Sementara ditinjau dari aspek keberadaan saluran pengaliran air hujan baru berkisar 41,8 saja rumah tangga yang memiliki SPAH. Kondisi tersebut tentunya perlu mendapat perhatian khusus untuk dapat meningkatkan cakupan pelayanan drainase lingkungan. Diantara area yang rawan terhadap banjir dan permasalahan drainase lingkunan antara lain adalah Kelurahan Kedung jaya, Pasirjaya, Cibuluh, Tegallega, Sempur, Sindang Barang, Kebon Pedes, Babakan Pasar, Rangga Mekar, Cimahpar, Kedung Waringin, Bondongan, Cikaret, Panaragan, Cibogor dan Kedung Halang serta area kelurahan lainnya yang SPAHnya belum mencapai 50. Gambar 5.11 Grafik Prosentase Keberadaan SPAH Kondisi tersebut diatas juga semakin terpuruk karena masih terdapat 6,2 SPAH tersebut tidak mengalir dan 19,1 dari SPAH tersebut 19,1. Gambar 5.12 Grafik Kondisi Aliran Saluran

5.1.2.4. Penilaian sektor pengelolaan air minumair bersih