67
dan sisanya penempatan pada bank lain sebanyak 5. Sedangkan sumber dana terbesar diperoleh dari deposito mudharabah dengan komposisi 52 dan tabungan mudharabah
sebesar 34. Pada bulan Agustus 2008, komposisi penggunaan dana untuk pembiayaan lebih besar dari bulan Desember 2007, yaitu sebanyak 89. Komposisi sumber dana Agustus 2008
tidak terlalu jauh berbeda dengan Desember 2007, pada Agustus 2008 jumlah dana dalam bentuk deposito mudharabah naik 2 menjadi 54. Berdasarkan perkembangan dan prediksi
perbankan syariah sebagaimana dijelaskan diatas, maka penelitian ini akan memfokuskan pada evaluasi dan prediksi tingkat kenaikan pertumbuhan indikator-indikator perbankan
syariah. Indikator perbankan syariah tersebut adalah asset, dana pihak ketiga DPK, dan kredit.
4.1.6. Perkembangan Total Output Perbankan Syariah Indonesia
Berdasarkan data statistik perbankan syariah Indonesia , output perbankan syariah terus bertambah yang pada ahir desember 2008 hanya sekitar 6.069 milyar rupiah dan pada
akhir desember 2009 menjadi 8.579 milyar rupiah, berdasarkan asumsi kondisi perbankan syariah di Indonesia saat ini terus mengalali peningkatan tiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat
dari grafik total output di bawah ini.
4.1.7. Perkembangan Jumlah Pekerja Perbankan Syariah Indonesia.
Kinerja Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS sepanjang tahun 2009 cukup mengkilap dengan pertumbuhan laba mencapai 83.Jika pada tahun 2008 laba bank
syariah hanya mencapai Rp 432 miliar, maka per Desember 2009 laba bank syariah sudah
Universitas Sumatera Utara
68
menembus Rp 791 miliar. Demikian data Statistik Perbankan Syariah yang dikutip dari situs Bank Indonesia.
Sementara minat masyarakat menyimpan dananya di bank syariah semakin besar. Hal itu terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga DPK di BUS dan UUS yang mencapai
41,18 selama tahun 2009. Jika pada Desember 2008 DPK di bank syariah nasional hanya Rp 36,852 triliun, maka pada Desember 2009 angkanya sudah melonjak menjadi Rp 52,271
triliun. Sisi pembiayaan pun memperlihatkan geliat yang cukup signifikan di tengah himpitan krisis global. Pertumbuhan pembiayaan bank syariah selama tahun 2009 mencapai Rp
22,75 atau dari Rp 38,195 triliun di 2008 menjadi Rp 46,886 triliun di 2009. Rincian pemberian kredit adalah modal kerja 48,8, investasi 21,2, dan konsumsi 30.
Pembiayaan untuk UKM mengambil porsi terbesar. Namun kenaikan pembiayaan itu juga diiringi dengan kenaikan kredit bermasalah atau Non Performing Financing NPF dari
3,95 di 2008 menjadi 4,01 di 2009. Jumlah tenaga kerja di sektor perbankan syariah pun terus mengalami peningkatan. Untuk Bank Umum Syariah, jumlah pekerja mencapai 10.348
orang pada 2009, meningkat dari tahun 2008 yang hanya 6.609 orang. Di UUS, pekerjanya mencapai 2.296 orang pada 2009, turun dibanding tahun 2008 yang mencapai 2.562 orang.
Perbankan syariah rupanya bisa menjadi salah satu solusi permasalahan tenaga kerja. Peningkatan jumlah pekerja di bank syariah cukup signifikan dan diperkirakan pada tahun-
tahun mendatang akan terus bertambah. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia per Juli 2010, jumlah pekerja di bank syariah, khususnya Bank Umum Syariah
BUS, meningkat sekitar 250 orang dalam satu bulan Juni-Juli. Total pekerja di bank syariah pada Juli 2010 sebesar 13.594 orang. Bandingkan dengan tahun 2005 yang hanya
berjumlah 3.523 orang. Unit Usaha Syariah UUS pada bank konvensional juga menyerap tenaga kerja sebanyak 1.717 orang, sementara jumlah pekerja di Bank Pembiayaan Rakyat
Universitas Sumatera Utara
69
Syariah adalah 3.039 orang. Oleh karena itu, tak heran, jika masih banyak lowongan untuk berkontribusi di bank syariah. Kontribusi dominan pada penyerapan tenaga kerja dilakukan
oleh BUS yang kini berjumlah 10 bank. Tentu saja, hal ini bisa menggembirakan karena menandai begitu besar animo masyarakat untuk bekerja di industri syariah. Melihat ke
depannya jumlah BUS akan bertambah, penyerapan tenaga kerja diperkirakan juga semakin besar. Artinya, peluang bagi institusi pendidikan untuk meluluskan tenaga ahli di bidang
perbankan syariah juga semakin luas.
4.2. Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data 4.2.1.Pengujian Pengaruh Variabel Dependent Terhadap Variabel Independent
Analisis pembahasan ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel yakni variabel dependent dan variabel independent. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis
yang dibuat yaitu apakah Output dipengaruhi oleh asset dan Tenaga kerja . Seberapa tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam
perhitungan serta pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer. Dari hasil regresi dapat dibentuk model hasil estimasi
sebagai berikut:
Log Y = -3.615532 + 0.513852 Log X
1
+ 0.766728 X
2
Standar Error = 0.405415 0.071962 8.087039 t-statistik = -8.918108 7.140623 8.809037
R² = 0.966567 F-statistik = 477.0177
Dw-stat = 1.417258
Universitas Sumatera Utara
70
Dimana : signifikan pada
α = 1 signifikan pada
α = 5 signifikan pada
α = 10
4.2.2 Interpretasi Model