Analisis efisiensi dan produktivitas perbankan syariah Indonesia

(1)

ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PERBANKAN

SYARIAH INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh

Rezki Syahri Rakhmadi NIM: 106081002345

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H/2010M

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP. 19690203 200112 1 003

Hemmy Fauzan, SE, MM NIP. 19760822 200701 1 014


(2)

Hari ini Kamis Tanggal 27 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Rezki Syahri Rakhmadi NIM: 106081002345 dengan judul Skripsi "ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PERBANKAN SYARIAH INDONESIA ", maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Mei 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Arief Mufraini, Lc., MSi Ketua

Murdiyah Hayati S.Kom, MM Sekretaris

Dr.Yahya Hamja Penguji Ahli


(3)

Hari ini Selasa Tanggal 21 Bulan Desember Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Rezki Syahri Rakhmadi: 106081002345 dengan judul Skripsi "ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PERBANKAN SYARIAH INDONESIA, naka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Desember 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof.Dr.Ahmad Rodoni Ketua

Hemmy Fauzan, SE, MM Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli I

Herni Ali HT, SE, MM Penguji Ahli II


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I IDENTITAS PRIBADI

1 Nama : Rezki Syahri Rakhmadi

2 Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta 30 April 1988

3 Tinggal di :

Reni Jaya G12/7 Pondok Petir Sawangan Depok 16517

4 Alamat :

Reni Jaya G12/7 Pondok Petir Sawangan Depok 16517

5 Telepon : (021)743 4270 , (081) 311 288 123 II PENDIDIKAN

1 SD : Muhammadiyah 12 Pamulang

2 SMP : Muhammadiyah 22 Pamulang

3 SMA : Al-Azhar BSD

III PENGALAMAN ORGANISASI

1 Palang Merah Remaja Member

2 Tapak Suci Member

3 CHIP Online Community : Moderator

4 Gitalovers Community : Moderator / Seksi Dokumentasi Jakarta

IV

LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah

1 Nama Drs.Pranajaya M.Hum

2 Tempat & Tgl. Lahir Jakarta,11-04-1955 3 Alamat

Reni Jaya G12/7 Pondok Petir Sawangan Depok 16517

Ibu

1 Nama Retno Hastuti,S.Sos

2 Tempat & Tgl. Lahir Boyolali,04-04-1968 3 Alamat

Reni Jaya G12/7 Pondok Petir Sawangan Depok 16517


(5)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the efficiency of Islamic Banking in Indonesia, using total 17 Islamic Bank data (consist of 5 BUS (Bank Umum Syariah) and the rest 12 UUS (Unit Usaha Syariah)) from 2007 up to 2009. Data Envelopment Analysis is used in this research, and furthermore this research is enriched by Malmquist Index method to measure banks productivity, thus continued with Spearman Correlation is not only used to analyze the relation between input and output, but also to analyze the relation between asset and efficiency. The results therefore indicate that islamic banking in Indonesia is inefficient by priority cause of SCALE DEA (Constant Return to Scale DEA/Variable Return to Scale DEA), but further result of the research also indicate that productivity islamic banking in Indonesia is increasing, which is more caused by technological factor. Meanwhile the result of Spearman Correlation method shows that correlation between asset and efficiency do occurred, but negatively, which mean an increasement in asset will cause decreasement in efficiency, while the result for input-output correlation shows a positive correlation between them, which means for a every increasement of input variable, will also cause increasement of output variable, then the correlation result of asset and productivity indicated that it has positive correlation in the first Index Malmquist periode (2008), but it then turned into negative for the next periode (2009)

Keyword: DEA (Efficiency), Malmquist Index (Productivity), Indonesia Islamic Banking.


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa efisiensi perbankan syariah di Indonesia periode 2007-2009, dengan menggunakan data 17 bank syariah (5 Bank Umum Syariah (BUS), dan 12 Unit Usaha Syariah (UUS)). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DEA (Data Envelopment Analysis), penelitian ini diperlengkap dengan analisis produktivitas menggunakan Malmquist Index, dan selanjutnya dilanjutkan dengan Korelasi Spearman juga digunakan dalam penelitian ini, tidak hanya untuk menganalisis hubungan antara variabel input dengan output, tapi juga untuk mengetahui hubungan antara aset dan efisiensi, kemudian aset dan produktivitas. Dalam penelitian ini ditemukan adanya inefisiensi di dalam sektor perbankan syariah di Indonesia, adapun inefisiensi tersebut diakibatkan oleh faktor Skala DEA (Constant Return to Scale DEA/Variable Return to Scale DEA). Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan produktivitas, dimana peningkatan produktivitas tersebut disebabkan oleh faktor teknologi, selain itu penelitian ini juga menemukan adanya korelasi negatif antara aset dengan efisiensi dimana semakin besar aset maka mengakibatkan berkurangnya efisiensi, dan ditemukan juga korelasi positif terjadi antara variabel input dan variabel output penelitian , yang artinya semakin bertambah input juga akan menyebabkan peningkatan pada output. Sedangkan untuk koreasi aset dengan produktivitas menghasilkan adanya hubungan positif pada Indeks Malmquist (2008) dan sebaliknya pada periode berikutnya (2009).

Kata Kunci: DEA (Efisiensi), Indeks Malmquist (Produktivitas), Perbankan Syariah Indonesia.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT, atas izin-Nya untuk menyelesaikan skripsi mengenai efisiensi perbankan syariah di Indonesia ini, adapun ketertarikan penulis terhadap isu ini adalah karena penulis sendiri sangat tertarik dengan sebuah sudut pandang agama yang berbicara tentang ekonomi, dimana pada dewasa ini perkembangan ekonomi syariah tidak bisa lagi dipandang sebelah mata atau bahkan dua mata, sebab menurut penulis pribadi selain sebagai solusi bagi umat muslim sendiri guna menjalankan kegiatan muamalah guna mencapai kemapanan ekonomi yang bertujuan untuk ibadah, tidak bisa dipungkiri ekonomi syariah juga menjadi salah satu alternatif suatu sudut pandang pemikiran bahkan aksi ekonomi dari sebuah tatanan ekonomi konvensional yang semakin rapuh, meskipun berawal dari suatu teori simpel bernama derivatif tapi dampaknya bisa kita liat sendiri belum lama ini, dimana terjadi bubble economic di salah satu negara adidaya penganut ekonomi konvensional.

Seperti yang kita ketahui Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini memiliki mayoritas penduduk Muslim, dimana sudah seharusnya jangan menjadi hanya pasar melainkan juga pelaku utama ekonomi syariah itu sendiri, oleh karena itu penulis mencoba melakukan analisis efisiensi dengan pendekatan efisiensi utnuk mengukur apakah perbankan syariah di Indonesia sudah efisien dalam menjalankan tugasnya.

Akhir kata penulis ingin menutup sembari mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah dan Bunda tercinta juga adik Nabila tersayang

2. Eyang, Mbah,Tante dan Om sekalian, beserta putra-putrinya spesial buat Hasna "Tatap Mata Saya", Harissa "Maknyuss", Hanif “Ale-ale”, Fadel "Mas Monyet Kecil ", Aryo "Ayaaaaaah", Khansa "Tech"

3. Dosen-dosen kampus UIN tercinta, khususnya Pak Rodoni,dan Pak Hemmy selaku pembimbing, Pak Abdul Hamid, Pak Herni selaku penguji ahli, dan Bu


(8)

Titi Dewi selaku penguji proposal. Tx juga kepada tim penguji kompre, Bu Murdiyah, Pak Yahya dan Pak Arif, Dan tidak ketinggalan jajaran staff nya, terutama Mas Heri, Bu Umi, Pak Rahmad, dan spesial buat Bu Siska yang dengan sabarnya bolak balik kesana kemari “single fighter”, ngurus apa aja deh buat mahasiswa :D

4. Sahabat-sahabat kampus pria yang saya sayangi (gak pake maho),Febli, Fandy, Husni, Lutpi, Ari, Anto dan semuanya yang tidak muat disebut dengan tidak mengurangi rasa sayang (gak pake maho).

5. Sahabat-sahabat kampus wanita yang saya cintai (gak pake naksir),Wulan, Ajeng, Arisyi, Hana, Tetangga (Dania), dan gadis-gadis lain yang tidak perlu disebutkan namanya namun tidak mengurangi rasa cinta (gak pake naksir). 6. Sahabat-sahabat LAN party yang saya cintai (boleh lah pake maho dikit),

Dimas (Officer), Rere (Blackops 1), Onny (Sniper), Enggo (Machine Gunner) pada Flashpoint (Anggoro masukin g? pada zombie), Faisal (SK-Kardel) pada Dota, juga Hariadi (Katanya mw DOTA kerumah ?)

7. Sahabat-sahabat yang bingung mw saya masukin kemana, Andhika, Nina, Tara ;), Asik disetirin, asik dibikinin komik, asik didebatin =)).

8. Sahabat-sahabat forum chip.co.id, rekan sejawat Team Moderator, spesial buat SuperModerator Andhee, yang RIG nya jadi pelampiasan maen BattleField 2 klo ane bis balik dari konsul, CODEC'rs terutama Om Ulil yg udah ngasih boncengan turing, tak ketinggalan bung Jeson :)) (Sukses ye sama si "S"), gak ketinggalan CHIP CLASSIFIED, yang membantu biaya wisuda saya ^^,dan juga sis Linda Lovecrot (apa Lovelock ?), buruan kelarin, awas pindah kuliah lagi XD !!

9. Sahabat-sahabat forum Gitalovers.com, ane masih utang ye? Poto2 GitaGutawa, Oops tx to GitGut n famz sampe ketinggalan...lama g ketemu y Git? abang kangen ^^, Mila masih aktip ? Burazz ? Dea si Jamur ?, Hill artis Korea ?, Anggid The Alien ? :)), ayo cowo-cowo GL masih semangat ngejar Gita? :peace.

11. Hardware-hardware tercinta saya, MSI VR420 "Laptop Cinta", Maria Sagyta Elhaym yang sekarang ntah kemana....:D, (Klo disebutin pretelan panjang nih


(9)

heuheuheu, tapi tetep combo i7 860 + GTX 295 paling tak bisa dilupakan pertama setelah LG 32” XD )

12. Gadis-gadis imajiner Faticia (Lancer), Naticia (Heavy Knight), Rintia (Battle Mage), Lilo(Archer), Gitacia (Battle Bard), (Beatrix (Knight), Elly(Cosmic Mage), Maria Treydor (Gun Lady Master),dan yang pasti....Astrid (Axy Viking Lady) XD

13. Buku-buku ilmu pengetahuan, filsafat dan tasawuf, yang menemani saya dikala suntuk dengan rumus-rumus statistik, tapi tetep spesial tx banget buat Kitab Tercinta Kita Semua “Al-Qur’an”, semoga Allah takkan pernah bosan membuat saya menuntut ilmunya ^^.

13. Dan tentu saja kepada semua pihak (baik ghaib maupun nyata, penduduk bumi maupun luar angkasa) yang berkontribusi dalam kehidupan saya, yang bisa saya sebutkan semua disini, tapi tidak akan saya lakukan, karena dijamin nanti gak kelar-kelar kuliah saya, g selese-selese nulisnya...^^

Pamulang


(10)

DAFTAR ISI

Pengesahan Skripsi……… i

Pengesahan Uji Komprehensif………... ii

Pengesahan Uji Skripsi……….. iii

Daftar Riwayat Hidup……… iv

Abstract……….. v

Abstrak……… vi

Daftar Isi………. x

Daftar Tabel……… xii

Daftar Gambar……… xiii

Daftar Lampiran………. xiv

Bab. I Pendahuluan………. 1

A. Latar Belakang Penelitian ………. 4

B. Perumusan Masalah………... 9

C. Tujuan dan Manfaat……… 9

Bab. II Tinjauan Pustaka……… ... 11

A. Pengertian dan Fungsi bank……….... 11

B. Bank Syariah………... 16

C. Efisiensi dan Produktivitas……….. 29

D. Data Envelopment Analysis……… 32

E. Malmquist Index……….. …... 44

F. Penelitian Seelumnya……… 46


(11)

Bab. III Metodologi Penelitian……… 52

A. Ruang Lingkup Penelitian………. 52

B. Metode Penentuan Sampel………. 54

C. Metode Pengumpulan Data……… 54

D.Metode Analisis……….. 54

E. Operasional Variabel………. 59

Bab. IV Penemuan dan Pembahasan………. 60

A. Kondisi Perbankan Syariah Indonesia………. 60

B. Uji Normalitas Data………. 63

C. Analisis Efisiensi……….. 64

D. Analisis Produktivitas………. 70

E. Analisis Korelasi……….. 73

Bab. V Kesimpulan dan Implikasi………. 73

A. Kesimpulan………... 73

B. Implikasi……… 75

Daftar Pustaka ……… 76


(12)

DAFTAR TABEL

2.1 Perbedaan Bank Konvensional Dengan Syariah……… 20

2.2 DEA Satu Input Satu Output………. 33

3.1 Variable Input Output……… 59

4.1 Perkembangan DPK 2007-2009………. 60

4.2 Perkembangan Pembiayaan (Financing)……… 61


(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Proyeksi Frontier Orientasi Input Model CCR……… 37

2.2 Proyeksi Frontier Orientasi Output Model CCR………. 38

2.3 Frontier Efisiensi Model CCR………. 40

2.4 Output Oriented DEA……….. 42

2.5 Frontier Efisien Model BCC……… 42

2.6 Hubungan CRS, VRS,dan Scale Efisiensi………... 43

2.7 Bagan Kerangka Pemikiran………. 51


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar Nama Bank………... 80

2 Kolmogorov-Smirnov Test………. 80

3 X dan Y Semua Bank……….. 81

4 Hasil DEAP 2.1 DEA………. 82

5 Malmquist Index……….. 83

6 SPSS 16 Spearman Correlation………... 84


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ketika membahas peran agama dalam perekonomian, orang harus membedakan perekonomian sebagai ilmu dari sistem perekonomian. Suatu sistem perekonomian harus dipertimbangkan sebagai pemikiran yang berdasarkan suatu ideologi, sedangkan ilmu perekonomian harus dipertimbangkan sebagai ilmu yang menangani penciptaan kekayaan. Sistem perekonomian berkaitan dengan manajemen distribusi kekayaan dalam suatu masyarakat yang cenderung menyelesaikan permasalahan-permasalahan perekonomian dari beragam kelompok dengan memungkinkan atau melarang mereka memanfaatkan sarana-sarana produksi dan kepuasan. Oleh sebab itu, sistem ekonomi harus mencakup tiga elemen utama berikut: kepemilikan properti, komoditas, dan kekayaan kemudian pemberian kepemilikan, lalu distribusi kekayaan diantara orang-orangnya.

Sistem perekonomian Islami berbeda dengan sistem-sistem lain hanya sebatas kepada kepemilikan dan distribusi sumber-sumber daya di antara faktor-faktor produksi serta beragam kelompok masyarakat, serta adanya peran negara yang jelas untuk memastikan bahwa ketidakadilan tidak terjadi


(16)

pada setiap individu, pihak atau kelompok manapun (Ayub Muhammad, 2009:17).

Perbedaan juga dapat dilihat melalui tujuan ekonomi Islam untuk membawa kepada konsep al-falah (kejayaan) baik di dunia maupun di akhirat, sedangkan ekonomi sekuler untuk membawa kepuasan dunia saja. Ekonomi Islam meletakan manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini dimana segala bahan-bahan yang ada di bumi dan dilangit adalah diperuntukan bagi manusia, dimana harta bukanlah tujuan hidup melainkan sekadar wasilah atau perantara untuk mewujudkan perintah Allah (Muhammad Arief Mufraeni dkk., 2007:9-10). Dalam mencapai tujuan tersebut, ajaran Islam memberikan panduan untuk menegakkan asas keadilan dan menghapus ekploitasi dalam transaksi bisnis, salah satu bentuk eksploitasi tersebut adalah riba.

Berdasarkan referensi-referensi yang berasal dari Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunah, kita dapat memperoleh beberapa kesimpulan mengenai besarnya dosa riba, bentuk-bentuk dan konotasinya, dosa riba tidak hanya berlaku bagi pihak yang memberikan pinjaman, tapi juga berlaku untuk pihak yang meminjam, dan karena pihak-pihak lain yang terlibat ikut mendapatkan dosa karena membayar bunga atau karena membantu bisnis yang berbasis bunga. Jika orang-orang miskin terpaksa meminjam dengan bunga untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok, masih ada kemungkinan mendapatkan ijin secara terbatas untuk meminjam bunga.Akan tetapi, jika seseorang memanfaatkan pinjaman bunga untuk konsumsi kemewahan atau untuk pengembangan bisnisnya, ia patut di hukum menurut ajaran-ajaran tersebut, adapun yang


(17)

dibahas dalam Al-Qur’an adalah riba atas pinjaman utang, sebuah pinjaman adalah barang komoditas atau sejumlah uang yang diambil dari orang lain dengan kewajiban untuk mengembalikannya atau membayar kembali komoditas serupa atau sejumlah uang yang sama ketika diminta kembali oleh pihak pemberi pinjaman. Utang adalah kewajiban untuk membayar yang terjadi karena adanya transaksi kredit seperti pembelian/penjualan secara kredit atau jatuh temponya biaya sewa dalam Ijarah (persewaan). Jumlah utang harus dibayar kembali pada waktu yang telah ditentukan dan pemberi pinjaman tidak berhak menagih sebelum jatuh tempo, kreditur memiliki hak hanya atas jumlah pokok pinjaman, adapun jumlah sekecil apapun yang ditambahkan dalam pengembaliannya adalah riba, karena pembiayaan bank konvensional termasuk dalam kategori pinjaman yang dikenai pembayaran maka ia masuk kedalam cakupan riba seperti yang diharamkan kitab suci Al-Qur’an, sehingga tidak perlu diragukan lagi bahwa bunga komersial yang menjadi tren selama ini adalah riba dari sudut pandang prinsip yang diberikan oleh Al-Qur’an. Jadi dapat disimpulkan bahwa riba, menurut kriteria, mencakup semua keuntungan dari pinjaman serta utang dan meliputi semua bentuk bunga atas pinjaman komersial atau pribadi. Oleh karenanya bunga konvensional adalah riba. (Ayub Muhammad, 2009: 73-74).Ekonomi Islami, dimana keuangan Islami merupakan bagian penting darinya, menggerakan aktivitas finansial dalam kegiatan perekonomian Islami ke arah bisnis dan transaksi yang berlandaskan aset. Hal ini mengimplikasikan semua transaksi financial merupakan representasi transaksi riil atau penjualan jasa, barang,


(18)

manfaat. Di samping itu, Islam juga menentukan suatu standar moral/perilaku yang hampir bersifat umum dalam semua masyarakat beradab didunia (Ayub Muhammad, 2009: 114)

Untuk menjawab kebutuhan masyarakat muslim atas lembaga keuangan yang berlandaskan syariah, maka bank syariah pun lahir, yang terus berkembang hingga kini. Sebagaimana pembentukan bank konvensional pertama yang beroperasi di venesia yaitu Banco della Pizza di Rialto (1587) dianggap sebagai titik awal berkembangnya bank modern, walaupun pada prakteknya telah dilaksanakan sejak 900 tahun sebelumnya, maka pendirian sebuah local saving bank yang beroperasi tanpa bunga di Desa Mit Ghamir di tepi sungai Nil, Mesir pada tahun 1960-an oleh Abdul Hamid An Naggar, telah menjadi tonggak berdirinya lembaga perbankan Islam modern pertama, bahkan lembaga Islam pertama didunia. Meski beberapa tahun kemudian ditutup karena kesalahan manajemen, bank lokal ini telah mengilhami diadakannya konferensi Ekonomi Islam pertama di Mekkah (1975). Sebagai tindak lanjut rekomendasi dari konferensi tersebut, dua tahun kemudian lahirlah Islamic Development Bank (IDB) yang kemudian diikuti pembentukan lembaga-lembaga keuangan Islam diberbagai negara.

Upaya intensif pendirian bank Islam (Bank Syariah) di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1988, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi peraturan perbankan Indonesia, dimana para ulama berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya


(19)

penafsiran dari adanya penafsiran dari peraturan perundang-undanganan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0% (nol persen). Rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua (Bogor) pada 19-22 Agustus 1990, yang kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No. 7/1992 tentang perbankan, di mana perbankan bagi-hasil mulai di akomodasi, dan kemudian berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Setelah dua tahun beroperasi, BMI mensponsori asuransi Islam pertama di Indonesia (Syarikat Takaful Indonesia), mensponsori Lokakarya Ulama tentang Reksadana Syariah kemudian diikuti dengan beroperasinya lembaga reksadana syariah oleh PT Danareksa, pada tahun yang sama berdiri pula lembaga pembiayaan syariah BNI-Faisal Islamic Finance Company, melihat hal-hal tersbut diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan lembaga-lembaga keuangan Islam cukup pesat dan salah satu alasan yang kuat mendorong hal tersbut adalah karena adanya keyakinan kuat dikalangan masyarakat muslim bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam.

Selama lebih dari enam tahun beroperasi, kecuali UU No.7/1992 dan Peraturan Pemerintah No 72/1992, praktis tidak ada peraturan perundang-undangan lainnya yang mendukung beroperasinya perbangkan syariah, sehingga memaksa perbankan syariah untuk menyesuaikan produk-produknya dengan hukum positif (peraturan umum perbankan) yang berlaku di Indonesia yang nyatanya berbasis bunga/konvensional hingga akhirnya di undangkan


(20)

UU No.10/1998 tentang perubahan UU No.7/1992 tentang perbankan, maka secara tegas sistem perbankan syariah ditempatkan sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, perubahan perundangan tersebut memberikan keleluasaan bank-bank syariah dalam melakukan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah (Arifin Zainul, 2006: 6-8).

Kebijakan pengembangan perbankan syariah diterapkan dengan berpedoman pada strategi pengembangan jangka panjang yang ditempuh dan diarahkan tidak hanya memperkuat struktur industri perbankan syariah tapi juga diarahkan untuk mengantisipasi tantangan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat nasional maupun internasional guna menjaga momentum pertumbuhan syariah, upaya konkrit dalam pengembangan perbankan syariah tersebut meliputi: 1. Penguatan kelembagaan bank syariah, 2. Pengembangan produk bank syariah, 3. Intensifikasi edukasi publik dan aliansi mitra strategis, 4. Peningkatan peranan pemerintah dan penguatan kerangka hukum bank syariah, 5. Penguatan SDI (Sumber Daya Insani), 6. Penguatan pengawasan bank syariah. Salah satu kebijakan yang juga sangat berpengaruh dalam perkembangan syariah, khususnya adalah dalam hal pembukaan bank syariah, BI telah menyediakan regulasi yang cukup memadai untuk pendirian baru, konversi, dan membolehkan bank umum konvensional membuka kantor bank syariah. Dengan regulasi tersebut, pertumbuhan bank syariah pada periode 1999 hingga akhir 2004 terus meningkat. Demikian pula pertumbuhan jaringan kantor dan volume usaha menunjukan pertumbuhan yang sangat pesat dimana kedepannya pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia


(21)

diperkirakan akan memiliki aset yang akan melebihi target cetak biru Bank Indonesia pada akhir 2011 (Machmud Amir, Rukmana, 2010: 62, 69).

Menurut Lestari Budi Asthuti, 2004, perbankan merupakan industri yang memiliki peranan penting, karena sebagai lembaga keuangan perbankan memainkan fungsi dan peran sebagai lembaga intermediari yang memobilisasi dana dari masyarakat yang surplus dan menyalurkannya kedalam bentuk kredit/pinjaman kepada masyarakat yang defisit, melihat pentingnya peran perbankan, maka kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu yang sangat penting. Bank yang sehat, kuat dan efisien merupakan kebutuhan mutlak bagi perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam kaitan ini, semakin efisien industri perbankan akan semakin efisien pula proses mobilisasi dana masyarakat dan penyaluran kredit perbankan sebagai faktor dominan dalam alokasi sumber daya dalam ekonomi. Apabila hal ini dapat dicapai, kontribusi industri perbankan akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahterahan masyarakat (Yuli Indrawati, 2009: 2).

Studi tentang efisiensi dan produktivitas perbankan banyak dilakukan di dunia dan tidak sedikit dilakukan di Indonesia karena memang institusi perbankan dibutuhkan untuk peran intermediasi dalam suatu negara, studi yang dilakukan juga beragam, dari sekedar analisis produktivitas perbankan dalam suatu negara (Fadzlan Sufian, 2007), analisis pengaruh reformasi perbankan terhadap efisiensi dan produktivitas perbankan suatu negara (Abdul Qayyum, 2010), (Abdel-Baki Monal A, 2010), analisis efisiensi Unit Usaha


(22)

Syariah Bank Pembangunan Daerah (Rama Dwi Laksana, 2009), hingga analisis efisiensi bank umum di Indonesia (Yuli Indrawati, 2009). Rata-rata hasil studi analisis produktivitas dan efisiensi perbankan yang ada selain mengukur kedua hal tersebut diatas juga mencari faktor apa yang mempengaruhi nya secara umum.

Sektor perbankan syariah di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat bahkan terus berlanjut hingga kini, selain meningkat secara umum pada masing-masing pos (jumlah bank/jumlah kantor) peningkatan juga dapat dilihat secara spesifik melalui jumlah kantor, bisa dilihat bahwa jumlah kantor pada laporan April 2010 adalah 918 unit, lebih banyak dibanding tahun 2005 yang hanya terdapat 301 unit untuk Bank Syariah, sementara peningkatan 179 unit terjadi pada Unit Usaha Syariah, dan tidak ketinggalan BPR yang tidak ada sama sekali dalam kurun waktu 2005-2006 berubah menjadi berjumlah 185 di tahun 2007 dan meningkat hingga 271 unit kantor di Bulan April 2010 (www.bi.go.id).

Dari latar belakang itulah penulis tertarik untuk melakukan analisis efisiensi dan produktivitas perbankan syariah di indonesia.


(23)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, pertama akan dibahas mengenai efisiensi perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan metode DEA VRS, DEA CRS, DEA Scale , kemudian dilanjutkan dengan analisis produktivitas perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan metode Malmquist Indeks (MI), baik dengan orientasi input ataupun output. Kemudian akan terlihat faktor apa yang mempengaruhi kedua hal tersebut diatas.. Berdasarkan penjabaran tersebut maka dabat dirumuskan pernyataan penelitian sebagai berikut :

1.Bagaimanakah efisiensi perbankan syariah di Indonesia ? 2.Bagaimanakah produktivitas perbankan syariah di Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama bertujuan untuk :

a. Menganalisis produktivitas perbankan syariah di Indonesia. b. Menganalisis efisiensi perbankan syariah di Indonesia. 2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu : a. Untuk akademisi, penelitian ini selain dapat menambah khazanah ilmu


(24)

perbankan syariah di Indonesia, juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

b. Untuk pemerintah, penelitian ini tidak hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja tetapi juga sebagai acuan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan selanjutnya yang berkaitan dengan perbankan syariah di Indonesia.

c. Untuk perusahaan (perbankan syariah), penelitian ini selain dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja juga dapat dijadikan acuan pemetaan posisi-posisi dirinya dibanding dengan para pesaing, juga dapat digunakan sebagai acuan untuk peningkatan kinerja kedepannya. d. Untuk nasabah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai instrumen untuk melihat kinerja perbankan syariah di Indonesia, menjadi acuan untuk memilih bank mana yang akan dijadikan tempat berinvestasi.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Fungsi Bank 1. Pengertian

Pengertian bank menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah:

(I) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan don meyalurkantrya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

(2) Bank umum bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (3) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang rnelaksanakan kegiatan

usaha secara konvensinnal atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Umum memiliki fungsi pokok sebagai berikut:

a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.


(26)

c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

Kegiatan usaha usaha bank umum yang diatur dalam UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis kegiatan sebagai berikut:

a. Penghimpunan dana

b. Penyaluran atau penggunaan dana

c. Pemberian jasa-jasa dalam lain lintas jasa pembayaran 2. Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Namun secara lebih spesifik Totok Sigit (Totok Sigit, 2009: 10) membagi fungsi bank sebagai berikut:

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik kembali simpanan dananya di bank.


(27)

b. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan, kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi selalu ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

c. Agent of Service

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

3. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan bank umum terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan saldo laba, daftar komitmen dan kontingensi, transaksi valuta asing dan


(28)

derivatif, kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum serta perhitungan rasio keuangan 4. Neraca Bank

Neraca bank menggambarkan sumber-sumber dana dan penggunaan dana bank, bank mendapat dana dengan cara menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka, kemudian mengalokasikannya dengan memberi pinjaman atau membeli surat-surat berharga, agar bank mendapat marjin, maka tingkat bunga kredit harus lebih tinggi dari biaya yang dibayarkan kepada dana. (Yuli Indrawati, 2009: 14-15), Masih merujuk kepada penelitian Yuli Indrawati, 2009 : 14-15).

a. Aktiva

Sisi neraca ini mencerminkan posisi kekayaan yang merupakan hasil penggunaan dana bank dalam berbagai bentuk. Penggunaan dana bank dilakukan berdasarkan prinsip prioritas. Di samping itu, kegiatan pengalokasian dana tersebut harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh bank sentral. Komposisi aktiva terdiri dari Alat Likuid, Giro pada Bank Lain, Penempatan pada Bank Lain, Surat-surat Berharga, Kredit yang diberikan, Penyertaan, Biaya Dibayar di Muka, Aktiva Tetap, Aktiva Sewaguna Usaha, dan Aktiva lain-lain

b. Kewajiban dan Ekuitas

Sisi kewajban dan ekuitas (pasiva) neraca bank mencerminkan kegiatan penghimpunan dana yang berasal dari berbagai sumber, dana bank pada dasarnya berasal dari masyarakat atau pihak ketiga dan modal


(29)

bank itu sendiri (ekuitas). Sisi kewajiban dan ekuitas terdiri dari Giro, Kewajiban segera lainnya, Tabungan, Deposito berjangka, Sertifikat Deposito, Surat berharga yang diterbitkan, Pinjaman yang diterima, Pinjaman Subordinasi dan Ekuitas.

c. Laporan Laba Rugi Bank

Laporan laba rugi bank menunjukkan jumlah pendapatan yang diterima dan beban yang dikeluarkan selama periode waktu tertentu, biasanya ada hubungan dekat antara besarnya principal item pada neraca bank dengan laporan laba rugi bank. Selain itu, aset pada neraca termasuk dalam mayoritas pendapatan operasional sementara hutang merupakan beban operasi terbesar bank. Sumber utama pendapatan bank adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari earning aset bank terutama pinjaman (loans) dan investasi, pendapatan tambahan diperoleh dari fee yang dibebankan untuk pelayanan tertentu (seperti processing check), beban yang dikeluarkan diantaranya adalah bunga yang dibayarkan ke nasabah, bunga hutang pada pinjaman non-deposit, cost of equity capital, gaji, upah dan bonus yang dibayarkan ke karyawan, biaya overhead yang berhubungan dengan physical plant bank dana yang disisihkan untuk kemungkinan pinjaman tidak tertagih, pajak dan beban lainnya.


(30)

B. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Dalam UU.No.7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN , disebutkan bahwa Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau ”berdasarkan prinsip syariah”, adapun makna prinsip syariah itu sendiri dijelaskan pada pasal 1 butir 13 dari UU No.7 Tahun 1992 Tentang perbankan yaitu

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Kemudian dilengkapi lagi dengan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 pasal satu dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.


(31)

2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

3. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.

5. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

6. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 7. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

8. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

9. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 10. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja


(32)

kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.

Dalam Kerangka Dasar Akuntansi Syariah, yang disusun oleh Dewan Standard Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia), Dewan Syariah Nasional (Majelis ulama Indonesia), Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan praktisi menjelaskan:

Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah. Walaupun ketentuan syariah bersumber dari hukum Islam, tidak berarti yang melaksanakan bank syariah termasuk nasabahnya beragama Islam (Muslim), banyak bank syariah yang dikelola oleh dan memiliki nasabah non-muslim, menunjukan kemajemukan yang sangat pesat, misal rasulpun pernah melakukan transaksi jual beli dengan Yahudi.


(33)

2. Kelompok Bank Syariah a. Bank Umum Syariah

Dalam kelompok ini seluruh unit kerja bank yang bersangkutan dari tingkat yang paling atas sampai dengan tingkat unit kerja yang paling bawah adalah menjalankan kegiatan usaha syariah. Sampai dengan tahun 2008 yang dikategorikan sebagai Bank Umum Syariah adalah:

1) Bank Muamalat Indonesia (BMI). 2) Bank Syariah Mandiri.

3) Bank Syariah Mega Indonesia. 4) Bank Syariah BRI. .

5) Bank Syariah Bukopin.

Dikategorikan Bank Umum Syariah jika seluruh strukur organisasi bank tersebut tunduk pada ketentuan syariah, baik dari kantor pusat sampai dengan kantor layanan entitas tersebut seluruhnya melaksanakan kegiatan syariah.

b. Cabang Syariah Bank Konvensional (Unit Usaha Syariah)

Dalam kategori ini adalah dimana sebuah Bank Umum memiliki usaha syariah sehingga menjalankan dua kegiatan usaha bank, dan dalam pendiriannya menggunakan modal induknya (Bank Konvensiobal) yang didapatkan selain dari unsur bunga ataupun itu yang diharamkan syariah.


(34)

c. BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah)

Kelompok ini adalah Bank Perkreditan Rakyat yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

3. Struktur Organisasi Bank Syariah

Struktur organisasi suatu perusahaan yang satu dengan yang lain dapat berbeda, sangat tergantung pada kebutuhan pimpinan perusahaan, untuk menggunakan organisasi sebagai alat mencapai tujuan perusahaan, namun demikian dalam perbankan syariah ada beberapa unit kerja atau fungsi yang harus dibentuk. Pada bank konvensional struktur organisasi tidak diatur sepenuhnya oleh Bank Indonesia, kecuali unit-unit tertentu untuk mendukung kepentingan Bank Indonesia dan bank yang bersangkutan seperti misalnya SKAI, Direktur Kepatuhan dan sejenisnya (Wiroso, Produk Perbankan Syariah, 2009: 41-51).

Perbedaan struktur dikarenakan adanya perbedaan yang cukup mendasar antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional yaitu :

(Sumber: Sigit dan Totok , 2009:157) Tabel 2.1

Perbedaan Bank Konvensional Dengan Syariah

Syariah Konvensional

Usaha halal Bebas nilai

Bagi hasil,Margin,Fee Bunga

Keuntungan berdasarkan kinerja Keuntungan tetap Profit dan falah oriented Profit oriented

Kemitraan Debitur-kreditur


(35)

4. Kegiatan Usaha Bank Syariah

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR 12 Mei 1999 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, prinsip kegiatan usaha syariah adalah :

a. Prinsip Kegiatan Usaha

1. Hiwalah: akad pemindahan utang piutang, dimana pihak yang menjadi penalang hutang akan menerima imbalan dari peminta pemindahan utang.

2. Ijarah: sewa menyewa dimana ketika masa sewa berakhir barang dikembalikan ke pemberi sewa.

3. Ijarah wa iqtina: sama dengan ijarah biasa hanya saja diakhir masa sewa barang sewaan akan menjadi hak milik penyewa.

4. Istishna: akad jual beli pesanan dimana pembayaran dilakukan secara bertahap.

5. Kafalah: pemberian jasa penjaminan yang diberikan suatu pihak kepada pihak lain, dimana pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran suatu utang yang menjadi hak penerima jaminan.

6. Mudharabah: akad antar pemilik modal dengan pengelola dengan rasio bagi hasil yang disepakati bersama, ada dua jenis mudhrabah:

a. Mutlaqah: kekuasaan penuh pengelolaan modal oleh mudharib

b. Muqayyadah: pengelolaan oleh mudharib ditentukan oleh pemilik modal (ex: jenis usaha, tempat).


(36)

7. Murabahah: akad jual beli dimana bank memberi barang yang diperlukan oleh nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan adalah harga jual kepada nasabah.

8. Musyarakah: akad kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif, pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan rasio yang telah disepakati.

9. Qardh: akad pinjaman yang harus dikembalikan sesuai dengan jumlah yang dipinjam, bank atau peminjam boleh meminta jaminan.

10. Qardh ul Hasan: akad qardh untuk tujuan sosial, cukup dikembalikan sesuai dengan jumlah pinjaman.

11. Al-Rahn: akad penyerahan harta dari nasabah sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang.

12. Salam: akad jual beli pesanan dimana biaya atau harga langsung dibayar lunas dimuka.

13. Sharf: akad jual beli Valas

14. Ujr: upah atau Imbalan yang diberikan atau diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan.

15. Wadiah: akad penitipan barang atau uang dengan tujuan untuk alasan keamanan maupun keselamatan, keamanan, serta keutuhannya, ada dua jenis wadiah :


(37)

a. Yad Amanah: pihak tertitip tidak diperkenankan menggunakan barang titipan, dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan yang bukan merupakan kelalaian tertitip.

b. Yad Dhamanah: pihak tertitip dengan atau tanpa izin boleh memanfaatkan barang titipan dan bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang, keuntungan atau manfaat dari penggunaan barang titipan adalah hak milik tertitip.

16. Wakalah: akad pemberian kuasa untuk mewakili pemilik kuasa. b. Kegiatan Usaha

1. Menghimpun Dana

a. Giro dengan prinsip wadiah.

b. Tabungan dengan prinsip wadiah atau mudharabah. c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. d. Bentuk lain berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah. 2. Menyalurkan Dana

a. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip mudharabah, istishna, ijarah, salam dan jual beli lainnya.

b. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip hiwalah, rahn, qardh, membeli, menjual dan atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip jual beli dan hiwalah. c. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan atau Bank Indonesia


(38)

3. Memberikan jasa-jasa:

a. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan nasabah berdasarkan wakalah.

b. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga

berdasarkan prinsip wakalah.

c. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadiah.

d. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaanya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.

e. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujr.

f. Memberikan fasilitas Letter of Credit (LC) berdasarkan prinsip wakalah, murabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadiah, serta memberikan fasilitas garansi bank berdasar prinsip kafalah. g. Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujr. h. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah. 4. Melakukan kegiatan lain seperti:


(39)

b.Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan rinsip musyarakah dan atau mudharabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. c.Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan

prinsip musyarakah dan atau mudharabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasar prinsip syariah.

d. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya.

e. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

f. Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah atau dana sosial lannya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan). 5. Melakukan kegiatan lain

Bank dapat melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui oleh DSN.


(40)

Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait, tren perkembangan industri perbankan syariah di dunia internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) maupun international best practices yang dirumuskan lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB (Islamic Financial Services Board), AAOIFI dan IIFM. Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat


(41)

nasional, dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar, dengan kata lain, perbankan syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional.Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri.

6. Grand Strategy Pengembangan Pasar

Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih


(42)

beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank. Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I, tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian target aset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target aset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target aset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.

Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparan, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai, sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.


(43)

Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.

Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.

Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah, dan

Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

C. Efisiensi dan Produktivitas 1.Efisiensi

Menurut Necmi K Avkiran, pengertian yang sangat dasar, efisiensi dapat didefinisikan sebagai "doing things the right way". Namun, definisi


(44)

yang lebih scientific mengartikan efisiensi sebagai "maximising a desired outcome with given resources". Definisi efisiensi yang biasa diketahui adalah rasio output terhadap input. Konsep efisiensi diawali dari konsep teori ekonomi mikro, yaitu teori produsen dan teori konsumen, teori produsen menyebutkan bahwa produsen cenderung memaksimumkan keuntungan dan meminimalkan biaya. Sedangkan di sisi lain, teori konsumen menyebutkan bahwa konsumen cenderung memaksimumkan utilitasnya atau tingkat kepuasannya (Yuli Indrawati, 2009: 15).

Menurut Sarjana (1999), ditinjau dari teori ekonomi ada dua macam pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi, efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makroekonomi, sementara efisiensi teknis mempunyai sudut pandang mikroekonomi, pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output, sedangkan dalam efisiensi ekonomi, harga tidak dapat dianggap sudah ditentukan (given). karena harga dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro (Yuli Indrawati, 2009:16).

Farrell M.J (1957: 259) mengemukakan bahwa efisiensi perusahaan terdiri dari dua komponen. yaitu:

1 .Efisiensi Teknis

Mencerminkan kemampuan untuk memproduksi output semaksimal mungkin dari input yang ada, efisien secara teknis bukan berarti efisien dalam hal efisiensi harga atau alokatif.


(45)

2. Efisiensi Alokatif/Harga

Allocative efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dalam proporsi yang optimal yang juga memasukkan perhitungan biaya, DMU dianggap efisien alokatif jika DMU menghasilkan outputnya dengan biaya seminimal mungkin dengan menggunakan minimal input.

Sementara Cooper W. Wiliam dkk., menyimpulkan bahwa ada beberapa jenis efisiensi yaitu, efisiensi alokatif atau harga, efisiensi skala, efisiensi produktif atau efisensi teknikal dan efisiensi campuran atau mix (skala/teknikal), dimana hal tersebut diperlengkap dengan teori Pareto-Koopmans, dimana efisiensi terjadi jika dan hanya jika tidak bisa lagi menambah input atau output tanpa memperburuk/mengurangi input atau output lainnya (Cooper W. Wiliam dkk. 2006: xxi).

Sedangkan menurut Avenzora (2008:3), efisiensi suatu industri adalah untuk memproduksi output maksimum dengan mengunakan input dalam jumlah tertentu, atau kemampuan sebuah industri untuk memproduksi sejumlah output tertentu, dengan menggunakan input dalam jumlah minimal.

2. Produktivitas

Menurut Samuelson Nordhaus, produktivitas adalah suatu konsep yang mengukur rasio dari total output terhadap rata-rata tertimbang dari input, adapun dua varian penting adalah produktivitas tenaga kerja,yang


(46)

menghitung jumlah output perunit tenaga kerja,dan produktivitas faktor total yang mengukur output perunit dari total input, meskipun skala hasil yang meningkat berpotensi besar dalam banyak sektor, pada beberapa ha skalahasil yang menurun justru terjadi (Samuelson Nordhaus, 2003 : 134)

Lebih lanjut, produktivitas pada dasarnya merupakan hubungan antara output dan input dalam sebuah produksi, produktivitas dapat diukur secara parsial maupun total, Produktivitas parsial merupakan hubungan antara output dengan satu input, contoh produktivitas parsial yang sering digunakan adalah produktivitas tenaga kerja yang menunjukan rata-rata output per tenaga kerja, atau produktivitas kapital yang menggambarkan rata-rata output perkapital. Produktivitas total atau biasa disebut Total Factor Productivity (TFP), mengukur hubungan antara output dengan beberapa input secara serentak, hubungan tersebut dinyatakan dalam rasio dari indeks output terhadap indeks input agregat, jika rasio meningkat berarti lebih banyak output dapat diproduksi menggunakan jumlah input tertentu atau sejumlah output dapat diproduksi dengan menggunakan lebih sedikit input (Avenzora, 2008: 3).

D. DEA (Data Envelopment Analysis)

Data Envelopment Analysis, sesuai dengan namanya merupakan metode yang mengamlopkan data observasi untuk membentuk frontier yang nantinya digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari objek penelitian, pemakaian DEA tidak hanya digunakan untuk entitas bisnis tapi bisa juga digunakan secara


(47)

Toko A B C D E F G H

Karyawan 2 3 3 4 5 6 6 8

Penjualan 1 3 2 3 4 2 3 5

luas untuk bentuk organisasi-organisasi lain termasuk sekolah, rumah sakit, unit-unit militer, negara, kota, dan lain-lain, untuk penggunaan yang lebih fleksibel, unit-unit satuan entitas tersebut maka digunakan istilah DMU (Decision Making Unit) atau UPK (Unit Pembuat Keputusan) dalam bahasa Indonesia, nilai hasil evaluasi dari metode DEA memiliki range 1-0 dimana semakin mendekati 1 berarti semakin efisien dan sebaliknya semakin mendekati nilai 0 semakin inefisien (W.Cooper William, et al, 2006: xx) Pendekatan DEA tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti perbedaan harga antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik-buruk nya data, observasi yang ekstrim, dan lain sebagainya sebagai faktor ketidakefisienan, dengan demikian metode non-parametrik ini dapat digunakan untuk mengukur inefisiensi secara lebih umum. Kelemahan dari pendekatan DEA adalah satu outlier dapat secara signifikan mempengaruhi perhitungan efisiensi dari setiap perusahaan, namun demikian hal tersebut tidak terlalu merisaukan, karena kedua pendekatan akan menghasilkan hasil yang mirip. Hal ini akan terjadi jika sampel yang dianalisis merupkan unit yang sama dan menggunakan proses produksi yang sama. DEA mempunyai keuntungan dimana DEA tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap dari bentuk produksi dan distribusi dari observasi dilain pihak pendekatan parametrik sangat tergantung pada asumsi mengenai data produksi dan distribusi (Avenzora, 2008: 3, 4).

Tabel 2.2


(48)

Secara sederhana konsep DEA dapat dijelaskan dengan Tabel 2.2, dimana digunakan satu variabel input dan satu variabel output jumlah pekerja dan penjualan disajikan disetiap kolom, di baris paling bawah tabel menunjukan hasil penjualan perkaryawan, salah satu tolak ukur produktivitas yang sering digunakan dalam analisis manajemen maupun analisis investasi, dari tabel data pengukuran diatas dapat juga disimpulkan bahwa B adalah UPK yang memiliki efisiensi tertinggi sementara F adalah UPK yang memiliki efisiensi terendah. Untuk pengukuran perbandingan efisiensi seterusnya maka UPK B dijadikan pembanding untuk yang lain, sehingga ukuran efisiensi perbandingan UPK bernotasi Produktivitas UPK X dibanding Produktivitas UPK B, nilai itulah yang merupakan hasil dari metode DEA (W.Cooper William, et al, 2006: 2-5).

Mengacu kepada penelitian sebelumnya, Yuli Indrawati, 2009, DEA Diperkenalkan pertama kali oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979, pendekatan DEA menentukan pendekatan yang berorientesi kepada tugas dan lebih memfokuskan kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit pembuat keputusan (Decision Making Unit). Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada evaluasi terhadap efisiensi relatif dari DMU yang sebanding, selanjutnya, DMU yang efisien tersebut akan membentuk garis frontier, jika DMU berada pada garis frontier, maka DMU tersebut dapat dikatakan efisien relatif dibandingkan dengan DMU yang lain dalam peer group-nya, selain menghasilkan nilai efisiensi masing-masing


(49)

DMU, DEA juga menunjukkan unit-unit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak efisien.

1.Asumsi DEA:

a.Entitas yang dievaluasi menggunakan set input yang sama untuk menghasilkan set output sang sama pula.

b. Data bernilai positif dan bobot dibatasi pada nilai positif. c. Input dan output bersifat variabel.

2.Keunggulan DEA:

a. Bisa menangani banyak input dan output

b.Tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.

c. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya

d. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda

3.Keterbatasan DEA

a. Bersifat simple specific

b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal.

c. Hanya mengukur produktivitas relatif dan bukan produktivitas mutlak. d. Uji hipotesis secara statistik DEA sulit dilakukan.


(50)

e. Menggunakan perumusan linear programing terpisah untuk tiap DMU (perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi untuk masalah berskala besar).

Konsep Pengukuran Efisiensi dengan DEA 1. Pendekatan dalam Input-Output

Konsep-konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input-output dalam tingkah laku dari institusi finansial pada metode parametrik maupun non-parametrik adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dalam Berger dan Humprey, 1997, dan Yuli Indrawati, 2009, yaitu:

a. Pendekatan Produksi (The Production Approach)

Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produser dari akun-akun deposit (deposit accounts) dan kredit pinjaman (loans), mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait, input-input dalam kasus ini dihitung sebagai upah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap (fixed assets) dan material lainnya.

b. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)

Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator, merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus kepada unit-unit defisit. Dalam hal ini input


(51)

Gambar 2.1

input institusional seperti biaya tenaga kerja dan modal dan pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investments).

c. Pendekatan Aset (The Asset Approach)

Yang terakhir adalah pendekatan aset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans): dekat sekali dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset-aset.

2. Orientasi dalam DEA

Terdapat dua orientasi yang digunakan dalam metodologi pengukuran efisiensi, yaitu :

a. Orientasi Input

Perspektif yang melihat efisiensi sebagai pangurangan penggunaan input meski memproduksi output dalam jumlah yang tetap. Cocok untuk industri dimana manajer memiliki kontrol yang besar terhadap biaya operasional.


(52)

b. Orientasi Output

Perspektif yang melihat efisiensi sebagai peningkatan output secara proporsional dengan menggunakan tingkat input yang sama, cocok untuk industri dimana unit pembuat keputusan diberikan kuantitas resource dalam jumlah yang fix dan diminta untuk memproduksi output sebanyak mungkin dari resource tersebut. Perbedaan antara orientasi input dan output model DEA hanya terletak pada ukuran yang digunakan dalam menentukan efisiensi (yaitu dari sisi input dan output), namun semua model (apapun orientasinya), akan mengestimasi frontier yang sama.

3. Pendekatan Optimasi a.Constant Return to Scale

Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi constant return to scale yang membawa implikasi pada bentuk efficient set yang linier. Model constant return to scale dikembangkan oleh Climes, Cooper dan Rhodes (model CCR), model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan

Gambar 2.2 Proyeksi Frontier Orientasi Output Model CCR


(53)

output adalah sama (constant return to scale). Artinya jika ada tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal.

Untuk masing-masing DMU akan dihitung pengukuran rasio output terhadap input, u2’yi/v’xi, dimana u adalah M x 1 adalah bobot output dan s adalah K x I merupakan bobot input. Untuk memilih bobot optimal, diperlukan persamaan matematika sebagai berikut:

Maxu,v (u’yi/v’xi),

St u’yj/vx’xj ≤ 1, j = 1,2,…,N, u, v ≥ 0.

( Persamaan 2, 1 )

Persamaan diatas merupakan solusi untuk u dan v yang dibatasi dengan constraint bahwa efisiensi harus bernilai lebih kecil atau sama dengan satu, permasalahan dari persamaan diatas adalah adanya kemungkinan infinite number, untuk mencegah hal tersebut, maka v'x = 1, sehingga :

maxµ,v (µ’yi), st v’xi = 1,

µ’yj – v’xj ≤ 0, j = 1,2,…,N, µ, v ≥


(54)

Gambar 2.3

Frontier Efisiensi Model CCR

Dimana terjadi perubahan notasi dari u dan v mcnjadi u dan v yang merefleksikan transformasi, bentuk ini disebut bentuk multiplier dari linear programming.

Dengan menggunakan program linear duality. maka dapat diturunkan persamaan bentuk envelopment yaitu :

Min ӨλӨ, St –yi + Yλ≥ 0, Өxi – Xλ≥ 0

λ≥ 0

θ adalah skalar dan λ adalah N x 1 vektor konstanta. θ adalah nilai efisiensi untuk DMU ke I, dan hasilnya akan memenuhi θ ≤ I. Nilai 1 mengindikasikan titik pada frontier dan DMU dikatakan efisien secara teknis, program linear tersehut harus diselesaikan sebanyak N kali untuk masing-masing DMU.

b. Variable Return to Scale

Model ini dikembangkan oleh BCC (Banker, Charnes Cooper) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum


(55)

beroperasi pada skala yang optimal, asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variable return to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali.

Rumus VRS dapat dituliskan dengan program matematika seperti berikut ini:

Min λӨ Ө, St –yi + Yλ≥ 0, Өxi – Xλ≥ 0, N1’λ = 1 λ = 0

( Persamaan 2, 4)

N1’λ = I adalah menyatakan bahwa unit yang inefisien hanya akan dibandingkan dengan unit yang memiliki ukuran yang sama, saat CRS. Unit yang inefisien dapat saja dibandingkan dengan unit yang lebih besar atau lebih kecil darinya, model output oriented VRS adalah sebagai berikut:

Maxφ,λφ, st – φyi + Yλ≥ 0, xi –Xλ≥ 0, N1’λ = 1 λ≥ 0

( Persamaan 2, 5)

Dimana 1 ≤ φ ≤ ∞,dan φ-1 merupakan peningkatan output secara proporsional yang dapat dicapai oleh DMU, dengan kuantitas input yang ada.


(56)

Gambar 2.4 Output Oriented DEA

(Coelli Tim, A Guide to DEAP Version 2.1, 1996: 23)

Contoh DEA output-oriented dapat dilihat pada gambar titik observasi dibawah kurva dan yang berada pada bagian kanan dari titik aksis merupakan output slack. Contohnya. titik P akan diproyeksikan ke titik P' yang terletak pada frontier tapi titik ini bukan merupakan titik yang efisien karena Y1 masih dapat ditingkatkan kembali sejumlah tanpa harus menambah input. AP' disebut juga sebagai outputslack.

Gambar 2.5

Frontier Efisien Model BCC ( Yuli Indrawati, 2009: 34)


(57)

0

Gambar 2.6

Hubungan CRS, VRS, dan Scale Efficiency Yuli Indrawati, 2009: 34

c. Scale Efficiency

Gambar 2.5 merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara CRS, VRS, dan Scale Efficiency, dan juga optimasi orientasi input dan output, gambar ini menggunakan kombinasi satu input dan satu output.

Garis efisien frontier CRS digambarkan pada 0N, sementara garis efisien frontier VRS direpresentasikan oleh PQR, DMU A adalah contoh unit kerja inefisien, setelah membawa unit A ke frontier VRS(K) dengan meminimumkan input Z dan mempertahankan output Y konstan maka akan diperoleh PTE unit A adalah Zk/Za, Hal yang sama juga berlaku jika menggunakan asumsi outputmaximization maka PTE unit A adalah YA/YM.

Jika A diproyeksikan ke L maka orientasi yang digunakan adalah efisiensi CRS, dengan orientasi input minimisasi maka efisiensi CRS adalah rasio ZL/ZA, hal yang sama juga berlaku untuk output maksimisasi yaitu rasio YA/YN merupakan efisiensi CRS,


(58)

karena slope frontier efisiensi CRS sama dengan satu, maka ZL/ZK= YA/YN, yang mengindikasikan bahwa perubahan orientasi input -output tidak akan mengubah nilai efisiensi CRS.

Dengan ilustrasi diatas maka input dan output scale efficiency adalah ZL/ZK dan YM/YN, oleh karena itu dengan merubah asumsi dari CRS ke VRS maka akan ditemui lebih banyak unit yang efisien, ini terjadi karena frontier VRS menyelimuti titik data lebih dekat daripada frontier CRS.

E. Malmquist Index Productivity (MPI)

Indeks Produktivitas Malmquist atau singkatnya Indeks Malmquist adalah indeks bilateral yang digunakan untuk membandingkan teknologi produksi dua unsur ekonomi, Indeks Malmquist berlandaskan pada konsep fungsi produksi, yang mengukur fungsi produksi maksimum dengan batasan input yang sudah ditentukan.

Penggunaan Indeks Produktivitas Malmquist karena indeks tersebut mempunyai beberapa karakteristik yang menguntungkan, pertama, Indeks Malmquist merupakan metode non-parametrik sehingga tidak memerlukan spesifikasi bentuk fungsi produksi, kedua, indeks ini tidak memerlukan asumsi perilaku ekonomi unit produksi seperti minimisasi biaya atau maksimisasi profit, sehingga sangat berguna apabila tujuan dari produsen berbeda-beda atau tidak diketahui, ketiga, penghitungan indeks tidak memerlukan data harga-harga, yang seringkali tidak tersedia, keempat, Indeks Produktivitas


(59)

Malmquist dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu perubahan efisiensi dan perubahan teknologi. Hal ini sangat berguna karena analisa dapat dilakukan secara lebih spesifik menurut komponen (Avenzora, 2008: 6). Menurut Fare, Grosskopf dan Lovell (1994), Malmquist Index berorientasi input, bisa diformulasikan sebagai berikut :

Dimana I mengindikasikan sebagai orientasi input, M adalah produktivitas dari dari titik produksi sebelumnya (x¹+1 , y¹+1 ), (menggunakan periode teknologi t +1), berhubungan relatif dengan titik produksi sebelumnya (x1, y1) (menggunakan teknologi periode t), D adalah fungsi jarak input, dan semua variabel yang sebelumnya dijelaskan. Nilai yang lebih besar dari satu mengindikasikan pertumbuhan produktivitas yang positif yang

berada diantara dua periode (Worthingthon, 1999: 5). Merujuk pada Fare, Grosskopf, Lindgrend dan Roos (1993), rumus tersebut juga dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:

Atau

(Persamaan 2.6)

(Persamaan 2.7)

M = E . P


(60)

Dimana

E =

P =

Adapun M (Malmquist Index) adalah hasil dari pengukuran proses tehnis P yang diukur sebagai frontier periode t + 1 dan periode t dengan perubahan efisiensi E dalam periode yang sama. Sedangkan untuk Malmquist Index output, juga menggunakan rumus yang sama dengan tersebut di atas (Sufian Fadzlan, 2009: 123).

F. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian (Syed Abdul Malik, 2010), fokus kepada pengukuran efisiensi bank-bank di Arab Saudi menggunakan data tahun 2003-2008, pengambilan data dilakukan dari data internet dimana hanya menemukan 10 dari 12 data bank di Arab Saudi, menggunakan metode DEA Input-Oriented baik CRS maupun VRS menghasilkan hanya dua bank yang mendapatkan poin efisiensi penuh yaitu 1 poin, meskipun secara empiris juga membuktikan bahwa sebagian besar bank-bank di Arab Saudi secara rata-rata sudah bekerja secara efisien, dan data empiris juga mengindikasikan dua bank tersebut dijadikan patokan pengukuran efisiensi bank lainnya.

Penelitian (Yuli Indrawati, 2009), membahas efisiensi bank umum di Indonesia periode 2004-2007 dengan menggunakan data 127 bank umum,


(61)

metodologi yang digunakan adalah non parametrik, Data Envelopment Analysis, untuk menganalisis efisiensi teknikal, analisis efisiensi dilakukan secara keseluruhan dan perkelompok bank berdasarkan kepemilikannya. kemudian, menggunakan uji KoreIasi Spearman untuk melihat determinan efisiensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bank umum di Indonesia relatif belum efisien dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 0,569 selama periode penelitian 2004-2007 juga menunjukkan bahwa bank milik pemerintah menjadi kelompok bank yang paling efisien, hasil lainnya juga menunjukkan bahwa profitabilitas dan aset bank berhubungan positif dengan efisiensi.

Penelitian (Rama Dwi Laksana, 2010), penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi relatif pada BPD Unit Usaha Syariah di Indonesia dengan menggunakan metode non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) berdasarkan pendekatan intermediasi dengan Constant Return to Scale (CRS) dan Variable Return to Scale (VRS). DEA adalah teknik program linear yang digunakan untuk mengevaluasi proses pembuatan keputusan di sebuah unit dengan menilai inefesiensi pada kombinasi input (slack variable) dalam hubungan antarbank. Pada kasus ini, unit BPD syariah berhubungan dengan unit BPD syariah lain dalam bentuk sample, lalu proses ini dibandingkan dengan inefisiensi pada unit BPD syariah agar bisa menghasilkan masing-masing nilai efisiensi. Nilai efisiensi berada antara nol dan satu, tingkat efisiensi unit BPD syariah dinilai sebagai satu proses. Nilai efesiensi unit BPD syariah tidak menunjukkan arti bahwa unit tersebut telah


(62)

memberikan hasil yang maksimal, tetapi memberikan hasil yang terbaik di antara sampel-sampel yang ada.

Hasil menunjukkan bahwa unit BPD syariah di Indonesia secara teknis telah efisien (82,5%) berdasarkan pendekatan intermediasi dengan menggunakan model CRS dan VRS (88%). Skala efesiensi unit BPD syariah adalah efisien (93%).

Penelitian (Setiawan Imam, 2007), penelitian ini bertujuan untuk melihat efisiensi perbankan dan memecah tingkat efisiensi dari masing-masing komponen biaya yang digunakan penyaluran kredit sehingga diketahui komponen biaya apakah yang tidak efisien penyaluran kredit perbankan dan bagaimana komponen biaya ini dapat dipebaiki, selain itu penelitian ini juga berusaha menghitung mark-up laba perbankan dari waktu-kewaktu apakah besaran mark-up makin membesar ataukah mengecil, juga akan dilihat bagaimana pengaruh dan tingkat resiko yang diambil perbankan. Juga akan dilihat apakah terdapat price leadership di dalam perbankan Indonesia. Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa metodologi yaitu DEA untuk menghitung efisiensi perbankan, metode mark-up untuk menghitung mark-up perbankan, Orangger Causality Test untuk melihat adakah price leadership di dalam perbankan, sedangkan untuk mnelihat perubahan pengeompokan perbankan ketika kebijakan penurunan suku bunga akan digunakan metode cluster. Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa inefisiensi perbankan di Indonesia umumnya disebabkan oleh inefisiensi biaya operasi dan inefisiensi biaya kredit rupiah, tingginya inefisiensi biaya operasi lebih disebabkan


(63)

karena besarnya komponen biaya operasional lainnya dalam struktur biaya perbankan sedangkan dalam biaya kredit rupiah diindikasikan karena masih cukup besarnya excess reserve rupiah perbankan yang ditempatkan di Bank Indonesia kemudian walaupun bank-bank pembentuk DEA dianggap sebagai bank yang efisien, ternyata masih tingginya net interest margin, ini lebih disebabkan tingginya mark-up keuntungan juga tingginya mark-up resiko. Tingginya mark-up keuntungan lebih disebabkan oleh price factor shifting dari aset perbankan yang nilainya turun seperti SBI dan SUN sehingga kemudian faktor harga ini kemudian di pindahkan kepada komponen biaya kredit. Hal ini dimungkinkan karena kurang elastisnya demand kredit terhadap suku bunga terutama debitur kecil. Tingginya mark-up resiko umumnya disebabkan oleh belum pulihnya ekspektasi usaha di Indonesia.

Penelitian (Sufian Fadzlan: 2007), penelitian ini dilakukan untuk mengukur efisiensi dan produktivitas Industri Perbankan Islam Malaysia, dan membandingkan antara Bank Islam dalam negri dengan Bank Islam luar negeri, dengan metode Indeks Malmquist, dan pendekatan intermediasi input -output. Penelitian ini menyatakan bahwa produktivitas Perbankan Islam Malaysia membentuk kurva-U terbalik, dimana terjadi 8,4% nilai produktivitas ditahun 2002, kemudian meningkat menjadi 11,2% ditahun 2003 sebelum akhirnya menurun menjadi 4,6% di tahun 2004. Hasil penelitian juga mengindikasikan perbankan Islam Malaysia yang mengalami kemajuan produktivitas akibat kemajuan teknologi kebanyakan berasal dari bank yang berasal dalam grup menengah, sementara sebaliknya, bank-bank kecil


(64)

mengalami penurunan yang diakibatkan faktor teknologi, sehingga dapat disimpulkan bahwa bank-bank Islam kecil di Malaysia mengalami keterbatasan untuk bersaing dengan bank lainnya dikarenakan faktor kemajuan teknologi.

Kesimpulan dari penelitian sebelumnya adalah baik teknik DEA dan Indeks Malmquist sudah menjadi teori yang umum untuk mengukur efisiensi dan produktivitas perbankan dengan metode intermediasi, adapun keunggulan dari penelitian ini adalah berfokus kepada Perbankan Syariah Indonesia pada periode 2007-2009.

G. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan data dan teori yang dihimpun untuk penelitian Perbankan Syariah di Indonesia ini, kerangka pemikiran penelitian dimulai dari pencarian data variabel input dan output, secara pendekatan intermediasi dari laporan keuangan objek penelitian, kemudian data-data tersebut di proses menggunakan software DEAP 2.1 sehingga dapat diketahui seberapa besar nilai DEA yang mencerminkan efisiensi dan seberapa besar juga nilai Indeks Malmquist yang mencermunkan produktivitas, penelitian dilanjutkan dengan menganalisa korelasi antara aset dengan efisiensi dan produktivitas, yaitu dengan cara melakukan mengkorelasikan variabel aset dengan efisiensi dan produktivitas yang diwakili dengan nilai DEA dan Indeks Malmquist menggunakan analisis Korelasi Spearman, secara visual dapat disampaikan


(65)

Gambar 2.7

Bagan Kerangka Pemikiran

oleh gambar bagan kerangka pemikiran, dan secara detail disampaikan pula bagan teknis penelitian sebagai berikut :.


(66)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan melihat efisiensi bank-bank syariah (UUS dan BUS) di

Indonesia secara umum dan peningkatan perubahan produktivitas, penelitian ini

menggunakan pendekatan non-parametris (DEA) karena konsep DEA sendiri

tidak memerlukan berbagai asumsi tentang bentuk fungsi matematis. DEA hanya

mengukur kinerja maksimal bagi setiap DMU relatif terhadap seluruh DMU.

DMU lain yang ada didalam sebuah populasi yang di observasi dengan gambaran

apakah DMU tersebut berada pada atau dibawah garis batas ekstrim.

Menurut Epstein and Henderson 1989 dalam (Yuli Indrawati, 2009: 37)

bahwa DEA mempunyai beberapa keuntungan relatif dibandingkan dengan tehnik

parametrik. Dalam mengukur efisiensi, DEA mengidentifikasi unit yang

digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari penyebab dan

jalan keluar dari ketidak-efisienan, yang merupakan keuntungan utama dalam

aplikasi manajerial sementara itu pendekatan intermediasi akan digunakan dalam

penelitian ini karena Grifell-Tatje dan Lovell (1997) dalam (Yuli Indrawati, 2009:

37) menyebutkan bahwa pendekatan produksi dipilih ketika analisis fokus pada

produktivitas bank, sedangkan pendekatan lainnya paling cocok digunakan saat

fokus analisisnya adalah profitabilitas bank.


(67)

Berger dan Humprey berpendapat bahwa pendekatan intermediasi lebih tepat

untuk mengevaluasi institusi keuangan secara keseluruhan sementara pendekatan

produksi lebih baik digunakan untuk mengevaluasi cabang-cabang institusi

keuangan (Berger dan Humprey, 1997: 30), Casu dan Molineux berpendapat

bahwa pendekatan intermediasi unggul dalam mengevaluasi pentingnya efisiensi

frontier terhadap profitabilitas institusi keuangan karena minimisasi

total cost

diperlukan untuk memaksimumkan profit dan bukan hanya meminimumkan biaya

produksi itu sendiri (Casu dan Molineux, 1999: 12), selain itu, kebanyakan studi

litelatur yang ada sepakat, dengan fungsi dasar yang dijalankan bank adalah

sebagai lembaga intermediasi dan menggunakan pendekatan intermediasi dalam

penelitiannya (Yuli Indrawati, 2009, Sufian Fadzlan, 2007 ).

Analisis yang digunakan adalah dengan asumsi CRS (Constant Return to

Scale) dan VRS (Variabel Return to Scale) yang berorientasi

output dan

input,

kemudian penelitian ini akan diperkaya dengan perubahan efisiensi dan

produktivitas bank, dengan menggunakan metode Malmquist Index, penelitian ini

akan menggunakan data laporan keuangan tahunan bank-bank umum di Indonesia

yang diambil dari data laporan keuangan perbankan syariah periode 2007-2009

awal yang tersedia di

website BI (

www.bi.go.id

) maupun di website


(1)

80

Lampiran 2

Kolmogorov-Smirnov Test Daftar Nama Bank


(2)

81 X dan Y Semua Bank


(3)

82 Lampiran 4

Hasil DEAP 2.1 DEA


(4)

83 Hasil DEAP 2.1


(5)

84 SPSS 16


(6)

85 Lampiran 7

Perbandingan BUS dan UUS Input Oriented

CRS AVG

(2007-2009) VRS AVG (2007-2009)

SCALE AVG

(2007-2009) Scoring

Rata-rata

BUS 71.86 89.4 92.86 254 85

UUS 83.5 90.68333333 88.56666667 263 88

UUS

BUS 80.04509804 90.31568627 89.82941176

Output Oriented CRS AVG

(2007-2009) VRS AVG (2007-2009)

SCALE AVG (2007-2009)

BUS 71.86 92.71333333 87.35538849 252 84

UUS 83.45555556 90.93888889 90.73764129 265 88

UUS