Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Ikan Pelagis Kecil yang Didaratkan di PPS Belawan Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara

34

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

35

Lampiran 1. Sampel Ikan dan Air Laut

Gambar 1.Air Laut Belawan

Gambar 3.Ikan Kembung

Gambar 5.Cool Box

Gambar 2. Ikan Layang

Gambar 4. Timbangan Digital

Gambar 6. Kapal Nelayan


Universitas Sumatera Utara

36

Lampiran 2. Kegiatan di PPS Belawan

Gambar 1.Pembongkaran ikan dari kapal

Gambar 2.Penyortiran ikan

Gambar 3.Penimbangan ikan

Gambar 4.Penyusunan ikan

Gambar5.Pembongkaran ikan dipasar

Gambar 6. Kegiatan di KUD

Universitas Sumatera Utara


37

Lampiran 3. Pembuatan Larutan Baku Pb (Settle, 1997)

1. Pembuatan Larutan Baku Pb 1000 ppm
0,3966 gram Pb (NO3)2






Dimasukkan kedalam gelas kimia
Dilarutkan dengan aquades
Diatur pH sekitar 3
Dimasukkan kedalam labu takar 250 mL
Diimpitkan dengan aquades

Larutan Baku Pb 1000 ppm

2. Pembuatan Larutan Baku Intermediet Pb 100 ppm
Larutan Baku Pb 1000 ppm
− Dipipet sebanyak 10 mL
− Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
− Diencerkan dengan aquades hingga
tanda batas
− Dihomogenkan
Larutan Baku Pb 100 ppm
3. Pembuatan Larutan Baku Kerja
Larutan Baku Pb 100 ppm
− Dipipet dengan variasi konsentrasi 0,08;
0,24; 0,72; 2,16 ppm
− Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
− Diatur pH sekitar 3
− Diencerkan dengan aquades hingga
tanda batas
− Dihomogenkan
Hasil

Universitas Sumatera Utara


38

Lampiran 4. Hasil Identifikasi Logam Timbal dari BARISTAND Medan
Jenis Ikan
Ikan Layang

Ikan Kembung

Ikan Tembang

Minggu
I
II
III
I
II
III
I
II

III

Air Laut (ppm)
0,17
0,19
0,20
0,17
0,19
0,20
0,17
0,19
0,20

Ikan (ppm)
0,5
0,62
1,18
0,24
0,50
0,97

0,23
0,42
0,50

Universitas Sumatera Utara

39

Lampiran 5. Perhitungan Koefisien Korelasi Logam Pb pada Ikan
1. Logam Pb pada Ikan Layang
Minggu
X
Y
XY
X2
1
0.17
0.50
0.085
0.0289

2
0.19
0.62
0.1178
0.0361
3
0.20
1.18
0.236
0.04

0.56
2.3
0.4388
0.105
Rata-rata 0.1867
0.7667
Keterangan : X = air laut
Y = ikan
n∑xy − ∑x∑y

3x0.4388 − 0.56x2.3
1.3164 − 1.288
b=
=
=
=
2
2
2
�∑� − (∑�)
3x0.105 − (0.56)
0.315 − 0.3136
b= 20.286

Y2
0.25
0.3844
1.3924
2.0268


0.0284
0.0014

Y = a+bX
a = Y – bX = 0.7667 – 20.286x0.1867 = 0.7667- 3.787 = - 3.020
Jadi, persamaan regresi linearnya adalah
Y = a +bX
Y = - 3.020 + 20.286X
�=

n∑XY −∑X ∑Y

��∑X 2 −(∑X)2 (n∑Y 2 −(∑Y)2 )
0.0284

r =0.0333 = 0.8611

=

3x0.4388 −0.56∗2.3


�(3x0.105−(0.56)2 )(3x2.0268 −(2.3)2 )

=

1.3164 −1.288

√0.0014 x0.7904

2. Logam Pb pada Ikan Kembung
Minggu
1
2
3

Rata-rata

X
0.17
0.19

0.20
0.56
0.1867

Y
0.24
0.50
0.97
1.71
0.57

XY
0.0408
0.095
0.194
0.3298

X2
0.0289
0.0361
0.04
0.105

Y2
0.0576
0.25
0.9409
1.2485

3x0.3298 − 0.56x1.71
0.9894 − 0.9576
0.0318
n∑xy − ∑x∑y
=
=
=
2
2
2
3x0.105 − (0.56)
0.315 − 0.3136
0.0014
�∑� − (∑�)
b = 22.714
b=

Y = a+bX
a = Y – bX = 0.57- 22.714*0.1867 = 0.57- 4.241 = - 3.671

Universitas Sumatera Utara

40

Lampiran 5. Lanjutan
Jadi, persamaan regresi linearnya adalah
Y = a+bX
Y = -3.671 + 22.714X
�=

n∑XY −∑X ∑Y

�(�∑X 2 −(∑X)2 ) (n∑Y 2 −(∑Y)2 ))

0.0318

3x0.3298−0.56∗1.71

=

r = 0.0339 = 0.938

=

�(3x0.105−(0.56)2 )(3x1.2485 −(1.71)2 )

0.9894−0.9576
�(0.0014 x0.8214)

3. Logam Pb pada Ikan Tembang
Minggu
X
Y
XY
X2
1
0.17
0.23
0.0391
0.0289
2
0.19
0.42
0.0798
0.0361
3
0.20
0.50
0.10
0.04

0.56
1.15
0.2189
0.105
Rata-rata
0.1867
0.3833
n∑xy − ∑x∑y
3x0.2189 − 0.56x1.15
0.6567 − 0.644
b=
=
=
=
2
2
2
�∑� − (∑�)
3x0.105 − (0.56)
0.315 − 0.3136
b = 9.0714
Y = a+bX
a = Y – bX = 0.3833 – 9.0714x0.1867 = 0.3833 - 1.694 = -1.3107
Jadi, persamaan regresi linearnya adalah
Y = a+bX
Y = -1.3107 + 9.0714X
�=

n∑XY −∑X∑Y

�(�∑X 2 −(∑X)2 ) (n∑Y 2 −(∑Y)2 )
0.0127

r = 0.01271 = 0.9992

=

3x0.2189−0.56x1.15
�(3x0.105−(0.56)2 )(3x0.4793−(1.15)2 )

=

Y2
0.0529
0.1764
0.25
0.4793
0.0127
0.0014

0.6567 −0.644

√0.0014 x0.1154

4. Logam Pb pada Seluruh Sampel Ikan
Minggu
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Rata-rata

X
0.17
0.19
0.20
0.17
0.19
0.20
0.17
0.19
0.20
1.68
0.1867

Y
0.50
0.62
1.18
0.24
0.50
0.97
0.23
0.42
0.50
5.16
0.5733

XY
0.085
0.1178
0.236
0.0408
0.095
0.194
0.0391
0.0798
0.10
0.9875

X2
0.0289
0.0361
0.04
0.0289
0.0361
0.04
0.0289
0.0361
0.04
0.315

Y2
0.25
0.3844
1.3924
0.0576
0.25
0.9409
0.0529
0.1764
0.25
3.7546

Universitas Sumatera Utara

41

Lampiran 5. Lanjutan
9x0.9875 − 1.68x5.16
8.8875 − 8.6688
0.2187
n∑xy − ∑x∑y
=
=
=
9x0.315 − (1.68)2
2.835 − 2.8224
0.0126
�∑� 2 − (∑�)2
b = 17.3571
Y = a+bX
a = Y – bX = 0.5733- 17.3571*0.1867 = -2.6673

b=

Jadi, persamaan regresi linearnya adalah
Y = a+bX
Y = -2.6673 + 17.3571X
�=

r=

n∑XY −∑X∑Y

�(�∑X 2 −(∑X)2 ) (n∑Y 2 −(∑Y)2 )

8.8875 −8.6688

√0.0126 x7.1658

0.2187

=

9x0.9875−1.68x5.1

�(9x0.315−(1.68)2 )(9x3.7546 −(5.16)2 )

= 0.3005 = 0.7278

Universitas Sumatera Utara

32

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B., Deswati dan U. Loekman. 2012. Analisis Kandungan Logam Cd, Cu,
Cr dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung,
Kota Padang. Jurnal Teknik Lingkungan Unand. Vol. 9 (2) : 139-145.
Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 7387 : 2009. Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan. Jakarta.
Chaira, G.D. 2010. Kajian Stok Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella
maderensisLowe, 1838) di Perairan Teluk Jakarta dengan Menggunakan
Sidik Frekuensi Panjang. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Darmono.1995.Logam
dalam
Indonesia, Jakarta.

SistemMahluk

Hidup.PenerbitUniversitas

Darmono.2001.Lingkungan Hidup dan Pencemaran:Hubungan dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Fandri, D. 2012. Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Kembung Lelaki
(Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1878) di Selat Sunda. [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Grace, L., T.Z. Ulqodry dan W.A.E. Putri. 2011. Kandungan Logam Berat Pb
dalam Muatan Padatan Tersuspensi dan Terlarut di Perairan Pelabuhan
Belawan dan Sekitarnya Provinsi Sumatera Utara. Maspari Jurnal. Vol. 2
(5): 48-53.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51/MENKLH/2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk
Perairan Pelabuhan. Jakarta.
Mangampe, A., A. Daud dan A.B. Birawida. 2014. Analisis Risiko Timbal (Pb)
dalam Ikan Kembung dan Kerang Darah pada Masyarakat di Wilayah
Pesisir Kota Makassar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Palar, H. 1994.Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Palar H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rieneka
Cipta, Jakarta.
Perdanamihardja, Y.M.M. 2011.Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier, 1878) di Perairan Teluk Jakarta Provinsi DKI Jakarta.
[Tesis]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Prabowo, R. 2005. Akumulasi Kadmium pada Daging Ikan Bandeng. Jurnal IlmuIlmu Pertanian. Vol.1(13): 01-08.

Universitas Sumatera Utara

33

Prihartini, A. 2006.Analisis TampilanBiologis Ikan Layang Hasil TangkapanPurse
Seine yang Didaratkan di PPN Pekalongan.Universitas Diponegoro,
Semarang.
Purba, F. D. 2009. Analisis Pencemaran Logam Berat pada Air Sumur Bor dengan
Metode Spektrofotometri untuk dapat Digunakan Sebagai Air Minum di
Kecamatan Medan Belawan. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Rahmi, F. 2012. Pola Sebaran dan Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata Valenciennes, 1847) di Labuan Kabupaten Pandeglang Banten.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Riani, E. 2004. Dampak Bahan Pencemar terhadap Kecacatan dan Kepunahan
Organisme Laut. WWF, Indonesia.
Rochyatun, E. 1997. Distribusi Logam Berat dalam Air dan Sedimen di Perairan
Muara Sungai Cisadane. Makara Sains. Vol. 10 (06) : 35-40.
Settle, F.A. 1997. Handbook of Instrumental Techniques For Analytical
Chemistry. Prentice-Hall, New Jersey.
Setyawan, H. 2013. Akumulasi dan Distribusi Logam Berat pada Vegetasi
Mangrove di Perairan Pesisir Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kehutanan.
Vol. 7 (10) : 11-18.
Siahainenia, L. 2001. Pencemaran Laut, Dampak dan Penanggulangannya.
Makalah Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tarigan, Z. 1990. Prinsip Dasar Metode Analisa Anatomic Absorpsion
Spectrophotometer. Majalah Semi Populer, Ambon. Vol. 14 (03) : 63-64.
Walpole, R. E. 1982. Pengantar Statistika, Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
World Health Organization. 2010. Explosure to Mercuri: A Major Public Health
Concern.
Wulandari, E. 2010. Kandungan Logam Berat Pb pada Air Laut dan Tiram
Saccostrea glomerata sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Prigi,
Trenggalek, Jawa timur. Jurnal Penelitian Perikanan. Vol. 09 (09) : 01-08.

Universitas Sumatera Utara

15

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2016 yang meliputi
pengambilan sampel ikan di PPS Belawan dan air perairan laut Belawan, analisis
sampel di laboratorium dan analisis data hasil penelitian. Analisis sampel dan
pengukuran kadar logam berat timbal dengan metode SSA dilakukan di
Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

Gambar 5. Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong plastik
bening, botol sampel,coolbox, kertas label, kamera digital, Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) buck scientific 205, oven spn 150 sfd model spnisofd, neraca
digital ohaus model No.AP 110, hotplate, kertas saring Whatmann 42, cawan
petri, lumpang porselin,desikator, timbangan analitik dan alat-alat gelas yang
umum digunakan di laboratorium.

Universitas Sumatera Utara

16

Bahan-bahan yang digunakan meliputi sampel ikan pelagis kecil (ikan
Kembung, ikan Layang dan ikan Tembang) yang didaratkan di PPS Belawan,
sampel air dari perairan Belawan, es batu, dan pereaksi kimia untuk analisis
logam berat dari hasil perikanan laut. Sampel ikan dan air laut dapat dilihat pada
Lampiran 1.

Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap minggu selama 3 minggu
bekerjasama dengan nelayan tradisional yang menggunakan alat tangkap gill
netdengan jarak tangkapan ±3 mil dari pelabuhan dan hasilnya didaratkan di KUD
PPS Belawan masing-masing sebanyak 3 ekor. Sampel air diambil dari perairan
Belawan di lokasi penangkapan ikan pelagis kecil sebanyak 3 kali dalam tiga
minggu masing-masing 50 ml. Kegiatan di PPS Belawan dapat dilihat pada
Lampiran 2.

Preparasi Sampel
Ikan Pelagis Kecil
Sampel ikan dipisahkan daging dari tulangnya kemudian daging ikan dicuci
dengan aquades hingga bersih dan ditiriskan selama beberapa jam. Homogenkan
dengan menggunakan lumpang porselin.
Penentuan Kadar air
Daging ikan yang telah dihomogenkan ditimbang dengan teliti sebanyak
10gr kedalam cawan petri yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian

Universitas Sumatera Utara

17

dipanaskan dalam oven pada suhu 80 − 850C selama 24 jam, didinginkan dalam
desikator. Ditimbang dengan teliti lalu diulangi sampai diperoleh bobot tetap.
Pembuatan Larutan Baku Pb (Settle, 1997)
1. Pembuatan larutan baku induk Pb 1000 ppm
Serbuk Pb (NO3)2 sebanyak 0,3966 gr ditimbang dengan teliti lalu dilarutkan
dengan aquades, selanjutnya dimasukkan dalam labu ukur 250 mL dan volume
larutan ditepatkan dengan aquades. Larutan induk ini setara dengan 1000 ppm
Pb.
2. Pembuatan larutan baku intermediet Pb 100 ppm
Larutan baku intermediet Pb 100 ppm, dibuat dengan cara memipet 10 mL
larutan induk baku Pb 1000 ppm, kemudian diencerkan hingga tanda batas
dalam labu takar.
3. Pembuatan deret larutan baku kerja
Larutan baku Pb 100 ppm dipipet ke dalam labu takar 100 mL dengan variasi
konsentrasi 0,08; 0,24; 0,72; 2,16 ppm selanjutnya diencerkan dengan aquades
hingga tanda batas. Bagan pembuatan larutan baku Pb dapat dilihat pada
Lampiran 3.

Protokol Analisis
Untuk analisis logam Pb sampel yang telah dihomogenkan dan ditimbang
dengan teliti sebanyak 5 gr. Ditambahkan 25 mL HNO3 6 M lalu dipanaskan
hingga larut sempurna. Disaring kedalam labu ukur 100 ml dan dicuci dengan
menggunakan akuades panas. Kemudian diatur pHnya sekitar 3 dengan

Universitas Sumatera Utara

18

menambahkan NaOH, lalu dikocok. Sampel disimpan dalam botol plastik dan
kemudian dianalisis dengan SSA.

Analisis dengan Spektroskopi Serapan Atom
Blanko, larutan baku kerja, dan larutan sampel diukur serapannya dengan
menggunakan SSA. Data nilai absorban dan konsentrasi larutan baku kemudian
dibuat grafik (kurva baku). Serapan larutan contoh kemudian diplotkan ke kurva
larutan baku sehingga diperoleh konsentrasi logam yang dianalisis.
Analisis Deskriptif
Data yang diperoleh dari pengukuran dianalisis secara deskriptif sesuai
dengan baku mutu Badan Standarisasi Nasional (2009) menetapkan batas
maksimum cemaran logam timbal pada ikan dan hasil olahannya sebesar 0,2 ppm.

Hubungan Kandungan Logam Berat dalam Air dan Ikan
Data kandungan logam berat timbal pada air laut perairan Belawan dan
dalam tubuh ikan pelagis kecildari PPS Belawan disajikan dalam tabel dan grafik,
kemudian dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara
kandungan logam berat dalam tubuh ikan dan air digunakan model regresi linier
sederhana (Walpole, 1982) sebagai berikut:
Y=a+bX
Keterangan
Y
a
b
X

: Kadar logam berat dalam tubuh ikan (ppm)
: Intercept regresi
: Koefisen regresi
: Kadar logam berat dalam air (ppm)

Universitas Sumatera Utara

19

Untuk menentukan hubungan timbal terhadap ikan digunakan koefisien
Determinan (R2) dan koefisien korelasi (r), bahwa koefisien nilai (r) berkisar
antara 0 − 1. Koefisien korelasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Interval koefisien dan tingkat hubungan antar faktor
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,20
Sangat lemah
0,21 – 0,40
Lemah sekali
0,41 – 0,70
Sedang
0,71 – 0,90
Kuat
0,91 – 1,00
Kuat sekali
Sumber : Walpole (1982)

Universitas Sumatera Utara

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kandungan Pb Air Laut dan Ikan Layang
Hasil pengukuran kandungan logam berat timbal (Pb) pada sampel air laut
dan sampel ikan Layang diperoleh nilai rata-rata kandungan logam timbal pada
setiap minggu diperlihatkan pada Tabel 2 dan Gambar6 berikut:
Tabel 2. Kandungan Logam Pb pada Air Laut dan Ikan Layang
Minggu
Air Laut (ppm)
Ikan (ppm)
I
0,17
0, 50
II
0,19
0,62
III
0,20
1,18
Rata-rata
0,18
0,77
Pada minggu pertama penelitian, akhir bulan Mei 2016 kandungan logam
timbal pada sampel air laut perairan Belawan 0,17 ppm dan sampel ikan Layang
0,50 ppm. Pada minggu kedua penelitian, awal bulan Juni 2016 kandungan logam
timbal pada sampel air laut perairan Belawan 0,19 ppm dan sampel ikan Layang
0,62 ppm. Pada minggu ketiga penelitian, pertengahan bulan Juni 2016
kandungan logam timbal pada sampel air laut perairan Belawan 0,20 ppm dan
sampel ikan Layang 1,18 ppm.

Konsentrasi Logam Pb dalam
Ikan Layang (ppm)

1,5

Kurva Kandungan Logam Pb pada Ikan Layang

1

0,5

0
0,165

0,17

0,175
0,18
0,185
0,19
0,195
0,2
Konsentrasi Logam Pb dalam Air Laut (ppm)

0,205

Gambar6. Kurva Regresi Hubungan Kandungan Logam Timbal Dalam Air Laut
dan Tubuh Ikan Layang

Universitas Sumatera Utara

21

Hubungan antara kandungan logam timbal pada sampel air dan kandungan
logam timbal pada ikan Layang dari perairan Belawan diperoleh persamaan
regresiY = −3,02+20,286X artinya setiap kenaikan kandungan logam timbal pada
air 1 satuan akan meningkatkan kandungan logam timbal pada ikan Layang
sebesar 20,286 satuan. Koefisien determinasi(R2) yang diperoleh adalah 0,7289
artinya pengaruh kenaikan kandungan logam timbal pada air terhadap kandungan
logam timbal pada ikan Layang sebesar 72,89%. Koefisien korelasi (r) yang
diperoleh adalah 0,8611artinya hubungan kandungan logam timbal pada
airterhadap kandungan logam timbal pada ikan Layang berkorelasi positif dan
kuat. Perhitungan koefisien korelasi logam Pb pada air laut dengan ikan dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Kandungan Pb Air Laut dan Ikan Kembung
Hasil pengukuran kandungan logam berat timbal (Pb) pada sampel air
lautdan sampel ikan Kembung diperoleh nilai rata-rata kandungan logam timbal
pada setiap minggu diperlihatkan pada Tabel 3dan Gambar7berikut :
Tabel 3. Kandungan Logam Pb pada Air Laut dan Ikan Kembung
Minggu
Air Laut (ppm)
Ikan (ppm)
I
0,17
0,24
II
0,19
0,50
III
0,20
0,97
Rata-rata
0,18
0,57
Pada minggu pertama penelitian, akhir bulan Mei 2016 kandungan logam
timbal pada sampel air laut perairan Belawan berkisar 0,17 ppm dan sampel ikan
Kembung 0,24 ppm. Pada minggu kedua penelitian, awal bulan Juni 2016
kandungan logam timbal pada sampel air laut perairan Belawan 0,19 ppm dan
sampel ikan Kembung 0,50 ppm. Pada minggu ketiga penelitian, pertengahan

Universitas Sumatera Utara

22

bulan Juni 2016 kandungan logam timbal dan pada sampel air laut perairan
Belawan 0,20 ppm dan sampel ikan Kembung 0,97 ppm.

Konsentrasi Logam Pb dalam Ikan
Kembung (ppm)

Kurva Kandungan Logam Pb pada Ikan Kembung
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0,165

0,17

0,175
0,18
0,185
0,19
0,195
Konsentrasi Logam Pb dalam Air Laut (ppm)

0,2

0,205

Gambar7. Kurva Regresi Hubungan Kandungan Logam Timbal Dalam Air Laut
dan Tubuh Ikan Kembung
Hubungan antara kandungan logam timbal pada sampel air dan kandungan
logam timbal pada ikan Kembung dari perairan Belawan diperoleh persamaan
regresiY = −3,67+22,714X artinya setiap kenaikan kandungan logam timbal pada
air 1 satuan akan meningkatkan kandungan logam timbal pada ikan Kembung
sebesar 22,714 satuan. Koefisien determinasi(R2) yang diperoleh adalah
0,8794artinya pengaruh kenaikan kandungan logam timbal pada air terhadap
kandungan logam timbal pada ikan Kembung sebesar 87,94%. Koefisien korelasi
(r) yang diperoleh adalah 0,938 artinya hubungan kandungan logam timbal pada
air terhadap kandungan logam timbal pada ikan Kembung berkorelasi positif dan
kuat sekali. Perhitungan koefisien korelasi logam Pb pada air laut dengan ikan
dapat dilihat pada Lampiran 5.

Universitas Sumatera Utara

23

Kandungan Pb Air Laut dan Ikan Tembang
Hasil pengukuran kandungan logam berat timbal (Pb) pada sampel air
lautdan sampel ikan Tembang diperoleh nilai rata-rata kandungan logam timbal
pada setiap minggu diperlihatkan pada Tabel 4 dan Gambar 8 berikut:
Tabel 4. Kandungan Logam Pb pada Air Laut dan Ikan Tembang
Minggu

Air Laut (ppm)

Ikan (ppm)

I
0,17
0,23
II
0,19
0,42
III
0,20
0,50
Rata-rata
0,18
0,38
Rata-rata pada minggu pertamapenelitian, akhir bulan Mei 2016 kandungan
logam timbalpada sampel air laut perairan Belawan 0,17 ppm dan sampel ikan
Tembang 0,23 ppm. Pada minggu kedua penelitian, awal bulan Juni 2016
kandungan logam timbal pada sampel air laut perairan Belawan 0,19 ppm dan
sampel ikan Tembang 0,42 ppm. Pada miggu ketiga penelitian, pertengahan bulan
Juni 2016 minggu kedua kandungan logam timbal pada sampel air laut perairan
Belawan 0,20 ppm dan sampel ikanTembang 0,50 ppm.

Konsentrasi Logam Pb dalam Ikan
Tembang (ppm)

Kurva Kandungan Logam Pb pada Ikan Tembang
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0,165

0,17

0,175
0,18
0,185
0,19
0,195
Konsentrasi Logam Pb dalam Air Laut (ppm)

0,2

0,205

Gambar 8. Kurva Regresi Hubungan Kandungan Logam Timbal Dalam Air Laut
dan Tubuh Ikan Tembang

Universitas Sumatera Utara

24

Hubungan antara kandungan logam timbal pada sampel air dan kandungan
logam timbal pada ikan Tembang dari perairan Belawan diperoleh persamaan
regresiY =−1,31+9,0714X artinya setiap kenaikan kandungan logam timbal pada
air 1 satuan akan meningkatkan kandungan logam timbal pada ikan Tembang
sebesar 9,0714 satuan. Koefisien determinasi(R2) yang diperoleh adalah 0,9983
artinya pengaruh kenaikan kandungan logam timbal pada air terhadap kandungan
logam timbal pada ikan Tembang sebesar 99,83%. Koefisien korelasi (r) yang
diperoleh adalah 0,9992artinya hubungan kandungan logam timbal pada
airterhadap kandungan logam timbal pada ikan Tembang berkorelasi positif dan
kuat sekali. Perhitungan koefisien korelasi logam Pb pada air laut dengan ikan
dapat dilihat pada Lampiran 5.
Kandungan Pb Air Laut dan Seluruh Ikan Pelagis Kecil
Hasil pengukuran kandungan logam berat timbal (Pb) pada sampel air
lautdan sampel ikan pelagis kecil diperoleh nilai rata-rata kandungan logam
timbal pada seluruh sampel ikan pelagis selama 3 minggu diperlihatkan pada
Tabel 5 dan Gambar 9 berikut:
Tabel 5. Kandungan Logam Pb pada Air Laut dan Seluruh Sampel IkanPelagis
Minggu
Jenis Ikan
Air Laut(ppm)
Ikan (ppm)
I
Ikan Layang
0,17
0,50
II
0,19
0,62
III
0,20
1,18
I
Ikan Kembung
0,17
0,24
II
0,19
0,50
III
0,20
0,97
I
Ikan Tembang
0,17
0,23
II
0,19
0,42
III
0,20
0,50
Rata-rata
0,18
0,57
Rata-rata kandungan logam timbal pada air laut dari perairan Belawan dan
seluruh sampel ikan pelagis kecil setiap minggu memiliki kandungan logam

Universitas Sumatera Utara

25

timbal yang berbeda-beda. Nilai kandungan logam timbal yang paling tinggi
terdapat pada sampel ikan Layang yaitu 0,50 ppm – 1,18 ppm. Sedangkan yang
paling rendah terdapat pada sampel ikan Tembang yaitu 0,23 ppm – 0,50 ppm.

Konsentrasi Logam Pb dalam Selruh
Sampel Ikan (ppm)

Hasil identifikasi logam Pb pada air laut dan ikan dapat dilihat pada Lampiran 4.

1,4

Kandungan Logam Pb pada Seluruh Sampel Ikan

1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0,165

0,17

0,175
0,18
0,185
0,19
0,195
Konsentrasi Logam Pb dalam Air Laut (ppm)

0,2

0,205

Gambar9.Kurva Regresi Hubungan Kandungan Logam Timbal Dalam Air Laut
dan Seluruh Sampel Ikan Pelagis Kecil
Hubungan antara kandungan logam timbal pada sampel air dan kandungan
logam timbal pada seluruh sampel ikan pelagis kecil dari perairan Belawan
diperoleh persamaan regresiY = −2,6673+17,357X artinya setiap kenaikan
kandungan logam timbal pada air 1 satuan akan meningkatkan kandungan logam
timbal pada seluruh sampel ikan pelagis kecil sebesar 17,357 satuan. Koefisien
determinasi(R2) yang diperoleh adalah 0,5297 artinya pengaruh kenaikan
kandungan logam timbal pada air terhadap kandungan logam timbal pada seluruh
sampel ikan sebesar 52,97%. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah
0,7278artinya hubungan kandungan logam timbal pada air terhadap kandungan
logam timbal pada seluruh sampel ikan pelagis kecil berkorelasi positif dan kuat.
Perhitungan koefisien korelasi logam Pb pada air laut dengan ikan dapat dilihat
pada Lampiran 5.

Universitas Sumatera Utara

26

Pembahasan
Kandungan Pb Air Laut dan Ikan Layang
Dari hasil penelitian yang diperoleh pada Tabel 2 bahwa kandungan logam
timbal dalam tubuh ikan Layang mengalami peningkatan setiap minggunya dan
lebih tinggi daripada dalam sampel air laut. Peningkatan konsentrasi kandungan
logamnya bisa mencapai 6 kali lipat dari konsentrasi pada air yakni minggu
terakhir pada sampel ikan mencapai 1,18 ppm dan air laut 0,20 ppm. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Darmono(2001) bahwa organisme air sangat
dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam air, terutama pada konsentrasi
yang melebihi batas normal.Organisme air mengambil logam berat dari badan air
atau sedimen dan memekatkannya ke dalam tubuh hingga 100-1000 kali lebih
besar dari lingkungan. Akumulasi melalui proses ini disebut bioakumulasi.
Pengambilan sampel air laut dan ikan terjadi pada akhir bulan Mei sampai
pertengahan bulan Juni dimana kondisi perairan Belawan sedang mengalami
musim pancaroba dimana selama 2 minggu terakhir terjadi banjir ROB dan
pasang mati. Hasil kandungan logam timbal yang didapatkan pada sampel hampir
setiap minggu meningkat. Nilai kandungan logam timbal paling tinggi terdapat
pada minggu ketiga yaitu pada sampel air laut 0,20 ppm dan tubuh ikan 1,18 ppm.
Pada musim seperti ini tingginya kandungan logam timbal dalam perairan yang
diduga saat itu ada kegiatan industri yang membuang limbahnya dari dataran yang
berakhir ke perairan laut dan juga pembuangan limbah kapal-kapal dan aktivitas
lainnya industri lainnya di perairan Belawan.

Universitas Sumatera Utara

27

Kandungan Pb Air Laut dan Ikan Kembung
Dari hasil penelitian yang diperoleh rata-rata kandungan logam timbal
dalam air laut 0,18 ppm sedangkan pada tubuh ikan Kembung rata-rata mencapai
0,57 ppm. Peningkatan konsentrasi kandungan logam timbal pada ikan Kembung
mencapai 3 kali lipat dari konsentrasi air lautnya. Tingginya kadar logam berat
timbal dalam tubuh ikan Kembung disebabkan karena terjadinya akumulasi dalam
tubuh ikan, meskipun di dalam suatu perairan kadar logam berat relatif rendah,
namun dapat terabsorpsi dan terakumulasi secara biologis oleh ikan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Prabowo (2005) menyatakan bahwa bioakumulasi logam berat
yang dilakukan oleh biota akan menyebabkan kadarnya dalam tubuh ikan lebih
besar dari kandungan logam berat yang terlarut di dalam air. Sifat perairan yang
dapat melarutkan dan mengendapkan logam berat menjadi faktor yang
mempengaruhi kandungan logam berat dalam air dari waktu ke waktu.
Kandungan Pb Air Laut dan Ikan Tembang
Dari hasil penelitian yang diperoleh pada ikan Tembang kandungan logam
timbal dalam tubuhnya lebih kecil dari dua sampel ikan lainnya.Tetapi konsentrasi
logam timbal dalam tubuh ikan Tembang mencapai 2 kali lipat dari kandungan
logam pada air laut. Hal ini dikarenakan adanya faktor kebiasaan makan yang
berbeda dimiliki ikan Tembang. Ikan Tembang merupakan ikan omnivora yang
lebih dominan pemakan algae. Hal ini sesuai penelitian Wulandari (2010) bahwa
faktor akumulasi pada setiap jenis biota laut relatif berbeda, hal ini disebabkan
oleh perbedaan sifat-sifat biologis (jenis, umur dan fisiologis) masing-masing
jenis biota, perbedaan fisik dan kimia serta aktivitas masing-masing lokasi.
Hasilnya menunjukkan kadar logam berat tertinggi ditemukan pada ikan karnivora

Universitas Sumatera Utara

28

dan kemudian menyusul pada ikan omnivora dan kadar terendah ditemukan pada
ikan herbivora.
Walaupun ikan Tembang merupakan jenis ikan omnivora tetapi lebih
dominan pemakan algae tetap saja dalam tubuhnya terkandung logam timbal.
Dari hasil nilai regresiyang diperoleh pada kandungan logam timbal dalam air laut
dan tubuh ikan Tembang adalah Y =−1,31+9,0714X, dengan nilai koefisien
determinasi(R2) adalah 0,9983 dan korelasi 0,992 yang berarti konsentrasi logam
timbal dalam tubuh ikan Tembang sangat kuat sekali sekitar 99,83% dipengaruhi
oleh konsentrasi logam timbal dari air laut.
Kandungan Pb Air Laut dan Seluruh Ikan Pelagis Kecil
Dari hasil penelitian yang diperoleh pada seluruh sampel ikan pelagis kecil
dari PPS Belawan dan sampel air lautmenunjukkan kandungan logam timbal
sangat tinggi.Hal ini diduga disebabkan lokasi sampling merupakan daerah
perairan pantai Timur Sumatera (Selat Malaka) dengan berbagai aktivitasaktivitas pembuangan limbah logam timbal seperti jalur pipa pertamina, dekat
dengan pelabuhan perikanan yang terdapat beberapa stasiun pengisian bahan
bakar untuk kapal, alur lalulintas pelayaran domestik dan internasional yang
relatif sibuk, alur transportasi pengangkutan hasil penangkapan ikan oleh nelayan
baik dalam skala kecil maupun skala besar, industri pipa PVC dan baterai kering
yang banyak manghasilkan Pb Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifindkk.,
(2012) bahwa konsentrasi logam Pb yang berasal dari laut lepas lebih besar
dibandingkan dari lokasi lain. Ada kemungkinan pencemaran ini disebabkan oleh
tumpahan bahan bakar dari kapal-kapal yang melewati laut lepas tersebut, dan
buangan limbah cair industri dari daratan yang masuk ke badan perairan.

Universitas Sumatera Utara

29

Hasil analisis kandungan logam Pb dalam seluruh sampel ikan pelagis kecil
selama 3 minggu relatif tinggi (0,57 ppm) melebihi batas baku mutu maksimum
dan tidak layak dikonsumsi sesuai dengan Badan Standarisasi Nasional SNI-7378
Tahun 2009 menetapkan batas maksimum cemaran logam timbal pada ikan dan
hasil olahannya sebesar 0,2 ppm.
Hasil korelasi (r) yang diperoleh dari nilai regresi Y = −2,6673+17,357X
hubungan kandungan logam berat timbal dalam air laut dan seluruh tubuh sampel
ikan pelagis kecil adalah 0,7278 yang artinya berkolerasi positif dan kuat dimana
konsentrasi kandungan logam timbal dalam air laut sangat berpengaruh kuat
terhadap konsentrasi dalam tubuh ikan tersebut. Berdasarkan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,5297, berarti parameter kadar logam berat timbal
dalam air dapat menjelaskan 52,97% terhadap kandungan logam berat timbal
dalam tubuh ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPS Belawan.
Rekomendasi Pengelolaan Logam Berat Timbal
Logam berat timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat tidak
esensial atau beracun, dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui
manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun. Logam timbal digunakan sebagai
konstituen di dalam cat, baterai, saat ini banyak digunakan dalam bensin untuk
meningkatkan nilai oktan, penghirupan asap tembakau, sebagai bahan pelapis
untuk bahan kerajinan dari tanah karena pada temperatur yang rendah bahan
pelapis dapat digunakan,

banyak juga digunakan sebagai pelapis pipa-pipa,

karena mempunyai sikap resisten terhadap bahan korosif. Limbah dari bahan
logam timbal ini dikelompokkan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) dimana limbah tersebut berasal dari industri-industri di Kota Medan dan

Universitas Sumatera Utara

30

sekitarnya yang dibuang langsung kebadan perairan berupa anak-anak sungai
yang akhirnya bermuara ke perairan Belawan.
Pengelolaan limbah B3 ini sudah diatur dalam PP No. 18 Tahun 1999 dan
PP No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dimana tertulis jelas syarat-syarat pengelolaan dan sanksi. Tetapi pada
kenyataannya peraturan tersebut tidak terlaksana dengan semestinya melainkan
banyaknya pelanggaran dalam pembuangan limbah B3 kebadan perairan.
Diharapkan kondisi sekarang ini pemerintah lebih aktif turun tangan dan
memberikan sanksi yang tegas dalam mengendalikan pembuangan limbah B3 ini
dikarenakan sampel ikan pelagis kecil dari perairan Belawan sudah terkontaminasi
dan terakumulasi tinggi logam berat timbal (Pb) dimana ikan-ikan tersebut
sebagai sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kandungan logam timbal (Pb) dalam perairan laut Belawan ialah 0,18 ppm dan
rata-rata kandungan logam timbal sampel ikan pelagis kecil yang dijual di PPS
Belawan ialah ikan Layang 0,77 ppm, ikan Kembung 0,57 ppm dan ikan
Tembang 0,38 ppm. Kandungan logam berat Pb dalam seluruh sampel ikan
pelagis kecil yang didaratkan di PPS Belawan telah melewati ambang batas
yang ditetapkan Badan Standarisasi NasionalIndonesia yaitu 0,2 ppm.
2. Hubungan antara kandungan logam berat timbal dalam air dan dalam tubuh
ikan pelagis kecil adalah kuat dengan nilai korelasi 0,7278.

Saran
Kandungan logam berat Pb dalam ikan pelagis kecil yang berasal dari PPS
Belawan seperti ikan Layang, ikan Kembung dan ikan Tembangtelah melewati
ambang batas yang ditetapkan Badan Standarisasi NasionalIndonesia, sehingga
sangat disarankan kepada seluruh masyarakat kota Medan dan sekitarnya untuk
lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi spesies ikan ini demi kesehatan dan
keselamatankita karena logam tersebut bersifat toksik dan bersifat akumulatif
sehinggabisa menyebabkan keracunan sampai kematian pada manusia.

Universitas Sumatera Utara

6

TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Perairan Laut
Laut merupakan tempat bermuaranya sungai, baik sungai besar maupun
sungai kecil. Dengan demikian, laut akan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat
pencemar yang terbawa oleh aliran sungai. Dari sekian banyak limbah yang ada di
laut, limbah logam berat merupakan limbah yang paling berbahaya karena
menimbulkan efek racun bagi manusia (Boran dan Altinok, 2010). Masalah
pencemaran laut akibat limbah industri perlu mendapat perhatian khusus. Polutan
yang berupa logam-logam berat diketahui dapat menyebabkan keracunan,
kelumpuhan, kelainan genetik, hingga kematian (Purba, 2009).
Proses masuknya bahan pencemar ke dalam perairan laut tersebut
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1) disebarkan melalui adukan atau turbulensi
dan arus laut, 2) dipekatkan melalui proses biologi dengan cara diserap oleh ikan
atau ganggang, dan melalui proses fisik atau kimia dengan cara absorbsi dan
pengendapan. Bahan pencemar ini akhirnya akan mengendap di dasar laut,
terbawa langsung oleh arus dan biota laut, seperti ikan, 3) terbawa langsung oleh
arus dan biota laut(Siahainenia, 2001).

PPS Belawan
Kota Medan merupakan salah satu daerah penghasil perikanan tangkap laut
terbesar di Provinsi Sumatera Utara.Unit Pelaksana Tugas Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Pelabuhan
Perikanan Samudera Belawan (PPSB) Jl. Gabion No. 20 Kecamatan Medan
Belawan Provinsi Sumatera Utara.Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan

Universitas Sumatera Utara

7

(PPSB) memiliki luas lahan sekitar 58,14 Ha yang terdiri atas 54,94 Ha lahan
untuk peruntukan dan 3,2 Ha lahan kosong. Beberapa komoditas perikanan yang
terdapat di PPSB adalah kakap, kembung, tamban, sardin, cumi-cumi, sotong, teri,
selar kuning, tongkol, layang, pari dan komoditas lainnya.Lokasi Pelabuhan
Perikanan Samudera Belawan di sebelah utara berbatasan langsung dengan Selat
Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamataan Medan Labuhan, sebelah
barat dan timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Ikan Pelagis Kecil di PPS Belawan
Ikan Kembung (Rastrelliger sp)
Klasifikasi ikan Kembung menurut Perdanamihardja (2011) adalah sebagai
berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

:Teleostei

Ordo

: Percomorpy

Famili

: Scombridae

Genus

: Rastrelliger

Spesies

: Rastrelliger sp

Gambar 2.Ikan Kembung (Rastrelliger sp)

Universitas Sumatera Utara

8

Daerah penyebaran ikan Kembung di perairan pantai Indonesiadengan
konsentrasi terbesar di perairan Laut Jawa, Kalimantan, Sumatera Barat, dan Selat
Malaka.Ikan Kembung hidup di perairan pantai dan tersebar di wilayah IndoPasifik barat dengan suhu perairan kurang lebih 170C.Ikan Kembung dewasa
banyak ditemukan di lepas pantai dan pesisir yang dalam.Ikan ini memakan
plankton dan biasa ditemukan bergerombol di kolom perairan.Ikan Kembung
cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu malam hari dan pada
siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam.Gerakan vertikal ini dipengaruhi oleh
gerakan harian plankton dan mengikuti perubahansuhu, faktor hidrografis dan
salinitas air laut(Fandri, 2012).
Ikan Layang (Decapterus sp)
Klasifikasi ikan Layang menurut Prihartini (2006) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Teleostei

Ordo

: Percomorphi

Famili

: Carangidae

Genus

: Decapterus

Spesies

: 1. Decaptersus russelli
2. Decapterus macrosoma

Gambar 3.Ikan Layang (Decapterussp)

Universitas Sumatera Utara

9

Ikan Layang (Decapterus sp)merupakan salah satu komunitasperikanan
pelagis kecil yang penting di Indonesia. Ikan ini hidup bergerombol, ukurannya
sekitar 15 centimeter meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 cm. Ciri khas
yang sering dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet)di
belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlinginyang tebal
(lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line). Ikan Layang termasuk jenis
ikan perenang cepatbersifat pelagisdan suka bergerombol.Ikan Layang banyak
tertangkap di perairan yang berjarak 20 – 30 mil daripantai. Migrasi ikan ini
kecenderungan pada siang hari gerombolan ikan bergerak ke lapisan air yang
lebih dalam dan malam hari kelapisan atas perairan yang lebih(Prihartini, 2006).
Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
Klasifikasi ikan Tembang menurut Rahmi (2012) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Ordo

: Clupeiformes

Famili

: Cluipeidae

Genus

: Sardinella

Spesies

: Sardinella fimbriata

Gambar 4. Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)

Universitas Sumatera Utara

10

Ikan Tembang termasuk pada ikan pelagis kecil yang hidup di laut terbuka,
lepas dari dasar perairan.Pergerakan vertikal terjadikarena perubahan siang dan
malam, dimana pada malam hari gerombolan ikan cenderung berenang ke
permukaan dan akan berada pada permukaan sampai dengan matahari sudah akan
terbit. Pada malam terang bulan gerombolan ikan itu agak berpencar atau tetap
berada di bawah permukaan air.Penyebaran di Indonesia meliputi Laut Jawa,
Sulawesi Selatan, Selat Malaka, dan Laut Arafura (Chaira, 2010).

Karakteristik Logam Berat
Logam berasal dari kerak bumi berupa bahan-bahan murni organik
dananorganik. Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi
kelapisan tanah, ke mahluk hidup, ke dalam air, selanjutnya mengendap
danakhirnya kembali ke kerak bumi (Darmono, 1995).Logam adalah unsur-unsur
kimia yang memiliki kemampuan sebagai penghantar listrik (konduktor) dan
penghantar panas, memiliki rapatan tinggi, dapat membentuk alloy dengan logam
lain dan untuk logam berbentuk padat dapat ditempa dan dibentuk. Disamping itu,
semua unsur logam baik logam padat maupun cair akan memberikan ion positif
(+) apabila senyawanya dilarutkan dalam air (Palar 2004).
Menurut Rochyatun (1997) bahwa walaupun terjadi peningkatan sumber
logam berat, namun konsentrasinya dalam air dapat berubah setiap saat. Hal ini
terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama
dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi konsentrasi logam berat di
perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total. Oleh karena

Universitas Sumatera Utara

11

itu konsentrasi logam berat di sedimen menjadi lebih tinggi bila dibandingkan
dengan konsentrasi yang ada di kolom air.

Logam Timbal (Pb)
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam,
dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum dan disimbolkan dengan Pb.
Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2004).
Logam timbal Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah
dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik
lainnya dan secara alamiah terdapat pada batu-batuan serta lapisan kerak bumi
(Darmono, 1995).
Timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan
secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Timbal yang masuk ke
dalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia ada
bermacam bentuk. Diantaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang
berkaitan dengan timbal, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan
sisa industri baterai. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-jalur
perairan seperti anak-anak perairan untuk kemudian akan dibawa terus menuju
lautan. Sampai pada batas tertentu yang melebihi daya dukung lingkungan, maka
keberadaan logan berat dapat bersifat racun bagi organisme perairan (Setyawan,
2013).
Timbal (Pb) dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui konsumsi biota
laut seperti ikan yang telah tercemar. Timbal masuk ke sistem peredaran darah
menuju jaringan-jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, syaraf dan tulang. Tanda-

Universitas Sumatera Utara

12

tanda keracunan timbal pada orang dewasa meliputi sakit, pucat dan kelumpuhan.
Keracunan yang terjadi dapat bersifat akut dan kronis (Riani, 2004).

Logam Berat dalam Ikan
Organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam air,
terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Organisme air mengambil
logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke dalam tubuh
hingga 100-1000 kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi melalui proses ini
disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam menyerap (absorpsi) dan
mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran
pernapasan

(insang),

saluran

pencernaan

dan

difusi

permukaan

kulit

(Darmono, 2001).
Logam-logam yang mencemari perairan laut banyak jenisnya, diantaranya
yang cukup banyak adalah Cd dan logam timbal Pb. Kedua logam tersebut
bergabung bersama dengan Hg sebagai the big three heavy metal yang memiliki
tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Tragedi penyakit Minamata di
Jepang pada tahun 1955-1960 akibat pencemaran air raksa atau logam berat
merkuri yang berasal dari limbah industri plastik yang dibuang ke dalam perairan.
Kandungan merkuri Hg ikan di sekitar Teluk Minamata sebesar 924 ppm yang
kemudian dikonsumsi oleh masyarakat yang mengakibatkan 110 orang meninggal
(Mangampe dkk., 2014).
Suatu logam berat dapat dipandang sebagai racun apabila logam-logam
berat tersebut merugikan pertumbuhan atau metabolisme sel, bila logam berat
tersebut berada di atas konsentrasi yang diperkenankan. Bahan pencemar yang

Universitas Sumatera Utara

13

masuk ke dalam perairan akan membunuh biota yang paling peka, sehingga
mengganggu rantai makanan dalam perairan tersebut. Terputusnya salah satu
rantai makanan dapat menyebabkan beberapa jenis biota tidak hidup normal. Agar
biota perairan dapathiduplayak,yaitu dapat tumbuh dan berkembang biak secara
normal, maka diperlukan baku mutu untuk biota tersebut (Palar, 1994).

Batas Cemaran Logam Berat
Badan Standarisasi Nasional (2009) menetapkan batas maksimum cemaran
logam timbal pada ikan dan hasil olahnya sebesar 0,2 ppm. Badan Kesehatan
dunia (WHO, 2010) membatasi pemaparan akumulatif dari logam timbal
sebanyak 25 µg/kg berat badan per minggu.
Undang − Undang Kementerian Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun
2004 menyatakan kriteria baku mutu air laut untuk biota laut adalah logam timbal
(Pb) baku mutunya adalah 0,008 ppm.

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Spektofotometri serapan atom ditemukan oleh Waish, Alkemande dan
Melatz pada awal sampai pertengahan tahun 1950an. Spektrofotometri serapan
atom merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur
logam dan metaloid dengan konsentrasi sangat kecil (µg/ml) dan ultratrace (sub
µg/ml) dalam unsur atau logam pada variasi sampel yang luas, pengaplikasiannya
digunakan untuk mengidentifikasi unsur pada biologikal, klinikal, lingkungan,
makanan dan sampel geologikal (Settle, 1997).

Universitas Sumatera Utara

14

SSA adalah suatu analisa untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid
yang berdasar pada penyerapan radiasi oleh atom-atom bebas tersebut. Berbagai
unsur dapat ditentukan dengan alat ini mulai dari analisa runutan (trace element)
sampai dengan analisa komponen utama. Alat ini sangat spesifik dimana batas
deteksinya sangat rendah, dari satu larutan contoh dapat ditentukan langsung
unsur lain tanpa pemisahan terlebih dulu dan output data dapat dibaca langsung
yang sangat ekonomis. Dalam laboratorium alat ini telah banyak membantu
penyederhanaan prosedur dan efektivitas waktu, terutama dalam analisa logamlogam berat. Peralatan spektrofotometri serapan atom terdiri dari enam komponen
utama: sumber radiasi (cahaya), nebulizer, sistem pemasukkan sampel (sampel
introduction system), monokromator (alat pemilihan dan pemisahan dari radiasi),
sistem detektor, dan mesin pembaca (Tarigan, 1990).

Universitas Sumatera Utara

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan teknologi telah mendorong tumbuhnya industri, yang
disatu sisi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun disisi lain dapat
menyebabkan rusaknya lingkungan hidup akibat dampak negatif dari limbah yang
dihasilkannya.
Kawasan Belawan merupakan kawasan industri dan pelabuhan laut
internasional. Saat ini ada sekitar 35 industri terdapat di kawasan Belawan, seperti
industri

pupuk, industri

semen dan penampungan CPO.Tidak

tertutup

kemungkinan industri tersebut membuang limbah dan memasuki perairan laut
Belawan (Selat Malaka). Salah satu bahan pencemar yang berbahaya dan beracun
bagi organisme akuatik adalah limbah industri yang mengandung logam berat
karena

dapat

menimbulkan

kematian

dan

merusak

jaringan

hidup

(Gracedkk., 2011).
Secara geografis, posisi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan
sangatlah strategis karena berada di perairan pantai Timur Sumatera (Selat
Malaka) yang merupakan alur lalulintas pelayaran domestik dan internasional
yang relatif sibuk.Selain itu laut Belawan juga digunakan sebagai alur transportasi
pengangkutan hasil penangkapan ikan oleh nelayan baik dalam skala kecil
maupun skala besar.Hal ini mengakibatkan laut Belawan sangatlah rawan
terhadap pencemaran laut yang diakibatkan oleh limbah minyak bumi dari
aktivitas kapal tersebut.
Kota Belawan termasuk kawasan pesisir yang terletak di Kecamatan Medan
Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis kecamatan ini terletak pada

Universitas Sumatera Utara

2

03˚47’19,00”LU dan 98˚42’18,17”BT. Kawasan pesisir ini diduga telah
mengalami penurunan keseimbangan ekosistem maupun kualitas air akibat adanya
pemanfaatan oleh manusia, seperti daerah pemukiman, daerah dermaga dan
daerah keramba ikan. Aktivitas manusia di sekitar pesisir erat kaitannya terhadap
perubahan lingkungan baik perubahan fisik maupun kimia air. Kelayakan
lingkungan untuk usaha budidaya dapat diestimasi melalui pengukuran kuantitatif
dan kualitatif terhadap biota air yang menghuni perairan tersebut (Grace dkk.,
2011).
Pencemaran air oleh logam berat dapat memberi dampak meningkatkan
kematian organisme air. Ikan merupakan organisme air yang tidak bisa lepas dari
efek buruk oleh polutan. Logam berat seperti timbal (Pb) yang terdapat di dalam
perairan habitat ikan dapat menyebabkan akumulasi pada tubuh ikan. Masuknya
logam berat secara terus-menerus ke dalam perairan akan meningkatkan
konsentrasinya, sehingga dapat menyebabkan bioakumulasi pada biota perairan,
bahkan dapat membunuh ikan-ikan apabila logam berat timbal dalam air
mencapai konsentrasi 188 mg/l (Palar,1994).
Penelitian ini akan memfokuskan pengukuran logam berat timbalpada jenis
ikan pelagis kecil laut yang dikonsumsi masyarakat. Konsentrasi logam berat
timbal pada daging ikan dan air laut dapat dijadikan sebagai indikator
pencemaran. Untuk memperoleh informasi tersebut maka perlu dilakukan
penelitian kadar logam berat timbal di perairan laut Belawan dan dalam tubuh
ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPS Belawan.

Universitas Sumatera Utara

3

Perumusan Masalah
DiKecamatan Medan Belawan banyak dijumpai berbagai aktivitas manusia,
yang meliputi aktivitas industri, pemukiman, pelabuhan, dan keramba ikan.
Keberadaan aktivitas ini dapat mempengaruhi kondisi lingkungan fisik-kimia
perairan yang nantinya dapat berpengaruh terhadap keanekaragaman biota air
terutama, ikan. Salah satu limbah yang sangat berbahaya adalah logam berat
timbal (Pb) yang mudah terakumulasi di dalam tubuh organisme dan pada jumlah
tertentu akan sangat berbahaya.
Berdasarkan uraian diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Berapa besar kadar logam berat timbal (Pb) di perairan laut Belawan dan dalam
tubuh ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPS Belawan?
2. Bagaimana hubungan korelasi logam berat timbal (Pb) dalam air dan dalam
tubuh ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPS Belawan?

Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan
permasalahan

bagi

pencemaran

lingkungan

hidup.Masalah

pencemaran

lingkungan terutama masalah pencemaran air mendapat perhatian yang besar
karena air merupakan salah satu unsur penting bagi makhluk hidup dan
kehidupan.Sejalan dengan meningkatnya industrialisasi, konsentrasi unsur logam
berat timbal didalam perairan juga meningkat, sehingga memungkinkan
tercapainya tingkat konsentrasi toksik bagi kehidupan akuatik. Secara ringkas,

Universitas Sumatera Utara

4

pendekatan masalah tersebut digambarkan melalui kerangka pemikiran seperti
pada Gambar 1.

Aktivitas Manusia di
Belawan

Industri

Pemukiman

Pertanian/pertambakkan

Limbah

Udara

Perairan

Tanah

Pencemaran logam berat Pb

Biota air

Ikan konsumsi

PPS Belawan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian
1. Mengetahuibesar kadar logam berat timbal (Pb)dalam perairan Belawan dan
dalam tubuh ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPS Belawan.
2. Mengetahui korelasi antara kandungan logam berat Pb dalam air laut dengan
kandungan logam berat Pb dalam tubuh ikan.

Universitas Sumatera Utara

5

Manfaat Penelitian
1. Dengan diadakannya penelitian ini dapat memberikan informasi bagi
masyarakat tentang adanya tingkat akumulasi logam berat timbal yang terdapat
pada ikan dan kelayakan konsumsi ikan kepada masyarakat yang berasal dari
PPS Belawan.
2. Memberikan informasi kepada para peneliti dan instansi terkait tentang
keberadaan pencemaran logam berat pada ikan pelagis kecil PPS Belawan
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

NOVITA SARI SIBORO : Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada
Ikan Pelagis Kecil yang Didaratkan di PPS Belawan Kecamatan Medan Belawan
Sumatera Utara. Dibawah bimbingan HASAN SITORUS dan INDRA
LESMANA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi logam berat timbal
dalam air laut dan tubuh ikan pelagis kecil (ikan Layang, ikan Kembung dan ikan
Tembang) yang didaratkan di PPS Belawan dan menganalisis korelasi logam Pb
pada air laut dan tubuh ikan.Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan
Belawan, Sumatera Utara.Analisis kandungan logam Pb dalam air laut dan tubuh
ikan dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Indusrti Medan. Hasil kandungan
logam berat Pb pada air laut rata-rata 0,17 ppm − 0,20 ppm, sementara pada tubuh
ikan dari ikan Layang 0,50 ppm − 1,18 ppm, ikan Kembung 0,24 ppm − 0,97 ppm
dan ikan Tembang 0,23 ppm − 0,50 ppm. Dibandingkan dengan Badan
Standarisasi Nasional tahun 2004 bahwa konsentrasi logam berat Pb pada tubuh
ikan melebihi batas maksimum 0,2 ppm. Berdasarkan dari analisis regresi korelasi
(r) dari konsentrasi logam berat pada air laut sangat kuat terhadap konsentrasi
pada tubuh ikan dengan nilai 0,7278.
Kata kunci :Timbal, Air Laut, Ikan Pelagis Kecil, Belawan

Universitas Sumatera Utara

i

ABSTRACT

NOVITA SARI SIBORO : Analysis of Heavy Metals Plumbum (Pb) and
Cadmium (Cd) in Small Pelagic Fish Landed at PPS Belawan, Medan Belawan
Subdistrict North Sumatera. Under academic supervision by HASAN SITORUS
dan INDRA LESMANA.

The objective of the the research are to analize the heavy metal
concentration of Pbin sea water and small pelagic fishes (Decapterussp,
Rastrelliger sp and S