Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Ikan Pelagis Kecil yang Didaratkan di PPS Belawan Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara

6

TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Perairan Laut
Laut merupakan tempat bermuaranya sungai, baik sungai besar maupun
sungai kecil. Dengan demikian, laut akan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat
pencemar yang terbawa oleh aliran sungai. Dari sekian banyak limbah yang ada di
laut, limbah logam berat merupakan limbah yang paling berbahaya karena
menimbulkan efek racun bagi manusia (Boran dan Altinok, 2010). Masalah
pencemaran laut akibat limbah industri perlu mendapat perhatian khusus. Polutan
yang berupa logam-logam berat diketahui dapat menyebabkan keracunan,
kelumpuhan, kelainan genetik, hingga kematian (Purba, 2009).
Proses masuknya bahan pencemar ke dalam perairan laut tersebut
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1) disebarkan melalui adukan atau turbulensi
dan arus laut, 2) dipekatkan melalui proses biologi dengan cara diserap oleh ikan
atau ganggang, dan melalui proses fisik atau kimia dengan cara absorbsi dan
pengendapan. Bahan pencemar ini akhirnya akan mengendap di dasar laut,
terbawa langsung oleh arus dan biota laut, seperti ikan, 3) terbawa langsung oleh
arus dan biota laut(Siahainenia, 2001).


PPS Belawan
Kota Medan merupakan salah satu daerah penghasil perikanan tangkap laut
terbesar di Provinsi Sumatera Utara.Unit Pelaksana Tugas Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Pelabuhan
Perikanan Samudera Belawan (PPSB) Jl. Gabion No. 20 Kecamatan Medan
Belawan Provinsi Sumatera Utara.Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan

Universitas Sumatera Utara

7

(PPSB) memiliki luas lahan sekitar 58,14 Ha yang terdiri atas 54,94 Ha lahan
untuk peruntukan dan 3,2 Ha lahan kosong. Beberapa komoditas perikanan yang
terdapat di PPSB adalah kakap, kembung, tamban, sardin, cumi-cumi, sotong, teri,
selar kuning, tongkol, layang, pari dan komoditas lainnya.Lokasi Pelabuhan
Perikanan Samudera Belawan di sebelah utara berbatasan langsung dengan Selat
Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamataan Medan Labuhan, sebelah
barat dan timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Ikan Pelagis Kecil di PPS Belawan

Ikan Kembung (Rastrelliger sp)
Klasifikasi ikan Kembung menurut Perdanamihardja (2011) adalah sebagai
berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

:Teleostei

Ordo

: Percomorpy

Famili


: Scombridae

Genus

: Rastrelliger

Spesies

: Rastrelliger sp

Gambar 2.Ikan Kembung (Rastrelliger sp)

Universitas Sumatera Utara

8

Daerah penyebaran ikan Kembung di perairan pantai Indonesiadengan
konsentrasi terbesar di perairan Laut Jawa, Kalimantan, Sumatera Barat, dan Selat
Malaka.Ikan Kembung hidup di perairan pantai dan tersebar di wilayah IndoPasifik barat dengan suhu perairan kurang lebih 170C.Ikan Kembung dewasa

banyak ditemukan di lepas pantai dan pesisir yang dalam.Ikan ini memakan
plankton dan biasa ditemukan bergerombol di kolom perairan.Ikan Kembung
cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu malam hari dan pada
siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam.Gerakan vertikal ini dipengaruhi oleh
gerakan harian plankton dan mengikuti perubahansuhu, faktor hidrografis dan
salinitas air laut(Fandri, 2012).
Ikan Layang (Decapterus sp)
Klasifikasi ikan Layang menurut Prihartini (2006) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Teleostei


Ordo

: Percomorphi

Famili

: Carangidae

Genus

: Decapterus

Spesies

: 1. Decaptersus russelli
2. Decapterus macrosoma

Gambar 3.Ikan Layang (Decapterussp)

Universitas Sumatera Utara


9

Ikan Layang (Decapterus sp)merupakan salah satu komunitasperikanan
pelagis kecil yang penting di Indonesia. Ikan ini hidup bergerombol, ukurannya
sekitar 15 centimeter meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 cm. Ciri khas
yang sering dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet)di
belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlinginyang tebal
(lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line). Ikan Layang termasuk jenis
ikan perenang cepatbersifat pelagisdan suka bergerombol.Ikan Layang banyak
tertangkap di perairan yang berjarak 20 – 30 mil daripantai. Migrasi ikan ini
kecenderungan pada siang hari gerombolan ikan bergerak ke lapisan air yang
lebih dalam dan malam hari kelapisan atas perairan yang lebih(Prihartini, 2006).
Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
Klasifikasi ikan Tembang menurut Rahmi (2012) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum


: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Ordo

: Clupeiformes

Famili

: Cluipeidae

Genus

: Sardinella

Spesies


: Sardinella fimbriata

Gambar 4. Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)

Universitas Sumatera Utara

10

Ikan Tembang termasuk pada ikan pelagis kecil yang hidup di laut terbuka,
lepas dari dasar perairan.Pergerakan vertikal terjadikarena perubahan siang dan
malam, dimana pada malam hari gerombolan ikan cenderung berenang ke
permukaan dan akan berada pada permukaan sampai dengan matahari sudah akan
terbit. Pada malam terang bulan gerombolan ikan itu agak berpencar atau tetap
berada di bawah permukaan air.Penyebaran di Indonesia meliputi Laut Jawa,
Sulawesi Selatan, Selat Malaka, dan Laut Arafura (Chaira, 2010).

Karakteristik Logam Berat
Logam berasal dari kerak bumi berupa bahan-bahan murni organik
dananorganik. Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi

kelapisan tanah, ke mahluk hidup, ke dalam air, selanjutnya mengendap
danakhirnya kembali ke kerak bumi (Darmono, 1995).Logam adalah unsur-unsur
kimia yang memiliki kemampuan sebagai penghantar listrik (konduktor) dan
penghantar panas, memiliki rapatan tinggi, dapat membentuk alloy dengan logam
lain dan untuk logam berbentuk padat dapat ditempa dan dibentuk. Disamping itu,
semua unsur logam baik logam padat maupun cair akan memberikan ion positif
(+) apabila senyawanya dilarutkan dalam air (Palar 2004).
Menurut Rochyatun (1997) bahwa walaupun terjadi peningkatan sumber
logam berat, namun konsentrasinya dalam air dapat berubah setiap saat. Hal ini
terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama
dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi konsentrasi logam berat di
perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total. Oleh karena

Universitas Sumatera Utara

11

itu konsentrasi logam berat di sedimen menjadi lebih tinggi bila dibandingkan
dengan konsentrasi yang ada di kolom air.


Logam Timbal (Pb)
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam,
dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum dan disimbolkan dengan Pb.
Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2004).
Logam timbal Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah
dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik
lainnya dan secara alamiah terdapat pada batu-batuan serta lapisan kerak bumi
(Darmono, 1995).
Timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan
secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Timbal yang masuk ke
dalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia ada
bermacam bentuk. Diantaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang
berkaitan dengan timbal, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan
sisa industri baterai. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-jalur
perairan seperti anak-anak perairan untuk kemudian akan dibawa terus menuju
lautan. Sampai pada batas tertentu yang melebihi daya dukung lingkungan, maka
keberadaan logan berat dapat bersifat racun bagi organisme perairan (Setyawan,
2013).
Timbal (Pb) dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui konsumsi biota
laut seperti ikan yang telah tercemar. Timbal masuk ke sistem peredaran darah

menuju jaringan-jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, syaraf dan tulang. Tanda-

Universitas Sumatera Utara

12

tanda keracunan timbal pada orang dewasa meliputi sakit, pucat dan kelumpuhan.
Keracunan yang terjadi dapat bersifat akut dan kronis (Riani, 2004).

Logam Berat dalam Ikan
Organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam air,
terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Organisme air mengambil
logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke dalam tubuh
hingga 100-1000 kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi melalui proses ini
disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam menyerap (absorpsi) dan
mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran
pernapasan

(insang),

saluran

pencernaan

dan

difusi

permukaan

kulit

(Darmono, 2001).
Logam-logam yang mencemari perairan laut banyak jenisnya, diantaranya
yang cukup banyak adalah Cd dan logam timbal Pb. Kedua logam tersebut
bergabung bersama dengan Hg sebagai the big three heavy metal yang memiliki
tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Tragedi penyakit Minamata di
Jepang pada tahun 1955-1960 akibat pencemaran air raksa atau logam berat
merkuri yang berasal dari limbah industri plastik yang dibuang ke dalam perairan.
Kandungan merkuri Hg ikan di sekitar Teluk Minamata sebesar 924 ppm yang
kemudian dikonsumsi oleh masyarakat yang mengakibatkan 110 orang meninggal
(Mangampe dkk., 2014).
Suatu logam berat dapat dipandang sebagai racun apabila logam-logam
berat tersebut merugikan pertumbuhan atau metabolisme sel, bila logam berat
tersebut berada di atas konsentrasi yang diperkenankan. Bahan pencemar yang

Universitas Sumatera Utara

13

masuk ke dalam perairan akan membunuh biota yang paling peka, sehingga
mengganggu rantai makanan dalam perairan tersebut. Terputusnya salah satu
rantai makanan dapat menyebabkan beberapa jenis biota tidak hidup normal. Agar
biota perairan dapathiduplayak,yaitu dapat tumbuh dan berkembang biak secara
normal, maka diperlukan baku mutu untuk biota tersebut (Palar, 1994).

Batas Cemaran Logam Berat
Badan Standarisasi Nasional (2009) menetapkan batas maksimum cemaran
logam timbal pada ikan dan hasil olahnya sebesar 0,2 ppm. Badan Kesehatan
dunia (WHO, 2010) membatasi pemaparan akumulatif dari logam timbal
sebanyak 25 µg/kg berat badan per minggu.
Undang − Undang Kementerian Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun
2004 menyatakan kriteria baku mutu air laut untuk biota laut adalah logam timbal
(Pb) baku mutunya adalah 0,008 ppm.

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Spektofotometri serapan atom ditemukan oleh Waish, Alkemande dan
Melatz pada awal sampai pertengahan tahun 1950an. Spektrofotometri serapan
atom merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur
logam dan metaloid dengan konsentrasi sangat kecil (µg/ml) dan ultratrace (sub
µg/ml) dalam unsur atau logam pada variasi sampel yang luas, pengaplikasiannya
digunakan untuk mengidentifikasi unsur pada biologikal, klinikal, lingkungan,
makanan dan sampel geologikal (Settle, 1997).

Universitas Sumatera Utara

14

SSA adalah suatu analisa untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid
yang berdasar pada penyerapan radiasi oleh atom-atom bebas tersebut. Berbagai
unsur dapat ditentukan dengan alat ini mulai dari analisa runutan (trace element)
sampai dengan analisa komponen utama. Alat ini sangat spesifik dimana batas
deteksinya sangat rendah, dari satu larutan contoh dapat ditentukan langsung
unsur lain tanpa pemisahan terlebih dulu dan output data dapat dibaca langsung
yang sangat ekonomis. Dalam laboratorium alat ini telah banyak membantu
penyederhanaan prosedur dan efektivitas waktu, terutama dalam analisa logamlogam berat. Peralatan spektrofotometri serapan atom terdiri dari enam komponen
utama: sumber radiasi (cahaya), nebulizer, sistem pemasukkan sampel (sampel
introduction system), monokromator (alat pemilihan dan pemisahan dari radiasi),
sistem detektor, dan mesin pembaca (Tarigan, 1990).

Universitas Sumatera Utara