c. Sebagai bahan kajian dan masukan bagi siapa saja yang berkepentingan,
khususnya dalam sektor kepariwisataan.
1. 4 Metode Penelitian
Penelitian ini mengunakan dua metode, yaitu : a.
Library Research, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari berbagai buku-buku yang ada hubungannya
dengan judul kertas karya ini. b.
Field Research, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan penelitian langsung ke lapangan dengan cara wawancara langsung dengan orang-orang
yang terkait dan dengan melakukan observasi pengamatan langsung di lapangan guna memperoleh informasi yang lebih banyak.
1. 5 Sistematika Penulisan
Untuk lebih menertibkan uraiandeskripsi penelitian kertas karya ini, dibagi menjadi beberapa bab, dan sub bab antara lain sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II URAIAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis akan menguraikan beberapa hal atau pengertian yang berhubungan dengan dunia kepariwisataan seperti
Universitas Sumatera Utara
pengertian pariwisata, sarana dan prasarana kepariwisataan, pengertian wisatawan dan pengertaian ekowisata.
BAB III GAMBARAN UMUM TANGKAHAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang gambaran umum Kawasan Ekowisata Tangkahan yang mencakup letak geografis,
keadaan alam, kependudukan, sosial, sejarah awal terbentuknya Tangkahan.
BAB IV EKOWISATA TANGKAHAN SEBAGAI POTENSI UTAMA
PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai ekowisata sebagai salah satu unsur pengembangan kepariwisataan Kabupaten
Langkat, pembinaan dan juga pengembangan ekowisata yang ada, potensi wisata yang dikembangkan, fasilitas-fasilitas yang tersedia
di Kawasan Ekowisata Tangkahan, perkembangan jumlah pengunjung, dan hambatan-hambatan yang timbul dalam
pengembangan Kawasan Ekowisata Tangkahan serta usaha-usaha mengatasinya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN TEORETIS
2. 1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang dapat diandalkan menjadi sumber devisa negara, yang merupakan sektor dari non-migas yang dapat
memberikan manfaat tidak hanya kepada Pemerintah tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat. Ada banyak pendapat dari para ahli tentang pengertian pariwisata,
diantaranya : Seorang ahli ekonomi Austria, Herman V. Schulalard, pada tahun 1910 telah
memberikan batasan pariwisata sebagai berikut : “Tourism is the sum of operations, mainly of an economic nature, which directly related to the entry, stay and movement
of foreigner inside certain country, city or region “. Menurut pendapatnya, yang dimaksudkan dengan kepariwisataan adalah
sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya
orang-orang asing memasuki suatu negara, kota atau daerah. Menurut mereka, pariwisata adalah keseluruhan hubungan
kekeluargaankerjasama dan fenomena yang ditimbulkan dari adanya perjalanan dan pendiaman orang-orang asing, dengan penyediaan tempat tinggal yang tidak
dibangun secara permanen tempat tinggal sementara.
Universitas Sumatera Utara
Ketetapan MPRS No. I – II Tahun 1960, menyebutkan bahwa kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhu kebutuhan
manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain pariwisata dalam negeri
atau negara-negara lain pariwisata luar negri. Prof. Salah Wahab 1974 dalam bukunya yang berjudul An Introduction On
Tourism Theory mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya
memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu manusia man adalah orang yang melakukan perjalanan wisata; ruang space adalah daerah
atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan; dan waktu time adalah waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.
Berdasarkan ketiga unsur yaitu man, space dan time, Prof. Salah Wahab mengemukakan bahwa pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan
secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri di luar negri meliputi pendiaman orang-orang di daerah lain
daerah tertentu, suatu negara atau benua untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia
memperoleh pekerjaan tetap. Menurut Oka A. Yoeti 1996, secara tekhnis ilmu pariwisata adalah ilmu
yang mempelajari rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negaranya sendiri atau negara lain,
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan kemudahan jasa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah, dunia usaha dan industri agar terwujud keinginan wisatawan.
Menurutnya juga, pariwisata adalah sebuah perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan
maksud bukan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan berekreasi untuk memenuhi
kebutuhan yang beraneka ragam. Dari pengertian-pengertian tentang pariwisata yang telah disebutkan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang dilakukan dalam batas waktu tertentu
sementaradengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang akan dikukjungi melainkan untuk menikmati perjalanan yang dilakukan tersebut dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani dengan syarat adanya dua unsur yaitu ruang space dan
waktu time ditambah satu unsur utama yaitu manusia man sebagai pelaku kegiatan wisata itu sendiri.
2.2 Pengertian Sarana dan Prasarana Kepariwisataan
2.2.1 Pengertian Sarana Kepariwisataan
Sarana Kepariwisataan tourism superstructure adalah perusahaan- perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung
atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam dunia kepariwisataan dikenal tiga sarana kepariwisataan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Ketiga sarana kepariwisataan
tersebut adalah :
1. Sarana Pokok Kepariwisataan Main Tourism Superstructure adalah
perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata.
Fungsinya ialah menyediakan fasilitas-fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk dalam
kelompok ini adalah : •
Travel Agent dan Tour Operator. •
Perusahaan-perusahaan Angkutan Wisata. •
Hotel, motel, cottages, dan jenis akomodasi lainnya. •
Bar dan restoran dan jenis rumah makan lainnya. •
Objek wisata dan atraksi wisata. 2.
Sarana Pelengkap Kepariwisataan Supplementing Tourism Superstructure adalah perusahaan-perusahaan atau tempat-tempat yang
menyediakan fasilitas-fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah untuk
membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
• Sarana Olah Raga, seperti lapangan golf, lapangan tenis, kolam
renang, bowling, daerah perburuan, berlayar dan berselancar. •
Sarana Ketangkasan, seperti permainan bola sodok, Pachinco dan lain- lain.
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan Supporting Tourism Superstructure
adalah perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap, yang berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu
daerah tujuan wisata, tetapi juga memiliki fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di
tempat yang dikunjunginya, dan yang termasuk dalam kelompok sarana penunjang kepariwisataan adalah :
• Night Club
• Steambaths
• Casinos
2.2.2 Pengertian Prasarana Kepariwisataan
Prasarana kepariwisataan tourism infrastructure adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat
memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Prasarana kepariwisataan sama dengan pengertian prasarana umum
seperti yang dikemukakan oleh Prof. Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul
Universitas Sumatera Utara
Tourism Management, bahwa prasarana umum General Infrastructure, adalah prasarana yang menyangkut kebutuhan bagi kelancaran perekonomian, seperti :
• Bandara, pelabuhan, terminal, stasiun.
• Alat-alat transportasi seperti kapal tambang ferry, kereta api, bus,
pesawat udara dan sebagainya. •
Jalan raya beserta rambu-rambunya dan jembatan. •
Pembangkit tenaga listrik. •
Penyedia air bersih. Ditambah lagi dengan pendapat Lothar A. Kreck 1980 dalam bukunya yang
berjudul International Tourism, yang membagi prasarana ke dalam dua bagian yang penting, yaitu :
a. Prasarana perekonomian yang dibagi atas :
• pengangkutan pesawat, bus, kapal laut dan lain-lain
• prasarana komunikasi telepon, tv, radio, internet, media cetak dan
lain-lain •
kelompok “utilities“ seperti penerangan listrik, persediaan air minum, sumber energi dan sistem irigasi.
• Sistem Perbankan seperti money changer sebagai tempat penukaran
mata uang asing.
Universitas Sumatera Utara
b. Prasarana sosial adalah semua faktor yang menunjang kemajuan atau
menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada, seperti : •
Sistem pendidikan, seperti sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang mengkhususkan diri di dalam dunia kepariwisataan.
• Pelayanan kesehatan, sangat dibutuhkan di suatu objek wisata karena
mungkin saja wisatawan yang berlibur jatuh sakit. Sebagai contoh
adalah Tourist Organisation of Thailand TOT di Bangkok, yang
memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada wisatawan yang sakit. Hal seperti yang dilakukan oleh TOT perlu dipikirkan di
Indonesia, setidaknya pada hotel-hotel tempat wisatawan menginap. •
Faktor keamanan, seperti Polisi, Pemerintah Umum, Pengadilan dan lain-lain.
• Petugas yang langsung melayani wisatawan government apparatus.
Termasuk dalam kelompok ini adalah petugas imigrasi imigration officer, petugas bea dan cukai customs officer.
2.3 Pengertian Wisatawan
Orang-orang yang datang berkunjung pada suatu tempat atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung visitor yang terdiri dari banyak orang dengan
bermacam-macam motivasi kunjungan, termasuk didalamnya adalah wisatawan. Jadi tidak semua pengunjung adalah wisatawan.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 870, yang dimaksud dengan pengunjung adalah seperti yang
diuraikan di bawah ini :“Untuk tujuan statistik, yang dimaksud dengan visitor adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat
tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya”.
Menurut rumusan tersebut di atas yang termasuk ke dalamnya : a.
Wisatawan tourist yaitu pengunjung yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat
digolongkan ke dalam kalsifikasi sebagai berikut : •
Pesiar leisure, seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga.
• Hubungan dagang bussines, keluarga, konferensi dan missi.
b. Pelancong exursionist yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari
24 jam di negara yang dikunjunginya termasuk pelancong dengan kapal pesiar.
Menurut G. A. Schmoll, wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikkinya untuk
perjalanan rekreasi dan berlibur, yang tertarik pada perjalanan pada umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh
Universitas Sumatera Utara
pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang.
Sedangkan definisi wisatawan menurut World Tourism Organization WTO memberi defenisi, wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu
negara, tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya
dapat diklasifikasikan pada salah satu dari hal berikut ini : a.
Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga.
b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.
2.4 Pengertian Ekowisata
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami natural area, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi
masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia.
Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan
menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya
pada daerah yang akan dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan
Universitas Sumatera Utara
mereka partner dalam upaya pengembangan wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund WWF pada konferensi tahunan ke-
40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik PATA. Menurut Pangeran Bernhard, WWF telah menerapkan metode tersebut guna memajukan nilai ekonomi taman-taman
nasional atau kawasan cagar alam dengan cara memberikan perangsang bagi masyarakat yang tinggal di sekitar taman atau kawasan cagar alam tersebut agar
mereka turut membantu memelihara dan melestarikan tempat-tempat tersebut. Pada kegiatan tersebut Mentri lingkungan hidup yang pada saat itu masih dijabat oleh Prof.
Dr. Emil Salim mengemukakan bahwa Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam yang luas dan unik mempunyai potensi besar untuk menarik keuntungan dari
pengembangan ekowisata. Namun hasil-hasil tersebut tentu saja baru dapat diperoleh dengan melakukan pengorbanan. Pelaksanaan ekowisata memerlukan perencanaan
dan persiapan matang dan hati-hati, agar tidak mendatangkan kerugian. Hal itu mengingat karena pada dasarnya ekowisata membuka peluang bagi para wisatawan
untuk memasuki kawasan yang dilindungi dan rawan, yang selama ini memang tidak dijamah oleh tangan-tangan manusia.
Oleh karena itu demi pelestarian kawasan tersebut perlu dilakukan langkah- langkah untuk melindungi kondisi asli dan keunikan kawasan lindung tadi. Ekowisata
pada saat sekarang ini menjadi aktivitas ekonomi yang penting yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk mendapatkan pengalaman mengenai alam dan
budaya untuk dipelajari dan memahami betapa pentingnya konservasi keanekaragaman hayati dan budaya lokal. Pada saat yang sama ekowisata dapat
Universitas Sumatera Utara
memberikan generating income untuk kegiatan konservasi dan keuntungan ekonomi pada masyarakat yang tingal di sekitar lokasi ekowisata. Ekowisata dikatakan
mempunyai nilai penting bagi konservasi dikarenakan ada beberapa hal antara lain: 1.
Memberikan nilai ekonomi bagi daerah yang mempunyai tujuan kegiatan konservasi pada daerah yang dilindungi.
2. Memberikan nilai ekonomi yang dapat digunakan untuk program konservasi di
daerah yang dilindungi. 3.
Menimbulkan penambahan pendapatan secara langsung dan tidak langsung kepada masyarakat disekitar lokasi ekowisata.
4. Dapat mengembakan konstituen yang mendukung konservasi baik tingkat
lokal,nasional dan internasional. 5.
Mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan 6.
Mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati. Kegiatan ekowisata biasanya berada di daerah tropis yang mempunyai
keanekaragaman yang tinggi dan banyak flora dan fauna yang bersifat endemik sehingga kondisi tersebut rentan untuk mengalami perubahan. Dari sisi nilai tambah
ekowisata, ada kemungkinan dalam implementasi program tersebut apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan sebaliknya yang asalnya mendukung terhadap
kelestarian lingkungan hidup malah menjadi mendorong terjadinya kerusakan lingkungan hidup di daerah tersebut.
Secara konseptul ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-
Universitas Sumatera Utara
upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya, ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di
tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan alam dan budaya, dan meningkatnkan kesejahtraan masyarakat setempat.
Oleh karena itu dalam pengembangan ekowisata perlu adanya rencana pengelolaan yang mengacu kepada tujuan utama awalnya yaitu mendorong
dilakukannya pengawetan lingkungan hidup, sehingga ekowisata perlu di rencanakan pengelolaannya dengan mengintergrasikan dalam pendekatan sistem untuk konservasi
yang menggunakan desain konservasi. Defenisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The
Ecotourism society 1990 sebagai berikut : Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan
melestraikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan
di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk
ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata
Universitas Sumatera Utara
kemudian didefinisikan sebagai berikut, Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat
menciptakan industri pariwisata Eplerwood, 1999. Ekowisata adalah pariwisata yang tidak hanya berwawasan lingkungan dan
menghormati martabat dan keanekaragaman budaya lainnya, namun juga memperhatikan sumber-sumber daya yang dapat diperbaharui Boeger, 1991:2.
Rumusan ecotourism sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sebagai berikut:
Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of
studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations both past and present found in the
areas.”
Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi tercemari dengan
tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh- tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang
ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.
Rumusan di atas hanyalah penggambaran tentang kegiatan wisata alam biasa. Rumusan ini kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society
TIES pada awal tahun 1990 yaitu sebagai berikut: Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the
environment and improves the welfare of local people.” Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang
alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat”.
Definisi ini sebenarnya hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam
terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan
Universitas Sumatera Utara
kesejahtraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan
sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh
para pelaku ekowisata. Adanya aspek kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian
lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh: 1.
Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber daya alam.
2. Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat.
3. Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif
masyarakat setempat. 4.
Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi economical benefit dari lingkungan yang lestari.
5. Kehadiran wisatawan khususnya ekowisatawan ke tempat-tempat yang
masih alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata,
porter, membuka homestay, pondok ekowisata ecolodge, warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat
meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pengertian Ekowisata Berbasis Komunitas community-based ecotourism merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh
masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil
kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan
kegiatan ekowisata. Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikan ekowisata sebagai
perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal responsible travel to
natural areas that conserves the environmentandn improves the well-being of local people TIES, 2000.
Australian Department of Tourism Black, 1999 mendefinisikan ekowisata sebagai wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan
interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis.
Defenisi yang dikemukakan oleh Australian Department of Tourism ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya
bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus alternative tourismspecial interest tourism dengan objek dan daya tarik wisata
alam.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Kriteria Ekowisata
Konsep ekowisata dibangun dengan beberapa prinsip, kriteria, dan uraian berikut ini akan memaparkan beberapa kriteria ekowisata.
Kawasan hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keaneka ragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri dari Kawasan Pelestarian Alam meliputi taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, Kawasan Suaka
Alam meliputi suaka margasatwa dan cagar alam, serta Taman Buru. Kawasan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuah dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
wilayah sistem penyangga kehidupan. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam, yang
mempunyai fungsi sebagai: Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan.
Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
Universitas Sumatera Utara
Kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang
terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi yang berfungsi sebagai: Kawasan pariwisata dan rekreasi alam, disamping,
Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan
alam. Prinsip ekowisata menurut Masyarakat Ekowisata Indonesia MEI antara lain :
1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian
lingkungan. 2.
Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat.
3. Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.
4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang
dianut masyarakat setempat. 5.
Memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan dan kepariwisataan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
3.1 Kawasan Ekowisata Tangkahan
Kawasan Ekowisata Tangkahan ádalah nama yang ditetapkan untuk memperjelas sebutan pada batas kawasan pengelolaan dalam lingkup kesepakatan
kerjasama memorandum of understanding yang ditanda tandangani oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan Lembaga Pariwisata Tangkahan pada 22 April
2002 dan 23 Juli 2006 seluas 17.500 ha, yang merujuk pada ketentuan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.19Menhut – II2004 tentang kolaborasi kawasan
Pelestarian Alam dan kawasan Suaka Alam. Dimana letak kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut terletak pada Koordinat 03
˚ 37΄ 45 – 03˚ 44΄ 45˝ LU sd 098˚ 00΄ 00˝ - 098˚ 06΄ 45˝ BT. Kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut terletak di wilayah
Resort BB_TNGL Tangkahan dan sebahagian masuk dalam wilayah Resort BB_TNGL Cinta Raja, SPTN VI – Besitang pada wilayah BPTN IIIStabat Balai
Besar Taman Nasional Gunung Leuser di bagian Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah administratif kabupaten Langkat.
Kawasan Ekowisata Tangkahan terletak di kecamatan Batang Serangan yang merupakan pemekaran wilayah kecamatan dari kecamatan Padang Tualang.
Kecamatan Batang Serangan memiliki 6 wilayah Desa Sungai Serdang, Namo Sialang, Sungai Musam, Kuala Musam, Sungai Bamban dan Karya Jadi dan 1
wilayah kelurahan yaitu kelurahan Batang Serangan yang merupakan ibukota
Universitas Sumatera Utara
kecamatan Batang Serangan. Kecamatan Batang Serangan memiliki luas 99. 332 hektar 993, 32 Km2 dengan jumlah penduduk 13.776 jiwa dengan kepadatan
penduduk rata-rata 38 jiwakm2. Tiga wilayah desa dalam wilayah administratif kecamatan Batang Serangan tersebut memiliki berbatasan wilayah hutan Taman
Nasional Gunung Leuser yaitu Desa Sungai Serdang, Desa Namo Sialang dan Desa Sungai Musam. Kecamatan Batang Serangan berbatasan di sébelah Utara dengan
kecamatan Sungai Lepan dan Sawit Seberang, di sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Bahorok, sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Padang Tualang
dan di sebelah Barat berbatasan dengan kawasan hutan TNGL di wilayah Nangroe Aceh Darussalam NAD.
Kawasan Ekowisata Tangkahan Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang meliputi 30 wilayah dusun yang terdiri dari dusun masyarakat kampung dan dusun
kebun dari keberadaan afdeling perkebunan PTPN II Kebun kuala sawit dan wilayah afdeling perkebunan swasta PT. Prima dan PT. Puskopad. Jarak lokasi kegiatan dari
kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah kurang lebih 95 kilometer, dengan kondisi jalan yang telah hampir rampung diperbaiki secara
bertahap. Kondisi jalan yang mengalami kerusakan terletak pada dua wilayah kewenangan yaitu pada kewenangan kebijakan pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten sehingga menyulitkan koordinasi bagi upaya pembangunannya. Aksesbilitas dapat ditempuh dengan menggunakan bus umum “Pembangunan
Semesta“ melayani rute Medan Terminal Pinang Baris menuju Kawasan Ekowisata Tangkahan pada pada jam-jam tertentu karena kondisi jalan jalan milik perkebunan
Universitas Sumatera Utara
yang cukup parah sepanjang 13 kilometer. Akan tetapi transportasi menuju ke lokasi Kawasan Ekowisata Tangkahan dapat ditempuh dengan ojeg maupun mobil carteran
setiap setengah jam dengan menggunakan bus tersebut apabila hanya sampai lokasi simpang Namu Unggas 8 kilometer sebelum Tangkahan.
3.2 Sosial
Kawasan Ekowisata Tangkahan merupakan kawasan yang mempunyai status sosial yang dianggap cukup baik jika dilihat dari pendapatan perkapitanya, namun
jika dilihat dari perbandingan jumlah bangunan sekolah dengan jumlah penduduk, status sosial dianggap rendah karena jumlah bangunan sekolah yang ada tidak cukup
menampung semua warga yang wajib sekolah dan yang sedang bersekolah.
3.3 Sejarah Awal Terbentuknya Kawasan Ekowisata Tangkahan
Kawasan Ekowisata Tangkahan pada awal abad ke 20 tahun 1900 merupakan kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung natur reservaat dan hutan
produksi, dimana model ladang berpindah-pindah maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, kayu bakar, berburu dan lainnya merupakan bahagian dari
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dalam bingkai kearifan tradisional. Walaupun begitu, beberapa pengusaha dari luar memulai pengelolaan kayu pada era 1930
melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga kerja generasi pertama, dan proses pengelolaan kayu dengan menggunakan alat tradisional dan diangkut ketepi sungai
oleh beberapa ekor kerbau, dan dialirkan melalui sungai ke Tanjung Pura. Era ini merupakan langkah permulaan penduduk tersebut mencari sumber penghasilan baru
selain bercocok tanam tanaman berumur panjang dengan pola persil.
Universitas Sumatera Utara
Pada pertengahan tahun 1960 dimulai gelombang pengelolaan kayu generasi kedua yang lebih besar dengan melibatkan beberapa pemodal luar. Seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk, pasokan kayu tetap didistribusikan ke kota Tanjung Pura yang merupakan hilir sungai Batang Serangan. Sisa eksploitasi kayu tersebut
menjadi areal perladangan masyarakat melalui SIM Surat Izin Menggarap, dan komoditi nilam adalah salah satu komoditi unggulannya, disamping itu getah mayang
dan jelutung sudah mulai dipungut oleh penduduk dengan agen dari luar serta beberapa tanaman lainnya.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk perkebunan semakin luas dan ditetapkannya kawasan hutan tersebut menjadi Taman
Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu yang sudah tidak terbatas antara Kawasan Hutan Produksi atau Taman Nasional.
Serta selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang menjadi kebiasaan penduduk
Akhir 1980, beberapa tokoh l bebas dari penjara ilegal logging, sebahagian meneruskan aktivitasnya dan sebahagian lagi menginisiatif membuka objek wisata
yang selanjutnya diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda di dusun setempat; Kuala Gemoh dan Kuala Buluh Desa Namo Sialang.
Kebangkitan pariwisata kembali bermula dan dipelopori oleh pemuda dan pemudi di Desa Namo Sialang dan Desa Sungai Serdang yang menginginkan
perubahan sosial dan ekonomi, obsesi modernisasi. Dengan konsep pengembangan pariwisata maka dibentuklah Tangkahan Simalem Ranger pada 22 April 2001, yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebuah perkumpulan yang mempelopori pengembangan bukan hanya sungai tetapi hutan juga dapat menjadi tempat pariwisata seperti di Bukit Lawang, serta upaya
pemberhentian berbagai aktivitas-aktivitas pembalakan kayu dan perambahan yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri untuk diberhentikan. Gerakan pemuda-
pemudi tersebut berubah menjadi sebuah gerakan sosial di desa Namo Sialang dan desa Sei.Serdang, dimana mereka aktif dalam aktivitas sosial desa, musyawarah
maupun berbagai kegiatan adat, yang akhirnya menarik simpati kalangan orang tua, melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mendorong terciptanya sebuah gagasan baru
dan gerakan ini mempengaruhi banyak pola pikir baru masayarak tentang nilai-nilai keorganisasian.
Akhirnya pada tanggal 19 Mei tahun 2001, atas inisiatif Tangkahan Simalem Ranger berkumpulah pemimpin-pemimpin kelompok penebang, perambah, tokoh-
tokoh masyarakat, dan perangkat Desa Namo Salang serta Desa Sei Serdang yang kemarin terlibat konflik secara langsung maupun tidak langsung, bersepakat untuk
mengembangkan pariwisata dengan menetapkan beberapa tokoh sebagai dewan pengurus. Musyawarah ini kemudian disebut sebagai Kongres I Lembaga Pariwisata
Tangkahan melalui proses pemungutan suara untuk memilih dewan pengurus, ADART dan menyusun dasar-dasar pengembangan pariwisata. Hari itu disebut
sebagai Kongres I dan merupakan tonggak penting dalam pelestarian Taman Nasional Gunung Leuser, hal ini merupakan prestasi pemuda-pemudi local yang tergabung
dalam Tangkahan Simalem Ranger yang mana pada saat itu hanya berpikir sederhana tentang pariwisata bukan pada aspek luas lainnya..
Universitas Sumatera Utara
Seiring waktu berjalan, karena banyaknya objek wisata yang cukup menarik semua terdapat di dalam Taman Nasional, maka Lembaga Pariwisata Tangkahan
menyepakati membuat sebuah kerjasama MoU dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser yang ditandatangani pada 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL
saat itu Ir. Awriya Ibrahim MSc selaku pemangku kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang
melalui Lembaga Pariwisata Tangkahan Njuhang Pinem sebagai ketua umum Lembaga Pariwisata Tangkahan mengatakan bahwa penandatanganan tersebut
merupakan hal yang cukup berani dilakukan pada saat itu, karena merupakan dipercayakan atas property right aset kolektif seluas kurang lebih 17.500 ha zona
inti TNGL batas administratif desa untuk pengembangan ekowisata. Sebagai kewajibannya masyarakat desa Namo Sialang dan masyarakat desa Sei.Serdang
bertanggung jawab penuh didalam pengamanan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut.
Seiring waktu berjalan kekhawatiran banyak pihak tentang penandatanganan tersebut tidak terbukti, malah dapat menjadi moment penting di Taman Nasional
Gunung Leuser selanjutnya untuk menginisiasi kolaborasi managemen sebelum diterbitkannya P.19Tahun 2004 tentang kolaborasi managemen kawasan KPA dan
KSA. Kini acuan kolaborasi tersebut serta berbagai sistem dan strategi pengembangan kawasan telah banyak diadopsi di tingkat nasional dan internasional.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT
Lembaga Pariwisata Tangkahan merupakan lembaga lokal yang bergerak dalam sistem kolaburasi dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
BBTNGL dibentuk pada tanggal 19 Mei 2001 yang bertanggung jawab penuh dan sebagai wadah pengembangan Kawasan Ekowisata Tangkahan yang dibentuk
berdasarkan hasil mufakat di dua desa, Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. Dengan berbekal semangat dan keinginan Lembaga Pariwisata Tangkahan dapat
menunjukkan diri sebagai peran penting strategi ekonomi pada pencapaian sasaran di bidang perekonomian adalah mematangkan konsep ”Kewirausahaan Bisnis Kolektif
Konservasi” dimana melalui Kongres ke IV 2009 telah berhasil merekomendasikan TAP KONGRES : III Tahun 2009 tentang kebijakan ekonomi dalam pengelolaan
Kawasan Ekowisata Tangkahan, maka Badan Pengurus Lembaga Pariwisata Tangkahan menindak lanjutinya dengan melakukan rapat pembahasan untuk
menyusun dan menetapkan kebijakan Ekonomi. Sebagai Lembaga Lokal yang telah mampu merubah pandangan hidup
masyarakat awam menjadi masyarakat sadar wisata, LPT juga memiliki beberapa kerjasama dengan steakholder yang ada sekarang ini antara lain seperti :
1. Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser BBTNGL secara kolaborasi
mendukung penuh dalam program-program Lembaga Pariwisata Tangkahan untuk mewujudkan Kawasan Ekowisata Tangkahan menjadi kawasan tujuan
wisatawan dan kawasan konservasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Conservation Response Unit CRU kerjasama dalam bentuk monitoring
hutan dan penyedian paket wisata safari gajah untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat di Kawasan Ekowisata Tangkahan. 3.4.1 Badan Usaha Milik Lembaga BUML
Peranan penting strategi ekonomi pada pencapaian sasaran di bidang perekonomian adalah mematangkan konsep ”Kewirausahaan Bisnis Kolektif
Konservasi” dimana melalui Kongres ke IV 2009 telah berhasil merekomendasikan TAP KONGRES : III Tahun 2009 tentang kebijakan ekonomi dalam pengelolaan
Kawasan Ekowisata Tangkahan, maka Badan Pengurus Lembaga Pariwisata Tangkahan menindak lanjutinya dengan melakukan rapat pembahasan untuk
menyusun dan menetapkan kebijakan Ekonomi. Community Tour Operator CTO : adalah salah satu BUML yang telah
berdiri dan berkembang sejak tahun 2003 sebagai sebuah tour operator milik Lembaga Pariwisata Tangkahan yang mengelola seluruh produk, marketing
managemen perjalanan wisatawan di Kawasan Ekowisata Tangkahan dalam prinsip satu pintu. Didalam perkembangan CTO pada rentang 2003-2006 adalah fase
pembentukan yang sangat berat dimana memulai usaha tersebut tanpa modal awal. Indikator keberhasilan yang dicapai adalah keberhasilan membangun model
managemen kawasan dalam prinsip satu pintu. Kondisi neraca keuangan selalu minus tetapi pasar wisata mulai mengenal
Kawasan Ekowisata Tangkahan dan melakukan informasi kawasan kepada CTO. Pada tahun pertengahan 2006 visitor center Tangkahan dibangun, pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
pengunjung sudah lebih meningkat dan dengan dukungan kantor pemasaran dari FFI pada satu ruangan telah berhasil memperluas pangsa pasar ketingkat global direct
indirect dengan membukukan jumlah kunjungan tamu mancanegara sebanyak 153 orang di akhir tahun 2006 yang meningkat 243 dibandingkan awal pembentukan
CTO di tahun 2003 hanya 63 kunjungan tamu mancanegara. Kunjungan domestik meningkat 342 pada rentang waktu 2003-2006 dimana kunjungan domestik tahun
2003 sebanyak 2.243 orang pada akhir tahun 2006 meningkat menjadi 7.668 orang. Pada rentang waktu 2006-2009 tingkat kunjungan meningkat cukup signifikan
dimana kunjungan mancanegara tahun 2007 mencapai 431 orang dan pada tahun 2008 telah berhasil menembus angka 800 kunjungan mancanegara, begitu juga
dengan kunjungan domestik. Pada awal 2009 dilakukan restrukturisasi managemen CTO yang berhasil meningkatkan jumlah kunjungan pada akhir Juni sebanyak 319
orang dan booking di bulan Juli sudah mencapai 294 orang, optimis diakhir tahun 2009 akan mencapai lebih dari 1.000 kunjungan wisatawan mancanegara.
Diagendakan pada pertengahan semester 2009 akan dilakukan restrukturisasi managemen kembali untuk menyambut tahun kunjungan wisatawan 2010 mendatang.
Pada pertengahan Juni 2009, dengan menggunakan anggaran dana dari GEFSGP Indonesia CTO telah memiliki kantor pemasaran sendiri beserta sarana
prasarana lengkap untuk marketing. Ini semakin memudahkan berbagai kegiatan promosi dan pemasaran Kawasan Ekowisata Tangkahan. Kantor pemasaran ini juga
akan menjadi kantor representative dari Lembaga Pariwisata Tangkahan di Medan untuk memudahkan berbagai bentuk kolaborasi informasi.
Universitas Sumatera Utara
Camping Ground Management CGM: adalah salah satu BUML yang telah berdiri dan berkembang sejak tahun 2004 sebagai sebuah managemen pengelolaan
areal bumi perkemahan seluas 20,000 M2 yang terletak pada koordinat 03 ˚ 41΄ 42˝
sd 03 ˚ 41΄ 33.0˝ LU dan 098˚ 04΄ 11,5˝ sd 098˚ 04΄ 16.0˝ BT di dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Leuser di Kawasan Ekowisata Tangkahan. CGM mengelola seluruh kegiatan kunjungan diareal bumi perkemahan tersebut.
Tingkat kunjungan di areal bumi perkemahan sangat fluktuatif tergantung pada masa liburan pelajar dan mahasiwa sebagai pangsa pasar utama dari pengelolaan
bumi perkemahan tersebut. Tingkat kunjungan rata-rata pertahun adalah 200-500 orang kunjungan yang lebih didominasi oleh pengunjung domestik. Konsep wisata
terbatas yang diterapkan di bumi perkemahan yang masuk pada zona semi intensif adalah daya dukung fisik adalah 1.000 oranghari atau 360.000 orangtahun, daya
dukung riil adalah 43 oranghari atau 15.480 orangtahun dan daya dukung efektif adalah 10 oranghari atau 3.600 orangtahun. Mengingat pendapatan CGM yang
hanya bersumber dari karcis masuk kawasan camping ground maka pada tahun 2009 ini, akan dilakukan restrukturisasi management dan reorientasi pengembangan. Di
samping itu keberadaan sarana prasarana bumi perkemahan yang masih sangat minim membutuhkan konsentrasi khusus bagi upaya pengembangan secara optimal.
Pada pertengahan Juni 2009, dengan menggunakan anggaran dana dari GEFSGP Indonesia Lembaga Pariwisata Tangkahan mengalokasikan sarana dan
prasarana untuk mengoptimalkan pengembangan camping ground pada beberapa kebutuhan yang sangat vital, dan untuk melakukan diversifiaksi produk wisatanya
Universitas Sumatera Utara
akan dikembangkan program outbound dan alam bebas lainnya agar BUML ini memberikan manfaat yang lebih besar terhadap kawasan Tangkahan.
3.4.1.1 Badan Usaha Yang Akan Dikembangkan Dalam Jangka Pendek
Tangkahan Event Organizer TEO: adalah salah satu BUML yang digagas pada tahun 2006 dan baru akan didirikan dan dikembangkan tahun 2009 ini sebagai
sebuah donation management event Organizer di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Tangkahan event Organizer akan mengelola berbagai event promo didalam
dan luar Kawasan Ekowisata Tangkahan, managemen periklanan dan percetakan, entertainment, management donation card member card, management media lokal
dll di Kawasan Ekowisata Tangkahan, dengan menggunakan anggaran dana dari GEFSGP Indonesia LPT mengalokasikan belanja sapras alat cetak Pvc untuk
pengembangan member card donations card bekerjasama dengan BBTNGL yang akan membiayai pengembangan badan usaha lainnya disamping manfaat sarana
prasarana lainnya. Eco Craft Processing ECRAP : adalah salah satu BUML yang digagas pada
tahun 2006 dan baru akan didirikan dan dikembangkan tahun 2009 ini sebagai sebuah BUML di bidang pengolahan sampah produk samping untuk pengembangan
industri produktif. Eco Craft Processing ECRAP akan mengelola berbagai produk samping dari
berbagai komoditi yang terdapat di Kawasan Ekowisata Tangkahan dan terutama sebagai badan usaha untuk mengendalikan sampah yang akan diolah untuk
handycraftsouvenirs dan pupuk organikbriket organic. Badan usaha ini akan
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan melalui donasi publik yang dikembangkan oleh TEO dan telah mendapat komitmen dari berbagai pihak untuk melakukan kerjasama program
penanaman modal usaha. Greenindo Properties GP: adalah salah satu BUML yang digagas pada
tahun 2006 dan baru akan didirikan dan dikembangkan tahun 2009 ini sebagai badan usaha yang mengembangkan dan mengelola Property dibidang wisata alam di
Kawasan Ekowisata Tangkahan. Greenindo Properties GP akan mengelola dan mengembangkan seluruh asset property yang dimiliki oleh LPT di Kawasan
Ekowisata Tangkahan seperti guesthouse, restaurant, coffee shop, rumah pohon, rumah gua, homestay, aula, land invest, mapping design prasarana dll. Badan usaha
ini merupakan salah satu BUML yang bersifat strategis karena memiliki kewenangan secara penuh mengelola property di dalam kawasan TNGL treehouse cavehouse.
Sumber investasi akan berasal dari LPT, Koperasi BBTNGL maupun donasi publik.
3.4.1.2 Badan Usaha Yang Akan Dikembangkan Dalam Jangka Menengah :
Tangkahan Non Timber TNT : Adalah salah satu BUML yang digagas pada tahun 2006 dan baru akan didirikan dan dikembangkan sejak tahun 2009 ini sebagai
sebuah badan usaha yang mengelola seluruh Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK di
Kawasan Ekowisata Tangkahan. Tangkahan Non Timber akan mengelola seluruh
aspek pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK yang bersumber dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kawasan Ekowisata Tangkahan dengan
berkolaborasi dengan BBTNGL akan dikembangkan berbagai kegiatan pemanfaatan hulu untuk distribusikan sebagai pemenuhan bahan baku bagi BUML lain yang
Universitas Sumatera Utara
terkait di Kawasan Ekowisata Tangkahan berdasarkan quota dari BBTNGL dalam
prinsip satu pintu. Water Resources Processing WRP: Adalah salah satu BUML yang digagas
pada tahun 2006 dan baru akan didirikan dikembangkan sejak tahun 2009 ini sebagai sebuah badan usaha yang mengelola seluruh sumber daya air dan
prosesingnya di Kawasan Ekowisata Tangkahan.
Water Resources Prossesing akan mengelola seluruh sumberdaya air dan prosesingnya sampai ketahap industri yang bersumber dari dalam kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Dengan berkolaborasi dengan BBTNGL akan dikembangkan berbagai produksi hulu sampai ke proses
kehilir dan distribusinya untuk pengembangan instalasi air bersih, air kemasan dan berbagai penggunaan lain dalam prinsip satu pintu.
Community Green Energy CGE: adalah salah satu BUML yang digagas
pada tahun 2006 dan baru akan didirikan dan dikembangkan tahun 2009 ini sebagai badan usaha yang mengembangkan dan mengelola energi baru dan terbarukan di
Kawasan Ekowisata Tangkahan sekitarnya. Community Green Energy akan
mengelola seluruh sumberdaya alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku energi baru dan terbarukan untuk pengembangan Bahan Bakar
NabatiBiofuel ; Bio-etanol, Bio-kerosin, Bio-diesel, Bio-Gas, Bio-Briket dan pengembangan sumber energi
listrik terbarukan seperti ; Tenaga air mikrohidrominihidro, tenaga angin, tenaga surya, tenaga Bio-Gas, tenaga bio
Universitas Sumatera Utara
massa dan pengembangan produk samping dari proses hulu kehilir serta
pendistribusiannya dalam prinsip satu pintu.
Tangkahan Agrinusa T A: adalah salah satu BUML yang digagas pada tahun 2006 dan baru akan didirikan dan dikembangkan tahun 2009 ini sebagai badan usaha
yang mengembangkan dan mengelola seluruh sektor pengembangan pertanian terpadu di Kawasan Ekowisata Tangkahan dan sekitarnya yang meliputi: pertanian,
peternakan dan perikanan disektor produksi sampai ketahap industri hilir yang dikembangkan di luar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Di dalam badan
usaha ini juga akan dikembangkan berbagai bentuk pengawetan jenis satwa dan tumbuhan dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser untuk mendukung
upaya konservasi jenis dan pengayaan komoditas di sektor pertanian. Eco Industrial Manufacturing ECIM: adalah salah satu BUML yang digagas
pada tahun 2006 dan baru akan didirikan dan dikembangkan tahun 2009 ini sebagai badan usaha yang mengembangkan dan mengelola proses pengolahan hilir berbagai
bahan baku lokal dan penerapan IPTEK untuk berbagai proses produksi yang
potensial dikembangkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan dan sekitarnya.
Eco Industrial Manufacturing akan mengelola dan mengembangkan seluruh sektor perindustrian yang memproduksi berbagai bahan baku dan produksi samping
yang terdapat di Kawasan Ekowisata Tangkahan dan sekitarnya secara terpadu dan proses industri yang menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara tepat guna.
Lingkup badan usaha ini meliputi berbagai proses pengolahan dan pabrikasi bahan baku dan produksi samping dari sumber potensi yang terdapat di wilayah desa dan
Universitas Sumatera Utara
kawasan hutan serta mengintegrasikan produksinya kepada berbagai badan usaha milik BUML disektor hilir.
Proyek Pengembangan Desa Model Konservasi di Kawasan Ekowisata Tangkahan
adalah dengan suatu pendekatan Concervations Businnes Enterpreneurship CBE yang menitik beratkan pada optimalisasi pengembangan
Badan Usaha Milik Lembaga BUML. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan akses terhadap jasa keuangan yang berkelanjutan yang memungkinkan masyarakat di
Kawasan Ekowisata Tangkahan meningkatkan pendapatan, meningkatkan aset, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap goncangan eksternal. Keuangan mikro
memungkinkan rumah tangga berpendapatan rendah untuk beralih dari sekedar perjuangan untuk bertahan hidup dari hari ke hari menuju perencanaan masa depan,
investasi untuk gizi yang lebih baik, peningkatan kondisi kehidupan, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan anak-anak.
Keberlanjutan keuangan sangat diperlukan di Kawasan Ekowisata Tangkahan agar mampu menjangkau modal dalam jumlah yang lebih besar untuk meningkatakan
kapasitas dan volume produksi yang lebih luas. Kebanyakan usaha ditingkat lokal tidak bisa mengakses jasa keuangan karena kurangnya perantara keuangan yang kuat.
Membangun lembaga keuangan yang berkelanjutan bukanlah tujuan akhir itu sendiri. Lembaga keuangan yang berkelanjutan merupakan satu-satunya cara untuk
menjangkau modal dalam skala dan dampak yang lebih berarti melampaui apa saja yang sanggup didanai oleh Lembaga Pariwisata Tangkahan.
Universitas Sumatera Utara
Berkelanjutan adalah kemampuan penyedia keuangan mikro untuk menutupi seluruh biaya yang diperlukan. Kemampuan ini memungkinkan keberlanjutan
operasional penyedia keuangan mikro dan penyediaan jasa keuangan yang terus menerus bagi pengembangan usaha ditingkat lokal. Mencapai keberlanjutan keuangan
artinya mengurangi biaya-biaya transaksi, menawarkan produk dan jasa lebih baik yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dan menemukan cara-cara baru untuk
menjangkau masyarakat usaha ditingkat lokal yang belum mendapatkan pelayanan dari bank.
Dengan dukungan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, pada 14 September 2009 Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan bidang Teknis Konservasi
memberikan dukungan permodalan untuk Pengembangan ; ”Lembaga Keuangan Konservasi Mikro” agar dapat membiayai pengembangan Badan Usaha Milik
Lembaga BUML dimana secara jangka panjang dapat mendukung membiayai program konservasi kawasan Taman Nasional Gunung Leuser secara lestari dan
berkelanjutan. Tujuan Proyek Pengembangan Desa Model Konservasi di Kawasan
Ekowisata Tangkahan antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara Badan
Usaha Milik Lembaga BUML sebagai perusahaan inti dan kewirausahaan swasta sebagai plasma, serta membantu pengembangan Lembaga Keuangan Konservasi
Mikro dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien. Dalam melakukan kemitraan hubungan kemitraan Badan Usaha Milik Lembaga berfungsi
Universitas Sumatera Utara
sebagai perusahaan inti, kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh Badan Usaha Milik Lembaga BUML, dimulai dari penyediaan sarana produksi,
bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi kepada plasma. Kerjasama kemitraan ini kemudian akan menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak Lembaga Keuangan
Konservasi Mikro yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha plasma. Proyek Pengembangan Desa Model Konservasi ini sebagai model pendekatan
pengembangan kewirausahaan bisnis kolektif konservasi yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra
untuk mengembangkan dan menumbuhkan bisnis kewirausahaan konservasi di Kawasan Ekowisata Tangkahan secara khususnya dan kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser secara umum yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN SEBAGAI POTENSI UTAMA