Kajian Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

(1)

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN

FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA

TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT

PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

Irni Indah Sari Nst 051201010 Manajemen Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2 0 1 0


(2)

ABSTRAK

IRNI INDAH SARI NASUTION, Kajian Kepuasan Pengunjung dan

Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. DIbimbing oleh AGUS PURWOKO dan

MA’RIFATIN ZAHRA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk wisata yang meliputi atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan, mengetahui produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, mengetahui atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung serta fasilitas yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 responden dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh nyata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan, yang memiliki pengaruh paling dominan yaitu aksesibilitas setelah diuji secara simultan (serentak) dan parsial (sendiri-sendiri). Persamaan regresi linier bergandanya adalah Y= 7.053 + 0.093 X1 + 0.035 X2 + 0.333 X3.

Atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung adalah tubing dan sungai, sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan berdasarkan persepsi pengunjung berdasarkan skala prioritas adalah toko souvenir, toilet dan rumah makan.

Kata kunci : kawasan ekowisata Tangkahan, produk wisata, regresi linier


(3)

ABSTRACT

Study of satisfaction of visitor and development of facility torism in area of Ekowisata Tangkahan of sub Province of Langkat Province North Sumatera. Guded by Agus Purwoko and Ma”rifatin zahrah

This research arm to know what product tourism covering attraction tourism, facility of tourism and aksesbility have and effect on to visitor satisfaction in area of ekowisata Tangkahan, knowing product tourism owning influence most dominant by using doubled linear analysis regression, knowing attraction and the most object tourism enthused by the visitor and also facility which require to be enchanced in area of ekoturism. Sump up the sampel taken by 100 responden with the technique of intake sampel used by purposive sampling.

Attraction most tourism enthused by the visitor is tubing and river, while facility which require to be enchanced by pursuant to visitor perception to priority scale is souvenir shop, toilet and restaurant


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 07 Juli 1987 dari Ayahanda Irham Dinni Nasution, S.Sos dan Ibunda Neny Suwarti. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.

Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Taman Harapan Medan. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 35 Medan. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 08 Medan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Univeritas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Deoartemen Kehutanan, Program Studi Manajemen Hutan pada tahun 2005 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Penu;lis telah melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (P3H) pada bulan Juli 2006 di Hutan Pegunungan Lau Kawar dan Hutan Mangrove Tanjung Balai. Pada tahun 2009 penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tujuan untuk mengetahui apakah produk wisata yang meliputi atraksi wisata, dasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di kawasan ekowisata Tangkahan, mengetahui produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan terhadp kepuasan pengunjung di kawasan ekowisata Tangkahan dan untuk mengetahui atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung serta fasilitas yang perlu ditambahkan di kawasan ekowisata Tangkahan.

Selama pengerjaan skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, inspirasi dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini, Lembaga Pariwisata Tangkahan yang telah membantu penulis selama penelitian di lapangan, kedua orangtua penulis serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Pemulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata ... 5

Motivasi Berwisata ... 6

Produk Wisata ... 8

Pengertian Wisatawan ... 10

Konsep Ekowisata... 11

Daya Dukung Objek Wisata ... 15

Regresi Linear Berganda ... 17

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Alat dan Bahan ... 18

Teknik Pengambilan Sampel ... 18

Teknik Pengumpulan Data ... 19

Data Primer ... 20

Data Sekunder ... 20

Pengukuran Variabel Penelitian ... 20

Analisa Data Regresi Linear Berganda ... 20

Persentase Pengunjung ... 22

Analisis Deskriptif ... 23


(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis dan Bats Wilayah... 24

Topografi dn Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan) ... 25

Keragaman Flora dan Fauna ... 26

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat... 27

Sarana dan Prasarana ... 29

Atraksi dan Kegiatan Ekowisata ... 30

Karakteristik Responden Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Komposisi Responden Berdasarkan Usia ... 36

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 38

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Kedatangan ... 39

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan .... 40

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 41

Analisis Regresi Linier Berganda ... 41

Objek dan Atraksi di Kawasan Ekowisata Tangkahan ... 45

Fasilitas Wisata di Tangkahan ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kelamin ... 36

Tabel 2. Rekapitulasi data responden berdasarkan usia ... 36

Tabel 3. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 37

Tabel 4. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendapatan ... 38

Tabel 5. Rekapitulasi data responden berdasarkan daerah kedatangan ... 40

Tabel 6. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kendaraan ... 40

yang digunakan Tabel 7. Rekapitulasi data responden berdasarkan cara melakukan kunjungan .... 41

Tabel 8. Rekapitulasi penilaian responden terhadap objek wisata di Tangkahan ... 45

Tabel 9. Rekapitulasi penilaian responden terhadap atraksi wisata di Tangkahan ... 46

Tabel 10. Fasilitas wisata yang perlu ditambahkan menurut persepsi pengunjung ... 48


(9)

ABSTRACT

Study of satisfaction of visitor and development of facility torism in area of Ekowisata Tangkahan of sub Province of Langkat Province North Sumatera. Guded by Agus Purwoko and Ma”rifatin zahrah

This research arm to know what product tourism covering attraction tourism, facility of tourism and aksesbility have and effect on to visitor satisfaction in area of ekowisata Tangkahan, knowing product tourism owning influence most dominant by using doubled linear analysis regression, knowing attraction and the most object tourism enthused by the visitor and also facility which require to be enchanced in area of ekoturism. Sump up the sampel taken by 100 responden with the technique of intake sampel used by purposive sampling.

Attraction most tourism enthused by the visitor is tubing and river, while facility which require to be enchanced by pursuant to visitor perception to priority scale is souvenir shop, toilet and restaurant


(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan karunia Tuhan yang memiliki banyak manfaat. Diantaranya sebagai tempat hidup berbagai satwa, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air serta pencegahan erosi.

Salah satu manfaat hutan yang berkembang cukup potensial saat ini yaitu sebagai tujuan wisata. Peraturan yang berkaitan dengan hutan sebagai kawasan wisata diatur dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun 2010. Kawasan hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam), kawasan suaka alam (Suaka Margasatwa) dan Hutan Lindung melalui kegiatan wisata alam bebas, serta hutan produksi yang berfungsi sebagai wana wisata.

Salah satu objek wisata alam di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Langkat yang cukup terkenal yaitu Kawasan Ekowisata Tangkahan. Tangkahan juga mengandalkan hutan hujan tropis yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Untuk saat ini diperlukan pelestarian hutan sebagai suatu fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan yang bersifat


(11)

konsumtif maka pariwisata memang memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan negara, pendapatan pemerintah baik pusat maupun daerah, pendapatan dunia usaha, bahkan pendapatan masyarakat, sehingga mempunyai nilai ekonomi dan nilai komersial yang tinggi. Bahkan masyarakat setempat yang mengelola Kawasan Ekowisata Tangkahan telah menjalin kerja sama dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser untuk mengelola kawasan taman nasional seluas 17.000 hektar sebagai areal wisata alam.

Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di Kabupaten Langkat juga telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke kawasan wisata Tangkahan. Sehingga diharapkan hal ini dapat dipertahankan bahkan harus ditingkatkan karena berpengaruh positif bagi banyak pihak.

Kawasan Ekowisata Tangkahan sebagai salah satu aset pariwisata di Sumatera Utara perlu diperhatikan mengingat kawasan wisata ini memiliki daya tarik alami yang tidak dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Kawasan ini dihadapkan pada tantangan untuk menarik hati para wisatawan agar mau berkunjung. Karena itulah diperlukan suatu studi mengenai kajian terhadap kepuasan pengunjung yang nantinya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang terkait guna meningkatkan kualitas kawasan ini nantinya. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian ini yaitu: Kajian Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan.


(12)

Perumusan masalah

Tangkahan merupakan salah satu kawasan wisata di Sumatera Utara. Tangkahan memiliki daya tarik alami yang berbeda dengan kawasan lain yang sejenis. Potensi yang dapat ditemukan di Tangkahan diantaranya pemandangan alam yang masih asri, keanekaragaman jenis flora dan fauna dapat ditemukan di sana. Akan tetapi fasilitas dan aksesibilitas di kawasan tersebut saat ini kurang memadai.

Jika potensi yang ada didukung dengan fasilitas dan aksesibilitas yang baik tentunya akan menimbulkan kepuasan berwisata di kawasan tersebut. Untuk itu perlu diketahui faktor apa saja yang saat ini berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung, dengan hasil yang nantinya diperoleh dapat menjadi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam mengambil kebijakan untuk perencanaan dan pengelolaan yang tepat sehingga berdampak bagi kemajuan kawasan ini ke depannya. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan :

1. Apakah ada hubungan antara produk wisata yang meliputi atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan?

2. Manakah komponen produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan?

3. Atraksi dan objek wisata manakah yang paling diminati pengunjung, serta fasilitas apa yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan?


(13)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah produk wisata, yang meliputi atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan.

2. Mengetahui komponen produk wisata mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan.

3. Mengetahui atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung serta fasilitas yang perlu ditambahkan berdasarkan skala prioritas di Kawasan Ekowisata Tangkahan.

Hipotesis Penelitian

Atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas berpengaruh nyata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pemerintah dan pihak pengelola Kawasan Ekowisata Tangkahan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata maupun untuk pengembangan kawasan wisata selanjutnya.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan serta bahan referensi penelitian lanjutan di Kawasan Ekowisata Tangkahan.


(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Pariwisata

Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Suwantoro, 1997).

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu poerubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu (Suwantoro, 1997).

Untuk memposisikan wisata secara benar pada masyarakat, Dirjen Pariwisata (1992) mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan pariwisata merupakan suatu fenomena yang melibatkan tiga unsur dasar, yaitu:

1. Unsur dinamik yaitu daerah kunjungan wisata yang dipilih 2. Unsur statis yaitu lamanya menetap di tempat yang dituju


(15)

3. Unsur akibat yaitu dampak yang terjadi akibat pelaksanaan program wisata tersebut (Suwantoro, 1997).

Dalam perkembanagn kepariwisataan secara umum muncul pula istilah wisata berkelanjutan. Menurut Swarbrooke (1998) dalam Utama (2006), mengatakan bahwa pada hakekatnya pariwisata berkelanjutan harus terintegrasi pada tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut adalah, (1) dimensi lingkungan, (2) dimensi ekonomi, dan (3) dimensi sosial. Selanjutnya berdasarkan konteks pembangunan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai: pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian (conservation, environmental dimention), memberi peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan (economic dimention) dan mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial ( social dimention ) yang telah ada.

Motivasi Berwisata

Menurut Wahab (1975) motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:

a) Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.


(16)

b) Cultural Motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya.

c) Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya.

d) Fantasy Motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis (Utama, 2006).

Adapun faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut Pitana (2005) dalam Utama (2006) adalah sebagai berikut:

a) Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

b) Relaxtion. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.

c) Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

d) Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (Group tour)


(17)

e) Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau Social Standing.

f) Social interaction.

Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.

g) Romance

Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis.

h) Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru, mempelajari orang lain dan daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata.

i) Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.

j) Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan (Utama, 2006).

Produk Wisata

Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam.


(18)

a) Jasa yang dihasilkan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya.

b) Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat-istiadat, seni budaya dan sebagainya.

c) Jasa yang disediakan alam antara lain: pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya.

Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara lain: Atraksi suatu daerah tujuan wisata, fasilitas yang tersedia, aksesibilitas ke dan dari daerah tujuan wisata (Suwantoro, 1997).

Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Atraksi dapat berdasarkan sumberdaya alam, budaya, etnisitas atau hiburan (Suwantoro, 1997).

Kepariwisataan alam sangat ditentukan oleh keberadaan perilaku dan sifat objek dan daya tarik alam. Atraksi alam dapat dilakukan di objek tertentu di kawasan wisata alam berupa gunung, pantai, sungai, hutan, lembah, gua, hutan, air terjun (Fandeli,dkk, 2000).

Fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti: jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya (Suwantoro, 1997).

Pada umumnya pengembangan kepariwisataan ada hubungan linear dengan aksesibilitas. Aksesibilitas merupakan salah satu aspek penting yang


(19)

mendukung pengembangan pariwisata. Namun untuk kepariwisataan alam hubungan ini tidak signifikan, bahkan untuk kepariwisataan alam tertentu keterjangkauan yang terlalu tinggi dapat mengancam kelestarian suatu kawasan wisata. Aspek tingkat pengalaman menjadi sangat penting dalam pengembangan pariwisata alam. Perjalanan berwisata alam ke wilayah terpencil dengan aksesibilitas rendah, menghasilkan perjalanan dengan tingkat pengalaman dan kepuasan tinggi (Fandeli,dkk, 2000).

Wisatawan

Kata pariwisata sering menonjolkan bidang perjalanan dan juga pertumbuhan meningkat dari orang-orang yang melakukan perjalanan, biasanya disebut turis/wisatwan. Di dunia kepariwisataan dirasakan perlu adanya suatu definisi bersama. Untuk memperoleh definisi bersama itu diselenggarakan Konferensi Roma 1963. oleh United Nation Conference an International Travel and Tourism direkomendasikan definisi: ‘’Setiap orang yang mengunjungi suatu negara bukan dimana ia bermukim, bagi setiap keperluan yang bukan untuk mendapatkan penghasilan, disebut pengunjung. Pengunjung terdiri dari dua kelompok traveller (orang yang melakukan perjalanan), yaitu:

a) Tourist (Wisatawan)

Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara lebih dari 24 jam. Motivasi kunjungannya dapat digolongkan untuk:

- Liburan (rekreasi, kesehatan, studi, agama atau olahraga) - Bisnis


(20)

- Seminar atau konferensi - Dan lainnya

b) Excursionist (Pelancong)

Pengunjung sementara yang melawat kurang dari 24 jam di daerah tujuan kunjungannya dan tidak menginap, termasuk penumpang kapal pesiar.

(Yoeti, 2008).

Di kawasan pemanfaatan kepariwisataan alam dapat dikembangkan segala keperluan pelayanan untuk kepuasan pengunjung yaitu :

1. Pintu gerbang masuk 2. Pusat informasi 3. Kantor pengelola

4. Fasilitas kemudahan pengunjung: telekomunikasi, rumah makan, penginapan, kebersihan lingkungan dan MCK.

5. Rambu-rambu penting bagi pengunjung, terutama petunjuk lokasi-lokasi daya tarik, lokasi berbahaya dan lain-lain beserta penerangan listrik. 6. Jalan-jalan di dalam kawasan pelestarian alam

7. Lokasi-lokasi berkemah di kawasan rimba (Fandeli, dkk, 2000)..

Ekowisata

Istilah ekowisata menurut Hector Ceballos-Lascurain adalah perjalanan wisatawan menuju daeraha alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi. Tujuan utamanya yakni mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan alam (landskap) dan kekayaan hayati yang dikandungnya, seperti hewan dan tumbuhan serta budaya local yang ada di sekitar kawasan (Hakim,


(21)

2004). Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:

1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat

2. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)

3. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata) 4. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai

ekonomi)

Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi) (Departemen Kebudayaan dan

Ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism)

Pariwisata dan WWF, 2009).

Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di


(22)

kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan

Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos transportasi; homestay; menjual kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

WWF, 2009).

dan

Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran implementasi ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai dari level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi non pemerintah diharapkan membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata berbasis masyarakat adalah:

WWF, 2009).

1. Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi masyarakat (nilai partisipasi masyarakat dan edukasi)

2. Prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana ekowisata, kawasan ekowisata, dll (nilai partisipasi masyarakat)


(23)

3. Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi dan edukasi)

4. Pemandu adalah orang setempat (nilai partisipasi masyarakat)

Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata menjadi tanggung jawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya untuk wisatawan (nilai ekonomi dan wisata)

(Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan Ekowisata dan konservasi

WWF, 2009).

Sejak 1970an, organisasi konservasi mulai melihat ekowisata sebagai alternatif ekonomi yang berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun tidak “ekstraktif” dengan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Namun agar ekowisata tetap berkelanjutan, perlu tercipta kondisi yang memungkinkan di mana masyarakat diberi wewenang untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus serta jumlah wisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk masa depan. Ekowisata dihargai dan dkembangkan sebagai salah satu program usaha yang sekaligus bisa menjadi strategi konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi masyarakat. Dengan pola ekowisata, masyarakat dapat memanfaatkan keindahan alam yang masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual isinya (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF, 2009).


(24)

Daya dukung Obyek Wisata

Daya dukung obyek wisata adalah kemampuan areal (kawasan) obyek wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara maksimum tanpa merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Hal ini berarti bahwa daya dukung obyek wisata menurut konsep Mathieson and Wall (1982) berorientasi pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada lingkungan yang mungkin timbul (Mathieson and

Pengelompokan wisatawan untuk menikmati suatu produk wisata pada tempat dan waktu tertentu dapat dijadikan informasi mengenai daya dukung obyek wisata. Dengan kata lain daya dukung obyek wisata dimanifestasikan pada banyaknya wisatawan yang berkunjung pada suatu obyek wisata per satuan luas per satuan waktu (dengan catatan baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat dirata-ratakan karena penyebaran wisatawan dalam ruang dan waktu yang tidak merata) (Soemarwoto, 1997). Dengan demikian daya dukung obyek wisata selain ditentukan oleh tujuan wisatawan juga dipengaruhi oleh komponen lingkungan biofisik obyek wisata. Pada sisi lain komponen lingkungan sosial-budaya juga berperan pada pelestarian daya dukung.

Wall, 1982).

Pada kunjungannya ke suatu obyek wisata, wisatawan bertujuan untuk melakukan berbagai macam aktivitas wisata. Di antaranya adalah

istirahat/berjalan santai, berkemah, mendaki gunung, dan

belajar/mengamati/meneliti atau gabungan dari berbagai aktivitas tersebut. Melalui berbagai aktivitas wisata tersebut seseorang berharap untuk mendapatkan hiburan dan rekreasi. Dengan rekreasi kekuatan diri baik fisik maupun spiritual


(25)

seseorang diharapkan dapat pulih kembali. Lingkungan biofisik obyek wisata terdiri dari berbagai macam komponen biologis dan fisik yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen biologis misalnya flora dan fauna. Komponen fisik misalnya topografi, keadaan tanah, iklim (faktor iklim yang paling berpengaruh pada kunjungan wisatawan adalah suhu), sarana dan prasarana, luas efektif kawasan wisata, petugas pelayanan wisata, waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata dan ruang gerak wisatawan (Douglass, 1978).

Sering didefinisikan empat kelompok faktor yang mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata, seperti:

1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah 2. Nilai estatis: pemandangan (panorama), iklim santai/terpencil, cuaca 3. Waktu/biaya: jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya

perjalanan, harga atau tarif-tarif pelayanan.

4. Kualitas hidup: keramah-tamahan, penduduk, bebas dari pencemaran (Suwantoro, 1997).

Daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang besifat langka.

4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.


(26)

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya (Suwantoro, 1997).

Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi linear sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan umumnya adalah Y = a + b1 X1 + b2 X2 + .... + bn Xn. Dengan Y adalah variabel tak bebas, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta (intersept) dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas. Syaratnya yaitu variabel bebas dan variabel tak bebas harus berskala interval ( Kriswanto, 2008).

Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable) dengan satu peubah tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai peubah bebas yang diketahui (STIS, 2006).

Metode regresi linear berganda dapat digunakan untuk melihat pengaruh beberapa peubah penjelas atau peubah bebas terhadap satu peubah tak bebas. Untuk menyatakan kuat tidaknya hubungan linier antara peubah penjelas atau peubah tak bebas dan peubah bebas dapat diukur dari koefisisen korelasi (coefficient correlation) atau R, dan untuk melihat besarnya sumbangan (pengaruh) dari peubah bebas terhadap perubahan peubah tak bebas dapat dilihat dari koefisien determinasi (coefficient of determination) atau R2 (Kriswanto, 2008)


(27)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Februari 2010.

Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kalkulator

2. Alat tulis 3. Kamera Digital

4. Perangkat Komputer dan SPSS

Bahan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.

Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu pengunjung di Kawasan Wisata Alam Tangkahan. Teknik yang akan digunakan dalam memilih sampel adalah Purposive sampling, yaitu teknik yang digunakan apabila anggota sampel yang dipilih berdasarkan tujuan penelitiannya. (Usman dan Purnomo, 1996). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 orang dengan kriteria dewasa (17 tahun keatas), sehat jasmani dan rohani serta mampu berkomunikasi dengan baik. Pengambilan sampel dilaksanakan pada hari kerja dan libur. Penentuan jumlah sampel mengacu sesuai dengan rumus Slovin :


(28)

n =

) (

1 Ne2

N

+

Jumlah populasi yang diambil untuk menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan yang diperoleh dari pihak Lembaga Pariwisata Tangkahan pada tahun 2007 yaitu 10.260 orang dengan perincian 431 orang wisatawan mancanegara dan 9829 orang wisatawan lokal, pada tahun 2008 jumlah pengunjung 11.263 orang dengan perincian 800 wisatawan mancanegara dan 10.463 wisatawan lokal. Sehingga diperoleh rata-rata pengunjung yaitu 10.761 orang dan jika dimasukkan ke dalam rumus Slovin di atas maka akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Secara matematis dapat dilihat sebagai berikut:

n =

) (

1 Ne2

N

+

n = 11263/1 + 11263(0.1)2 n = 11263/112.63

n = 100

dimana: n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi

Ne = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang diperkenankan (0.1). (Kusmayadi dan Sugiarto, 2003)

Teknik Pengumpulan Data Data Primer

Data primer merupakan data yang akan diperoleh saat melakukan penelitian di lapangan. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan membagikan angket (kuesioner).


(29)

Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai literatur serta sumber resmi dan instansi terkait. Data sekunder ini meliputi data kondisi umum lokasi penelitian, peta dan data pendukung lainnya.

Pengukuran variabel penelitian

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran ordinal (bertingkat) dengan skala likert. Dimana skala ini mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya dengan interval yang tidak harus sama (Usman dan

1. Jawaban A bernilai 5 = Sangat puas

Purnomo, 1996). Pemberian skor dengan skala likert yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada 5 alternatif jawaban, misalnya:

2. Jawaban B bernilai 4 = puas

3. Jawaban C bernilai 3 = Kurang puas 4. Jawaban D bernilai 2 = Tidak puas. 5. Jawaban E bernilai 1 = Sangat tidak puas.

Analisis Data

Regresi Linier Berganda

Metode regresi linear berganda dapat digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel penjelas atau peubah bebas terhadap satu variabel tak bebas. Dalam penelitian ini model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh atraksi wisata (x1), fasilitas (x2) dan aksesibilitas (x3) terhadap kepuasan pengunjung(Y). Data ini akan diolah dengan menggunakan software SPSS. Persamaan umum regresi linier berganda adalah sebagai berikut:


(30)

Y=a

0

+a

1

x

1

+a

2

x

2

+a

3

x

3 Dimana:

Y = Kepuasan pengunjung

a0 = Konstanta

a1, a2, a3, = Koefisien untuk setiap variabel

x1 = Atraksi wisata

x2 = Fasilitas

x3 = Aksesibilitas

Uji hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian maka dilakukan uji sebagai berikut: 1.Uji t

Uji t ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas) terhadap variabel terikat secara parsial atau sendiri-sendiri. Perhitungan dengan menggunakan rumus :

t =

2

1 2

r n rxy

− −

Keterangan :

rxy = korelasi xy yang ditemukan

n = jumlah sampel t = koefisien t hitung Kriteria :

1. Jika t hitung > t tabel maka ada pengaruh signifikan antara variabel X dan Y


(31)

2. Jika t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh signifikan antara variabel X dan Y.

2.Uji F

Uji F ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas) terhadap variabel terikat (kepuasan pengunjung) secara simultan atau bersama-sama. Perhitungan dengan menggunakan rumus :

Fh = ) 1 /( ) 1 ( / 2 2 − −

R n k

k R

Keterangan :

R = koefisien korelasi berganda K = Jumlah variabel

n = Jumlah anggota sampel Kriteria :

a. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak b. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima

Persentase Pengunjung

Untuk mengetahui atraksi wisata yang paling diminati pengunjung maka digunakan rumus sebagai berikut:

% = Pp Pk

x 100%

Keterangan:

Pk = Pengunjung pada masing- masing atraksi wisata

Pp = Jumlah total pengunjung yang datang ke kawasan wisata Tangkahan (Rasyid, 2004).


(32)

Analisis deskriptif

Untuk mengetahui fasilitas yang ingin ditambahkan menurut persepsi dari pengunjung, data yang sudah terkumpul akan ditabulasikan lalu dikelompokkan berdasarkan skala prioritas dengan memilih 3 besar fasilitas wisata yang perlu ditambahkan di kawasan ekowisata tangkahan kemudian dilakukan analisis deskriptif. Menurut Nasution dkk (2001) metode penelitian deskriptif kualitatif sering memakai metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala – gejala yang diteliti. Analisis deskriptif tujuannya adalah untuk menyajikan, mendeskripsikan atau menggambarkan, menguraikan, menjelaskan dan menjabarkan secara jelas dan sistematis data yang diperoleh baik itu data kualitatif maupun kuantitatif (Sugiyono, 2003).


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Batas Wilayah

Tangkahan merupakan sebuah kawasan diperbatasan Taman Nasional Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara. Secara geografis kawasan Tangkahan berada pada LU 03041’01”, BT 9804’28,2”. Sedangkan secara administrasi kawasan Tangkahan termasuk kedalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei.Serdang Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.

Kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata sebahagian berada di dalam Taman Nasional Gunung Leuser tepatnya di wilayah kerja Resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, Sub Seksi TNGL Wilayah-IV Besitang yang terletak di dua desa yaitu desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang. Kawasan ekowisata Tangkahan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Perkebunan kelapa sawit milik PTPN II kebun Kuala Sawit

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan kelapa sawit milik PT. Ganda Permana

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser.

Sedangkan batas-batas alam kawasan terdiri dari Sungai Batang Serangan, Sungai Buluh dan perkebunan kelapa sawit.


(34)

Topografi dan Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan)

Topografi kawasan berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi (45 – 900). Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,1 0C – 27.5 0C dengan kelembaban nisbi berkisar antara 80 – 100%. Musim hujan di daerah ini berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti. Curah hujan rata-rata 200 – 320 mm pertahun. Mengingat musim hujan yang merata sepanjang tahun serta kawasan yang rata-rata masih tertutup oleh hutan, air tidak menjadi masalah di kawasan ini. Sebagian besar kebutuhan air masyaraat di kawasan di dapatkan dari unsur tanah dan sungai. Limpahan air hujan pun dimanfaatkan untuk dapat digunakan sebagai salah satu sumber air.

Tangkahan berada pada ketinggian 130 – 200 , dpl (diatas permukaan laut) dengan jenis tanah terdiri dari podsolik dan litosol. Podsolik adalah termasuk jenis tanah yang telah mengalami tingkat perkembangan agak lanjut, umumnya berbentuk dari batu liat (serpih), napal dan batu pasir atau pada beberapa bagian telah tercampur dengan bahan vulkanis. Penampang tanah dengan kedalaman sedang, mempunyai sifat kurang baik dan peka terhadap erosi. Tingkat kesuburan rendah. Cukup baik untuk tanaman tahunan (misalnya : karet) dengan memperhatian segi-segi keerosian tanah serta ketersediaan air. Lotosol adalah jenis tanah tanpa perkembangan profil, merupakan batuan kukuh dengan lapisan tanah sangat tipis di atasnya. Pada wilayah yang curam, terdapat batuan tanpa lapisan tanah. Bahan induk meliputi batu kapur bertufa dan batuan volkan.


(35)

Keragaman Flora dan Fauna

Kawasan Tangkahan pada bagian Taman Nasional Gunung Leuser, memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Sebagian besar kawasan Tangkahan merupakan hutan hujan tropis mulai dari hutan primer Dipterocarpaceae, dan hutan primer campuran. Kawasan ini secara umum didominasi oleh tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae, Meliaceae, Burseraceae, Euphorbiaceae, dan Myrtaceae.

Pohon-pohon besar dengan diameter di atas 1 meter di antaranya adalah pohon kayu jenis Damar, Meranti, Raja dan Cendana) masih didapatkan pada jalur-jalur yang relatif mudah dicapai, sehingga memungkinkan untuk dijadikan daya tarik wisata.

Hutan di Taman Nasional Gunung Leuser di kawasan Tangkahan memiliki 6 spesies primata seperti orang utan Sumatera (Pongo pygmaeus abelii), siamang (Hylobates syndactilus), owa (Hylobates lar), kedih (Presbytis sp.), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan beruk (Macaca nemestrina). Fauna lainnya yang terdapat di kawasan adalah tupai kecil, burung rangkong (Buceros rhinoceros), srigunting batu (Dicrurs paradiceus), elang (Haliastur sp.) dengan mudah dapat dilihat di sekitar kawasan dan di dalam hutan. Sedangkan orang utan dan kuau (Phasianidae) dapat dilihat pada waktu-waktu tertentu saja.

Di samping keanekaragaman flora dan fauna, bentang alam di Tangkahan (baik yang termasuk di dalam maupun diluar TNGL) juga merupakan sumber daya yang dapat dijadikan aset bagi pengembangan pariwisata. Hutan alami, perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, perkebunan jeruk manis, pedesaan,


(36)

sungai, bukit, tebing, goa-goa dan lembah adalah bagian dari sumber daya alam kawasan merupakan daya tarik wisata yang dapat diunggulkan.

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat

Penduduk di sekitar kawasan terdiri dari beberapa suku dengan suku Karo sebagai mayoritas yang mendiami perkampungan-perkampungan di sekitar hutan, dan suku Jawa, Batak, Melayu adalah mereka yang tinggal sebagai pekerja perkebunan kelapa sawit dan karet.

Ikatan kekeluargaan menjadi rantai yang tidak terputus dalam kehidupan sosial di sekitar kawasan Tangkahan. Pesona budaya tampak pada acara-acara sakral seperti perkawinan, ritual tolak bala dan rutinitas adat lainnya.

Kehidupan beragama sangat toleran, Islam, Katolik dan Kristen Protestan menganjurkan manusia untuk saling tolong menolong, hal ini yang menjadi kekuatan kultural kawasan Tangkahan, sehingga suasana tetap kondusif dan stabil. Kesenian tradisional, makanan khas dan pengobatan tradisional masih terdapat di kawasan yang dapat dijadikan sebagai daya tarik pengembangan ekowisata kawasan.

Jumlah penduduk dari Desa Namo Sialang pada tahun 2002 adalah 5037 jiwa yang terdiri dari 2477 laki-laki dan 2560 perempuan dan tersebar pada 15 dusun. Mata pencaharian penduduk kebanyakan adalah pekerja perkebunan, pegawai negeri, sebagian ada yang melakukan aktivitas pertanian, beternak dan mengusahakan perikanan. Sumber energi desa, 95% berasal dari kayu dan 5% minyak. Sedangkan penggunaan listrik berkisar hingga 80%. Sumber air desa berasal dari mata air sungai dan hujan.


(37)

Penduduk Desa Sei Serdang berjumlah 3120 yang terdiri dari 1531 laki-laki dan 1589 perempuan. Mata pencaharian penduduk, hampir sama dengan mata pencaharian Desa Namo Sialang yaitu pekerja perkebunan (baik kebun milik pribadi maupun milik investor yang berupa jeruk manis, dan karet ataupun kelapa sawit), pegawai negeri, bertani dan beternak. Sumber energi desa adalah 90% berasal dari kayu api, 10% dari minyak dan 100% menggunakan sumber listrik.

Pendidikan masih merupakan kekurangan dari penduduk desa-desa tersebut. Kekurangan pendidikan ini disebabkan oleh kurangnya pendapatan serta infrastruktur pendidikan, sehingga masyarakat tidak dapat menemukan/ mendapatkan pendapatan diluar usaha pertanian yang diwariskan oleh orang tua mereka. Di samping terbatasnya lahan dan tekanan demografi yang telah merusak pendapatan, pendidikan masih dilihat sebagai pengeluaran yang membebankan kebutuhan keluarga. Hal ini sangat berpengaruh kepada kebutuhan sumber daya manusia untuk pengembangan ekowisata di kawasan.

Perkebunan kelapa sawit telah berkembang di kawasan ini sejak tahun 1970, banyak penduduk yang telah menjual tanahnya kepada perkebunan, baik swasta maupun PIR dan menjadi buruh perkebunan. Kegiatan pertanian yang mereka lakukan telah terjepit di antara perkebunan Kelapa Sawit dan Taman Nasional Gunung Leuser. Penduduk makin kekurangan lahan untuk menampung pertambahan populasi dan kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu perlu adanya alternatif ekonomi lain yang tidak bertumpu terhadap pemakaian lahan.


(38)

Sarana dan Prasarana

Kawasan Tangkahan berada di antara dua desa, yaitu desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang, kecamatan Batang Serangan. Jarak Tangkahan dari Medan adalah + 124 km melalui Tanjung Pura, sementara jika melalui Hinai-Padang Tualang adalah + 95 km.

Jalur jalan dari Medan – Stabat – Tanjung Pura dalam kondisi relatif baik. Sedangkan jalur Hinai – Padang Tualang Sebahagian dalam Kondisi rusak dan Sebahagian telah dilakukan perbaikan. Jalur dari Simpang Sidodadi – Simpang Robert (34 km) sebagian jalannya dalam kondisi rusak. Terutama jalur di perkebunan karet.

Bus umum “Pembangunan Semesta” melayani rute Medan (Terminal Pinang Baris ) menuju Tangkahan pada jam-jam tertentu (pukul 06.00, 08.00, 10.00, 12.00 dan 14.00 wib). Rute ke Tangkahan dapat juga dilakukan sepanjang hari dengan rute Medan-Kuala Sawit. Lokasi pemberhentian bus terakhir terletak di Simpang Robert, dusun Titi Mangga, desa Namo Sialang, perjalanan ke Tangkahan dilanjutkan dengan menggunakan ojek. Biaya bus umum Medan – Tangkahan adalah Rp. 6.000 (enam ribu rupiah), sedangkan ojek dari Simpang Robert – Tangkahan (8 km) adalah Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah). Jalur jalan dari Simpang Robert – Tangkahan merupakan jalur jalan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II yang berupa jalan batu/ kerikil.

Akomodasi terbatas yang terdapat di kawasan hanya dapat ditempuh pengunjung dengan cara menyeberangi sungai Batang Serangan. Penyeberangan bisa dilakukan dengan menggunakan perahu, getek/ rakit yang terbuat dari bambu. Biaya penyeberangan adalah Rp. 2.000 (dua ribu rupiah) per-orang untuk pulang


(39)

pergi. Disamping itu juga tersedia perahu karet ( Rubber boat ) yang dapat disewa untuk bersafari sungai, menelusuri hulu sungai buluh dan sungai batang serangan.

Di kawasan Tangkahan, terdapat sebuah penginapan Ulih Sabar dengan kapasitas 4 kamar seharga Rp. 110.000 per-malam. Ada juga Green Lodge dengan kapasitas 6 kamar seharga Rp. 110.000 per- malam, Mega INN dengan kapasitas 8 kamar seharga Rp. 80.000 per-malam, Jungle Lodge dengan kapasitas 9 kamar seharga Rp.110.000 per-malam dan Bamboo River dengan kapasitas 10 kamar ditawarkan dengan harga Rp. 110.000 per-malam. fasilitas restaurant juga tersedia di Bamboo River Lodge.

Sarana telekomunikasi terdekat terdapat di desa dengan memakai jasa penyedia saluran telepon dari TELKOM dengan menggunakan sistem telepon satelit yang telah dijadikan warung telepon. Jarak tempuh dari kawasan adalah 45 menit perjalanan. Sementara itu di Kawasan Ekowisata Tangkahan sendiri hanya ada 1 provider yang mampu menjangkau sinyal dan itu pun tidak maksimal. Sinyal terakhir dari telepon genggam (dari berbagai pengelola saluran) hanya didapatkan di Tanjung Pura dan Hinai. Selepas kedua kawasan ini maka sinyal telepon gengga m sulit diperoleh.

Atraksi dan Kegiatan Ekowisata.

Kawasan Tangkahan terletak di pertemuan dua sungai yaitu sungai Buluh dan sungai Batang Serangan yang kemudian mengalir ke hilir dan bertemu dengan sungai Musam. Sungai Batang Serangan mengalir membelah kota Tanjung Pura sebelum sampai di pantai timur Sumatera.


(40)

Kawasan Tangkahan memiliki bentukan-bentukan alami yang dapat menjadi potensi ekowisata. Beberapa potensi seperti sumber mata air panas di Sei Buluh, Sei Sekucip dan Sei Glugur, air terjun Umang, air terjun gambir, gua, tebing merupakan potensi unggulan bagi kawasan Tangkahan. Paduan potensi sumber daya alam dan aliran sungai yang jernih diyakini mampu mengundang decak kagum pengunjung.

Melihat potensi dari sumber daya alam yang terdapat di kawasan, dan dibandingkan dengan lokasi yang sama di Kabupaten Langkat, maka Tangkahan dapat menjadi sebuah Kawasan Ekowisata bila dikembangkan dengan baik. Hal ini didukung oleh informasi yang didapatkan dari Buku Panduan Sumatera Utara yang ditulis oleh Mahmud Bangkaru. Menurutnya Tangkahan adalah alternatif lain bagi Bukit Lawang melalui perencanaan yang partisipasif dan ramah lingkungan. Diharapkan bahwa Tangkahan dapat berkembang menjadi kawasan ekowisata dan wisata alam yang baru.

Obyek wisata alam di kawasan Tangkahan yang telah diidentifikasi oleh pemerintah daerah tingkat II Kabupaten Langkat adalah Pemandian Sei Buluh. Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai kawasan masih sangat terbatas. Sementara obyek wisata alam dan wisata minat khusus lainnya yang dapat dikemas menjadi produk-produk ekowisata yang dapat dikembangkan dan telah diindentifikasi oleh Lembaga Pariwisata Tangkahan yaitu :

1. Produk Wisata Pendidikan

Produk wisata ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian pengunjung maupun masyarakat akan pentingnya manfaat hutan beserta ekosistemnya. Rancangan Produk wisata ini diperuntukan pada kawasan Taman


(41)

Nasional yang berupa hutan hujan dataran rendah, pada kawasan ini dengan areal tertentu, dibuat jalur-jalur jalan setapak yang menyediakan Interpretasi berdasarkan tematik tentang hutan (fungsi dan peranannya), fungsi Taman Nasional, serta persepsi masyarakat tentang pemanfaatan hutan. Produk ini akan memberikan Nilai Tambah bagi konservasi Taman Nasional dan kesadaran masyarakat, pengunjung dan pengelola Taman Nasional. Jalur – jalur interpretasi yang telah dibuat adalah :

a. Jalur interpretasi satu dengan jarak sekitar 2, 2 Km dapat ditempuh selama 2,5 jam, sepanjang perjalanan anda dapat melihat beragam tumbuhan tropis yang menakjubkan, kedih, monyet ekor panjang dan monyet ekor pendek serta mempelajari berbagai tanaman obat dengan pengobatan tradisional Karo dan jika anda beruntung dapat menjumpai orang utan, burung kuau, hornbil, beruang dan lain-lain

b. Jalur interpretasi dua dengan jarak sekitar 2,6 Km dapat ditempuh selama kurang lebih 3 jam, jika kondisi memungkinkan anda dapat mandi dan menangkap ikan pada tepian sungai di lubuk larangan yang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat.

c. Jalur interpretasi tiga dengan jarak sekitar 6,8 km dapat ditempuh selama kurang lebih 6 jam. Jalur ini disiapkan bagi anda yang memiliki stamina yang baik dan berjiwa petualang. Melalui beberapa bukit dengan lereng yang cukup terjal, selain menikmati hutan dapat juga menelusuri gua kelelawar, perjalanan akan diakhiri dengan mengarungi sungai merasakan hempasan jeram dengan tubing (menelusuri sungai dengan menaiki ban karet besar).


(42)

2. Produk Wisata Petualangan

Produk wisata ini bertujuan untuk menambah pengalaman menjelajah hutan hujan tropis dataran rendah dan peningkatan pengetahuan mengenai jenis-jenis satwa yang terdapat di Taman Nasional. jalur jalan setapak akan menyediakan sarana untuk berpetualang dan juga menara –menara pengamatan satwa, di akhir perjalanan produk wisata ini dapat pula ditambahkan dengan menyusur gua dan tubing. Produk ini hanya akan diperuntukan bagi mereka yang memiliki standar kesehatan dan stamina yang baik. Produk wisata ini dapat juga dilakukan dengan paket Elephant Riding Patroll dengan empat ekor Gajah Leuser CRU (Conservations Respons Unit) kerjasama Flora & Fauna Internationals dengan Balai KSDA, Balai TNGL dan Lembaga Pariwisata Tangkahan.

3. Produk Wisata Agro

Produk wisata Agro yang dapat dikembangkan di antaranya adalah mengunjungi perkebunan tanaman keras dan buah milik masyarakat. Melalui kegiatan ini dan pengetahuan pengunjung akan kegiatan perkebunan penduduk dapat ditingkatkan. Jalur-jalur interpretasi wisata agro yang disiapkan melalui wawasan berbagai jenis perkebunan masyararakat sekaligus mendapatkan pengalaman langsung dilapangan untuk memetik hasilnya, seperti menyadap karet, memetik jeruk, durian dan lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki, berkuda dan bersepeda. Dan dapat juga dilakukan interpretasi di Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet milik BUMN maupun Swasta yang terdapat di Kawasan Ekowisata dengan menerangkan proses hulu sampai hilir produksinya. Hal ini dapat menjadi manfaat ganda bagi masyarakat maupun pengunjung.


(43)

4. Produk Wisata Tirta

Di kawasan Tangkahan terdapat sungai-sungai yang memberikan peluang untuk dikembangkanya wisata tirta seperti wisata pemandian yang telah berkembang saat ini. Tujuan dari wisata tirta ini lebih banyak untuk mendapatkan unsur rekreasi, sehingga biasanya bersifat masal (pada kawasan-kawasan tertentu yang telah ditunjuk) beberapa kegiatan dari wisata tirta yang dapat dilakukan di Tangkahan adalah berenang, menelusuri sungai dengan tubing (ban karet) dan paket safari sungai dengan Rubber boat dengan Standard safety pelampung, helmet dan team Rescue serta tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan rafting, kayaking/canoing.

5. Berkemah

Dalam hal berkemah di Tangkahan akan dikembangkan dua jenis perkemahanan. Pertama adalah perkemahan masal yang akan dikembangkan pada lokasi yang jauh dari Taman Nasional dan secara zonasi pun merupakan zonasi untuk kegiatan rekreasi, akan tetapi nilai-nilai kebersihan, pelestarian kawasan dan juga kemungkinan sistem reservasi akan mulai diberikan secara bertahap. Sementara jenis yang kedua adalah Perkemahan terbatas yang terdapat di dalam Taman Nasional, di dalam perkemahan ini pengunjung akan benar-benar belajar berkemah yang ramah lingkungan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap Flora Fauna di Taman Nasional dengan sistem reservasi yang terbatas.

6. Produk wisata Budaya

Merupakan salah satu produk wisata yang juga dapat ditawarkan di kawasan ini, tujuan dari produk wisata ini adalah pengunjung dapat mempelajari


(44)

serta meningkatkan apresiasi terhadap adat istiadat Karo, kesenian Karo dan pengobatan tradisional serta kearifan masyarakat lokal

Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah pengunjung atau wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berada di kawasan ekowisata Tangkahan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang dengan perincian 93 orang wisatawan lokal dan 7 orang wisatawan mancanegara. Karakteristik responden yang akan dibahas berikut ini meliputi : jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, daerah asal kedatangan, kendaraan yang digunakan, cara melakukan kunjungan serta penilaian responden terhadap kawasan dan fasilitas wisata.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dapat dilihat (tabel 1) bahwa jumlah pengunjung laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan persentase total (wisatawan lokal dan mancanegara) sebesar 59% dan 41%. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan laki- laki untuk melakukan kegiatan wisata ke Tangkahan lebih besar dibandingkan perempuan, kondisi ini sesuai dengan pendapat Ross (1998) yang mengatakan bahwa wisatawan laki-laki lebih banyak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mewujudkan jati diri yaitu kebutuhan akan kepuasan diri dan usaha perwujudan kemampuan dengan cara keinginan untuk berpetualang serta lebih suka menghadapi tantangan dibandingkan wisatawan perempuan.


(45)

Tabel 1. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 Laki-laki 57 57 2 2 59 59

2 Perempuan 36 36 5 5 41 41

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Usia

Pengunjung yang menjadi responden dalam penelitian ini dibatasi mulai dari usia 17 tahun keatas sampai dengan 50 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengunjung yang datang ke kawasan ekowisata tangkahan ini tersebar pada berbagai tingkatan usia pengunjung pada usia 25-31 tahun lebih banyak daripada tingkatan usia lainnnya yaitu sebesar 46%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pengunjung yang datang sebagian besar tergolong usia muda dan produktif. Pada usia muda umumnya orang masih memiliki semangat dan motivasi yang besar untuk melakukan kegiatan wisata serta kondisi fisik yang prima untuk melakukan suatu perjalanan wisata. Umur juga berkaitan dengn kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kegiatan wisata serta menjadi faktor yang menentukan pola pikir seseorang untuk mengalokasikan sebagian dari pendapatannya untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pitana (2005) dalam Utama (2006) bahwa keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang lama dicita-citakan sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan agar bisa melakukan perjalanan wisata merupakan salah satu faktor pendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.


(46)

Tabel 2. Rekapitulasi data responden berdasarkan usia

No Usia (Tahun) Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 18 – 24 27 27 - - 27 27

2 25 – 31 41 41 5 5 46 46

3 32 – 38 11 11 2 2 13 13

4 39 – 45 12 12 - - 12 12

5 46 – 52 2 2 - - 2 2

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Latar belakang pendidikan mempengaruhi seseorang untuk melakukan kegiatan wisata. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa responden dengan latar belakang pendidikan yang tinggi juga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan kegiatan wisata. Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berkunjung ke kawasan ekowisata tangkahan dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih dominan yaitu sebesar 53%. Pengunjung dengan latar belakang pendidikan akademi/perguruan tinggi memiliki pola berfikir yang luas dan memiliki motivasi pendidikan sehingga mereka berharap dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan mereka tentang alam. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Utama (2006) yang menyatakan bahwa Educational opportunity (kesempatan mendidik) merupakan pendorong dominan dalam pariwisa


(47)

Tabel 3. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat

Pendidikan

Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 Tidak lulus SD - - - -

2 SD 2 2 - - 2 2

3 SLTP 7 7 - - 7 7

4 SMU/SMK 38 38 2 2 40 40

5 Perguruan Tinggi 46 46 5 5 51 51

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan per bulannya lebih dari Rp. 2.000.000 mendominasi jumlah pengunjung dikawasan ekowisata tangkahan yaitu sebesar 30%. Seperti yang dikemukakan oleh Yoeti (2008) bahwa bila pendapatan rumah tangga meningkat maka persentase untuk perjalanan wisata juga meningkat. Hal yang menarik disini dapat dilihat pada tabel 4 bahwa responden dengan penghasilan kurang dari Rp. 500.000 lebih tinggi persentasenya dibandingkan dengan yang tingkat pendapatan Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000, ini dikarenakan sebagian besar responden berasal dari daerah yang tidak jauh dari kawasan wisata ini, namun ada juga responden dengan tingkat pendapatan yang kurang dari Rp. 500.000 berasal dari daerah yang cukup jauh dari kawasan wisata ini, misalnya saja Faisal dengan asal kedatangan dari kota Medan yang menempuh jarak 3-4 jam untuk sampai ke kawasan wisata ini. Ia mengatakan bahwa kedatangannya ke kawasan ini sudah beberapa kali dan ia mengaku sangat menikmati keindahan alam disini, oleh karena itu ia sengaja menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kembali berkunjung di kawasan wisata ini.


(48)

Tabel 4. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendapatan

No Tingkat

Pendapatan

Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 < 500.000 18 18 - - 18 18

2 500.000 – 1.000.000

14 14 - - 14 14

3 1.000.000 – 1.500.000

17 17 - - 17 17

4 1.500.000 – 2.000.000

21 21 - - 21 21

5 > 2.000.000 23 23 7 7 30 30

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Kedatangan

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner seperti tampak pada Tabel 5, responden yang berkunjung ke kawasan ekowisata tangkahan didominasi dari daerah Kotamadya Medan yaitu sebesar 50%. Secara logika dengan kondisi aksesibilitas yang kurang baik menuju kawasan wisata ini kemungkinan pengunjung yang datang hanya berasal dari daerah yang letaknya tidak jauh dari kawasan wisata ini. Hal ini berarti ada faktor yang menjadi bahan pertimbangan bagi pengunjung untuk memilih kawasan ekowisata tangkahan sebagai tujuan wisatanya. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan sebagian besar responden tertarik dengan potensi yang ada dikawasan ekowisata ini yang tidak dimiliki oleh kawasan wisata sejenisnya.

Kota Medan merupakan kota terbesar ke 3 di Indonesia. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia tentunya berbagai jenis aktifitas manusia berkumpul di kota tersebut, dengan gaya hidup yang serba instant membuat masyarakat dikota besar cenderung mencari tempat berlibur yang masih alami sebagai tujuan wisatanya, ini sesuai dengan pernyataan Hector Ceballos-Lascurain dalam Hakim


(49)

daerah alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi, dimana tujuan utamanya yakni mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan alam dan kekayaan hayati yang dikandungnya, seperti hewan dan tumbuhan serta budaya lokal yang ada di sekitar kawasan.

Tabel 5. Rekapitulasi data responden berdasarkan daerah asal kedatangan

No Daerah asal

kedatangan (Kab/kota/Negara)

Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 Binjai 15 15 - - 15 15

2 Deli Serdang 4 4 - - 4 4

3 Langkat 30 30 - - 30 30

4 Langsa 1 1 - - 1 1

5 Medan 43 43 - - 43 43

6 Australia - - 3 3 3 3

7 Jerman - - 2 2 2 2

8 Polandia - - 2 2 2 2

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan

Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke Kawasan Ekowisata Tangkahan menggunakan kendaraan pribadi dengan persentase sebesar 70% dari jumlah total responden. Jenis kendaraan pribadi yang digunakan pada umumnya berupa mobil walaupun sebagian ada yang menggunakan sepeda motor. Untuk persentase jenis kendaraan lain yang digunakan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(50)

Tabel 6. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan

No Daerah asal

kedatangan

Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

% 1 Kendaraan

Pribadi

70 70 - 70 70

2 Kendaraan

Sewa/Carteran

16 16 7 7 23 23

3 Kendaraan Umum 7 7 - - 7 7

4 Kendaraan Milik Instansi

- - - -

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan

Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti tampak pada tabel 6 bahwa responden yang melakukan kunjungan ke kawasan wisata ini adalah berkelompok dengan jumlah anggota paling banyak 15 orang dan paling sedikit 2. sedangkan responden yang berkunjung bersama rombongan keluarga yaitu sebesar 33% dan responden yang datang sendiri ke kawasan ini yaitu hanya 1%.

Tabel 7. Rekapitulasi data responden berdasarkan cara melakukan kunjungan No Cara melakukan

kunjungan

Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 Sendiri 1 1 - - 1 1

2 Berkelompok 59 59 7 7 66 66

3 Rombongan

Keluarga

33 33 - - 33 33

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel yang diuji pada analisis regresi linier berganda ini yaitu atraksi sebagai independen variabel yang pertama (x1), fasilitas sebagai independen

variabel kedua (x2) dan aksesibilitas sebagai independen variabel ketiga (x3),


(51)

analisis yang telah dilakukan seperti tampak pada lampiran 7 maka diperoleh persamaan regresinya yaitu sebagai berikut :

Y = a0+b1X1+b2X2+b3X3

Y = 7.053 + 0.093x1 + 0.035x2+0.333 x 3

Pada persamaan diatas tampak nilai konstanta sebesar 7.053, secara matematis nilai konstanta ini menyatakan bahwa pada saat atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas bernilai nol (0), maka kepuasan pengunjung memiliki nilai 7.053. Nilai b1 = 0.093 untuk variabel x1 (atraksi wisata) yang bertanda positif

berarti memiliki hubungan yang searah artinya bahwa setiap atraksi naik sebesar 100% maka akan meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 9.3%. Nilai b2 =

0.035 untuk variabel x2 (fasilitas wisata) yang bertanda positif berarti memiliki

hubungan yang searah yang artinya bahwa setiap Fasilitas naik sebesar 100% maka akan meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 3.5% dan nilai b = 0.333 3

untuk variabel x3 (aksesibilitas) yang bertanda positif berarti memiliki hubungan

yang searah yang artinya bahwa setiap aksesibilitas naik sebesar 100% maka akan meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 33.3%. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 7), diperoleh angka korelasi antara atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas terhadap kepuasan pengunjung sebesar 0.483 yang artinya, hubungan ketiga variabel tersebut cukup kuat. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas searah. Artinya , jika atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas semakin baik maka kepuasan pengunjung akan meningkat.


(52)

Untuk mengetahui tingkat signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial atau sendiri – sendiri maka dilakukan uji t. Hubungan antara variabel atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas dengan kepuasan pengunjung signifikan atau tidak, dapat dilihat dari angka probabilitas (nilai signifikansi). Jika nilai signifikansi masing – masing variabel (> 0.05 atau 5%) maka variabel tersebut tidak signifikan (nyata) pengaruhnya. Demikian sebaliknya, jika nilai signifikansi masing – masing variabel (< 0.05 atau 5%) maka variabel tersebut dinyatakan signifikan pengaruhnya.

Dari hasil analisis uji t dengan SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 7 menunjukkan bahwa untuk variabel atraksi wisata dan fasilitas nilai signifikansinya yaitu 0.261 dan 0.641 (> 0.05) artinya bahwa variabel atraksi dan fasilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengunjung di kawasan ekowisata tangkahan. Sedangkan untuk variabel aksesibilitas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 (< 0.05) yang artinya variabel aksesibiltas berpengaruh nyata terhadap kepuasan pengunjung di kawasan tersebut.

Untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau bersama – sama dilakukan uji F. Adapun hasil dari uji F dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran 7.

Dari uji ANOVA atau uji F, diperoleh Fhitung sebesar 9.718 dengan tingkat

signifikansi 0.000. Selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel, dengan didasarkan

pada dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) maka diperoleh Fhitung > Ftabel

(9.918 > 3.94) atau sig F < 5% ( 0.000 < 0.05). Maka koefisien korelasi ganda yang diuji tersebut adalah signifikan. Artinya bahwa secara simultan atau bersama - sama variabel atraksi, fasilitas dan aksesibilitas berpengaruh signifikan terhadap


(53)

kepuasan pengunjung (Y). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini dapat terbukti.

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada lampiran 7 diperoleh R Square untuk Y (kepuasan pengunjung) adalah 0.233. Hal ini berarti 23.3% variabel kepuasan pengunjung (Y) dipengaruhi oleh variabel atraksi (x1), fasilitas

(x2) dan aksesibilitas (x3) secara bersama-sama atau serentak terhadap variabel Y

(kepuasan pengunjung) dan sisanya sebesar 76.7% ditentukan oleh variabel atau faktor lain. Secara mungkin variabel lain yang berpengaruh namun tidak diteti dalam penelitian ini yaitu: pelayanan, tarif masuk di kawasan wisata, keramah tamahan masyarakat sekitar kawasan wisata dan sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwantoro (1997) bahwa tarif masuk serta keramah tamahan masyarakat sekitar kawasan adalah faktor yang mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata.

Objek dan Atraksi Wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh bahwa objek yang paling diminati pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah sungai dengan persentase sebesar 34%. Sedangkan yang paling kecil persentasenya yaitu objek Gua yang hanya sebesar 9% dari total seluruh responden. Untuk lebih jelasnya tampak pada tabel dibawah ini.


(54)

Tabel 8. Rekapitulasi penilaian responden terhadap objek wisata di Tangkahan

No Objek wisata Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 Air terjun 19 19 - - 19 19

2 Gua 7 7 2 2 9 9

3 Pantai Kupu – kupu

21 21 - - 21 21

4 Sungai 32 32 2 2 34 34

5 Gajah 14 14 3 3 17 17

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Objek wisata yang juga disebut sebagai daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran pengunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata tersebut harus dikelola secara profesional sehingga tingkat kunjungan di kawasan wisata tersebut menjadi lebih meningkat. Di Tangkahan dengan kondisi alamnya yang masih alami menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki kawasan ini yang berbeda dengan kawasan lainnya. Sungai yang menjadi objek yang paling diminati pengunjung hendaklah dijaga kebersihannya agar pengunjung yang datang berkeinginan untuk kembali ke Tangkahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwantoro (1997) yang mengatakan bahwa pada umumnya daya tarik suatu objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.

Atraksi wisata yang ada dalam penelitian ini yaitu camping (berkemah), caving (kegiatan menelusuri gua), tubing ( kegiatan menelusuri sungai dengan ban karet besar), trekking (kegiatan menelusuri hutan) dan elephant bathing (memandikan gajah). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa atraksi wisata yang paling diminati pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah tubing dengan persentase peminat sebanyak 41%. Beberapa


(55)

responden mengatakan bahwa mereka sengaja datang ke kawasan ini memang untuk menikmati tubing karena memberikan tantangan dan kenikmatan tersendiri. Ada dua jalur yang dapat kita pilih untuk menikmati tubing ini yaitu jalur pertama letaknya tidak jauh dari Visitor center, sedangkan untuk jalur kedua dapat letaknya agak jauh sehingga mengharuskan kita untuk berjalan kaki sambil membawa peralatan tubing yaitu berupa ban besar yang dapat menampung 2 orang diatasnya. Letak lokasi untuk memulai tubing kali ini dekat dengan penangkaran gajah yang ada di Tangkahan, sehingga sebelum melakukan tubing pengunjung dapat melihat gajah–gajah tersebut. Atraksi yang memiliki persentase tertinggi kedua setelah tubing yaitu camping. Beberapa turis yang datang ke kawasan ini akan memilih camping sebagai salah satu kegiatan wisatanya. Ada paket–paket wisata yang ditawarkan oleh pihak pengelola dalam hal ini LPT kepada pengunjung sehingga kita dapat menikmati beberapa atraksi wisata yang ada dengan harga yang sudah ditentukan didampingi seorang guide atau pemandu. Berikut nilai persentase minat responden terhadap atraksi yang ada di Kawasan Ekowisata Tangkahan seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Rekapitulasi penilaian responden terhadap atraksi wisata di Tangkahan

No Atraksi wisata Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

% 1 Camping 23 23 - - 23 23 2 Caving 2 2 2 2 2 2 3 Tubing 41 - - - 41 41 4 Trekking 11 11 4 4 15 15

5 Elephant bathing 16 16 1 1 17 17

Total 100 100


(56)

Fasilitas Wisata di Tangkahan

Fasilitas wisata merupakan sumberdaya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata. Pembangunan fasilitas wisata di daerah tujuan wisata harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terhadap 100 responden di Kawasan Ekowisata Tangkahan, keseluruhannya menginginkan penambahan beberapa fasilitas. Salah seorang pengunjung mengatakan bahwa fasilitas yang ada saat ini kurang lengkap dengan kondisi yang tidak terawat, ia mengatakan toilet sebagai fasilitas yang paling sering digunakan pengunjung hendaknya terjaga dengan baik namun pada kenyataannya untuk menggunakan fasilitas tersebut pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 1.000 tiap kali masuk. Hal ini disayangkan oleh salah seorang pengunjung bernama Nindi Wijaya yang mengaku telah beberapa kali berkunjung ke tempat ini. Ia mengatakan ada baiknya biaya-biaya penggunaan fasilitas umum itu dibebankan pada biaya-biaya masuk kawasan wisata. Hal ini tentu akan menjadi masukan bagi pihak pengelola untuk mempertimbangkan saran dari pengunjung agar kedepannya menjadi lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas-fasilitas yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan menurut persepsi pengunjung yaitu : mushola permanen, toilet permanen, arena outbond, rumah makan yang menjual makanan dan minuman, toko souvenir (tabel 10). Khusus untuk toko souvenir pengunjung lokal maupun mancanegara menginginkan ditawarkannya produk buatan masyarakat sekitar Kawasan Ekowisata Tangkahan yang memiliki kekhasan tersendiri, bahkan makanan khas daerah tersebut. Sehingga diharapkan


(57)

nantinya dengan keikutsertaan masyarakat terhadap perkembangan kawasan wisata tersebut dapat menimbulkan rasa saling memiliki dan keinginan untuk menjaga keberadaan kawasan ekowisata karena berpengaruh terhadap pendapatan mereka, hal tersebut sesuai dengan literatur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF (2009) bahwa membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi) merupakan aspek kunci dalam ekowisata.

Tabel 10. Fasilitas wisata yang perlu ditambahkan menurut persepsi pengunjung

No Fasilitas wisata Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 Toko souvenir 49 49 4 4 4 4

2 Toilet 18 18 - - 18 18

3 Musholah 15 15 - - 15 15

4 Rumah makan 8 8 - - 8 9

5 Arena outbond 3 3 3 3 6 6

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan skala prioritas dengan memilih 3 besar fasilitas yang perlu ditambahkan di kawasan ekowisata Tangkahan maka hasilnya yaitu toko souvenir dengan jumlah persentase yang paling besar (53%) urutan kedua yaitu fasilitas toilet dengan persentase sebesar (18%) dan yang terakhir yaitu musholah dengan persentase sebesar 15%. Untuk wisatawan mancanegara 4 orang memilih toko souvenir sebagai fasilitas wisata yang perlu ditambahkan. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan di lapangan wistawan mancanegara tersebut memberi masukan sebaiknya terdapat cinderamata khas tangkahan yang dapat berupa barang-barang kerajinan hasil masyarakat setempat yang tentunya berbeda dengan daerah lain dan juga makanan khas daerah yang juga dapat ditawarkan kepada para pengunjung yang datang.


(1)

Tabel 8. Rekapitulasi penilaian responden terhadap objek wisata di Tangkahan

No Objek wisata Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 Air terjun 19 19 - - 19 19

2 Gua 7 7 2 2 9 9

3 Pantai Kupu – kupu

21 21 - - 21 21

4 Sungai 32 32 2 2 34 34

5 Gajah 14 14 3 3 17 17

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Objek wisata yang juga disebut sebagai daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran pengunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata tersebut harus dikelola secara profesional sehingga tingkat kunjungan di kawasan wisata tersebut menjadi lebih meningkat. Di Tangkahan dengan kondisi alamnya yang masih alami menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki kawasan ini yang berbeda dengan kawasan lainnya. Sungai yang menjadi objek yang paling diminati pengunjung hendaklah dijaga kebersihannya agar pengunjung yang datang berkeinginan untuk kembali ke Tangkahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwantoro (1997) yang mengatakan bahwa pada umumnya daya tarik suatu objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.

Atraksi wisata yang ada dalam penelitian ini yaitu camping (berkemah), caving (kegiatan menelusuri gua), tubing ( kegiatan menelusuri sungai dengan ban karet besar), trekking (kegiatan menelusuri hutan) dan elephant bathing (memandikan gajah). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa atraksi wisata yang paling diminati pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah tubing dengan persentase peminat sebanyak 41%. Beberapa


(2)

responden mengatakan bahwa mereka sengaja datang ke kawasan ini memang untuk menikmati tubing karena memberikan tantangan dan kenikmatan tersendiri. Ada dua jalur yang dapat kita pilih untuk menikmati tubing ini yaitu jalur pertama letaknya tidak jauh dari Visitor center, sedangkan untuk jalur kedua dapat letaknya agak jauh sehingga mengharuskan kita untuk berjalan kaki sambil membawa peralatan tubing yaitu berupa ban besar yang dapat menampung 2 orang diatasnya. Letak lokasi untuk memulai tubing kali ini dekat dengan penangkaran gajah yang ada di Tangkahan, sehingga sebelum melakukan tubing pengunjung dapat melihat gajah–gajah tersebut. Atraksi yang memiliki persentase tertinggi kedua setelah tubing yaitu camping. Beberapa turis yang datang ke kawasan ini akan memilih camping sebagai salah satu kegiatan wisatanya. Ada paket–paket wisata yang ditawarkan oleh pihak pengelola dalam hal ini LPT kepada pengunjung sehingga kita dapat menikmati beberapa atraksi wisata yang ada dengan harga yang sudah ditentukan didampingi seorang guide atau pemandu. Berikut nilai persentase minat responden terhadap atraksi yang ada di Kawasan Ekowisata Tangkahan seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Rekapitulasi penilaian responden terhadap atraksi wisata di Tangkahan

No Atraksi wisata Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

% 1 Camping 23 23 - - 23 23 2 Caving 2 2 2 2 2 2 3 Tubing 41 - - - 41 41 4 Trekking 11 11 4 4 15 15 5 Elephant bathing 16 16 1 1 17 17

Total 100 100


(3)

Fasilitas Wisata di Tangkahan

Fasilitas wisata merupakan sumberdaya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata. Pembangunan fasilitas wisata di daerah tujuan wisata harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terhadap 100 responden di Kawasan Ekowisata Tangkahan, keseluruhannya menginginkan penambahan beberapa fasilitas. Salah seorang pengunjung mengatakan bahwa fasilitas yang ada saat ini kurang lengkap dengan kondisi yang tidak terawat, ia mengatakan toilet sebagai fasilitas yang paling sering digunakan pengunjung hendaknya terjaga dengan baik namun pada kenyataannya untuk menggunakan fasilitas tersebut pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 1.000 tiap kali masuk. Hal ini disayangkan oleh salah seorang pengunjung bernama Nindi Wijaya yang mengaku telah beberapa kali berkunjung ke tempat ini. Ia mengatakan ada baiknya biaya-biaya penggunaan fasilitas umum itu dibebankan pada biaya-biaya masuk kawasan wisata. Hal ini tentu akan menjadi masukan bagi pihak pengelola untuk mempertimbangkan saran dari pengunjung agar kedepannya menjadi lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas-fasilitas yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan menurut persepsi pengunjung yaitu : mushola permanen, toilet permanen, arena outbond, rumah makan yang menjual makanan dan minuman, toko souvenir (tabel 10). Khusus untuk toko souvenir pengunjung lokal maupun mancanegara menginginkan ditawarkannya produk buatan masyarakat sekitar Kawasan Ekowisata Tangkahan yang memiliki kekhasan tersendiri, bahkan makanan khas daerah tersebut. Sehingga diharapkan


(4)

nantinya dengan keikutsertaan masyarakat terhadap perkembangan kawasan wisata tersebut dapat menimbulkan rasa saling memiliki dan keinginan untuk menjaga keberadaan kawasan ekowisata karena berpengaruh terhadap pendapatan mereka, hal tersebut sesuai dengan literatur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF (2009) bahwa membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi) merupakan aspek kunci dalam ekowisata.

Tabel 10. Fasilitas wisata yang perlu ditambahkan menurut persepsi pengunjung

No Fasilitas wisata Lokal Mancanegara Total

Jumlah (orang)

% Jumlah (orang)

% Jumlah

(orang)

%

1 Toko souvenir 49 49 4 4 4 4

2 Toilet 18 18 - - 18 18

3 Musholah 15 15 - - 15 15

4 Rumah makan 8 8 - - 8 9

5 Arena outbond 3 3 3 3 6 6

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan skala prioritas dengan memilih 3 besar fasilitas yang perlu ditambahkan di kawasan ekowisata Tangkahan maka hasilnya yaitu toko souvenir dengan jumlah persentase yang paling besar (53%) urutan kedua yaitu fasilitas toilet dengan persentase sebesar (18%) dan yang terakhir yaitu musholah dengan persentase sebesar 15%. Untuk wisatawan mancanegara 4 orang memilih toko souvenir sebagai fasilitas wisata yang perlu ditambahkan. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan di lapangan wistawan mancanegara tersebut memberi masukan sebaiknya terdapat cinderamata khas tangkahan yang dapat berupa barang-barang kerajinan hasil masyarakat setempat yang tentunya berbeda dengan daerah lain dan juga makanan khas daerah yang juga dapat ditawarkan kepada para pengunjung yang datang.


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas berpengaruh nyata (signifikan) dan searah terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan.

2. Produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan yaitu aksesibilitas. 3. Atraksi wisata yang paling diminati pengunjung di Kawasan Ekowisata

Tangkahan adalah tubing sedangkan objek wisata yang paling diminati pengunjung adalah sungai. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka fasilitas yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan menurut persepsi pengunjung yang diurutkan berdasarkan skala prioritas yaitu : toko souvenir, toilet dan mushola.

Saran

1. Perlu dilakukan perbaikan aksesibilitas menuju Kawasan Ekowisata Tangkahan mengingat bahwa aksesibilitas mempengaruhi kepuasan pengunjung di kawasan tersebut.

2. Penambahan jumlah ban karet besar untuk kegiatan tubing agar pengunjung tidak perlu mengantri lama untuk melakukan tubing dan sebaiknya kebersihan air sungai juga harus diperhatikan agar pengunjung merasa nyaman menikmati atraksi tersebut.

3. Penambahan beberapa fasilitas sesuai dengan masukan dari pengunjung sehingga diharapkan dapat meningkatkan tingkat kunjungan ke Tangkahan


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Douglass,R.W. 1978. Forest Recreation. Pergamon Press Inc. New York. Hakim, L. 2004. Dasar-dasar Ekowisata. Bayumedia Publishing. Malang.

Kriswanto, J. 2008. Analisis Regresi Linear Berganda.

Kusmayadi dan E. Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Mathieson, A and Wall, G. 1982. Tourism: Economic, Physical and Social Impact. Longman. London.

Nasution, A, Subhilar L, Berutu dan J. Simanjuntak. 2001.Metodologi penyusunan Proposal penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Unit Pengembangan Riset FISIP USU bekerjasama dengan Penerbit Monora. Medan .

Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata. Utama, I. 2006. Konsep Pariwisata (Kajian Sodiologi dan Ekonomi). [10 Juli 2009].

Rasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Program Studi Ilmu Sosial. Program Pasca Sarjana. Universitas Padjajaran. Bandung. Soemarwoto, D.1997. Ekologi Lingkungan dan Pembangunan (Edisi Revisi).

Djambatan. Jakarta.

Sarwono, J. 2006 Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. ANDI. Yogyakarta

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung. Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta

[STIS] Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.2006. Analisis Regresi Linear Berganda.

Usman, H dan Purnomo. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. PT.Bumi Aksara. Jakarta