KRIMINALITAS DALAM FILM (Analisis Isi Unsur Kriminalitas Pada Film Serigala Terakhir Karya Upi Avianto)

(1)

KRIMINALITAS DALAM FILM

(Analisis Isi Unsur Kriminalitas Pada Film Serigala Terakhir Karya Upi Avianto)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh :

ANDYKA BAYU CAHYANTO NIM : 07220313

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

i LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Andyka Bayu Cahyanto NIM : 07220313

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : KRIMINALITAS DALAM FILM

(Analisis Isi Unsur Kriminalitas Pada Film Serigala Terakhir Karya Upi Avianto)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi dan dinyatakan LULUS

Pada : Selasa, 29 Juli 2013

Tempat : Gedung GKB I, Ruang 605

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

DR. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Nurudin, S.Sos. M,Si (……….) 2. Jamroji, M. Comm (……….) 3. Drs. Farid Rusman, M.Si (……….) 4. M. Himawan Sutanto, M.Si (……….)


(3)

(4)

(5)

(6)

v Jast The Little Insight, Will Make This Right


(7)

vi ABSTRAKSI

Andyka Bayu C, 07220311

KRIMINALITAS DALAM FILM

(Analisis Isi Unsur Kriminalitas Pada Film Serigala Terakhir Karya Upi Avianto)

Pembimbing: Drs. Farid Rusman, M.Si dan M. Himawan Susanto, M.Si (xx + 77 halaman + 11 tabel + 5 lampiran)

Bibliografi; 10 buku, 3 website.

Kata Kunci: Kriminalitas dalam film, analisis isi film Serigala Terakhir.

Salah satu media masa yang berkembang cukup pesat dan banyak diperbincangkan adalah film. Film telah menjelma menjadi salah satu bentuk komunikasi masa yang juga menjadi media yang cukup efektif untuk menyampaikan suatu pesan. Adapun pesan-pesan yang dibawa oleh sebuah film dikemas sedemikian rupa dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang sekedar menghibur dan memberikan penerangan, ada juga yang memasukkan dogma-dogma tertentu sekaligus mengerjakan pada penonton. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Berapa besar frekuensi kemunculan adegan kriminalitas dan apa saja jenis kriminalitas yang ada dalam film Serigala Terakhir karya Upi Avianto? Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui frekuensi kemunculan adegan kriminalitas dalam film Seriga Terakhir, dan jenis kriminalitas yang terdapat dalam film tersebut.

Dalam perkembanganya saat ini film tidak lepas dari unsur kekerasan dan kriminalitas. Kriminalitas itu sendiri sering kita jumpai di sekitar kehidupan kita. Baik kriminalitas yang bersifat ringan maupun berat hampir tiap hari kita dengarkan beritanya. Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan sesuatu yang melanggar hukum. Kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku. Secara kriminologi kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat yang menimbulkan korban dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Banyak bentuk kriminalitas yang sering kita jumpai dimasyarakat. Bentuk tersebut bisa seperti fisik, psikis, harta benda dan narkoba.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan perangkat statistik deskriptif. Tujuan dari analisis isi adalah merepresentasikan kerangka pesan secara akurat. Penelitian ini menggunakan unit analisis adegan sebagai bagian penting dari sebuah film, dengan struktur kategori kriminalitas. Total katagori kriminalitas fisik, psikis, harta benda dan narkoba bertotal 274 kemunculan, pada tiap katagori kriminalitas yang muncul berupa ; tindak kriminalitas bersifat fisik muncul sebanyak 241 kali (88%) dengan sub-katagorinya perkelahian sebanyak 159 kali (66%), lalu diikuti oleh sub-katagori penganiayaan sebanyak 28 kali (11,6%), sub-katagori menembak sebanyak 24 kali (10%), sub-katagori membunuh sebanyak 15 kali (6,2%), sub-katagori pemerkosaan sebanyak 15 kali (6,2%). Sedangkan pada katagorisasi bersifat psikis muncul sebanyak 5 kali atau (1,8%), dengan sub-katagori mengancam muncul sebanyak 2 kali (40%), diikuti dengan sub-katagori menghina sebanyak 3 kali (60%). Pada kategorisasi harta benda muncul sebanyak 20 kali (7,2%), dengan


(8)

sub-vii kategorisasi perusakan barang muncul sebanyak 5 kali (25%), memeras 12 kali (60%) dan merampas muncul sebanyak 3 kali (15%). Kemudian kriminalitas bersifat narkoba muncul sebanyak 8 kali (3%), dengan sub-kategorisasi penggunaan narkoba muncul sebanyak 3 kali (37,5%) dan sub-kategorisasi mengedarkan narkoba muncul sebanyak 5 kali (62,5%). Dengan kesimpulan diatas dapat dilihat dalam film ini katagorisasi yang muncul secara dominan adalah katagorisasi bersifat fisik sebanyak 241 kali kemunculan (88%) dibandingkan dengan katagori sadisme bersifat psikis sebanyak 5 kali atau (1,8%), harta benda 20 kali (7,2%) dan kategori narkoba yang muncul hanya sebanyak 8 kali (3%).

Kesimpulan dari penelitian menunjukkan katagorisasi yang muncul secara dominan adalah katagorisasi bersifat fisik. Hasil ini diperoleh melalui jumlah kemunculan setiap kategori dalam film. Dari hasil penelitian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa tindak kriminal memang tidak mungkin dihindarkan dari kehidupan sehari-hari. Baik itu disadari atau tidak. Untuk mengurangi atau mungkin menghilangkannya bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Dengan cara lebih meningkatkan kewaspadaan pada diri sendiri. Agar kita tidak menjadi korban atau pelaku tindak kriminal.


(9)

viii ABSTRAC

Andyka Bayu C, 07220313

CRIME IN FILM

(Content Analysis of Crime Elements On Film Serigala Terakhir by Upi Avianto)

Supervisor : Drs. Farid Rusman, M.Si dan M. Himawan Susanto, M.Si (xx + 77 pages + 11 tabels + 5 enclosures)

Bibliography; 10 book, 3 website.

Keywords: Crime in the film, Serigala Terakhir movie content analysis.

One of the mass media are developed rapidly and is much discussed film. The film has been transformed into a form of mass communication which is also the most effective media to convey a message. The messages carried by such a film packed with different purposes. There are just entertaining and enlightening, others include certain dogmas as well as working on the audience. Formulation of the problem in this study is the frequency of occurrence How big crime scene and what type of crime is in the movie's Last Wolves Upi Avianto? With the aim of the study to determine the frequency of occurrence of crime scenes in the movie Last Seriga, and the type of crime contained in the film.

Currently filming in its development can not be separated from the element of violence and criminality. Crime itself is often encountered around our lives. Both crimes that are light or heavy almost every day we hear the news. Crime or criminal acts is something illegal. Crime can be defined as an act in violation of applicable laws or regulations. In criminology crime is a pattern of behavior that is detrimental to society, causing casualties and a pattern of behavior that get social reactions from the public. Many forms of criminality that we often encounter in the community. Such forms can be physical, psychological, and drug possessions.

This research uses the content analysis method with descriptive statistics. The goal of content analysis is to accurately represent the message frame. This study analyzes the scene using the unit as an important part of a movie, with the structure of crime categories. Total crime categories of physical, psychological, drug possessions and totaled 274 appearance, in every category of crime that appears in the form; physical crime appears 241 times as many (88%) with sub-katagorinya fights as much as 159 times (66%), followed by sub-category of maltreatment as much as 28 times (11.6%), sub-category of shooting as many as 24 times (10%), sub-category of killing as many as 15 times (6.2%), sub-category of rape as much as 15 times (6 , 2%). While the categorization psychic appears 5 times or (1.8%), with sub-categories appear to threaten as much as 2 times (40%), followed by sub-category insulted 3 times (60%). In the categorization property appears 20 times (7.2%), with the destruction of sub-categorization appears 5 times (25%), squeeze 12 times (60%) and depriving appears 3 times (15%). Then the crime is drug appears 8 times (3%), with sub-categorization drug use appears 3 times (37.5%) and sub-categorization distribute drugs appears 5 times (62.5%). With the conclusion of the above can be seen in this film that appears categorization categorization dominant physical appearance as much as 241 times (88%) compared with the category of psychic sadism or 5 times (1.8%), property 20 times (7.2 %) and a category of drugs that appears only 8 times (3%).


(10)

ix The conclusion of the study showed that categorization appear dominant physical categorization. This result is obtained through a number of occurrences of each category in the film. From the above results, it can be said that the crime was unavoidable from everyday life. Whether it's conscious or not. In order to reduce or possibly eliminate them we can start from ourselves. By way of further enhancing self-awareness. That we do not become victims or perpetrators of crime.


(11)

x KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah menganugerahi segalanya dalam kehidupan kita, sehingga kita bisa beraktivitas seperti yang kita inginkan. Sholawat dan salam terhatur tulus untuk Rasul kita Muhammad SAW, yang telah mencerahkan alam fana ini dengan ilmu pengetahuan dan keteladanan yang sempurna.

Dengan memilih judul “Kriminalitas Dalam Film” (Analisis Isi Unsur Kriminalitas Pada Film Serigala Terakhir Karya Upi Avianto) sebagai skripsi, akhirnya saya dapat menyelesaikannya sebagai kewajiban saya sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang yang tercinta.

Mungkin skripsi terlihat dan terasa mudah untuk dikerjakan, namun pada kenyataannya mengerjakan skripsi merupakan sesuatu yang cukup berat. Menguatkan niat dan melawan rasa malas yang berat cukup sulit untuk dilakukan. Namun semua itu bisa kita lakukan bila kita bisa melawan diri sendiri untuk bisa terus semangat mengerjakan skripsi.

Banyaknya film yang kurang pantas ditonton oleh kalangan tertentu dan kurangnya pengamanan terhadap tontonan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, merupakan dasar dari pemilihan tema dan judul oleh peneliti. Tindak kriminal atau kriminalitas yang sering dimunculkan dalam film sebagai bagian untuk menjual film tersebut dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang jenis – jenis kriminalitas merupakan alasan lain peneliti peniliti untuk memilih tema ini. Film “Serigala Terakhir” dipilih oleh peneliti karena banyaknya jumlah jenis kriminalitas yang terdapat dalam film tersebut.


(12)

xi Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan lancar dan baik tanpa keterlibatan banyak pihak, terutama dukungan dari keluarga besar khususnya Ibu yang setiap malam selalu mendoakan saya. Mereka ibarat sayap – sayap peneliti yang selalu mengangkat semangat untuk mengerjakan tugas akhir ini sebagai mahasiswa. Keluarga, dosen dan teman – teman disekitar merupakan pihak yang berpengaruh atas selesainya skripsi ini. Tanpa mereka penyelesaian skripsi ini akan semakin lama dan tidak maksimal.

Dengan iklas dan tulus, peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Drs. DR. Muhadjir Effendy, M. AP., selaku rektor UMM.

2. Wahyudi, DR, M.Si., selaku Dekan FISIP, UMM.

3. Nurudin, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, UMM 4. Drs. Farid Rusman, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya memberikan bimbingan dan motivasi menyusun skripsi ini.

5. M. Himawan Sutanto, M.Si selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan masukan untuk skripsi ini.

6. Para dosen pada Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah mentransfer ilmu pengetahuan pada peneliti.

7. Novin Farid Styo Wibowo, S.Sos selaku dosen dan sahabat yang selalu memberikan saran dan solusi.

8. Arief Hidayatullah, S.Ikom selaku dosen dan sahabat yang selalu memberi saran dan solusi.

9. KELUARGA BESARKU, Bapak Suyoto, SH dan Mama A. Endang S, SE. tercinta, Terimakasih banyak atas doa dan pengertian yang selalu diberikan disetiap waktu.

10.Untuk yang terkasih “Nona” Anggun Siswi Arizona, yang selalu ada disetiap semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Untuk keluarga besar Kelas D angkatan 2007 , Anomali Picture dan Fantashit Film. Terimakasih banyak atas pengalaman suka duka yang kita jalani untuk jadi kuat.


(13)

xii Tentu saja hasil penelitian masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu masih memerlukan pengkajian secara mendalam lagi dimasa datang. Terima kasih, semoga segala kebaikan, bantuan dan dorongan yang di berikan pada saya selaku peneliti mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin….

Malang, 16 Januari 2013 Peneliti


(14)

xiii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……… i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI………... ii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI………... iii PERNYATAAN ORISINALITAS... iv

MOTO... v

ABSTRAKSI………... vi

KATA PENGANTAR……….... x

DAFTAR ISI…….………... xiii

DAFTAR TABEL……….. xvi

DAFTAR GAMBAR………. xvii

LAMPIRAN………... xviii

DAFTAR PUSTAKA……… xx

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 4

C. Tujuan penelitian……… 4

D. Manfaat Penelitian………. 5

E. Tinjauan Pustaka……… 6

E.1. Film Sebagai Media Massa………... 6

E.2. Genre Sebagai Karakter Sebuah Film...………... 8

E.3. Komunikasi Massa...……….. 11

E.4. Media Massa...……… 12

E.4.1. Fungsi Media Massa...………... 13

E.4.2. Karakteristik Media Massa..……….. 14

E.4.3. Peran Media Massa...……….. 18

E.5. Kriminalitas Dalam Film……….………... 19

F. Metode Penelitian………...……….. 25

F.1. Ruang Lingkup Penelitian………...……… 25

F.2. Unit Analisis………...……… 25


(15)

xiv

F.4. Struktur Katagori………...………. 26

F.5. Metode, Sifat dan Tipe Penelitian………...… 29

F.6. Sumber Data………... 30

F.7. Tekhnik Pengumpulan Data……….. 30

F.8. Teknik Analisis Data……….. 31

F.9. Uji Reliaabilitas………... 32

BAB II. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sekilas Tentang Film Serigala Terakhir………... 31

B. Sinopsis Film Serigala Terakhir.. ……….. 32

C. Biografi Upi Avianto...……….. 35

D. Para Pemain Film Serigala Terakhir………... 36

E. Tim Produksi Film Serigala Terakhir... 37

F. Penghargaan Untuk Film Serigala Terakhir... 39

BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data………... 41

A.1. Kriminalitas Dalam Film Serigala Terakhir…………... 41 A.2.Tindak Kriminalitas pada Katagori Kriminalitas Kekesrasan Fisik ... 42

A.2.1. Sub-katagori Fisik Perkalihan…...………... 43 A.2.2. Sub-katagori Fisik Penganiayaan ………... 45

A.2.3. Sub-katagori Fisik Penembakan ………... 46

A.2.4. Sub-katagori Fisik Pembunuhan ……...………..…… 47

A.2.5. Sub-katagori Fisik Pemerkosaan ... 48

A.3. Kriminalitas pada Katagori Kriminalitas Kekerasan Psikis ... 49

A.3.1. Sub-katagori Psikis Mengancam..……….... 50 A.3.2. Sub-katagori Psikis Menghina ...………... 51 A.4. Kriminalitas pada Katagori Kriminalitas Bersifat Harta Benda...52

A.4.1. Sub-katagori Harta Benda Perusakan Barang... 53

A.4.2. Sub-katagori Harta Benda Bersifat Pemerasan Untuk Mendapatkan Uang... 54


(16)

xv A.4.3. Sub-katagori Harta Benda Bersifat Perampasan Barang

Orang Lain... 55

A.5. Tindak Kriminalitas Narkoba... 56

A.5.1. Sub-katagori Penggunaan Narkoba... 57

A.5.2. Sub-katagori Pengedaran Narkoba... 58

B. Analisis Data………... 59

B.1. Uji Reliabilitas………..…. 59

B.1.1 Uji Reliabilitas Sadisme Kekerasan Fisik……… 60

B.1.2 Uji Reliabilitas Sadisme BKekerasan Psikis………... 62

B.1.3 Uji Reliabilitas Kriminalitas Harta Benda... 64

B.1.4 Uji Reliabilitas Kriminalitas Bersifat Narkoba... 66

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan………. 69 B. Saran……….. 70 B.1. Saran Akademis……….. 70 B.2. Saran Praktis………... 70


(17)

xvi

Tabel 1. Contoh Tabel Lembar Coding……….. 30

Tabel 2. Tabel Proporsi Kemunculan Katagori……….. 45

Tabel 3. Tabel Proporsi Kemunculan Katagori Kriminalitas Fisik……… 46

Tabel 4. Tabel Proporsi Kemunculan Katagori Kriminalitas Psikis..…………. 52

Tabel 5. Tabel Proporsi Kemunculan Katagori Kriminalitas Harta Benda... 56

Tabel 6. Tabel Proporsi Kemunculan Katagori Kriminalitas Narkoba... 60

Tabel 7. Expected Agreement Unit Analisis Kategori Kriminalitas Fisik... 63

Tabel 8. Expected Agreement Unit Analisis Kategori Kriminalitas Psikis... 66

Tabel 8. Expected Agreement Unit Analisis Kategori Kriminalitas harta benda... 68

Tabel 8. Expected Agreement Unit Analisis Kategori Kriminalitas Bersifat Narkoba ... 71


(18)

xvii

Gambar 1. Perkelahian………... 48

Gambar 2. Penganiayaan.………. 49

Gambar 3. Penembakan....………. 50

Gambar 4. Pembunuhan…..………... 51

Gambar 5. Pemerkosaan….………..……….... 52

Gambar 6. Mengancam………. 54

Gambar 7. Menghina………. 55

Gambar 8. Perusakan Barang……… 56

Gambar 9. Pemerasan...………... 57

Gambar 10. Perampasan.….………. 58

Gambar 11. Penggunaan Narkoba... 61

Gambar 10. Pengedaran Narkoba... 62


(19)

xviii

Lampiran 1. Lembar Coding Peneliti………. 78

Lampiran 2. Lembar Coding Coder 1……….... 91

Lampiran 3. Lembar Coding Coder 2……….... 104

Lampiran 4. LEMBAR PERNYATAAN KODER 1………. 117

Lampiran 5. LEMBAR PERNYATAAN KODER 2………. 118


(20)

xix Atmasasmita, Romli. 2005. Teori & Kapita Selekta Kriminologi. Bandung: PT. Refika

Aditama

Hurwitz, Stephen. 1986. Kriminologi. Terjemahan oleh Ny. L. Moeljatno, SH.. Jakarta: PT Bina Aksara

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers.

M.W.A.Bonger. 1982. Pengantar Tentang Kriminologi. Jakarta: Ghalia indonesia. Nurudin, 2007. PengantarKomunikasi Massa, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Pratisa, Himawan. 2008. Memehami Film. Yogyakarta: HomerianPustaka

Santoso, Topo. 2002. Kriminologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

West, Richard & Lynn H. Tunner. 2007. Pengantar Teori Komunikasi 1. Jakarta : Salemba Humanika

Winarni. 2003. Komunikasi Massa. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Winarso, Heru Puji, 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

non Buku

http://www.anneahira.com/serigala-terakhir.htm. Selalu Menawan .Cerita Film Serigala Terakhir, diakses tanggal 17 juli 2012, pukul 01.15 WIB.

http://fitriapratiwi.blogspot.com/2010/11/kriminalitas.html. Fitria Pratiwi, kriminalitas, diakses tanggal 17 juli 2012, pukul 01.31 WIB.


(21)

xx http://romeltea.com/media-massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi Romeltea. Media

Massa, diakses tanggal 17 juli 2012, pukul 21.25 WIB

http://ittemputih.wordpress.com/2012/04/27/kriminalitas/ Putri Ayu A.L. Kriminalitas, diakses tanggal 17 juli 2012 pukul 20.35 WIB

http://urbandepan.blogspot.com/2012/04/kriminalitas-dan-kejahatan.html. Darpito Nugroho. kriminalitas dankejahatan 2012, diakses tanggal 17 Juli 2012 pukul 21.14 WIB

http://www.lsf.go.id/film.php?module=peraturan&sub=detail&id=62010, Suhendra Pedoman Sensor, lembaga sensor Indonesia, diakses tanggal 18 Juli 2012 pukul 01.35 WIB


(22)

1 BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Media massa saat ini semakin berkembang dan keberadaannya pun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Media massa merupakan sumber informasi bagi masyarakat yang sangat dibutuhkan saat ini. Media massa memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan yang disebarkan. Pesan yang disampaikan oleh media massa melalui majalah, koran, tabloid, buku, televisi, radio, internet dan film diterima secara serempak oleh khalayak luas.

Salah satu media masa yang berkembang cukup pesat dan banyak diperbincangkan adalah film. Film telah menjelma menjadi salah satu bentuk komunikasi masa yang juga menjadi media yang cukup efektif untuk menyampaikan suatu pesan. Adapun pesan-pesan yang dibawa oleh sebuah film dikemas sedemikian rupa dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang sekedar menghibur dan memberikan penerangan, ada juga yang memasukkan dogma-dogma tertentu sekaligus mengerjakan pada penonton.

Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas, mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan pemirsanya yang tidak mengenal usia dan meliputiseluruh lapisan mesyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Luas jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya bukan saja menjadikan film sebagai media alat


(23)

2 untuk mempengaruhi terhadap perkembangan pengetahuan dan tingkat penyerapan pesan-pesan yang disampaikan melalui media ini jauh lebih intensif jika dibandingkan dengan media komunikasi lain.

Film sangat berperan penting sebagai hiburan bagi masyarakat luas. Sebagai media massa, film juga digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi. Dalam perkembanganya saat ini film tidak lepas dari unsur kekerasan dan kriminalitas.

Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan sesuatu yang melanggar hukum. Dalam mendefinisikan kejahatan, ada beberapa pandangan mengenai perbuatan apakah yang dapat dikatakan sebagai kejahatan.

Kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku. Secara kriminologi kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat yang menimbulkan korban dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non-formal.

Kriminalitas atau kejahatan menurut peneliti sangat baik untuk diteliti dikarenakan kriminalitas itu sendiri sering kita jumpai di sekitar kehidupan kita. Baik kriminalitas yang bersifat ringan maupun berat hampir tiap hari kita dengarkan beritanya.

Peneliti menemukan salah satu film yang menarik untuk diteliti. Film tersebut adalah film dengan judul Serigala Terakhir. Film ini merupakan film


(24)

3 drama kriminal dari Indonesia yang dilris pada 5 November 2009 yang disutradarai oleh Upi Avianto.

Peneliti memilih film Serigala Terakhir untuk diteliti karena peneliti melihat banyaknya adegan kriminalitas yang terdapat didalamnya. Dalam film ini juga ditampilkan pesan-pesan yang kurang baik bagi para penonton. Seperti adanya pesan yang bersifat air mata, darah dan seksualitas. Pesan yang kurang baik ini dapat memberi efek buruk terhadap penonton yang kita tahu begitu mudah menirukan apa yang mereka lihat dalam sebuah film. Efek buruk ini akan begitu mudah tersampaikan pada penonton dikarenakan yang sebagaimana kita tahu bahwa film merupakan media komunikasi massa yang sangat efektif. Film ini juga merupkan film Indonesia pertama yang bernuansakan mafia. Selain itu film drama kriminal ini menarik untuk diteliti karena disutradarai oleh seorang wanita yaitu Upi Avianto.

Inti dari film Serigala Terakhir adalah menceritakan tentang persahabatan sekelompok anak muda yang tinggal dipinggiran Jakarta. Mereka bersahabat erat satu sama lain dan sepakat unuk dijalur kekerasan. Meski masih dihiasi dengan unsur drama, film Serigala Terakhir lebih mengangkat action. Aksi bertarung antar sebuah geng menjadi kelebihan dalam cerita ini. Karena mengangkat tema tentang kejahatan diseputar kita,maka mau tidak mau film ini mengandung banyak adegan kekerasan dan dan kriminal. Aksi bertarung dalam film ini dilakukan secara alamiah karena para aktor didalamnya tidak diajarkan gerakan karate,silat atau kungfu. Mereka hanya diajari koreogafi saat bertarung.


(25)

4 Dalam film ini kita bisa melihat aksi-aksi yang belum pernah ada di film-film Indonesia pada umumnya, salah satunya adalah adegan tawuran antar geng yang sangat menegangkan dan melibatkan banyak orang, seperti perang dalam film kolosal Hollywod. Selain itu kita juga bisa melihat para pemai dalam film ini menggunakan pakaian ala gengster yang berjaket kulit, celana kulit lengkap dengan kalung emas dan rambut licin serta kumis tipis. Jika film bernuansa mafia hanya disaksikan lewat sinema Holliwod dan Mandarin, maka berarti film Serigala Terakhir adalah yang pertama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertera di atas, maka peneliti akan mengangkat permasalahan dalam penelitian ini adalah “Berapa besar frekuensi kemunculan adegan kriminalitas dan apa saja jenis kriminalitas yang ada dalam film Serigala Terakhirkarya Upi Avianto?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi kemunculan adegan kriminalitas dalam film Seriga Terakhir, dan jenis kriminalitas yang terdapat dalam film tersebut.


(26)

5 D. Manfaat Penelitian

D.1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis khususnya kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tentang Analisis Isi adegan Kriminalitas yang berguna bagi peneliti maupun pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lebih lanjut lagi hasil temuan penelitian pada masalah yang sama.

D.2. Manfaat Praktis

Penelitian in diharapkan dapat memberikan informasi tentang kriminalitas yang terdapat dalam film sesuai teori kriminalitas yang ada, serta dapat bermanfaat memberikan pemahaman tentang kriminalitas itu sendiri.


(27)

6 E. Tinjauan Pustaka

E.1. Film Sebagai Media Massa

Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh

Film adalah gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media-media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

Masa berlangsungnya film sebagai media yang diperuntukan bagi masyarakat elit terjadi sejak tahun 1888 sampai dengan tahun 1948, seperti yang telah diungkapkan Wilson (1989) dan Allen (1985). Gambar bergerak pertama kali dihasilkan oleh sebuah kamera yang ditemukan pada tahun 1888.

Yang paling tenar pada tahun 1917 ialah hadirnya film hiburan pertama yang dimainkan bintang film tenar Charlie Chaplin menyusul tahun 1939 hadir fil Gone With The Wind. Semua berkembang bagi kaum elit hingga tahun 1948 (Winarni 2003 : 37-38 ).

Film merupakan media komunikasi masa yang menggabungkan penyampaian pesan melalui gambar yang bergerak dengan teknologi dan ilmu perfilman itu sendiri. Film sendiri sebelumnya digunakan untuk merekam gambar


(28)

7 tak bergerak dan seiring perkembangan teknologi kini film memiliki karakter audio dan visual.

Kelebihan film yang berkarakter audio dan visual membuat film begitu mudah dan kuat untuk menyampaikan suatu pesan terhadap khalayak yang multi kultur. Karakter ini membuat film menjadi media yang menggunakan lebih dari satu indra. Pembawaan emosi yang ada dalam film membuat penonton begitu mudah masuk dalam pesan yang dihadirkan oleh film.

Sebagai media massa, film digunakan untuk membentuk sebuah realitas atau kenyataan. Filmdapat menceritakan sebuah kisah fiksi atau non fiksi. Dengan karakteristiknya yang audio visual membuak film menjadi media yang begitu digemari oleh masyarakat.

Film- film sejarah pun termasuk media komunikasi massa. Mengapa? Sebab, faktanya ada. Hanya proses pembuatanya dilakukan dengan prinsip-prinsip yang berlaku dalam pembuatan film. Tooh dapat ditambahkan agar film itu menarik. Prinsip ini hampir sama dalam pembuatan feature dalam majalah atau surat kabar (Nurudin 2007:67).

Film juga dimasukkan ke dalam kelompok komunikasi massa. Selain mengandung aspek hiburan, film juga memuat pesan edukatif. Namun aspek sosial kontrolnya tidak sekuat pada surat kabar atau majalah serta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta di dalam film ditampilkan secara abstrak, di mana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat.


(29)

8 E.2. Genre Sebagai Karakter Sebuah Film

Genre berasal dari bahasa Perancis yang berarti “bentuk” atau “tipe. Di dalam film genre dapat didefinisikan sebagi jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi, subjek cerita, tema struktur cerita, aksi, peristiwa, serta karakter. Dari klasifikasi tersebut dapat di hasilkan genre – genre populer seperti aksi, petualangan, horor, fiksi ilmiah, musikal, petualangan, aksi (action), komedi, fantasi, drama, dan drama kriminal.

Genre juga merupakan sebuah kategori semiotik karena di dalamnya terdapat kode – kode yang dimiliki oleh sebuah film – film dalam sebuah genre yang sama. Misalnya unsur – unsur seperti lokasi, gaya dan struktur cerita.

1. Film horor (Horror)

Film horor merupakan film yang berusaha memancing emosi berupa ketakutan dan rasa ngeri penontonnya. Alur cerita mereka sering melibatkan tema – tema seperti kematian, supranatural, atau penyakit mental.

Contoh: The Ring

2. Film fiksi ilmiah (Science Fiction)

Film fiksi ilmiah adalah film imajinasi yang didasari oleh alasan dan penjelasan ilmiah. Jenis film ini agak sukar dipahami karena lebih banyak berisi penjelasan ilmiah.


(30)

9 3. Film musikal (Musical)

Film musikal adalah film yang pada alur ceritanya disertai lagu maupun tarian dari tokoh – tokohnya. Musik yang ditampilkan sesuai dengan alur ceritanya.

Contoh: High School Musical

4. Film petualangan (Adventure)

Film petualangan adalah film yang dibuat untuk memberikan pengalaman yang menegangakan dari film. Jenis film ini mirip dengan film aksi. Daripada unsur kekerasan yang lebih ditonjolkan film aksi, film ini lebih menampilkan petualangan melalui perjalanan maupun perjuangan.

Contoh: Jurassic Park

5. Film aksi (Action)

Film aksi ini bertujuan membuat tegang penontonnya seperti pada jenis film petualangan. Tapi, film ini lebih menekankan pada aksi kekerasan fisik, tembak menembak, maupun kejar – kejaran mobil. Terkadang jenis film ini terkait dengan unsur spionase.

Contoh: Spiderman


(31)

10 Film komedi ditujukan untuk menghibur penontonnya dengan aksi komedi yang mampu mengundang tawa. Film komedi banyak digemari penonton karena ceritanya yang ringan dan mudah dimengerti.

Contoh: Mr Beans Holiday

7. Film fantasi (Fantasy)

Film fantasi umumnya menggunakan sihir dan kekuatan supranatural dalam ceritanya. Film jenis ini tidak didasari pemikiran ilmiah sehingga untuk ceritanya murni tentang imajinasi dari sang pembuatnya.

Contoh: Harry Potter

8. Film drama

Film drama adalah film yang banyak berceita mengenai kehidupan. Film ini bertujuan untuk membawa penonton pada alur ceritanya sehingga penonton mampu merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam cerita.

Contoh: Hachiko

9. Film Drama Kriminal

Film drama kriminal berhubungan dengan aksi- aksi kriminal seperti perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, pemerasan, perjudian, dan sebagainya. Seringkali dalam film ini mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besaryang diinspirasi oleh kisah nyata. Berbeda dengan film aksi (action), film drama kriminal menampilkan adegan aksi kekerasan yang tidak manusiawi atau sadis. Ciri


(32)

11 khasnya dengan menggunakan tonkat pemukul, senjata mesin dan bom mobil. Gernre ini biasanya mengambil latar kota besar dengan penduduk yang padat.

E.3. Komunikasi Massa

komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau suatu organisasi yang memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk disebarkan kepada khalayak banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar. Perkembangan teknologi komunikasi massa tidak dapat dipungkiri telah banyak membantu umat manusia untuk mengatasi berbagai hambatan dalam berkomunikasi. Khalayak dapat mengetaui apa yang terjadi di seluruh dunia jauh lebih cepat, bahkan sering kali khalayk lebih dahulu mengetahui apa yang terjadi jauh di luar negeri daripada di dalam negeri.

Definisi komunikasi juga massa dikemukakan oleh Josep A Devito yakni, ” First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes”. (Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual.Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (Nurudin2007:11-12).

Komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed (menjadi perantara) ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima


(33)

12 (audiens) melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, tv, film, dll. Sifat audiens disini berjumlah besar, anonim, heterogen, & berubah-ubah dari jutaan penonton TV, ribuan pembaca bukum majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing-masing audiens berbeda satu sama lain diantaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu dapat saling mereaksi pesan yang diterimanya

E.4. Media Massa

Media massa merupakan suatu bentuk representasi bahwa demokrasi sudah benar-benar berjalan dengan ditandai adanya kebebasan baik dalam berpendapat, berekspresi maupun berkreativitas. Media Massa merupakan salah satu media untuk menyampaikan informasi secara serempak kepada publik. Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk.

Media massa merupakan dari media komunikasi massa (media of mass comunication). Media massa ada sebagai saluran penghubung komunikasi antar massa. Menurut Blumer yang dikutip, massa merupakan sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, dan tidak memiliki kepemimpinan atau organisasi formal. Ketergantungan antar massa menjadi penyebab lahirnya media sebagai saluran yang mampu menyalurkan hasrat, gagasan dan kepentingan masing-masing agar diketahui dan dipahami oleh yang lain (Nurudin2007:22)

McLuhan mengatakan bahwa media secara umum, bertindak secara langsung untuk membentuk dan mengorganisasikan sebuah budaya. Pemikiran ini dapat kita liha ke dalam 3 asumsi :

1. Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat


(34)

13 3. Media menyatukan seluruh dunia (Richard West & Lynn H. Turner

2007:136-137 )

E.4.1. Fungsi Media Masa

Komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick (Winarso, 2005:28-43) dalam bukunya The Dinamics of Mass Communication memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Pengawasan (Surveillance)

Fungsi pengawasan ini lbih merujuk pada berita dan peran informasi dari media, dalam hal ini media mengambil tempat sebagai penjaga dan pengawas.

2. Penafsiran (Interpretation)

Media tidak hanya menyediakan fakta dan data, tetapi media juga harus memberikan informasi mengenai arti kunci dan informasi hal-hal yang penting mengenai kejadian-kejadian tertentu.

3. Penghubung (Linkage)

Fungsi penghubung (Linkage) ini dimaksudkan agar media massa bekerjasama dengan unsure-unsur masyarakat yang berbeda, yang tidak secara langsung berhubungan dengan saluran-saluran interpersonal.

4. Penerusan Nilai-nilai (transmission of Values)

Fungsi ini disebut juga sebagai sosialisasi, dimana sosialisasi merujuk pada cara-cara seorang individu mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari kelompok tertentu melalui media massa sebagai perantara.


(35)

14 Fungsi hiburan ini mengkaji dua dari media yaitu film dan rekaman suara yang khusus menaruh minat pada hiburan. Dalam media elektronik, fungsi hiburan merupakan fungsi yang dominant dibandingkan fungsi-fungsi lainnya.

E.4.2. Karakteristik Media Massa

Media Massa merupakan media, saluran, sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Komunikasi massa sendiri merupakan kependekan dari komunikasi melalui media massa. Yang termasuk media massa terutama adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film juga internet (media online).

Ada pun karakteristik dari media massa adalah : 1. Komunikator Terlembagakan

Pemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan organisasi usaha yang mempunyai struktur dan penjelmaan tugas, fungsi-fungsi serta misi tertentu. Biasanya dalam organisasi kepemilikan media ini terdapan gatekeeper (penjaga gawang). Fungsi gatekeeper ini biasanya dilakukan editor yang berfungsi menyunting naskah supaya sesuai dengan misi organisasi, khalayak yang dituju maupun konteks yang meliputi organisasi pers dengan khalayak secara bersama-sama.

2. Pesan bersifat umum.

Pesan media massa bersifat umum, universal, yaitu tentang berbagai hal yang terjadi di sekitar kita baik pada lingkup lokal, nasional, maupun internasional, yang patut diketahui oleh masyarakat. Tidak ada pesan komunikasi massa yang ditujukan untuk masyarakat tertentu meskipun dalam kenyataanya sering kita jumpai pesan komunikasi massa ditujukan untuk segmen tertentu. Namun demikian pesa-pesan itu juga akan terbaca oleh khalayak di luar segmen masyarakat tersebut sebagai sasaranya.

Pesan terdiri dari dua aspek, yaitu : isi atau isi pesan dan lambang untuk mengekspresikanya. Isi pesan bersifat umum yang patut diketahui masyarakat, sedangkan lambang disesuaikan dengan media, untuk radio menggunakan lambang bahasa lisan, surat kabar dengan bahasa tulisan danjuga gambar, dan pada film atau telivisi yang diutamkan adalah lambang gambar.

3. Komunikan Anonim dan Heterogen.

Komunikan dalam suatu komunkasi adalah khalayak yang bersifat heterogen dalam segi demografis (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, status perkawinan, dll.), segi geografis (tempat asal, pemukimanya), segi psikologis (cara hidup tertentu yang memberikan cirikhas


(36)

15 bagai mana seorang itu menjalankan hidupnya setiap hari berdasarkan tingkat pendapatanya, berdasarkan tingkat pendidikanya).

Komunikan juga bersifat anonim (tidak saling kenal), dimana jumlah keanggotaan komunikan sangat besar, namun pada suatu waktudan mungkin tempat yang relatif sama mereka memperoleh pesan yang sama dari media massa tertentu.

4. Komunikasi berlangsung satu arah

Disamping ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikan lainya, ada juga kelemahannya. Secara sedrhana komunikasi massa merupakan komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa tentu membuat komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan, sedangkan komunikan aktif menerima pesan, namun diantera keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya yang terjadi dalam komunikasi antarpesonal. Dengan demikian komunikasi massa tersebut bersifat satu arah.

5. Menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahakanlebih dari itu komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan mendapatkan pesan yang sama pula.

Keserempakan ini diartikan sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

6. Mengutamakan isi dari pada hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan. Dalam komunikasi massa unsur isilah yang lebih penting. Karena pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

Berbeda dengan komunikasi antarpesonal, unsur hbungan sangat penting. Sehingga yang menentukan efektivitas bukanlah struktur, tetapi aspek manusiawi, bukan apanya tetapi bagaimana.

7. Stimulasi alat indra terbatas

Ciri komunikasi massa lainya yang dapat dianggap sebagai salah satu kelemahanya, adalahstimuli alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpesonal yang dilakukan secara tatap muka, seluruh alat indra pelaku komunikasi,yaitu komunikator dan komunikan dapat dipergunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat mendengar, melihat, mencium,meraba, bahkan mungkin merasa.

Dalamkomunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya dapat melihat. Pada radio dan rekama audio, khalayak hanya dapat mendengar, sedangkan pada media televisi, kita menggunakan indra pendengaran dan penglihatan.


(37)

16 Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas suatu proses komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.

Umpan balik pada komunikasi massa bersift tidak langsung. Wartawan hampir tidak pernah tahu reaksi pembacanya. Ia hanya membayangkan reaksi itu di dalam benaknya. Mungkin orang mengirim surat ke redaksi, menelepon ke pemancar, namun sebagai umpan balik volumenya terbatas dan saluranya hampir selalu tunggal.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi satu arah. Karena komunikator hanya memperoleh umpan balik dalam keadaan terlambat (Winarni 2003:9-12).

E.4.3. Peran Media Massa

Media massa mempunyai peran yang sangat besar dalam membangun masyarakat karena peranya yang sangat potensial untuk membangun opini publik. Kehadiran media massa juga dapat menumbuhkan berbagai bidang usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Media massa memiliki hubungan timbal balik yang sangat berpengaruh dengan masyarakatnya. Namun organisasi media massa yang relatif lebih modern dan mapan dapat membuat media massa dalam posisi yang dominan mempengaruhi khalayak luas dibandingkan sebaliknya.

Media massa telah menjadi sosok yang sangat mempengaruhi khalayak luas. Media massa pun telah mampu mengalihkan khalayak dari lapangan ke media. Dengan begitu media massa meperkuat keberadaanya sebagai sarana untuk mengumpulkan massa dan mempersatukan massa pada tayangan tertentu. Media massa juga dapat menanamkan pengetahuan, sikap dan nilai pada individu dalam masyarakat.

Media massa bisa menjadi guru, pengajar, pendidik, dan pelatih bagi setiap orang. Dalam artianya, media massa dapat secara kuat dan cepat mempengaruhi


(38)

17 pembentukan sikap, persepsi, kepercayaan dalam diri khalayak luas, terutama anak-anak dan remaja.

E.5. Kriminalitas Dalam Film

Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan. Pengertian kejahatan secara yuridis berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana, yang diatur dalam hukum pidana. Kriminalitas atau kejahatan merupakan suatu bentuk tindak pelanggaran terhadap norma hukum. Tindak pelanggaran disini khususnya yang menyangkut pidana dan perdata yang dapat merugikan orang lain. Kriminalitas dapat terjadi karena adanya kepincangan sosial, tekanan mental dan kebencian. Kriminalitas juga dapat diartikan sebagi bagian dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan. Menurut M.W.A. Bonger kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti-sosial, yang oleh negara ditentang dengan sadar. Dari definisi formil sudah terlihat bahwa tentangan tersebut berupa hukuman.

Definisi kejahatan secara yuridis adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, a-sosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Di dalam KUHP jelas tercantum bahwa “kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP”. Missal pembunuhan pasal memenuhi 338 KUHP, mencuri memenuhi pasal 362 KUHP, penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP.

Tindak kriminalitas dibagi menjadi : 1. White collar crime


(39)

18 Merupakan kejahatan terselubung yang dilakukan para eksekutif baik kalangan penguasa maupun pengusaha dalam menjalankan peran sosialnya. Kejahatan ini merupakan dampak dari pengembangan masyarakat yang pesat namun hanya menekankan pada aspek finansial material. Para pelakunya mempunyai kekuasaan, memiliki keuangan yang kuat, sehingga meskipun mereka berbuat kejahatan sulit dikenai sanksi hukum

Contoh dari white collar crime : tindakan korupsi, penyuapan pengaliran dana ilegal, pemberian “upeti” kepada penguasa, “pembunuhan karakter” politik terhadap lawan polotik dan sebagainya.

Berikut beberapa macam tindakan korupsi : a. Korupsi ekstarsif

Yakni suap pengusaha pada penguasa agar memperoleh kemudahan bisnis. b. Korupsi manipulatif

Yakni kejahatan pengusaha untuk mendapat lebijaksanaan, aturan, keputusan agar dapat mendatangkan keuntungan ekonomi bagi dirinya sendiri.

c. Korupsi nepotetik dan kroniisme

Yakni perlakuan istimewa pada saudara atau kerabat yang dilakukan oleh para penguasa dalam rekruitmen, atau pembagian aktivitas yang mendatangkan keuntungan sosial ekonomi maupun politik.

d. Korupsi subversif

Yakni pencurian kekayaan negara oleh para penguasa atau pengusaha yang merusak kehidupan ekonomi bangsa.


(40)

19 Adalah kejahatan yang dilakukan oleh keluarga ekonomi lemah, kurang pandai, dan kurang terampil, misal penjahat seperti : pencopet, pencuri ayam, pencuri sepeda, pencuri pakaian yang sedang dijemur, dan sebagainya. Mereka sulit menghindar dari jerat hukum dan alat pengendalian sosial lain.

Tindakan kriminalitas mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dapat mengganggu stabilitas negara

2. Dapat merugikan diri sendiri dan orang lain 3. Dapat menimbulkan trauma

Perkembangan film saat ini begitu pesat dan banyak diantaranya mengandung atau sengaja mengangkat unsur krminalitas di dalamnya. Tak jarang unsur tersebut sengaja digunakan untuk menjual film itu. Mengingat tidak sedikit dari penikmat film yang senang menikmati hal tersebut. Namun tidak sedikit pula para penikmat film yang mengaanggap unsur tersebut tidak mendidik secara moral.

Dalam pelaksanaanya sendiri kriminalitas mempunyai hakikat sperti ini : 1. Pembawaan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi dan

membentuk pembawaan kriminalitas.

2. Ada hubungan timbal-balik antara factor-faktor umum social politik-ekonomi dan bangunan kebudayaan dengan jumlah kejahatan dalam lingkungan itu.

3. Alkohol dianggap sebagai factor penting dalam mengakibatkan kriminalitas.


(41)

20 4. Kriminalitas bisa tumbuh dari keinginan balas dendam dan perseteruan

yang membuat seseorang puas setelah melakukan kriminalitas.

Dalam kenyataanya kriminalitas itu sendiri merupakan masalah sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat, dimana si pelaku dan korbannya adalah anggota masyarakat. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang maling atau pencuri, pembunuh, perampok dan juga teroris. Meskipun kategori terakhir ini agak berbeda karena seorang teroris berbeda dengan seorang kriminal, melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham, selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum: seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut sebagai terpidana atau narapidana.

Ada pun penyebab kriminalitas adalah sebagai berikut : 1. Kemiskinan merupakan penyebab dari revolusi dan kriminalitas. 2. Kesempatan untuk menjadi pencuri.

3. Kehendak bebas dan kegagalan dalam melakukan kontrak sosial. 4. Sifat-sifat anti sosial bawaan sebagai penyebab perilaku kriminal.

Kriinalitas sendiri disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor endogen yang muncul dari sikap egonya diri sendiri, dan faktor eksogen yang muncul dari luar dirinya semua itru bisa terjadi dari pengaruh kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, ketidakadilan.


(42)

21 Kerugian masyarakat karena kejahatan adalah besar sekali. Kita berhadapan dengan suatu gejala yang luas dan mendalam, yang bersarang sebagai penyakit dalam tubuh masyarakat, sehingga sering membahayakan hidupnya, sedikitnya sangat merugikan (M.W.A.Bonger 1982:25).

Namun dari unsur kriminalitas tersebut beberapa film meggunakannya sebagai unsur cerita di dalamnya, selain sebagai variasi dengan film lainya, unsur kriminalitas dipakai untuk menjual film tersebut. Pada kenyataanya kriminalitas sangat berdampak buruk bagi moral masyarakat sehingga pemerintah membuat undang-undang perfileman dan badan sensor yang menyaring unsur-unsur tersebut pada masyarakat. Kutipan dari peraturan pemerintah nomor 7 tahun 1994, tentang lembaga sensor film Pasal 19 :

(6) Penyensoran dilakukan dengan memeriksa dan meneliti film dan reklame film dari segi-segi :

a. yang mempertontonkan adegan-adegan kejahatan yang mengandung : 1. modus operandi kejahatan secara rinci dan mudah menimbulkan

rangsangan untuk menirunya;

2. dorongan kepada penonton untuk bersimpati terhadap pelaku kejahatan dan kejahatan itu sendiri; atau

3. kemenangan kejahatan atas keadilan dan kebenaran

b. yang memperlihatkan kekejaman dan kekerasan secara berlebih-lebihan; c. yang menitik beratkan cerita dan/atau adegan sensual, erotis, senggama dan

permasalahan seks semata-mata

d. yang dapat mendorong sentimen kesukuan, keagamaan, asal keturunan dan antar-golongan(SARA);


(43)

22 e. yang menggambarkan dan membenarkan penyalahgunaan dan/atau

kenikmatan narkotika dan obat-obat terlarang lainnya

f. yang mengandung hasutan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melawan hukum.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis isi yang bersifat kuantitatif. Dengan analisa kuantitatif akan diperoleh gambaran sistematik mengenai isi dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya, kemudian diklasifikasikan menurut cerita atau pola tertentu, dan dianalisa atau dinilai. Menurut Eriyanto dalam bukunya, definisi analisis isi menurut Barelson (1952:18) adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis, dan deskrifsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak. Metode ini tepat digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan rumusan masalah, yaitu untuk mengetahui berapa besar frekuensi kemunculan adegan kriminalitas dalam film Serigala Terakhir karya Upi Avianto.

F.1. Ruang Lingkup Obyek Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah adegan kriminalitas dalam film Serigala Terakhir karya Upi Avianto yang memiliki total durasi 2 jam 19 menit.

F.2. Unit Analisis

Dalam penelitian ini menggunakan unit analisis shot. Setiap shot yang akan diambil dan kemudian dimasukkan kedalam kategori yang telah ditentukan. Hal ini berarti peneliti menggunakan unit analisis shot untuk membatasi isi


(44)

23 penelitian yang telah jelas dalam pengkatagorian. Shot yang menjadi unit analisis disini adalah shot-shot yang mengandung unsur kriminalitas didalamnya.

F.3. Satuan Ukur

Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah frekuensi dari setiap kemunculan shot yang mengandung tindakan kriminalitas yang terdapat dalam seluruh scene dalam film Serigala Terakhir.

F.4. Struktur Kategori

Kategorisasi akan digunakan untuk memetakan isi media, yang merupakan ketepatan dalam melakukan kategorisasi yang dapat memperjelas seberapa besar intensitas hadirnya unsur kriminalitas yang terdapat dalam film Serigala Terakhir karya Upi Avianto.

Penelitian ini diarahkan kepada scene yang mengandung unsur kriminalitas. Dengan melihat kemunculan unsur kriminalitas yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam film Serigala Terakhir.

Selanjutnya dari aspek tersebut di atas maka dapat digunakan kategorisasi-kategorisasi kriminalitas di dalam penelitian ini. Kategorisasi kriminalitas yang terdapat dalam film Serigala Terakhir adalah :

1. Kriminalitas kekerasan fisik

Kriminalitas kekerasan fisik merupakan tindakan yang melukai secara fisik, seperti memukul, menusuk, menembak dan sebagainya. Tindakan ini dilakukan terhadap korban dengan melakukan kontak langsung. Adapun indikator yang akan digunakan sebagai adanya sebuah tindak kriminalitas secara fisik dalam film ini adalah :


(45)

24 a) Perkelahian

Perkelahian merupakan sebuah tindakan dari kedua belah pihak untuk menyakiti agar korban merasa kesakitan secara fisik, yang dilakukan dengan tangan dan kaki atau pun benda-benda tumpul secara bersamaan.

b) Penganiayaan

Penganiayaan diartikan sebagai perbuatan penyiksaan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain. Tindakan ini biasanya dilakukan kepada pihak yang lebih lemah.

c) Penembakan

Tindakan seseorang dengan menggunakan senjata seperti pistol, senapan dan sebagainya untuk melukai orang lain.

d) Pembunuhan

Sebuah tindakan yang dengan sengaja menghilangkan nyawa seseorang. Tindakan ini bisa menggunakan senjata ataupun benda lainya.

e) Pemerkosaan

Pemerkosaan adalah suatu tindakan bertujuan seksual yang terjadi ketika seorang memaksa orang lain untuk melakukan hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina atau anus dengan penis atau anggota tubuh lainnya seperti tangan, atau dengan benda-benda tertentu secara paksa.


(46)

25 2. Kriminalitas kekerasan psikis

Kriminalitas kekerasan psikis merupakan tindakan yang mengakibatkan korban merasa hilangnya kepercayaan diri, ketakutan, hingga gangguan kejiwaan yang berjangka panjang. Indikatornya adalah :

a) Mengancaman

Usaha atau kegiatan yang dinilai membahayakan seseorang dengan memberi rasa tidak aman baik dengan menggunakan senjata seperti pisau atau dengan omongan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. b) Menghina

Sebuah tindakan yang dilakukan atas dasar benci terhadap korban. Sehingga mengatakan kata-kata yang merendahkan kekurangan korban. Sehingga korban merasa sakit hati.

3. Kriminalitas bersifat harta benda

Kriminalitas bersifat harta benda merupakan sebuah tindakan yang merugikan orang lain berupa harta dan benda.

a) Perusakan barang

Sebuah tindak yang dilakukan dengan sengaja yang mengakibatkan kerusakan terhadap barang yang dimiliki oleh korban. Sehingga korban merasa kehilangan dan kerugian.

b) Pemerasan

Perbuatan untuk mendapatkan uang dari korban dengan cara mengancam atau menakuti korban secara paksa. Tindakan ini mengakibatkan korban menjadi ketakutan.


(47)

26 c) Perampasan

Pemerasaan adalah mengambil barang atau benda milik orang lain secara paksa dan tidak sah tanpa seizin pemiliknya. Berbeda dengan memeras, merampas disini dilakukan tanpa menggunakan ancaman atau harus menakuti korban terlebih dahulu.

4. Kriminalitas narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Kriminalitas narkoba merupakan pengunaan serta pengedaran narkoba tanpa hak dan melawan hukum. Penyalahgunaan narkoba dikatakan kriminalitas karena narkoba dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang.

a) Penggunaan narkoba

Merupakan sebuah perbuatan yang dengan sadar menyalahgunakan obat narkotika sehingga mengakibatkan hilangnya kesadaran dan nyawa.

b) Pengedaran narkoba

Sebuah perbuatan yang dimana mengedarkan atau menjual narkotika secara ilegal kepada masyarakat umum.

F.5. Metode, Sifat dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yang bersifat kuantitatif. Tujuan dari analisis isi adalah merepresentasikan kerangka pesan secara akurat. Untuk itu, kuantifikasi menjadi penting dalam upaya memperoleh obyektifitas


(48)

27 yang dimaksud. Kuantifikasi juga mempermudah peneliti untuk membuat kesimpulan dan laporan secara lebih ringkas dan menarik.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan perangkat statistik. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

F. 6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah film Serigala Terakhir yang rilis pada 16 April 2010 dan diproduksi oleh NAV. Film ini berformat .mkv yang di download pada tanggal 18 Februari 2012 dari website www.ganool.com.

F.7. Teknik Pengumpulan Dan Analisa Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Serigala Terakhir tersebut, untuk memperoleh data berupa adegan yang terdapat pada setiap tindakan yang mengandung tindak kriminalitas. Kemudian data dimasukkan kedalam kategori kriminalitas. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar coding per kategori seperti contoh berikut (lihat tabel 1).

Tabel 1: Lembar Coding

Shot Kriminalitas

Kriminalitas Kekerasan Fisik Kriminalitas Kekerasan

Psikis

Kriminalitas Harta Benda

Kriminalitas Narkotika


(49)

28 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12

Jumlah

K1 : perkelahian K2 : penganiayaan K3 : penembakan K4 : pembunuhan K5 : pemerkosaan K6 : mengancaman K7 : menghina

K8 : perusakan barang K9 : pemerasan K10 : perampasan

K11 : penyalahgunaan narkotika K12 : pengedaran narkotika F.8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dimulai dari data-data yang terkumpul, kemudian data dari lembaran coding tersebut dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk memperjelas dan mengetahui frekuensi kemunculan dari tiap-tiap katagorisasi pada film yang diteliti. Kemudian setelah data dari lembar coding diisi peneliti melakukan perhitungan tingkat frekuensi yang muncul dari katagori-katagori tersebut.


(50)

29 F.9 Uji Reliaabilitas

Selain valid analisis isi juga harus bersifat reliabilitas, oleh karena itu perlu adanya diadakan perhitungan reliabilitas. Perhitungan tersebut perlu adanya terlebih dahulu dihitung nilai kesepakatan (percentage of agreement) dengan formula Holsti (1969) :

��=

+ Keterangan:

CR = Reliablitas antar coder (Coefficient Reliability) M = Jumlah pernyataan yang sama

N1 = Jumlah pernyataan yang dibuat oleh koder 1 N2 = Jumlah pernyataan yang dibuat oleh koder 2

Dari hasil realibilitas yang terdapat dengan rumus diatas, lalu hasil kembali diukur dengan rumus Scoot guna memperkuat hasil uji reliabilitas diatas tersebut.

��=

% � � −% � �

−% � �

Keterangan:

Observed agreement adalah presentase persetujuan yang ditemukan dari

pernyataan yang disetujui antar pengkode (yaitu nilai CR).

Expected agreement adalah presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu


(51)

30 Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reabilitas kategorisasi adalah 0,75, yang berarti apabila tingkat kesepakatan 0,75 atau lebih data yang didapat dinyatakan valid atau reliable, dan begitu pula sebaliknya.


(1)

2. Kriminalitas kekerasan psikis

Kriminalitas kekerasan psikis merupakan tindakan yang mengakibatkan

korban merasa hilangnya kepercayaan diri, ketakutan, hingga gangguan

kejiwaan yang berjangka panjang. Indikatornya adalah :

a) Mengancaman

Usaha atau kegiatan yang dinilai membahayakan seseorang dengan

memberi rasa tidak aman baik dengan menggunakan senjata seperti

pisau atau dengan omongan untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

b) Menghina

Sebuah tindakan yang dilakukan atas dasar benci terhadap korban.

Sehingga mengatakan kata-kata yang merendahkan kekurangan

korban. Sehingga korban merasa sakit hati.

3. Kriminalitas bersifat harta benda

Kriminalitas bersifat harta benda merupakan sebuah tindakan yang

merugikan orang lain berupa harta dan benda.

a) Perusakan barang

Sebuah tindak yang dilakukan dengan sengaja yang mengakibatkan

kerusakan terhadap barang yang dimiliki oleh korban. Sehingga korban

merasa kehilangan dan kerugian.

b) Pemerasan

Perbuatan untuk mendapatkan uang dari korban dengan cara

mengancam atau menakuti korban secara paksa. Tindakan ini


(2)

c) Perampasan

Pemerasaan adalah mengambil barang atau benda milik orang lain

secara paksa dan tidak sah tanpa seizin pemiliknya. Berbeda dengan

memeras, merampas disini dilakukan tanpa menggunakan ancaman

atau harus menakuti korban terlebih dahulu.

4. Kriminalitas narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.

Kriminalitas narkoba merupakan pengunaan serta pengedaran narkoba

tanpa hak dan melawan hukum. Penyalahgunaan narkoba dikatakan

kriminalitas karena narkoba dapat mengubah pikiran, suasana hati,

perasaan, dan perilaku seseorang.

a) Penggunaan narkoba

Merupakan sebuah perbuatan yang dengan sadar menyalahgunakan

obat narkotika sehingga mengakibatkan hilangnya kesadaran dan

nyawa.

b) Pengedaran narkoba

Sebuah perbuatan yang dimana mengedarkan atau menjual narkotika

secara ilegal kepada masyarakat umum.

F.5. Metode, Sifat dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yang bersifat kuantitatif.

Tujuan dari analisis isi adalah merepresentasikan kerangka pesan secara akurat.


(3)

yang dimaksud. Kuantifikasi juga mempermudah peneliti untuk membuat

kesimpulan dan laporan secara lebih ringkas dan menarik.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan perangkat

statistik. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum atau generalisasi.

F. 6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah film Serigala Terakhir yang rilis

pada 16 April 2010 dan diproduksi oleh NAV. Film ini berformat .mkv yang di

download pada tanggal 18 Februari 2012 dari website www.ganool.com.

F.7. Teknik Pengumpulan Dan Analisa Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam memperoleh data dalam

penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Serigala Terakhir tersebut,

untuk memperoleh data berupa adegan yang terdapat pada setiap tindakan yang

mengandung tindak kriminalitas. Kemudian data dimasukkan kedalam kategori

kriminalitas. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat

lembar coding per kategori seperti contoh berikut (lihat tabel 1).

Tabel 1: Lembar Coding

Shot Kriminalitas

Kriminalitas Kekerasan Fisik Kriminalitas

Kekerasan

Psikis

Kriminalitas Harta

Benda

Kriminalitas


(4)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12

Jumlah

K1 : perkelahian

K2 : penganiayaan

K3 : penembakan

K4 : pembunuhan

K5 : pemerkosaan

K6 : mengancaman

K7 : menghina

K8 : perusakan barang

K9 : pemerasan

K10 : perampasan

K11 : penyalahgunaan narkotika

K12 : pengedaran narkotika

F.8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dimulai dari data-data yang terkumpul, kemudian data

dari lembaran coding tersebut dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi

untuk memperjelas dan mengetahui frekuensi kemunculan dari tiap-tiap

katagorisasi pada film yang diteliti. Kemudian setelah data dari lembar coding

diisi peneliti melakukan perhitungan tingkat frekuensi yang muncul dari


(5)

F.9 Uji Reliaabilitas

Selain valid analisis isi juga harus bersifat reliabilitas, oleh karena itu perlu

adanya diadakan perhitungan reliabilitas. Perhitungan tersebut perlu adanya

terlebih dahulu dihitung nilai kesepakatan (percentage of agreement) dengan

formula Holsti (1969) :

��= +

Keterangan:

CR = Reliablitas antar coder (Coefficient Reliability)

M = Jumlah pernyataan yang sama

N1 = Jumlah pernyataan yang dibuat oleh koder 1

N2 = Jumlah pernyataan yang dibuat oleh koder 2

Dari hasil realibilitas yang terdapat dengan rumus diatas, lalu hasil kembali

diukur dengan rumus Scoot guna memperkuat hasil uji reliabilitas diatas tersebut.

��=

% � � −% � �

−% � �

Keterangan:

Observed agreement adalah presentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antar pengkode (yaitu nilai CR).

Expected agreement adalah presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu proporsi dari jumlah pesan yang dikuadratkan.


(6)

Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reabilitas kategorisasi adalah

0,75, yang berarti apabila tingkat kesepakatan 0,75 atau lebih data yang didapat