15 Tabel 4. Tabel Penghitungan DHB
Tahun Bulan Tanggal
RR 1985 1 1 0,5 0 1
1985 1 2 30.5
1 3
1985 1 3 9.0 1 1985 1 4
10.5 1
1985 1 5 1 0 1 1985 …. …. ….
…….. ………
Panjang Maximum untuk 1985 10
3.3.1. Analisis Tren Sifat Hujan Ekstrim
Tren sifat hujan ekstrim dianalisis dengan menggunakan teknik regresi linier sederhana,
Y = α + β X
Y = merupakan pubah bebebas; α = intersep perpotongan dengan sumbu tegak
β = Kemiringan gradient Nilai kemiringan ini merupakan tren Mattjik dan Sumertajaya, 2006.
Kemudian pola kecenderungan perubahan DHK dan DHB spasial ditentu- kan dengan menggunakan teknik kriging melalui program aplikasi SIG
Eddy, 2004
3.3.2. Analisis Sebaran Sifat Hujan Ekstrim
Sebaran statistik sifat hujan ekstrim, dianalisis dengan menggunakan beberapa model sebaran yaitu Normal, LogNormal, 3-Parameter Log-
Normal, Gamma, 3-Parameter Gamma, Exponential, 2-Parameter Expo- nential, Smallest Extreme Value, Weibull, 2 Parameter Weibull, Largest
Extreme Value, Logistic, Log Logitic, dan 3-Parameter LogLogistic den- gan menggunakan program aplikasi MINITAB. Untuk menentukan seba-
ran statistic yang dianggap paling sesuai dengan sebaran data sifat hujan
16 esktrim digunakan nilai P-value. Selanjutnya mengidentifikasi nilai seba-
ran dengan P-Value sama atau lebih lebih besar dari 0.5, kemudian nilai tersebut diganti dengan angka 1, untuk nilai P-Value yang kurang dari 0.5
diganti dengan angka 0. Demikian dilakukan untuk pos pengamatan yang lain. Langkah selanjutnya dengan menjumlah angka satu tersebut pada
masing-masing model sebaran. Model sebaran yang memperoleh angka terbesar dipilih sebagai model sebaran yang paling sesuai untuk wilayah
tersebut. Model sebaran yang terpilih dipakai untuk mencari nilai parame- ter dari DHB dan DHK dari masing-masing pos pengamatan yang kemu-
dian digunakan untuk menentukan pengelompokan stasiun menurut sifat hujan ekstrim dengan menggunakan analisis gerombol metode Ward .
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis 4.4.1. Sifat Hujan Ekstrim
Hasil analisis menunjukkan bahwa panjang DHK dan DHB mak- simum di Jawa Barat beragam Gambar 8. Di wilayah bagian utara Jawa
Barat sebagian besar panjang DHK maksimum berkisar antara 60 sampai 80, kecuali di beberapa wilayah tertentu seperti di sebagain kecil wilayah
Cirebon dan Pamengkang panjang DHK maksimum mencapai 100 sampai 120 hari Gambar 8.a. Sebaliknya panjang deret hari basah maksimum
pada wilayah ini relatif lebih pendek dibanding wilayah lain yaitu kurang dari 10 hari Gambar 8.b. Sebagian besar wilayah di Jawa Barat, panjang
DHK maksimum umumnya antara 10 sampai 15 hari di wilayah bagian tengah. Secara umum keragaman nilai DHK dan DHB maksimum di wi-
layah Pantura Jabar lebih rendah dibanding dengan yang di wilayah lainnya Gambar 8. Keragaram terbesar ditemukan di sekitar wilayah
Cigede. a
b
Gambar 8. Rata-rata panjang Deret Hari Kering DHK maksimum kiri dan Deret Hari Basah DHB maksimum kanan di Jawa Barat