Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Kondisi Geografis

2 karena itu, penelitian tentang perubahan sifat iklim ekstrim sangat diperlukan dalam pengelolaan risiko iklim.

1.2 Perumusan Masalah

Kejadian iklim ekstrim sangat berpengaruh pada kegiatan banyak sektor, khususnya pertanian. Kegagalan panen akibat kejadian iklim ekstrim seperti kemarau panjang, atau banjir semakin sering terjadi akhir-akhir ini. Menurut Manton et,al 2001, kejadian ekstrim berubah cukup signifikan terutama wilayah Asia Tenggara. Untuk mendukung kegiatan tersebut. Di Indonesia penelitian tentang kejadian iklim ekstrim masih sangat terbatas, sementara informasi ini sangat diperlukan untuk membantu sektor, khususnya sektor pertanian, dalam meningkatkan kemampuan dalam mengelola risiko iklim.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi sifat hujan ekstrim di wilayah Jawa Barat 2. Menentukan tren dan sebaran statistik sifat hujan ekstrim, dan 3. Menyusun peta pengelompokkan wilayah pertanian propinsi Jawa Barat menurut sifat hujan ekstrim.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini memberikan informasi sifat iklim esktrim yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan risiko iklim untuk berbagai sektor khususnya di wilayah Jawa Barat. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Geografis

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50 - 7°50 LS dan 104°48 - 104°48 BT. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat Barat pada tahun 2008 ada- lah 34.816,96 Km2, terdiri atas 16 kabupaten dan 9 kota. Secara administrasi batas- batas Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :  Utara : Laut Jawa  Timur : Jawa Tengah  Selatan : Samudra Hindia  Barat : DKI Jakarta dan Provinsi Banten Sebagian besar wilayah kabupatenkota di Jawa Barat berbatasan dengan laut, sehingga wilayah Jawa Barat memiliki garis pantai cukup panjang, yaitu 755.83Km. Wilayah pegunungan umumnya menempati bagian tengah dan selatan Jawa Barat. Pada bagian tengah dapat ditemukan gunung-gunung berapi aktif seperti Gu- nung Salak 2.211 m, Gunung Gede Pangrango 3.019 m , Gunung Ciremai 3.078 m dan Gunung Tangkuban Perahu 2.076 berpadu dengan deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti Gunung Halimun 1.744 m, Gunung Ciparabakti 1.525 m dan Gunung Cakrabuana 1.721 m. Demikian pula halnya di wilayah se- latan, gunung-gunung berapi masih umum dijumpai seperti Gunung Galunggung 2.168 m, Papandayan 2.622 m, dan Guntur 2.249 m; bersama deretan pegunun- gan yang sudah tidak aktif seperti pegunungan selatan Jawa. Keadaan sebaliknya dijumpai di wilayah utara Jawa Barat yang merupakan daerah dataran sedang hing- ga rendah dengan didominasi oleh dataran aluvial. Daerah daratan Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi beberapa karakter sebagai berikut:  daerah pegunungan curam di bagian selatan dengan ketinggian 1.500 m dpl,  daerah lereng bukit landai di bagian tengah dengan ketinggian 100-1500 m dpl  daerah dataran rendah yang luas di bagian utara dengan ketinggian 0-10 m dpl 4 Secara geologis daratan Jawa Barat merupakan bagian dari busur kepulauan gunung api aktif dan tidak aktif yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Gambar 1. Peta Ketinggian Wilayah Jawa Barat RPJM Prov Banten tahun 2007-2011 2. Kondisi Iklim dan Pertanian di Jawa Barat Pola hujan di Jawa Barat cukup beragam. Penelitian Boer dkk. 1996 me- nemukan bahwa pola hujan di Jawa Barat dapat dibagi menjadi 10 tipe, yaitu tipe A, B, …, J Gambar 2. Menurut luasannya, tipe hujan di propinsi Jawa Barat didomi- nasi oleh tipe E, F, I dan J Tabel 1. Keempat wilayah ini menempati lebih dari 70 dari total wilayah Jawa Barat. Wilayah I dan J ialah wilayah yang paling ker- ing yang terletak di jalur pantai utara Pantura Jawa Barat dan merupakan wilayah yang areal persawahannya paling luas. 5 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 J F M A M J J A S O N D 1 00 2 00 3 00 4 00 5 00 6 00 7 00 J F M A M J J A S O N D Gambar 2. Wilayah hujan di Jawa Barat menurut pola dan tinggi hujan Boer dkk, 1996 Tabel 1. Luas dan sebaran wilayah tipe hujan di Jawa Barat Tipe Hujan BB BK Luas Keterangan Bulan ha Tipe A 9 2 10 000 0.2 Bagian Tengah Kab. Bogor Tipe B 9 2 267 500 5.8 Bagian TengahBaratSelatan Tipe C 9-Aug 232 500 5 Pantai Selatan Tipe D 9-Aug 2 107 500 2.3 Bagian Tengah Kab. Bogor Tipe E 8-Jul 3-Feb 570 000 12.3 Bagian TengahBaratSelatan Tipe F 8-Jul 4-Mar 1 922 500 41.6 Bagian Tengah Tipe G 7-Jun 3-Feb 167 500 3.6 Subang bagian tengah Tipe H 7-Jun 4-Mar 65 000 1.4 Majalengka Tipe I 6-May 5-Apr 642 500 13.9 Jalur Pantura bagian tengah Tipe J 6-May 6-May 645 000 13.9 Jalur Pantura pinggir utara Jumlah 4 630 000 100 Keterangan : Bulan basah BB ialah bulan yang curah hujan  200 mm dan Bulan Kering BK ialah bulan yang curah hujannya 100 mm. Sumber: Boer dkk, 1996 6 Jawa Barat merupakan wilayah yang telah dikenal sebagai sentra produksi pangan khususnya padi, namun seiring dengan perkembangan Iptek dan perekonomian masyarakat, sebagian lahan produtif berangsur-angsur tergusur untuk kepentingan lain, seperti kepentingan indusri pembangunan pabrik-pabrik, untuk area perkantoran serta penyediaan lahan untuk kepentingan perumahan penduduk. Berikut gambaran perkembangan penggunaan lahan untuk wilayah Jabodetabek seperti tabel 2 dan 3 di bawah. Tabel 2. Dinamika Proporsi Penutupan Lahan Kawasan Jabodetabek Kelas Penutupan Lahan Proporsi Penutupan Lahan 1972 1983 1992 2000 2005 Ruang Terbangun 2 9 11 23 29 RTH 74 73 75 62 63 Ladanguplandbareland 23 17 11 13 6 Badan Air 0 0 0 1 Tambak 1 2 2 2 2 Sumber: Agrissantika 2007 Tabel 3. Hasil Produksi Pertanian Per Hektar di Jawa Barat No Kabupaten Kota Luas Panen Hasil Per Hektar Produksi Ha KwHa Ton 1 Bogor 85 147 58,80 500 686 2 Sukabumi 144 499 55,12 796 502 3 Cianjur 144 026 53,19 766 039 4 Bandung 75 891 58,44 443 507 5 G a r u t 135 104 58,13 785 374 6 Tasikmalaya 120 254 60,26 724 703 7 C i a m i s 107 575 62,81 675 637 8 Kuningan 61 068 57,00 348 093 9 Cirebon 86 187 59,14 509 729 10 Majalengka 97 204 58,53 568 955 11 Sumedang 78 143 55,95 437 192 12 Indramayu 226 568 58,31 1 321 016 13 Subang 184 585 59,89 1 105 550 14 Purwakarta 41 662 55,51 231 285 15 Karawang 182 425 58,53 1 067 691 16 B e k a s i 105 825 58,67 620 868 7 Tabel 3. Lanjutan No Kabupaten Kota Luas Panen Hasil Per Hektar Produksi 17 Bandung Barat 43 847 55,55 243 570 18 B o g o r 1 269 56,04 7 112 19 Sukabumi 3 625 62,58 22 687 20 Bandung 1 897 57,44 10 897 21 Cirebon 656 55,53 3 643 22 Bekasi 1 013 56,05 5 678 23 Depok 793 57,96 4 596 24 Cimahi 504 58,19 2 933 25 Tasikmalaya 14 252 56,72 80 844 26 Banjar 6 184 61,28 37 895 Kesimpulan : Thn. 2009 1 950 203 58,06 11 322 682 Thn. 2008 1 803 628 56,06 10 111 064 Thn. 2007 1 829 085 54,20 9 914 019 Thn. 2006 1 798 260 52,38 9 418 572 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

2.3. Sifat Hujan Ekstrim dan Pengaruh pada Pertanian di Jawa Barat