Tabel 10. Konsentrasi kromium Cr pada daging dan berbagai organ mgkg berat basah  dari  sapi  yang  dipelihara  di  lahan  pasca  tambang  dan  di  luar
lahan pasca tambang. Lokasi
Sapi dari lahan pasca tambang
mgkg Sapi dari luar areal
lahan pasca tambang mgkg
Standar mgkg
Daging Punggung
Tt
Tt 0.02-0.52
Daging Paha
Tt
Tt Jantung
Tt
Tt Hati
Tt
Tt Paru-paru
Tt
Tt Limpa
Tt
Tt Ginjal
Tt
Tt Tulang
0.12 ± 0.17
Tt Darah
Tt
Tt IOM 2001.
Tt : Tidak terdeteksi Peran  utama  Cr  secara  fisiologis  adalah  meningkatkan  potensi  aktivitas
hormon  insulin,  yaitu  hormon  yang  berperan  dalam  meningkatkan  pengambilan glukosa  dan  asam  amino  di  dalam  sel,  sehingga  potensi  aktivitas  insulin  sangat
diperlukan sebagai faktor toleransi glukosa glucose tolerance factor, GTF. Kerja GTF  pada  sistem  transport  glukosa  dan  asam  amino  adalah  meningkatkan
pengikatan insulin dengan reseptor spesifiknya  pada organ target. Struktur GTF mengandung  kromium  sebagai  komponen  aktifnya,  sehingga  tanpa  adanya
kromium  pada  intinya,  GTF  tidak  dapat  bekerja  mempengaruhi  insulin.  Oleh karena itu, kromium merupakan komponen aktif pada GTF dan dibutuhkan dalam
metabolisme  lemak  dan  protein,  sehingga  keberadaan  Cr  dalam  makanan  perlu diperhatikan Suryadi et al. 2011.
Saat  insulin  mengikat  reseptor  spesifiknya,  pengambilan  glukosa  seluler dan  asam  amino  dipermudah  karena  GTF  berfungsi  meningkatkan  efektivitas
potensi  insulin.  Pada  ternak  yang  kekurangan  kromium,  penambahan  kromium dapat  meningkatkan  penggunaan  glukosa  oleh  insulin  untuk  pembentuk  organ
seperti otot dan jaringan adipose Mc Namara dan Valdez  2005.
Kadmium
Daging dan beberapa organ sapi yang dipelihara di lahan pasca tambang yaitu  jantung  dan  hati  tidak  terdeteksi  adanya  kadmium  lihat  tabel  11.  Pada
beberapa organ lainnya yaitu paru-paru, limpa, ginjal, tulang dan darah, terdeteksi sejumlah  kadmium,  namun  konsentasi  kadmium  yang  dimiliki  belum  melebihi
ambang batas yang ditetapkan oleh SNI 2009. Pada  daging  dari  sapi  yang  dipelihara  di  luar  pertambangan  tidak
ditemukan  kadmium,  namun  kadmium  terdapat  pada  organ  jantung,  hati,  paru- paru,  ginjal  dan  tulang  lihat  tabel  11.  Konsentrasi  kadmium  pada  ginjal  dan
tulang  melebihi  standar  keberadaan  kadmium  dalam  daging  sesuai  SNI  2009. Konsentrasi kadmium terbesar terdapat di ginjal baik dari sapi yang dipelihara di
lahan  revegetasi  tambang,  maupun  sapi  yang  di  pelihara  di  luar  pertambangan. Hal  ini  sejalan  dengan  pendapat  Prankel  et  al.  2004  yang  menyatakan  bahwa
kadmium terakumulasi terutama pada bagian organ hati dan ginjal. Berdasarkan temuan Prankel sebelumnya, Prankel  et al.  2005 merancang sebuah penelitian
untuk memperkuat temuan sebelumnya. Domba diberikan diet yang mengandung 1 mgkg kadmium dalam bentuk organik. Setelah 130 hari pemberian kadmium
dalam  pakan,  ditemukan  residu  di  ginjal  melampaui  yang  melampaui  batas  1 mgkg  berat  basah.  Jika  kadmium  dalam  pakan  sebagian  besar  dalam  bentuk
anorganik, maka dibutuhkan 2-4 kali lebih lama untuk mencapai efek yang sama. Tabel  11.  Konsentrasi  kadmium  Cd  pada  daging  dan  berbagai  organ  mgkg
berat basah dari sapi yang dipelihara di lahan pasca tambang dan di luar lahan pasca tambang.
Lokasi Sapi dari lahan pasca
tambang mgkg
Sapi dari luar areal lahan pasca tambang
mgkg Standar
mgkg Daging Punggung
Tt Tt
0.3 Daging Paha
Tt Tt
0.3 Jantung
Tt 0.03 ± 0.03
0.5 Hati
Tt 0.02 ± 0.02
0.5 Paru-paru
0.04 ± 0.08 0.03 ± 0.02
0.5 Limpa
0.03 ± 0.03 Tt
0.5 Ginjal
0.04 ± 0.04 0.86 ± 0.16
0.5 Tulang
0.02 ± 0.04 0.51 ± 0.05
0.5 Darah
0.20 ± 0.29 Tt
0.5 SNI 7387 2009.
Tt : Tidak terdeteksi Kadmium  dari  daerah  kontrol  yairu  sapi  dari  luar  areal  pertambangan
justru lebih besar dibandingkan sapi dari areal revegetasi tambang. Sapi dari areal pertambangan  hanya  mengkonsumsi  rumput  sebagai  pakannya  tanpa  tambahan
konsentrat  sebagai  makanan  tambahan,  berbeda  dengan  sapi  dari  luar  areal pertambangan  yang  diberikan  konsentrat  sebagai  makanan  tambahannya.
Kontaminasi  kadmium  pada  sapi  dari  luar  areal  pertambangan  dapat  bersumber dari pakan konsentrat yang diberikan, mengingat konsentrat yang diberikan pada
ternak dapat berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Hal ini sejalan dengan pendapat NWS DPI 2007 bahwa, penggunaan limbah pengolahan buah, sayuran
dan  makanan  lainnya  sebagai  pakan  ternak  tampaknya  memberikan  keuntungan secara  ekonomis,  namun  limbah  ini  dapat  menyimpan  residu  bahan  kimia  dan
logam berat yang dapat membahayakan ternak yang mengonsumsinya. Toksisitas  kadmium  adalah  mematikan  pada  dosis  konsumsi  225  mgKg
LD
50
dan  asupan  mingguan  yang  ditoleransi  yaitu  0.007  mgKg  berat  badan provisional  tolerable  weekly  intakePTWI  SNI  2009.  JECFA  2010  kembali
mengevaluasi  kadmium  karena  telah  terjadi  sejumlah  studi  epidemiologi  baru yang  telah  dilaporkan  biomarker    kadmium  terikat  dalam  urin  akibat  paparan
lingkungan.  Tingkat  β2  -  mikroglobulin  kemih  terpilih  sebagai  biomarker  yang paling cocok untuk melihat toksisitas kadmium karena secara luas diakui sebagai
penanda untuk patologi ginjal dan akibatnya memiliki jumlah terbesar dari data
yang tersedia. Karena waktu paruh kadmium yang  panjang dalam ginjal manusia yakni  15 tahun, maka disimpulkan bahwa penentuan konsentrasi kritis kadmium
dalam urin adalah yang paling dapat diandalkan menggunakan data dari individu- individu dari 50 tahun dan lebih tua. Menggunakan hubungan dosis – respon β2-
mikroglobulin  ekskresi  dalam  urin  untuk  ekskresi  kadmium  dalam  urin  untuk kelompok  populasi  ini,  diperkirakan  konsentrasi  kritis  kadmium  keratin  adalah
5.24  ppm.  Mengingat  waktu  paruh  yang  panjang  dari  kadmium,  JECFA menetapkan untuk mencabut standar PTWI 0.007 mgKgminggu menjadi PTMI
provisional tolerable monthly intake  0.025 mgkgbulan.
Nikel
Nikel Tabel 12 hanya ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil pada organ paru-paru dan ginjal dari sapi yang dipelihara di lahan pasca tambang dan
ditemukan dalam jumlah kecil  di paru-paru sapi  yang dipelihara dari luar lahan pasca  tambang.      Konsentrasi  Ni  tertinggi  terdapat  pada  paru-paru.  Hal  ini
menunjukkan  Ni  masuk  ke  dalam  tubuh  melalui  pernapasan.  Belum  ditemukan standar  maksimum  asupan  nikel  dari  makanan,  namun  ATSDR  2005
menetapkan  maksimum  nikel  yang  masuk  ke  dalam  tubuh  melalui  pernapasan yaitu 0.0002 mgm
3
untuk jangka paparan 15-364 hari dan 0.00009 mgm
3
untuk jangka paparan lebih dari 365 hari.
Tabel  12.  Konsentrasi  nikel  Ni  pada  daging  dan  berbagai  organ  mgkg  berat basah  dari  sapi  yang  dipelihara  di  lahan  pasca  tambang  dan  di  luar
lahan pasca tambang. Lokasi
Sapi dari lahan pasca tambang
mgkg Sapi dari luar areal
lahan pasca tambang mgkg
Standar mgkg
Daging Punggung Tt
Tt -
Daging Paha Tt
Tt Jantung
Tt Tt
Hati Tt
Tt Paru-paru
0.28 ± 0.48 0.15 ± 0.04
Limpa Tt
Tt Ginjal
0.08 ± 0.16 Tt
Tulang Tt
Tt Darah
Tt Tt
Tt : Tidak terdeteksi. Nikel  merupakan  logam  berat  yang  banyak  terdapat  di  rumput  yang
dikonsumsi oleh ternak, namun hasil analisis logam berat nikel pada daging dan organ sapi yang memakan rumput tersebut, nikel tidak ditemukan di daging dan
beberapa organ lain kecuali paru-paru. Ada tiga jalur penyerapan nikel ke dalam tubuh,  yaitu pernapasan, pencernaan dan transdermal.  Jalur masuk  yang paling
sering  adalah  melalui  pernapasan  kemudian  pencernaan,  sementara  jalur  masuk transdermal sering diabaikan.  Tingkat penyerapan nikel, terkait dengan kelarutan
senyawanya.  Konstribusi dari senyawa  yang sukar larut untuk penyerapan nikel total lebih signifikan setelah masuk melalui mulut dibandingkan setelah paparan
inhalasi karena mereka lebih larut dalam cairan asam lambung Kasprazak et al. 2003.  Pada  manusia,  27  nikel  diserap  melalui  air  dan  kurang  dari  1  yang
diserap melalui makanan Cangul et al. 2008; Georgescu et al. 2011.  Nikel yang terdapat  di  rumput,  kemungkinan  tidak  terserap  dalam  saluran  pencernaan  dan
dieksresikan  melalui  feses  atau  jalur  sekresi  lainnya  misalnya  urin.  Menurut Georgescu  et  al.  2011  semua  sekresi  tubuh  merupakan  jalur  potensial  untuk
ekskresi  nikel,  termasuk  melalui  urin,  keringat,  air  mata  dan  air  susu  pada  ibu menyusui.  Nikel  yang  tidak  terserap  di  dalam  tubuh,  akan  dieksresikan  melalui
feses.
Mengkonsumsi  makanan  dan  minuman  yang  mengandung  nikel  dalam jumlah  besar  dapat  menyebabkan  penyakit  paru-paru  pada  anjing  dan  tikus.
Departemen  Kesehatan  dan  Layanan  Kemanusiaan  departement  of  health  and human  servicesDHHS  telah  menetapkan  bahwa  logam  nikel  wajar  dapat
diantisipasi menjadi karsinogen dan senyawa nikel diketahui karsinogen manusia. Badan  Internasional untuk Penelitian Kanker international agency for  research
on  cancer IARC  telah  menetapkan  bahwa  beberapa  senyawa  nikel  bersifat
karsinogenik  bagi  manusia  dan  kemungkinan  logam  nikel  karsinogenik  bagi manusia.  EPA  enviromental  protection  agency  telah  menetapkan  bahwa  debu
kilang  nikel  dan  nikel  subsulfida  sebagai  karsinogen  pada  manusia  ATSDR 2005.
Kerusakan pada paru-paru dan saluran pernapasan telah diobservasi pada tikus dan mencit yang menghirup kandungan nikel.  Kanker paru-paru dan sinus
hidung dapat terjadi pada para pekerja  yang menghirup debu  yang mengandung senyawa nikel dengan level dan waktu paparan yang tinggi saat bekerja di kilang
nikel atau pabrik pengolahan nikel ATSDR 2005. Cavani 2005 dan Gupta et al
.  2010  melaporkan  konsumsi  nikel  II  yang  melebihi  batas  yang diperbolehkan menyebabkan beberapa penyakit seperti pulmonary fibrosis, renal
edema dan gastrointestinal distress misalnya mual, muntah dan diare.
Merkuri
Hasil  analisa  Hg  tabel  13  yang  dilakukan  pada  daging  dan  organ  sapi yang dipelihara dari lokasi revegetasi tambang dan luar areal tambang, seluruhnya
ditemukan  Hg  dan  melebihi  ambang  batas  maksimum  Hg  dalam  daging  yang ditetapkan  oleh  badan  standarisasi  Indonesia.  Pada  Tabel  6,  disajikan  data
mengenai  mineral  pada  rumput  dan  air  yang  dikonsumsi.  Pada  rumput  yang dikonsumsi  oleh  ternak  dari  areal  pertambangan  tidak  ditemukan  adanya  Hg,
namun  pada  air  yang  dikonsumsi  terdapat  sejumlah  merkuri  yang  mencapai ambang batas.  Ternak besar seperti sapi yang hidup pada suhu lingkungan sekitar
27-32
o
C  dapat  mengkonsumsi  air  sekitar  33.69-48.07  liter  setiap  harinya  NRC 2011. Konsumsi air yang tercemar merkuri, dapat menjadi penyebab akumulasi
logam berat tersebut pada tubuh ternak  yang mengkonsumsinya.   Merkuri  yang terdapat pada air minum ternak, dapat berasal dari sedimen tanah.
Tidak  hanya  sapi  dari  areal  revegetasi  tambang,  sapi  dari  luar  areal tambang  juga  terkontaminasi  merkuri  yang  melebihi  ambang  batas.  Dalam
penelitian ini, tidak dianalisis kandungan logam berat pada pakan dan air minum sapi  yang  dipelihara  di  luar  areal  tambang.  Berbeda  dengan  sapi  dari  areal
revegetasi  tambang  yang  dipelihara  dengan  sistem  pengembalaan  tidak dikandangkan,  sistem  pemeliharaan  sapi  dari  luar  areal  tambang  adalah  sistem
perkandangan secara intensif, sehingga  kontaminasi kemungkinan berasal dari air minum  dan  pakan  tambahan  yang  diberikan.  Penggunaan  tepung  ikan  sebagai
pakan ternak dapat  menyebabkan kadar metil-merkuri lebih tinggi dalam produk hewani lainnya CAC 1999.
Tabel 13. Konsentrasi merkuri Hg pada daging dan berbagai organ mgkg berat basah  dari  sapi  yang  dipelihara  di  lahan  pasca  tambang  dan  di  luar
lahan pasca tambang. Lokasi
Sapi dari lahan pasca tambang
mgkg Sapi dari luar areal
lahan pasca tambang mgkg
Standar mgkg
Daging Punggung
0.29 ± 0.02 0.11 ± 0.005
0.03 Daging Paha
0.18 ± 0.005 0.044 ± 0.015
Jantung
0.18 ± 0.01 0.075 ± 0.015
Hati
0.059 ± 0.003 0.053 ± 0.005
Paru-paru 0.01 ± 0.0006
0.062 ± 0.005
Limpa
0.82 ± 0.08 0.33 ± 0.0002
Ginjal
0.11 ± 0.01 0.052 ± 0.008
Tulang
1.42 ± 0.76 0.009 ± 0.007
Darah
0.22 ± 0.008 0.061 ± 0.008
SNI 7387 2009. Tt : Tidak terdeteksi
Merkuri  dapat  masuk  ke  dalam  tubuh  hewan  biasanya  dalam  bentuk senyawa  organik  metal  merkuri  melalui  inhalasi  paru-paru    maupun  melalui
pakan. Peningkatan konsentrasi juga dapat terjadi karena pencemaran lingkungan oleh  kegiatan  industri  atau  industri  merkuri  lainnya.  Metilmerkuri  dan  jumlah
kadar  merkuri  pada  hewan  darat  serta  tumbuhan  biasanya  sangat  rendah. Toksisitas  merkuri  tergantung  pada  bentuk  kimianya  yaitu  murni  elemen,
anorganik  dan  organik.  Merkuri  bentuk  murni  mudah  menguap  dan  sangat beracun  bila  terhisap,  tetap  tidak  beracun  jika  termakan.  Bentuk  toksik  dari  Hg
anorganik  ini  hanya  dalam  jumlah  kecil  didistribusikan  pada  otak.  Gejala menonjol  pada  keracunan  Hg  anorganik  adalah  adanya  rasa  sakit  pada  saluran
pencernaan  dan  ginjal  yang  biasanya  intoksikasi  melalui  makanan.  Bentuk merkuri  organik  merupakan  bentuk  merkuri  yang  paling  toksik  dan  berbahaya.
Senyawa  merkuri  organik  yang  sangat  berbahaya  adalah  bentuk  alkil  merkuri yaitu  metal  dan  etil-merkuri.  Kedua  bentuk  senyawa  organik  ini  telah  banyak
dalam  bidang  pertanian  untuk  mencegah  tumbuhnya  jamur  Darmono    2001. Asupan mingguan yang ditoleransi menurut CAC 1995 yaitu 0.005 mgkg berat
badan atau sekitar 0.35 mg per minggu untuk manusia dewasa dengan berat 70 kg.
Timbal
Mineral Pb hanya ditemukan pada bagian tulang dan darah baik dari sapi dari lahan pasca tambang maupun sapi dari luar areal tambang tabel 14. Hasil
analisa  memperlihatkan  sapi  dari  luar  tambang,  memiliki  Pb  lebih  besar  dan bahkan  melebihi  ambang  batas  yang  telah  ditetapkan  oleh  badan  standarisasi
Indonesia.  Hal ini mungkin terjadi dari kontaminasi bahan pakan tambahan yang biasa diberikan pada ternak.  Penggunaan tepung ikan, tepung tulang dan tepung
bulu dapat menyebabkan peningkatan kontaminasi logam berat. Tabel 14. Konsentrasi timbal Pb pada daging dan berbagai organ mgkg berat
basah  dari  sapi  yang  dipelihara  di  lahan  pasca  tambang  dan  di  luar lahan pasca tambang.
SNI 7387 2009. Tt : Tidak terdeteksi
SNI  2009  mempersyaratkan  batas  maksimum  1.0  mgkg  timbal  dalam daging  dan  produk  daging,  namun  CAC,  1995  menetapkan  standar  yang  lebih
ketat, yaitu 0.1 mgkg untuk daging dan 0.5 mgkg untuk organ sapi yang dapat dikonsumsi. Asupan mingguan yang ditoleransi adalah 0.005 mgkg berat badan
atau  setara  dengan  0.35  mg  per  minggu  untuk  manusia  dewasa  dengan  berat badan 70 kg. Tempat penyerapan timbal pertama kali adalah plasma dan membran
jaringan  lunak,  selanjutnya  didistribusikan  ke  bagian-bagian  dimana  kalsium memegang  peranan  penting  seperti  gigi  pada  anak-anak  dan  tulang  pada  semua
umur.  Timbal  dapat  masuk  ke  dalam  tubuh  melalui  pernapasan  dan  makanan. Konsumsi timbal dalam jumlah banyak secara langsung menyebabkan kerusakan
jaringan, termasuk  kerusakan jaringan mukosa. Sistem yang paling sensitif adalah sistem  sintesis  jaringan  darah  hematopoietik  sehingga  biosintesis  haema
terganggu. Semua sel-sel yang sedang aktif berkembang sensitif terhadap timbal. Timbal juga dapat merusak syaraf SNI  2009. Akumulasi Pb pada tanah dan air
permukaan  tergantung  pada  berbagai  faktor  seperti  pH,  komposisi  mineral  atau jumlah dan jenis bahan organik. Manusia dapat terpapar Pb melalui makanan, air,
udara,  tanah  dan  debu,    namun    makanan  merupan  sumber  utama.    Di  dalam tubuh, timbal diperlukan seperti halnya kalsium.
Lokasi Sapi dari lahan pasca
tambang mgkg
Sapi dari luar areal lahan pasca tambang
mgkg Standar
mgkg Daging Punggung
Tt Tt
1.0 Daging Paha
Tt Tt
Jantung Tt
Tt Hati
Tt Tt
Paru-paru Tt
Tt Limpa
Tt Tt
Ginjal Tt
Tt Tulang
0.21 ± 0.06 2.63 ± 0.03
Darah 0.27 ± 0.11
0.86 ± 0.31
Interaksi Antar Logam
Ternak merupakan salah satu sumber pangan bagi manusia, sehingga dapat mentrasnfer  polusi  secara  langsung  kepada  manusia.  Interaksi  antara  mineral
toksik  dengan  mineral  esensial  memungkinkan  peningkatan  konsentrasi  terjadi secara alami. Namun disisi lain defisiensi salah satu mineral dapat meningkatkan
akumulasi dan toksisitas dari beberapa mineral. Tabel  15.  Pearson  korelasi  antara  mineral  toksik  dan  mineral  esensial  dari  sapi
yang dipelihara di lahan revegetasi tambang.
Daging Punggung
Paru-paru Tulang
Darah Elemen  Korelasi  Elemen  Korelasi  Elemen  Korelasi  Elemen  Korelasi
Cu-Zn  0.965 Ni-Fe
0.995 Pb-Cu
-0.965  Fe-Zn 0.968
P-Value  0.035 P-Value  0.005
P-Value   0.035  P-Value  0.032 Hg-Cd
0.998 P-Value  0.002
Interaksi  antara  beberapa  mineral  dengan  menggunakan  metode  pearson korelasi disajikan pada Tabel 15.  Interaksi antara mineral toksik dengan mineral
esensial  ditemukan  di  tulang  dengan  korelasi  negatif  antara  Pb  dengan  Cu  P- Value0.05.  Interaksi  antara  mineral  toksik  dengan  mineral  toksik  terjadi  pada
paru-paru  yaitu  korelasi  positif    antara  Hg  dengan  Cd.  Interaksi  antara  mineral esensial  dengan  mineral  esensial  ditemukan  di  daging  punggung  yaitu  korelasi
positif  antara Cu dengan Zn P-Value0.05, korelasi positif antara Ni dengan Fe di paru-paru dan korelasi positif antara Fe dengan Zn di darah P-Value0.05.
Korelasi positif antara mineral Cu dengan Zn juga dilaporkan oleh Lopez- Alonso  2004,  ditemukan  di  ginjal  sapi  dari  NW  Spain.  Zn  memiliki  interaksi
dengan  Fe  pada  darah,  tipe  interaksi  antara  keduanya  berupa  kesamaan  jalur absorbsi,  artinya  bila  kadar  salah  satu  elemen  tinggi  maka  akan  mempengaruhi
absorbs elemen lain. Protein transpor besi pada sisi apikal enterosit diketahui juga menjadi protein transpor seng Gropper et al. 2005.
Pada  penelitian  ini  terjadi  korelasi  negatif  antara  Pb  dengan  Cu,  hal  ini sesuai dengan penelitian Dhawan et al. 1995 yang menyimpulkan bahwa hewan
yang terpapar Pb secara signifikan menurunkan Cu dalam hati. Namun interaksi Pb  dengan  Cu  pada  penyerapan  di  gastrointestinal    atau  jalur  metabolisme  lain
belum  diketahui  mekanismenya.  Korelasi  negatif  Pb  dengan  Cu  pada  hati  juga dilapokan pada hewan yang terpapar Pb dalam konsentrasi yang rendah Miranda
1999. Belum  ada  penelitian  yang  melihat  interaksi  antara  Hg  dengan  Cd.  Ni
dengan  Fe  berkorelasi  positif  di  paru-paru.  Hal  ini  mungkin  terjadi  karena tingginya level Ni dapat merusak penyerapan atau pemanfaatan Fe ketika kondisi
Fe dalam tubuh rendah Duda-Chodak dan Blaszczyk  2008. Hal ini juga lebih dahulu dikemukakan oleh Coogan et al. 1989, bahwa banya efek berbahaya dari
nikel  disebabkan  oleh  gangguan  dengan  metabolisme  logam  penting  seperti,  Fe II,  Mn  II,  Ca  II,  Zn  II,  Cu  II  atau  Mg  II  yang  dapat  menekan  atau
memodifikasi efek toksik dan karsinogenik nikel. Fungsi beracun nikel utamanya disebabkan oleh kemampuannya untuk menggantikan ion logam lainnya di enzim
dan protein atau untuk mengikat senyawa seluler yang mengandung O-, S-, dan N-atom, seperi enzim dan asam nukleat yang kemudian terhambat.
Dalam  penelitian  ini  interaksi  mineral  esensial  dengan  mineral  toksik hanya terdapat di tulang, namun keberadaan mineral dalam tubuh ini harus tetap
terjaga  karena  keberadaan  mineral  esensail  juga  dapat  memicu  penyerapan mineral lain. Namun dilain pihak mineral esensial juga dapat menekan keberadaan
mineral toksik. Interaksi antara seng dengan kadmium berhubungan dengan saling berbagi  ikatan  dengan  metalotionin,  protein  dengan  berat  molekul  rendah
mengikat seng dan tembaga dan dapat membantu transportasi dan penyimpanan mineral esensial ini. Kadmium juga dapat menginduksi metalotionin dan berbagi
ikatan  dengan  protein  yang  memiliki  seng  Chmielnicka  dan  Cherian    1986. Kadmium  terikat  pada  metalotionin  pada  hati  dan  sel  epitel  ginjal  dianggap
sebagai  non-toksik,  tapi  kadmium  yang  terikat  dengan  metalotionin  di  dalam plasma merupakan  racun bagi tubulus  ginjal  ketika sedang diekskresikan dalam
urin Chan and Cherian  1993.  Seng dan kadmium mempunyai kesamaan dalam sifat fisik dan kimianya. Kedua logam ini termasuk dalam kelompok II dari sistem
berkala  priodik.  Mereka  biasanya  selalu  ditemukan  bersamaan  dalam  tambang maupun  dalam  jaringan  hewan.  Telah  diketahui  bahwa  kadmium  merupakan
logam yang bersifat toksik dan seng merupakan logam esensial, adanya interaksi negatif antara seng dengan tembaga dalam artian jika salah satu logam berlebih
maka  keberadaan  logam  lainnya  dapat  ditekan,  memungkinkan  keracunan kadmium  dapat  dicegah  dengan  pemberian  seng  Darmono    2001.    Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa eksresi Zn meningkat pada hewan yang terpapar Pb  dan  defisiensi  Zn  dapat  meningkatkan  absorpsi  Pb  Goyer    1997,  namun
mekanisme interaksinya belum diketahui. Pada manusia dan hewan yang terpapar Pb dalam jumlah yang rendah, interaksi Pb dengan Zn memiliki korelasi positif
pada hati dan ginjal Lopez Alonso et al. 2002; Rahil-Khazen et al. 2002.
Perkiraan Risiko Perhitungan  CDI,  HQ  dan  HI  dari  sapi  yang  dipelihara  di  areal  revgetasi
pertambangan. Asupan  harian  kronis  The  chronic  daily  intake    CDI,  potensi  paparan
spesifik  yang  tidak  membahayakan  Hazard  quotients    HQs  dan  hazard  index HI dari paparan sapi yang merumput di areal revegetasi tambang untuk warga
Kec.  Malili  Kab.Luwu  Timur,  Sulawesi  Selatan  dan  masyarakat  Indonesia disajikan pada Tabel 16 dan 17.
Untuk  melihat  gambaran  tingkat  bahaya  berdasarkan  jumlah  konsumsi  daging, maka dilakukan wawancara mendalam pada warga Kec. Malili Kab.Luwu Timur,
Sulawesi  Selatan  untuk  mendapatkan  angka  gambaran  pola  konsumsi  daging harian dari masyarakat yang mengkonsumsi daging dari areal revegetasi tambang.
Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh konsumsi daging harian mereka adalah 48.43 g. Angka konsumsi daging harian digunakan untuk memperoleh HQ
dari masing-masing mineral dan selanjutnya digunakan untuk menentukan indeks
bahaya konsumsi daging tersebut.
Tabel 16. Asupan harian kronis    The chronic  daily intake  CDI, mg kg
-1
hari
-1
logam  berat  melalui  konsumsi  daging  sapi  dari  areal  revegetasi tambang  Kec. Malili Kab.Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Organ CDI
mg kg
-1
hari
-1
Cu Fe
Zn Cr
Cd Ni
Hg Pb
Daging Punggung
2.7x10
-5
7.0x10
-3
6.3x10
-3
- -
- 2.0x10
-4
- Daging Paha  6.9x10
-6
8.3x10
-3
6.7x10
-3
- -
- 1.3x10
-4
- Jantung
9.3x10
-4
2.2x10
-2
3.9x10
-3
- -
- 1.3x10
-4
- Hati
1.3x10
-3
4.0x10
-2
6.1x10
-3
- -
- 4.1x10
-5
- Paru-paru
2.8x10
-4
3.5x10
-2
4.1x10
-3
- 2.7x10
-5
1.9x10
-4
6.9x10
-6
- Limpa
1.8x10
-4
5.6x10
-2
5.0x10
-3
- 2.1x10
-5
- 5.6x10
-4
- Ginjal
1.6x10
-3
3.2x10
-2
4.7x10
-3
- 2.7x10
-5
5.5x10
-5
7.6x10
-5
- Tulang
4.8x10
-5
2.2x10
-3
1.8x10
-2
8.3x10
-5
1.3x10
-5
- 9.8x10
-4
1.4x10
-4
Darah 1.2x10
-4
6.3x10
-2
5.5x10
-5
- 1.3x10
-4
- 1.5x10
-4
1.8x10
-4
Tabel 17. Potensi paparan spesifik yang tidak membahayakan Hazard quotients HQs,  mg  kg
-1
hari
-1
dan  Hazard  Index  HI  logam  berat    melalui konsumsi  daging  sapi  dari  areal  revegetasi  tambang    dihitung
berdasarkan  konsumsi  masyarakat  Kec.  Malili  Kab.Luwu  Timur, Sulawesi Selatan.
Organ HQs
mg kg
-1
hari
-1
HI Cu
Fe Zn
Cr Cd
Ni Hg
Pb Daging
Punggung
0.0001  0.0233  0.0001  0.0000  0.0000  0.0000  0.6698  0.0000  0.69 Daging Paha  0.0000  0.0279  0.0001  0.0000  0.0000  0.0000  0.4157  0.0000  0.44
Jantung
0.0023  0.0760  0.0000  0.0000  0.0000  0.0000  0.4157  0.0000  0.49
Hati 0.0033  0.1338  0.0001  0.0000  0.0000  0.0000  0.1363  0.0000  0.27
Paru-paru 0.0007  0.1170  0.0000  0.0000  0.2771  0.0388  0.0231  0.0000  0.46
Limpa 0.0005  0.1876  0.0001  0.0000  0.2079  0.0000  1.8938  0.0000  2.29
Ginjal 0.0041  0.1094  0.0000  0.0000  0.2771  0.0111  0.2540  0.0000  0.66
Tulang 0.0001  0.0075  0.0002  0.0277  0.1386  0.0000  3.2795  0.4157  3.87
Darah 0.0003  0.2124  0.0000  0.0000  1.3857  0.0000  0.5081  0.5345  2.64
Nilai HQs terkait dengan paparan diet lebih besar dari  atau mendekati 1 untuk  Hg  pada  limpa,  Hg  pada  tulang  dan  Cd  pada  darah.  Darah  tidak  begitu
membahayakan,  mengingat  sebagian  besar    masyarakat  tidak  mengkonsumsi darah. Konsumsi limpa dan tulang perlu diantisipasi karena merupakan salah satu
bagian tubuh sapi yang sering dikonsumsi. Indeks bahaya yang melebihi satu juga hanya terjadi di limpa, tulang dan ginjal dengan nilai masing-masing 2.29, 3.87
dan  2.64.  Jika  nilai  HI1,  maka  tidak  ada  risiko  yang  signifikan  yang  dapat ditimbulkan pada kesehatan, namun jika HI1 menyarankan mungkin  ada risiko
USEPA 1989.
Sebagai perbandingan untuk melihat tingkat bahaya yang mungkin timbul jika  daging  dari  areal  pasca  tambang  tersebut  didistribusikan  untuk  konsumsi
masyarakat  Indonesia,  dilakukan  pula  perhitungan  CDI,  HQ  dan  HI  dengan menggunakan  data  konsumsi  harian  daging  penduduk  Indonesia.  Berdasarkan
data  kementrian  pertanian  mengenai  konsumsi  daging  sapi  harian  penduduk Indonesia diperoleh konsumsi daging sapi harian penduduk Indonesia sebesar 4.5
g  lihat  Lampiran  2.    Hasil  perhitungan  CDI,  HQ  dan  HI  berdasarkan  pola konsumsi daging penduduk Indonesia disajikan pada Tabel 18 dan 19.
Tabel 18. Asupan harian kronis    The chronic  daily intake  CDI, mg kg
-1
hari
-1
logam  berat  melalui  konsumsi  daging  sapi  dari  areal  revegetasi tambang dihitung berdasarkan konsumsi daging Indonesia.
Organ CDI
mg kg
-1
hari
-1
Cu Fe
Zn Cr
Cd Ni
Hg Pb
D. Punggung  4.4x10
-6
2.2 x10
-4
2.1 x10
-4
- -
- 7.1 x10
-6
- Daging Paha  1.2 x10
-6
2.0 x10
-4
2.7 x10
-4
- -
- 2.8 x10
-6
- Jantung
1.2 x10
-5
1.3 x10
-4
3.0 x10
-5
- 6.4 x10
-7
- 4.8 x10
-6
- Hati
8.1 x10
-5
9.2 x10
-4
4.2 x10
-5
- -
- 3.4 x10
-6
- Paru-paru
2.5 x10
-6
6.3 x10
-4
4.3 x10
-5
- 5.1 x10
-6
3.0 x10
-5
3.9 x10
-6
- Limpa
1.9 x10
-6
1.7 x10
-4
3.2 x10
-5
- 1.9 x10
-6
- 2.1 x10
-5
- Ginjal
1.1 x10
-5
1.9 x10
-4
1.8 x10
-5
- 2.5 x10
-6
1.0 x10
-5
3.3 x10
-6
- Tulang
3.2 x10
-6
7.8 x10
-5
4.3 x10
-4
1.1 x10
-5
2.5 x10
-6
- 5.7 x10
-7
1.7 x10
-4
Darah 5.1 x10
-6
6.8 x10
-4
8.3 x10
-6
- 1.8 x10
-5
- 3.9 x10
-6
5.5 x10
-5
Tabel 19. Potensi paparan spesifik yang tidak membahayakan  Hazard quotients HQs,  mg  kg
-1
hari
-1
dan  Hazard  Index  HI  logam  berat    melalui konsumsi  daging  sapi  dari  areal  revegetasi  tambang  dihitung
berdasarkan konsumsi daging Indonesia.
Organ HQ
mg kg
-1
hari
-1
HI Cu
Fe Zn
Cr Cd
Ni Hg
Pb D.Punggung
0.0000  0.0007  0.0000  0.0000  0.0000  0.0000  0.0235  0.0000  0.02 Daging Paha  0.0000  0.0007  0.0000  0.0000  0.0000  0.0000  0.0094  0.0000  0.01
Jantung
0.0000  0.0005  0.0000  0.0000  0.0064  0.0000  0.0160  0.0000  0.02
Hati 0.0002  0.0031  0.0000  0.0000  0.0000  0.0000  0.0113  0.0000  0.01
Paru-paru 0.0000  0.0021  0.0000  0.0000  0.0514  0.0062  0.0133  0.0000  0.07
Limpa 0.0000  0.0006  0.0000  0.0000  0.0193  0.0000  0.0706  0.0000  0.09
Ginjal 0.0000  0.0006  0.0000  0.0000  0.0257  0.0021  0.0111  0.0000  0.04
Tulang 0.0000  0.0003  0.0000  0.0036  0.0257  0.0000  0.0019  0.4823  0.51
Darah 0.0000  0.0023  0.0000  0.0000  0.1861  0.0000  0.0131  0.1577  0.36
Hasil perhitungan HQ dengan menggunakan konsumsi daging sapi harian penduduk  Indonesia,  tidak  terlihat  nilai  HQ  paparan  yang  lebih  besar  satu
mendekati  satu.  Begitu  pula  dengan  indeks  bahaya  yang  dimiliki,  dari  semua organ tidak ada yang lebih besar atau mendekati satu. Nilai HI tertinggi terlihat
pada tulang.  Dengan melihat indeks bahaya dengan pola konsumsi yang rendah, tidak  terlihat  potensi  risiko  yang  ditimbulkan.  Sehingga  untuk  menekan  potensi
bahaya  yang  mungkin  terjadi  perlu  dilakukan  pengontrolan  jumlah  konsumsi daging harian.
Perhitungan  CDI,  HQ  dan  HI  dari  sapi  yang  dipelihara  di  luar  areal pertambangan.
Data konsentrasi logam berat yang teramati pada tabel 7-14, sapi dari luar areal pertambangan ternyata terdapat beberapa logam berat  yang konsentrasinya
melebihi standar yang berlaku dan bahkan lebih tinggi dibandingkan konsentrasi logam  berat  dari  sapi  yang  merumput  di  areal  revegetasi  tambang,  berdasarkan
data  tersebut  maka  perlu  pula  dilakukan  perhitungan  asupan  harian  kronis  The chronic  daily  intake
CDI, potensi paparan spesifik yang tidak membahayakan Hazard quotients  HQs dan hazard index HI dari paparan sapi yang dipelihara
di  luar  tambang.  Data  CDI,  HQ  dan  HI  berdasarkan  pola  konsumsi  daging Kecamatan Malili Kab.Luwu Timur Sulawesi Selatan disajikan pada tabel 20 dan
21. Tabel 20. Asupan harian kronis    The chronic  daily intake  CDI, mg kg
-1
hari
-1
logam  berat  melalui  konsumsi  daging  sapi  dari  luar  areal  tambang dihitung berdasarkan konsumsi daging  Kec. Malili Kab.Luwu Timur,
Sulawesi Selatan.
Organ CDI mg kg
-1
hari
-1
Cu Fe
Zn Cr
Cd Ni
Hg Pb
D. Punggung  4.8x10
-5
2.4 x10
-3
2.3 x10
-3
- -
-  7.6 x10
-5
- Daging Paha  1.4 x10
-5
2.2 x10
-3
2.9 x10
-3
- -
-  3.1 x10
-5
- Jantung
1.4x10
-4
1.5 x10
-3
3.3 x10
-4
-  6.9 x10
-6
-  5.2 x10
-5
- Hati
8.7 x10
-4
9.9 x10
-3
4.6 x10
-4
- -
-  3.6 x10
-5
- Paru-paru
2.7 x10
-5
6.8 x10
-3
4.7 x10
-4
-  5.5 x10
-5
3.3 x10
-4
4.3 x10
-5
- Limpa
2.1 x10
-5
1.9 x10
-3
3.5 x10
-4
-  2.1 x10
-5
-  2.3 x10
-4
- Ginjal
1.3 x10
-4
2.1 x10
-3
1.9 x10
-4
-  2.7 x10
-5
1.1 x10
-4
3.6 x10
-5
- Tulang
3.5 x10
-5
8.5 x10
-4
4.6 x10
-3
1.2 x10
-4
2.7 x10
-5
-  6.2 x10
-6
1.8 x10
-3
Darah 5.5 x10
-5
7.4 x10
-3
9.0 x10
-5
-  2.0 x10
-4
-  4.2 x10
-5
5.9 x10
-4
Sebagai  perbandingan  berdasarkan  pola  konsumsi,  juga  dilakukan perhitungan CDI, HQ dan HI dari paparan sapi yang dipelihara di luar tambang
yang  dihitung  berdasarkan  pola  konsumsi  daging  penduduk  Indonesia  lihat lampiran 2 disajikan pada tabel 22 dan 23.