Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

Elemen-elemen dasar dari sistem pengendalian tersebut tertera pada gambar dibawah ini : Gambar 1.1 Proses Pengendalian Sumber : Agus Ahyari, 1987:58 Sistem pengendalian dalam organisasi berfungsi untuk mengarahkan dan membawa organisasi ke arah tujuan yang diinginkan. Ada dua syarat utama yang harus ada sebelum suatu sistem pengendalian ditetapkan, yaitu Mulyadi, 199 :117 a. Pengendalian memerlukan rencana Pengendalian dapat lebih efektif bila didasarkan pada rencana yang jelas, lengkap dan terintegrasi. Para manajer tidak akan dapat menentukan apakah unit-unit organisasinya mencapai apa yang diinginkan dan diharapkan, kecuali mereka mengetahui apa yang diharapkan berupa rencana. b. Pengendalian memerlukan struktur organisasi yang jelas. Alat Pengendalian Perbandingan dengan Standar Assesor Informasi mengenai apa yang terjadi Detector Komunikasi pengubah tingkah laku Kesatuan yang dikendalian Tujuan pengendalian adalah untuk mengukur aktivitas dan pelaksanaan, yaitu apakah telah sesuai dengan apa yang direncanakan sehingga harus juga diketahui bagian-bagian mana dalam organisasi yang bertanggung jawab atas penyimpangan dari rencana dan melaksanakan tindakan untuk perbaikan. Walau setiap organisasi mempunyai kegiatan yang berbeda, namun pada dasarnya berbagai sistem pengendalian secara fundamental melibatkan proses dasar yang sama, yaitu menetapkan standar, mengukur kinerja, membandingkan kinerja dengan standar dan mengambil tindakan.

2. Pengertian Pengendalian Kualitas

Masalah kualitas merupakan salah satu bagian penting dan perlu mendapat perhatian yang serius bagi perusahaan dalam menjalankan strategi operasinya. Manajemen kualitas yang efektif mempunyai standar kualitas tertentu untuk para pemasoknya, tidak meneruskan pengerjaan produk yang rusak atau cacat pada proses berikutnya dan tidak meneruskan kepada konsumen, sehingga diperlukan pengawasan kualitas agar dapat mengurangi produk cacat yang ditimbulkan oleh sistem operasi perusahaan. Kualitas adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa sesuai dengan standar tertentu Sukanto R., 1995:391. Menurut Agus Ahyari 1990:238 kualitas adalah jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana didiskripsikan di dalam produk dan jasa yang bersangkutan. Sedangkan ISO menyatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan tegas maupun tersamar. Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas manajemen perusahaan untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan Agus Ahyari, 1990:239. Pengertian lain pengendalian kualitas adalah suatu alat manajemen kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak Sukanto Reksohadiprojo, 1995:392. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha pengendalian kualitas ini merupakan usaha pencegahan dan dilaksanakan sebelum kesalahan terjadi serta mengarahkan agar kesalahan kualitas tidak terjadi dalam perusahaan. Dengan demikian pengendalian kualitas ini mengandung dua pengertian, yang pertama adalah menetapkan standar kualitas dari tiap produk dan yang ke dua yaitu menetapkan standar kualitas perusahaan.

3. Syarat Kualitas Produk

Suatu produk dikatakan berkualitas oleh produsen bila produk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, yang mencakup beberapa unsur, yaitu : a. Sesuai dengan spesifikasi fisiknya, misalnya ciri khusus, kekerasan dan teknologi b. Sesuai dengan prosedurnya c. Sesuai dengan persyaratannya

4. Ukuran Kualitas

Ada tiga ukuran kualitas yang digunakan untuk barang : a. Kualitas desain, sangat berhubungan dengan sifat-sifat keunggulan pada saat barang didambakan. Kualitas desain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kualitas input, teknologi yang digunakan, kualitas tenaga kerja dan manajer. b. Kualitas penampilan, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : keandalan produk yang berhubungan dengan waktu penggunaan sebelum terjadi kerusakan dan perawatan produk yang berhubungan dengan kemampuan mereparasi dan mengganti dengan cepat produk yang rusak. c. Kualitas yang memenuhi, berhubungan apakah produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan atau yang diharapkan. Ada tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu usia teknik produk, pengaruh produk dan ketetapan produk. Pengukuran kualitas jasa lebih sulit, karena lebih bersifat abstrak daripada sifat fisiknya dan bersifat sementara. Sehingga metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan kualitas jasa adalah dengan menetapkan tujuan atau standar yang dapat dijadikan pedoman karyawan untuk melakukan kegiatan.

5. Langkah-langkah Pengendalian Kualitas

Langkah yang harus diambil dalam sistem pengendalian kualitas, yaitu : a. Perencanaan adalah penentuan spesifikasi model yang harus dibuat, yang harus diperhatikan tidak hanya tujuan apa produk tersebut diminta tetapi juga syarat untuk dapat terpenuhinya spesifikasi dan biaya. b. Penerbitan adalah penentuan spesifikasi yang setelah disetujui harus dimasukkan sebagai bagian dari informasi operasional dan dikomunikasikan kepada bagian-bagian yang bersangkutan. c. Pengukuran merupakan tugas juru test yang harus mengukur karakteristik yang terdapat dalam spesifikasi d. Pembandingan yaitu hasil pengukuran yang dibandingkan dengan spesifikasi.

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas

a. Fungsi suatu barang Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan, sehingga dapat memenuhi fungsi untuk apa barang tersebut dihasilkan. Kualitas yang ingin dicapai sesuai dengan fungsinya, tercermin ada spesifikasi dari barang tersebut seperti kecepatan, tahan lama, kegunaan, berat, bunyi, mudah atau tidaknya perawatan dan kepercayaan. b. Wujud Luar Wujud luar suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melihat suatu barang untuk pertama kalinya. Barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju tetapi bila wujud luarnya kuno atau kurang dapat diterima, maka dapat menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen karena dianggap mutunya kurang memenuhi syarat. Faktor wujud luar pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga dari warna dan susunan seperti pembungkusan. c. Biaya barang tersebut. Biaya dan harga dapat menentukan mutu suatu barang. Barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu arang relatif lebih baik. Sebaliknya, barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah menunjukkan bahwa mutu barang relatif lebih rendah. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biaya yang mahal Sofyan Assauri, 1993:268.

7. Pendekatan Pengendalian Kualitas

Dalam melaksanakan pengendalian kualitas ada tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan bahan baku, pendekatan proses produksi dan pendekatan produk akhir Agus Ahyari, 1990:263. a. Pendekatan Bahan Baku Perusahaan yang berproduksi untuk menghasilkan suatu produk pasti memerlukan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksinya. Di dalam perusahaan baik buruknya kualitas bhan baku tersebut akan berpengaruh besar terhadap kualitas produk akhir. Bahkan pengaruh kualitas bahan baku yang dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi. Sedemikian besarnya sehingga kualitas produk akhir yang dihasilkan hampir seluruhnya ditentukan oleh kualitas bahan baku yang digunakan. b. Pendekatan Proses Produksi Proses produksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam perusahaan. Dalam pelaksanaan proses produksi perlu adanya pengendalian yang cukup memadai, agar produksi akhir perusahaan mempunyai kualitas yang baik. Oleh karena itu sifat dan jenis proses produksi berbeda satu dengan yang lainnya, maka pengendalian kualitas proses produksi akan mempunyai beberapa perbedaan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dalam hubungannya dengan pengendalian kualitas proses, maka proses produksi dalam perusahaan pada umumnya dibagi menjadi lima macam, yaitu : proses produksi type A, proses produksi type B, proses produksi type C, proses produksi type D dan proses produksi type E. 1 Proses Produksi Type A Merupakan type proses produksi dimana setiap tahap proses dapat diperiksa dengan mudah. Pemeriksaan dapat dilakukan pada saat kapan saja dan pada tahap apa saja saat dikehendaki dilaksanakan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan pada setiap tahap proses ini pada umumnya tidak menimbulkan gangguan proses produksi sejauh dilaksanakan dengan wajar. 2 Proses Produksi Type B Ciri utama dari proses produksi ini adalah bahwa masing-masing tahap proses terdapat ketergantungan yang kuat. Dengan demikian maka pemeriksaan proses produksi untuk mengawasi kualitas proses hanya dapat dilaksanakan pada tahap-tahap tertentu saja, sehingga perusahaan harus menyusun program pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena apabila terjadi kesalahan proses pada tahap yang harusnya dapat diperiksa dan tidak diperhatikan pengawas proses, maka kesalahan tersebut akan berakibat pada tahap proses berikutnya, sehingga dapat menimbulkan kesalahan proses pada tahap-tahap berikutnya. 3 Proses Produksi Type C Pengendalian kualitas proses merupakan pengendalian proses produksi assembling, atau dikenal dengan nama proses perakitan. Di dalam pelaksanaannya, proses utama yang dikerjakan adalah melaksanakan perakitan dari komponen-komponen bahan yang telah diproduksi oleh perusahaan atau perusahaan yang sama dengan bagian proses yang berbeda. 4 Proses Produksi Type D Perusahaan-perusahaan di mana proses produksinya merupakan type D adalah perusahaan di mana proses produksinya mempergunakan mesin dan peralatan produksi yang bersifat full automatis, yang telah dilengkapi dengan mesin pengendali, sehingga karyawan tidak banyak terlibat dalam proses produksi. 5 Proses Produksi Type E Merupakan proses produksi untuk perusahaan-perusahaan perdagangan dan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan jasa. Pada umumnya karena perusahaan dagang dan jasa tidak langsung terlibat di dalam pembuatan produk, maka perlu mengadakan pengendalian kualitas proses. Anggapan ini bila dikaji lebih lanjut sebenarnya merugikan perusahaan, jika dihubungkan dengan pengendalian total maka perusahaan type E ini harus mengadakan pengawasan kualitas terhadap proses produksinya, karena tinjauan baik dan tidaknya kualitas tersebut akan ditujukan kepada masing-masing keluaran output dari masing-masing bagian dalam perusahaan yang bersangkutan. Pendekatan proses produksi dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : 1 Persiapan, yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pengendalian kualitas proses tersebut. 2 Pengendalian proses, yaitu perusahaan benar-benar melaksanakan pengendalian kualitas selama proses produksi berjalan 3 Pemeriksaan akhir, yaitu merupakan pemeriksaan yang terakhir dari produk yang ada di dalam proses produksi. a Pendekatan Produk Akhir Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kepuasan konsumen terhadap pemakaian produk perusahaan. untuk beberapa jenis produk, kepuasan konsumen akan dipengaruhi oleh usaha-usaha perusahaan dalam rangka peningkatan daya guna produk bagi konsumen. Dalam hal ini dapat ditempuh dengan memberikan petunjuk pemakaian yang lengkap, tersedianya suku cadang yang komplit, kemudahan perolehan dan keawetan produk. Dengan demikian konsumen akan dapat mempergunakan produk perusahaan ini dengan kepuasan yang maksimal. Untuk dapat memberikan tindakan yang tepat bagi peningkatan kualitas produk akhir ini, maka perusahaan berusaha mengumpulkan informasi berbagai macam keluhan konsumen terhadap produk perusahaan. kemudian dari berbagai macam keluhan, dianalisis kekurangan dan kelemahan produk, sehingga kualitas produk perusahaan dimasa mendatang lebih dapat dipertanggungjawabkan. Perusahaan dapat membuka perwakilan atau cabang diberbagai daerah yang banyak mempunyai konsumen produk perusahaan. perwakilan atau cabang perusahaan ini mempunyai tugas utama memberi pelayanan purna jual kepada konsumen produk perusahaan, termasuk pelayanan pembelian suku cadang dan perawatan atau pemeliharaan serta perbaikan kerusakan – kerusakan yang terjadi pada produk perusahaan. Dengan demikian kepuasan konsumen dapat ditingkatkan karena terdapatnya fasilitas pemeliharaan yang memadai, kerusakan-kerusakan segera dapat diperbaiki dan lain sebagainya sehingga kualitas produk perusahaan akan semakin meningkat.

8. Tujuan Pengendalian Kualitas

Manajemen perusahaan di dalam kegiatannya mengendalikan kualitas berusaha agar produknya sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Dengan melaksanakan pengendalian kualitas mengandung beberapa tujuan, yaitu antara lain : a. Agar output dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. b. Mengusahakan agar biaya inspeksi menjadi rendah c. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses menjadi rendah d. Mengusahakan agar biaya kualitas menjadi rendah Sofyan Assauri, 1993:274.

9. Penentuan Standar Kualitas

Standar kualitas bertujuan untuk menghasilkan barang yang sesuai dengan standar yang ditentukan perusahaan, tentang apa dan bagaimana produk akan diproduksi, sehingga dapat menghindarkan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dari standar kualitas yang ada. Dalam jangka pendek masalah standar kualitas produksi memberikan tambahan beban bagi perusahaan, tetapi dalam jangka panjang akan diperoleh manfaat yang sangat besar. Hal ini akan tampak karena perusahaan yang menggunakan standar kualitas akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam mempertahankan dan bahkan mengembangkan usahanya. Langkah-langkah penentuan standar kualitas : a. Mempertimbangkan persaingan dan kualitas produk pesaing b. Mempertimbangkan kegunaan terakhir dari produk c. Kualitas harus sesuai dengan harga jual d. Perlu tim yang terdiri dari ahli yang berkecimpung di bidang : 1 Penjualan yang mewakili konsumen 2 Teknik yang mengatur desain dan kualitas teknik. 3 Pembelian yang menentukan kualitas barang. 4 Produksi yang menentukan ongkos produksi berbagai kualitas alternatif. 5 Pemeriksaan yang memeriksa kualitas. e. Setelah ditentukan lalu disesuaikan dengan selera konsumen dengan kendala teknik produksi, tersedianya bahan baku dan sebagainya. Sehubungan dengan standar kualitas, ada tiga hal yang perlu diperhatikan : a. Tolerance Tolerance adalah batas daerah penerimaan bila terjadi variasi dari produk – produk yang dihasilkan, karena produk yang dihasilkan selalu bervariasi. b. Chabge variable Change variable adalah variabel proses yang berhubungan dengan manufacturing procses yang masih belum diadakan perbaikan, misalnya rencana dan pemakaian mesin yang tidak sempurna dan kemampuan pekerja, pemeriksaan, maupun variabel yang tidak dapat dirubah tanpa perusahaan yang besar terhadap bahan, peralatan dan metode. c. Assignable Assignable variable adalah berupa variabel yang berupa unsur – unsur tertentu dalam proses misalnya temperatur ruangan selalu berubah, cuaca yang mempengaruhi proses pembuatan barang Sukanto R., Indriyo G., 1995 : 235.

10. Manfaat Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas bermanfaat bagi perusahaan, pekerja,serta konsumen yang menggunakan hasil produksi perusahaan. manfaat pengendalian kualitas adalah : a. Perusahaan Perusahaan mengharapkan adanya pengawasan kualitas dapat menghindari pemborosan yang diharapkan dapat menghemat biaya bahan baku, mencegah kerusakan bahan baku dan hasil produksi, menjamin kualitas. Semua ini dimaksudkan untuk menekan biaya operasi dan menaikkan laba serta menjaga nama baik perusahaan yang bersangkutan. b. Pekerja Dengan adanya pengendalian kualitas pada pekerja menjadi lebih berhati – hati dalam bekerja. Pekerjaan secara tidak langsung didorong ubntuk menggunakan segala kemampuannya agar dapat mencapai hasil produksi yang memuaskan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. c. Konsumen Pengendalian kualitas memberi jaminan kepada konsumen bahwa hasil produksi atau perusahaan dapat memenuhi selera konsumen. Keterangan-keterangan pemakainya, daya tahan dan sebagainya memberi penjelasan bagi konsumen sehingga konsumen puas dan tahu mengenai cara memakainya, serta seluk beluk produk sehingga konsumen tidak merasa ditipu dan kecewa bila membeli produk tersebut.

11. Biaya Kualitas

Produsen selalu berusaha memperbaiki kualitas barang yang diproduksi dengan biaya yang sama atau tetap, atau mencapai kualitas yang sama dengan biaya yang lebih rendah. Untuk meningkatkan kualitas dibutuhkan biaya, karena itu perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dengan hasil keuntungan yang diharapkan. Perusahaan harus mempertimbangkan biaya apa saja yang terdapat dalam pemenuhan kualitas barang. Adapun komponen biaya kualitas adalah sebagai berikut Sofyan Assauri, 1993:224-225 : a. Biaya Pencegahan Prevention Biaya pencegahan adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan usaha-usaha mencapai suatu kualitas produk tertentu, agar jangan sampai terjadi barang-barang yang diproduksi cacat atau rusak. b. Biaya Penafsiran Appraisal Biaya penafsiran adalah biaya-biaya yang dibutuhkan dalam melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga kualitas. c. Biaya Kegagalan Failure Biaya kegagalan adalah biaya-biaya yang disebabkan oleh faktor internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengolahan. Disamping ada juga biaya-biaya yang disebabkan faktor-faktor eksternal, seperti biaya yang dikeluarkan sesudah produk sampai ke tangan statistik.

F. Kerangka Pemikiran

Analisis intensitas pengawasan kualitas atau mutu ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor produksi yang berupa tenaga kerja dan mesin terhadap kerusakan produk pada CV. Teknika Jaya Klaten. Dalam analisis ini juga akan diketahui berapa biaya yang timbul karena adanya kegiatan pengawasan mengenai kualitas produk yang dihasilkan oleh CV. Teknika Jaya Klaten dan dapat diketahui pula hasil dari pengawasan kualitas yaitu seberapa banyak tingkat kerusakan yang dapat ditekan oleh CV. Teknika Jaya Klaten. Untuk memperoleh suatu gambaran mengenai persoalan yang akan dihadapi, maka kerangka pemikiran yang penulis utarakan adalah sebagai berikut : Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Produksi Produk rusak Produk baik Evaluasi kualitas Analisis Pareto dan Fishbone chart Hasil evaluasi pengendalian Keterangan: Setiap kebijakan yang diambil atau disusun oleh perusahaan yang berkenaan dengan pengendalian kualitas produk harus sejalan dengan standar kualitasnya. Kegiatan dan usaha yang dilakukan dalam rangka pengendalian kualitas produksi di arahkan untuk memenuhi dan mencapai standar kualitas tersebut.

G. Metode Penelitian 1.

Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan CV. Teknika Jaya di Klaten karena : a Tempat yang relatif dapat terjangkau oleh penulis dengan demikian diharapkan penelitian dapat lebih lancar b Data yang ada pada perusahaan cukup lengkap c Penulis telah mendapat persetujuan dari pihak perusahaan.

2. Sumber dan Jenis Data

a Sumber Data 1 Data Primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti dari obyek penelitian secara langsung 2 Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan dari buku- buku literature dan bacaan-bacaan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. b Jenis Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa data : 1 Data produk rusak 2 Catatan Jenis kerusakan produk berdasarkan Spesifikasi

3. Metode Pengumpulan Data

a Observasi langsung ke perusahaan yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan terhadap masalah yang diteliti. b Mengadakan wawancara untuk mendapatkan data penelitian yang tidak dapat diperoleh dari catatan dan dokumentasi yang ada diperusahaan c Mengajukan daftar pertanyaan Untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan agar terdapat persiapan yang mantap dari petugas untuk memberikan data yang diperlukan oleh penulis dan untuk menghemat waktu penelitian. d Studi Pustaka Yaitu teknik pengumpulan data berdasar hasil pengamatan pada buku– buku, hasil penelitian yang relevan dan sumber kepustakaan lainnya

H. Definisi 1 Produk Rusak

Produk rusak merupakan produk yang mengalami kerusakan pada saat proses produksi sehingga tidak memenuhi standar kualitas yang ditentukan oleh perusahaan.kerusakan produk berdasarkan spesifikasi seperti keropos,patah dan ketebalan tidak sesuai dengan standart kualitas 2 Evaluasi pengendalian kualitas Dari data produk perusahaan dan kerusakan produk pertahunnya perusahaan dapat mengetahui apakah pengendalian kualitas yang dilaksanakan perusahaan telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan. 3 Hasil Evaluasi Pengendalian Setelah perusahaan mendapatkan hasil dari evaluasi pengendalian kualitas masa hasil tersebut akan digunakan perusahaan dalam melakukan pengendalian kualitas pada proses produksi berikutnya. Selain itu perusahaan dapat mengetahui atau menganalisa penyebab dari produk yang rusak sehingga pada proses produksi berikutnya dapat diperbaiki atau dihindari. 4 Metode Diagram Pareto dan Analisis Fishbone a Analisis Pareto Chart Diagram Pareto Diagram Pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah.sehingga ditemukan permasalahan yang penting untuk segera diselesaikan dari rekening tertinggi hingga terendah. Dhorotea Wahyu A,2004:20 Rumus diagram Pareto: Prosentase kerusakan = uruhan sakanKesel JumlahKeru enis sakanPadaJ JumlahKeru x 100 Langkah-langkah diagram Pareto: 1 Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.

Dokumen yang terkait

APLIKASI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) MENGGUNAKAN DIAGRAM PARETO DAN ANALISIS FISHBONE DALAM MENGURANGI KEGAGALAN PRODUK COCO FIBER (Studi Kasus di CV. Tiga sehati Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember)

1 7 17

APLIKASI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) MENGGUNAKAN DIAGRAM PARETO DAN ANALISIS FISHBONE DALAM MENGURANGI KEGAGALAN PRODUK COCO FIBER (Studi Kasus di CV. Tiga sehati Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember)

0 4 17

APLIKASI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) MENGGUNAKAN DIAGRAM PARETO DAN ANALISIS FISHBONE DALAM MENGURANGI KEGAGALAN PRODUK COCO FIBER (Studi Kasus di CV. Tiga sehati Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember)

0 11 17

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK AKHIR BAJA DENGAN METODE P CHART PADA PENGECORAN LOGAM DI CV. TEKNIKA JAYA

1 4 73

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PRODUKSI PAKAIAN DI BAGIAN FINISHING PADA PT. JAYA ASRI GARMINDO KARANGANYAR

9 87 103

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KAIN SELIMUT DENGAN METODE CAUSE EFFECT DAN DIAGRAM PARETO PADA DEPARTEMEN WEAVING DI PERUSAHAAN KAPAS PUTIH KLATEN

1 21 59

PENDAHULUAN Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Tenaga Kerja Di Bagian Peleburan Logam Koperasi Batur Jaya Ceper Klaten.

0 2 6

ANALISIS PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PENGENDALIAN PRODUK CACAT PADA BURNER ( Studi Kasus di PT. BAHAMA LASAKKA, Batur, Ceper, Klaten ).

0 3 8

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi dengan Menggunakan Peta Kendali P, Diagram Pareto, dan Diagram Sebab Akibat pada Barly Joy Collection untuk Mengurangi Jumlah Produk Rusak.

1 0 15

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI DENGAN DIAGRAM PARETO DAN FISHBONE PADA PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

0 0 14