Elemen-elemen dasar dari sistem pengendalian tersebut tertera pada gambar dibawah ini :
Gambar 1.1 Proses Pengendalian
Sumber : Agus Ahyari, 1987:58 Sistem pengendalian dalam organisasi berfungsi untuk mengarahkan dan
membawa organisasi ke arah tujuan yang diinginkan. Ada dua syarat utama yang harus ada sebelum suatu sistem pengendalian ditetapkan, yaitu Mulyadi,
199 :117 a. Pengendalian memerlukan rencana
Pengendalian dapat lebih efektif bila didasarkan pada rencana yang jelas, lengkap dan terintegrasi. Para manajer tidak akan dapat menentukan
apakah unit-unit organisasinya mencapai apa yang diinginkan dan diharapkan, kecuali mereka mengetahui apa yang diharapkan berupa
rencana. b. Pengendalian memerlukan struktur organisasi yang jelas.
Alat Pengendalian Perbandingan dengan
Standar Assesor
Informasi mengenai apa yang terjadi Detector
Komunikasi pengubah tingkah laku
Kesatuan yang dikendalian
Tujuan pengendalian adalah untuk mengukur aktivitas dan pelaksanaan, yaitu apakah telah sesuai dengan apa yang direncanakan
sehingga harus juga diketahui bagian-bagian mana dalam organisasi yang bertanggung jawab atas penyimpangan dari rencana dan melaksanakan
tindakan untuk perbaikan. Walau setiap organisasi mempunyai kegiatan yang berbeda, namun pada dasarnya berbagai sistem pengendalian secara
fundamental melibatkan proses dasar yang sama, yaitu menetapkan standar, mengukur kinerja, membandingkan kinerja dengan standar dan mengambil
tindakan.
2. Pengertian Pengendalian Kualitas
Masalah kualitas merupakan salah satu bagian penting dan perlu mendapat perhatian yang serius bagi perusahaan dalam menjalankan strategi
operasinya. Manajemen kualitas yang efektif mempunyai standar kualitas tertentu untuk para pemasoknya, tidak meneruskan pengerjaan produk yang
rusak atau cacat pada proses berikutnya dan tidak meneruskan kepada konsumen, sehingga diperlukan pengawasan kualitas agar dapat mengurangi
produk cacat yang ditimbulkan oleh sistem operasi perusahaan. Kualitas adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa sesuai
dengan standar tertentu Sukanto R., 1995:391. Menurut Agus Ahyari 1990:238 kualitas adalah jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana
didiskripsikan di dalam produk dan jasa yang bersangkutan. Sedangkan ISO menyatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk
atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan tegas maupun tersamar.
Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas manajemen perusahaan untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan
dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan Agus Ahyari, 1990:239. Pengertian lain pengendalian kualitas adalah suatu alat manajemen
kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak Sukanto Reksohadiprojo, 1995:392.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha pengendalian kualitas ini merupakan usaha pencegahan dan dilaksanakan sebelum kesalahan
terjadi serta mengarahkan agar kesalahan kualitas tidak terjadi dalam perusahaan. Dengan demikian pengendalian kualitas ini mengandung dua
pengertian, yang pertama adalah menetapkan standar kualitas dari tiap produk dan yang ke dua yaitu menetapkan standar kualitas perusahaan.
3. Syarat Kualitas Produk
Suatu produk dikatakan berkualitas oleh produsen bila produk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, yang mencakup beberapa unsur, yaitu :
a. Sesuai dengan spesifikasi fisiknya, misalnya ciri khusus, kekerasan dan
teknologi b.
Sesuai dengan prosedurnya c.
Sesuai dengan persyaratannya
4. Ukuran Kualitas
Ada tiga ukuran kualitas yang digunakan untuk barang : a.
Kualitas desain, sangat berhubungan dengan sifat-sifat keunggulan pada saat barang didambakan. Kualitas desain dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu kualitas input, teknologi yang digunakan, kualitas tenaga kerja dan manajer.
b. Kualitas penampilan, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : keandalan produk
yang berhubungan dengan waktu penggunaan sebelum terjadi kerusakan dan perawatan produk yang berhubungan dengan kemampuan mereparasi
dan mengganti dengan cepat produk yang rusak. c.
Kualitas yang memenuhi, berhubungan apakah produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan atau yang diharapkan. Ada
tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu usia teknik produk, pengaruh produk dan ketetapan produk.
Pengukuran kualitas jasa lebih sulit, karena lebih bersifat abstrak daripada sifat fisiknya dan bersifat sementara. Sehingga metode yang dapat
digunakan untuk mengendalikan kualitas jasa adalah dengan menetapkan tujuan atau standar yang dapat dijadikan pedoman karyawan untuk melakukan
kegiatan.
5. Langkah-langkah Pengendalian Kualitas
Langkah yang harus diambil dalam sistem pengendalian kualitas, yaitu : a.
Perencanaan adalah penentuan spesifikasi model yang harus dibuat, yang harus diperhatikan tidak hanya tujuan apa produk tersebut diminta tetapi
juga syarat untuk dapat terpenuhinya spesifikasi dan biaya. b.
Penerbitan adalah penentuan spesifikasi yang setelah disetujui harus dimasukkan
sebagai bagian
dari informasi
operasional dan
dikomunikasikan kepada bagian-bagian yang bersangkutan. c.
Pengukuran merupakan tugas juru test yang harus mengukur karakteristik yang terdapat dalam spesifikasi
d. Pembandingan yaitu hasil pengukuran yang dibandingkan dengan
spesifikasi.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
a. Fungsi suatu barang
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan, sehingga dapat memenuhi fungsi
untuk apa barang tersebut dihasilkan. Kualitas yang ingin dicapai sesuai dengan fungsinya, tercermin ada spesifikasi dari barang tersebut seperti
kecepatan, tahan lama, kegunaan, berat, bunyi, mudah atau tidaknya perawatan dan kepercayaan.
b. Wujud Luar
Wujud luar suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melihat suatu barang untuk pertama
kalinya. Barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju tetapi bila wujud luarnya kuno atau kurang dapat diterima, maka dapat
menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen karena dianggap mutunya kurang memenuhi syarat. Faktor wujud luar pada suatu
barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga dari warna dan susunan seperti pembungkusan.
c. Biaya barang tersebut.
Biaya dan harga dapat menentukan mutu suatu barang. Barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu
arang relatif lebih baik. Sebaliknya, barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah menunjukkan bahwa mutu barang relatif lebih rendah.
Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biaya yang mahal Sofyan Assauri, 1993:268.
7. Pendekatan Pengendalian Kualitas
Dalam melaksanakan pengendalian kualitas ada tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan bahan baku, pendekatan proses produksi dan pendekatan
produk akhir Agus Ahyari, 1990:263. a.
Pendekatan Bahan Baku Perusahaan yang berproduksi untuk menghasilkan suatu produk pasti
memerlukan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksinya. Di dalam perusahaan baik buruknya kualitas bhan baku tersebut akan berpengaruh
besar terhadap kualitas produk akhir. Bahkan pengaruh kualitas bahan baku yang dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi. Sedemikian
besarnya sehingga kualitas produk akhir yang dihasilkan hampir seluruhnya ditentukan oleh kualitas bahan baku yang digunakan.
b. Pendekatan Proses Produksi
Proses produksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam perusahaan. Dalam pelaksanaan proses produksi perlu adanya
pengendalian yang cukup memadai, agar produksi akhir perusahaan mempunyai kualitas yang baik. Oleh karena itu sifat dan jenis proses
produksi berbeda satu dengan yang lainnya, maka pengendalian kualitas proses produksi akan mempunyai beberapa perbedaan antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dalam hubungannya dengan pengendalian kualitas proses, maka proses produksi dalam perusahaan
pada umumnya dibagi menjadi lima macam, yaitu : proses produksi type A, proses produksi type B, proses produksi type C, proses produksi type D
dan proses produksi type E. 1 Proses Produksi Type A
Merupakan type proses produksi dimana setiap tahap proses dapat diperiksa dengan mudah. Pemeriksaan dapat dilakukan pada saat kapan
saja dan pada tahap apa saja saat dikehendaki dilaksanakan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan pada setiap tahap proses ini
pada umumnya tidak menimbulkan gangguan proses produksi sejauh dilaksanakan dengan wajar.
2 Proses Produksi Type B Ciri utama dari proses produksi ini adalah bahwa masing-masing
tahap proses terdapat ketergantungan yang kuat. Dengan demikian maka pemeriksaan proses produksi untuk mengawasi kualitas proses
hanya dapat dilaksanakan pada tahap-tahap tertentu saja, sehingga perusahaan harus menyusun program pemeriksaan. Hal ini disebabkan
karena apabila terjadi kesalahan proses pada tahap yang harusnya dapat diperiksa dan tidak diperhatikan pengawas proses, maka
kesalahan tersebut akan berakibat pada tahap proses berikutnya, sehingga dapat menimbulkan kesalahan proses pada tahap-tahap
berikutnya. 3 Proses Produksi Type C
Pengendalian kualitas proses merupakan pengendalian proses produksi assembling, atau dikenal dengan nama proses perakitan. Di
dalam pelaksanaannya, proses utama yang dikerjakan adalah melaksanakan perakitan dari komponen-komponen bahan yang telah
diproduksi oleh perusahaan atau perusahaan yang sama dengan bagian proses yang berbeda.
4 Proses Produksi Type D Perusahaan-perusahaan di mana proses produksinya merupakan
type D adalah perusahaan di mana proses produksinya mempergunakan mesin dan peralatan produksi yang bersifat full automatis, yang telah
dilengkapi dengan mesin pengendali, sehingga karyawan tidak banyak terlibat dalam proses produksi.
5 Proses Produksi Type E Merupakan proses produksi untuk perusahaan-perusahaan
perdagangan dan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan jasa. Pada umumnya karena perusahaan dagang dan jasa tidak langsung terlibat di
dalam pembuatan produk, maka perlu mengadakan pengendalian kualitas proses. Anggapan ini bila dikaji lebih lanjut sebenarnya
merugikan perusahaan, jika dihubungkan dengan pengendalian total maka perusahaan type E ini harus mengadakan pengawasan kualitas
terhadap proses produksinya, karena tinjauan baik dan tidaknya kualitas tersebut akan ditujukan kepada masing-masing keluaran output dari
masing-masing bagian dalam perusahaan yang bersangkutan. Pendekatan proses produksi dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu : 1
Persiapan, yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pengendalian kualitas proses tersebut.
2 Pengendalian
proses, yaitu
perusahaan benar-benar
melaksanakan pengendalian kualitas selama proses produksi berjalan
3 Pemeriksaan akhir, yaitu merupakan pemeriksaan yang terakhir dari produk
yang ada di dalam proses produksi. a Pendekatan Produk Akhir
Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kepuasan konsumen terhadap pemakaian produk perusahaan. untuk beberapa jenis
produk, kepuasan konsumen akan dipengaruhi oleh usaha-usaha perusahaan dalam rangka peningkatan daya guna produk bagi konsumen.
Dalam hal ini dapat ditempuh dengan memberikan petunjuk pemakaian yang lengkap, tersedianya suku cadang yang komplit, kemudahan
perolehan dan keawetan produk. Dengan demikian konsumen akan dapat mempergunakan produk perusahaan ini dengan kepuasan yang maksimal.
Untuk dapat memberikan tindakan yang tepat bagi peningkatan kualitas produk akhir ini, maka perusahaan berusaha mengumpulkan informasi
berbagai macam keluhan konsumen terhadap produk perusahaan. kemudian dari berbagai macam keluhan, dianalisis kekurangan dan
kelemahan produk, sehingga kualitas produk perusahaan dimasa mendatang lebih dapat dipertanggungjawabkan. Perusahaan dapat
membuka perwakilan atau cabang diberbagai daerah yang banyak mempunyai konsumen produk perusahaan. perwakilan atau cabang
perusahaan ini mempunyai tugas utama memberi pelayanan purna jual kepada konsumen produk perusahaan, termasuk pelayanan pembelian suku
cadang dan perawatan atau pemeliharaan serta perbaikan kerusakan – kerusakan yang terjadi pada produk perusahaan. Dengan demikian
kepuasan konsumen dapat ditingkatkan karena terdapatnya fasilitas pemeliharaan yang memadai, kerusakan-kerusakan segera dapat diperbaiki
dan lain sebagainya sehingga kualitas produk perusahaan akan semakin meningkat.
8. Tujuan Pengendalian Kualitas
Manajemen perusahaan di dalam kegiatannya mengendalikan kualitas berusaha agar produknya sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Dengan
melaksanakan pengendalian kualitas mengandung beberapa tujuan, yaitu antara lain :
a. Agar output dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. b. Mengusahakan agar biaya inspeksi menjadi rendah
c. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses menjadi rendah d. Mengusahakan agar biaya kualitas menjadi rendah Sofyan Assauri,
1993:274.
9. Penentuan Standar Kualitas
Standar kualitas bertujuan untuk menghasilkan barang yang sesuai dengan standar yang ditentukan perusahaan, tentang apa dan bagaimana produk
akan diproduksi, sehingga dapat menghindarkan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dari standar kualitas yang ada. Dalam jangka pendek masalah
standar kualitas produksi memberikan tambahan beban bagi perusahaan, tetapi dalam jangka panjang akan diperoleh manfaat yang sangat besar. Hal ini akan
tampak karena perusahaan yang menggunakan standar kualitas akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam mempertahankan dan bahkan
mengembangkan usahanya. Langkah-langkah penentuan standar kualitas :
a. Mempertimbangkan persaingan dan kualitas produk pesaing b. Mempertimbangkan kegunaan terakhir dari produk
c. Kualitas harus sesuai dengan harga jual d. Perlu tim yang terdiri dari ahli yang berkecimpung di bidang :
1 Penjualan yang mewakili konsumen 2 Teknik yang mengatur desain dan kualitas teknik.
3 Pembelian yang menentukan kualitas barang. 4 Produksi yang menentukan ongkos produksi berbagai kualitas
alternatif. 5 Pemeriksaan yang memeriksa kualitas.
e. Setelah ditentukan lalu disesuaikan dengan selera konsumen dengan kendala teknik produksi, tersedianya bahan baku dan sebagainya.
Sehubungan dengan standar kualitas, ada tiga hal yang perlu diperhatikan : a.
Tolerance Tolerance adalah batas daerah penerimaan bila terjadi variasi dari produk –
produk yang dihasilkan, karena produk yang dihasilkan selalu bervariasi. b.
Chabge variable Change variable adalah variabel proses yang berhubungan dengan
manufacturing procses yang masih belum diadakan perbaikan, misalnya rencana dan pemakaian mesin yang tidak sempurna dan kemampuan pekerja,
pemeriksaan, maupun variabel yang tidak dapat dirubah tanpa perusahaan yang besar terhadap bahan, peralatan dan metode.
c. Assignable
Assignable variable adalah berupa variabel yang berupa unsur – unsur tertentu dalam proses misalnya temperatur ruangan selalu berubah, cuaca
yang mempengaruhi proses pembuatan barang Sukanto R., Indriyo G., 1995 : 235.
10. Manfaat Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas bermanfaat bagi perusahaan, pekerja,serta konsumen yang menggunakan hasil produksi perusahaan. manfaat
pengendalian kualitas adalah : a. Perusahaan
Perusahaan mengharapkan adanya pengawasan kualitas dapat menghindari pemborosan yang diharapkan dapat menghemat biaya bahan
baku, mencegah kerusakan bahan baku dan hasil produksi, menjamin kualitas. Semua ini dimaksudkan untuk menekan biaya operasi dan
menaikkan laba serta menjaga nama baik perusahaan yang bersangkutan. b. Pekerja
Dengan adanya pengendalian kualitas pada pekerja menjadi lebih berhati – hati dalam bekerja. Pekerjaan secara tidak langsung didorong
ubntuk menggunakan segala kemampuannya agar dapat mencapai hasil produksi yang memuaskan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
c. Konsumen Pengendalian kualitas memberi jaminan kepada konsumen bahwa
hasil produksi atau perusahaan dapat memenuhi selera konsumen.
Keterangan-keterangan pemakainya, daya tahan dan sebagainya memberi penjelasan bagi konsumen sehingga konsumen puas dan tahu mengenai
cara memakainya, serta seluk beluk produk sehingga konsumen tidak merasa ditipu dan kecewa bila membeli produk tersebut.
11. Biaya Kualitas
Produsen selalu berusaha memperbaiki kualitas barang yang diproduksi dengan biaya yang sama atau tetap, atau mencapai kualitas yang sama dengan
biaya yang lebih rendah. Untuk meningkatkan kualitas dibutuhkan biaya, karena itu perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan
dengan hasil
keuntungan yang
diharapkan. Perusahaan
harus mempertimbangkan biaya apa saja yang terdapat dalam pemenuhan kualitas
barang. Adapun komponen biaya kualitas adalah sebagai berikut Sofyan Assauri, 1993:224-225 :
a. Biaya Pencegahan Prevention Biaya pencegahan adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam
melakukan usaha-usaha mencapai suatu kualitas produk tertentu, agar jangan sampai terjadi barang-barang yang diproduksi cacat atau rusak.
b. Biaya Penafsiran Appraisal Biaya penafsiran adalah biaya-biaya yang dibutuhkan dalam
melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga kualitas.
c. Biaya Kegagalan Failure Biaya kegagalan adalah biaya-biaya yang disebabkan oleh faktor
internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengolahan. Disamping ada juga biaya-biaya yang disebabkan faktor-faktor eksternal,
seperti biaya yang dikeluarkan sesudah produk sampai ke tangan statistik.
F. Kerangka Pemikiran
Analisis intensitas pengawasan kualitas atau mutu ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor produksi yang berupa tenaga kerja
dan mesin terhadap kerusakan produk pada CV. Teknika Jaya Klaten. Dalam analisis ini juga akan diketahui berapa biaya yang timbul karena adanya kegiatan
pengawasan mengenai kualitas produk yang dihasilkan oleh CV. Teknika Jaya Klaten dan dapat diketahui pula hasil dari pengawasan kualitas yaitu seberapa
banyak tingkat kerusakan yang dapat ditekan oleh CV. Teknika Jaya Klaten. Untuk memperoleh suatu gambaran mengenai persoalan yang akan dihadapi,
maka kerangka pemikiran yang penulis utarakan adalah sebagai berikut :
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran
Produksi Produk
rusak
Produk baik
Evaluasi kualitas Analisis Pareto dan
Fishbone chart Hasil evaluasi
pengendalian
Keterangan: Setiap kebijakan yang diambil atau disusun oleh perusahaan yang berkenaan
dengan pengendalian kualitas produk harus sejalan dengan standar kualitasnya. Kegiatan dan usaha yang dilakukan dalam rangka pengendalian kualitas produksi
di arahkan untuk memenuhi dan mencapai standar kualitas tersebut.
G. Metode Penelitian 1.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan CV. Teknika Jaya di Klaten karena : a Tempat yang relatif dapat terjangkau oleh penulis dengan demikian
diharapkan penelitian dapat lebih lancar b Data yang ada pada perusahaan cukup lengkap
c Penulis telah mendapat persetujuan dari pihak perusahaan.
2. Sumber dan Jenis Data
a Sumber Data 1
Data Primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti dari obyek penelitian secara langsung
2 Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
perusahaan yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan dari buku- buku literature dan bacaan-bacaan yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan dibahas. b Jenis Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa data :
1 Data produk rusak 2 Catatan Jenis kerusakan produk berdasarkan Spesifikasi
3. Metode Pengumpulan Data
a Observasi langsung ke perusahaan yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan terhadap masalah yang diteliti.
b Mengadakan wawancara untuk mendapatkan data penelitian yang tidak dapat diperoleh dari catatan dan dokumentasi yang ada diperusahaan
c Mengajukan daftar pertanyaan Untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan agar terdapat persiapan
yang mantap dari petugas untuk memberikan data yang diperlukan oleh penulis dan untuk menghemat waktu penelitian.
d Studi Pustaka Yaitu teknik pengumpulan data berdasar hasil pengamatan pada buku–
buku, hasil penelitian yang relevan dan sumber kepustakaan lainnya
H. Definisi 1 Produk Rusak
Produk rusak merupakan produk yang mengalami kerusakan pada saat proses produksi sehingga tidak memenuhi standar kualitas yang ditentukan
oleh perusahaan.kerusakan
produk berdasarkan
spesifikasi seperti
keropos,patah dan ketebalan tidak sesuai dengan standart kualitas
2 Evaluasi pengendalian kualitas
Dari data produk perusahaan dan kerusakan produk pertahunnya perusahaan dapat mengetahui apakah pengendalian kualitas yang
dilaksanakan perusahaan telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan.
3 Hasil Evaluasi Pengendalian
Setelah perusahaan mendapatkan hasil dari evaluasi pengendalian kualitas masa hasil tersebut akan digunakan perusahaan dalam melakukan
pengendalian kualitas pada proses produksi berikutnya. Selain itu perusahaan dapat mengetahui atau menganalisa penyebab dari produk yang rusak
sehingga pada proses produksi berikutnya dapat diperbaiki atau dihindari.
4 Metode Diagram Pareto dan Analisis Fishbone
a Analisis Pareto Chart Diagram Pareto Diagram Pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi
data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah.sehingga ditemukan permasalahan yang penting untuk segera
diselesaikan dari rekening tertinggi hingga terendah. Dhorotea Wahyu A,2004:20
Rumus diagram Pareto: Prosentase kerusakan =
uruhan sakanKesel
JumlahKeru enis
sakanPadaJ JumlahKeru
x 100 Langkah-langkah diagram Pareto:
1 Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan
sebagainya.