PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA TUNADAKSA

2

PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA TUNADAKSA
Aritya Febrina
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
febrinamad@yahoo.com
Dalam berkomunikasi dengan sesamanya, manusia pada dasarnya melakukan
pengungkapan diri.Namun, pengungkapan diri tersebut, mungkin saja barusampai
pada sisi-sisi terluar dari dirinya.Ketika situasi komunikasi antarpribadi terbentuk
dan perilaku komunikasi berkeinginan mempengaruhi jalannya komunikasi
makapengungkapan diri berlangsung.Pengungkapan diri adalah menceritakan
sesuatu yang pada awalnya tidak diketahui lalu itu menjadi pengetahuan milik
bersama, proses “membuat diri diketahui orang lain” (Jourard dan Lasakow, 1958)
pengetahuan milik bersama ini mungkin ada antara sepasang orang, dalam
kelompok, atau antara seseorang dengan sebuah organisasi.Ada berbagai tujuan,
sebagian bergantung pada konteks di mana pengungkapan terjadi.
Menurut Pearson (1983), pengungkapan dirimerupakan metode yang paling dapat
dikontrol dalam menjelaskan diri sendiri kepada orang lain. Individu dapat
mempresentasikan dirinya sebagai orang bijak atau orang bodoh tergantung dari
caranya mengungkapkan perasaan, tingkah laku, dan kebiasaannya.
Pengungkapan diri merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

remaja untuk bisa melewati tahap-tahap perkembangan yang dilaluinya dengan baik,
terutama dikarenakan masa remaja adalah usia dimana individu mulai berinteraksi
dengan orang lain untuk menjalin relasi atau hubungan sosial yang baru melalui
komunikasi yang bersifat terbuka yang membuat orang lain mau menerima individu
tersebut. Masa remaja sebagai masa penuh kegoncangan, taraf mencari identitas diri
dan merupakan periode yang paling berat. Dalam perkembangannya masa remaja
dihadapkan pada situasi menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial nya. Salah
satu interaksi terhadap lingkungannya yaitu dengan cara berkomunikasi.
Komunikasi yang di lakukan oleh remaja dapat berupa pengungkapan
diri.Pengungkapan diri dapat terjadi jika komunikasi antara dua orang berlangsung
dengan baik, maka akan terjadi pengungkapan yang mendorong informasi mengenai
diri masing-masing ke dalam keterbukaan. Meskipun pengungkapan diri mendorong
adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada batasnya. Artinya, remaja
perlu mempertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri
nya kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan remaja
tersebut dengan orang lain.
Semua orang tahu bila penampilan fisik begitu penting bagi semua orang,
khususnya remaja lalu bagaimanakah dengan remaja yang memiliki penampilan
tidak sesuai dengan yang mereka inginkan atau memiliki kelainan fisik (tuna daksa)
dari lahir dan mempunyai keterbatasan motorik. Penampilan diri yang tidak sesuai

harapan biasanya akan mengganggu usaha remaja untuk memperluas ruang gerak
pergaulannya (Gunarsa & Gunarsa, 1993).
Sebagaimana umumnya, remaja secara fisik memiliki perbedaan antara remaja yang
satu dengan remaja yang lainnya.Perbedaan-perbedaan itu bisa dilihat dari ukuran
badan yaitu dari tinggi dan berat badan serta dari bentuk badan seperti kurus,

3

gemuk, langsing ataupun atletis. Perbedaan lain dari segi fisik yang dapat dilihat
adalah dalam hal cacat fisik (tunadaksa). Individu yang menyandang tuna daksa
tentu bukan termasuk hal yang eksepsional atau keterkecualian karena faktanya jelas
sekali memperlihatkan keberadaannya.Sepuluh persen (10%) dari setiap masyarakat
dilahirkan dengan atau menyandang kecacatan (tunadaksa).Diperkirakan setiap 1
dari 4 keluarga beranggotakan seorang penyandang cacat (tunadaksa) dimana
mereka yang menyandang tuna daksa juga banyak berasal dari golonganremaja.Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa remaja ada diantara hitungan yang telah
disebutkan diatas (Nurkolis, 2002).
Masih banyak remaja yang mengalami kecacatan fisik yang berusaha
menutupi keadaan dirinya. Hal ini dikarenakan bahwa tentunya suatu keterbukaan
(self-disclosure) bagi diri seseorang memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri.

Khususnya untuk keterbukaan tentang hal-hal yang akan membuatnya menjadi
trauma atau memalukan untuk diungkapkan pada orang lain (Derlega, Mett,
Petronia, dan Marquils, 1993).
Remaja yang mengalami cacat fisik juga sering merasakan kesepian karena dalam
bersosialisasi dengan teman sebayanya merasa dikucilkan atau dijauhi oleh
temannya. Dalam riset sebelumnya diisyaratkan bahwa kesepian akan mendorong
orang meningkatkan pengungkapan dirinya. Contohnya, bahwa keinginan untuk
melepaskan diri dari kesepian menimbulkan kebutuhan untuk berbagi perasaan dan
pemikiran dengan orang lain. Tetapi kesepian dalam situasi yang lain mungkin bisa
melumpuhkan dan melahirkan perasaan ketidakberdayaan dan kerapuhan, yang
mungkin bisa menghalangi upaya untuk membangun keintiman lewat
pengungkapan diri.Untuk itulah peneliti ingin mengetahui gambaran pengungkapan
diri pada remaja yang mengalami ketunadaksaan.
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu secara teoritisdapat
mengetahui bahwa pengungkapan diri pada remaja tunadaksa diperlukan dalam
mengembangkan ilmu-ilmu psikologi. Secara praktis dapat memberikan gambaran
pengungkapan diri dari remaja tunadaksa dan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan kepada orang tua akan agar memberikan dukungan kepada
anaknya walaupun anaknya mempunyai kekurangan atau mengalami
ketunadaksaanselain itu juga memberikan informasi kepada orang tua bahwa

pengungkapan diri mempengaruhi psikologis anak.

PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA TUNADAKSA

SKRIPSI

OLEH :
ARITYA FEBRINA

08810040

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan
Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir jaman.

Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengungkapan Diri Pada Remaja Tunadaksa”. Penelitian skripsi ini mencoba menjelaskan
bagaimana gambaran pengungkapan diri pada remaja tunadaksa.
Pengungkapa Diri Pada Remaja Tunadaksa ini melalui lima aspek yaitu jumlah
informasi yang diungkapkan, sifat dasar yang positif atau negatif, kedalaman suatu
pengungkapan diri, waktu pengungkapan diri, dan lawan bicara.
Selama mengerjakan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan,
dukungan baik dalam bentuk moril maupun materil serta nasehat-nasehat yang secara psikis
menguatkan penulis sejak persiapan, pelaksanaan, sampai pada penyusunan skripsi ini. Untuk
semua itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang dan selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi
pengarahan hingga selesainya skripsi ini.
2. DR. Diah Karmiyati, M.Si dan M. Salis Yuniardi sebagai pembimbing I dan pembing II
yang menyediakan waktu bagi penulis ,yang dengan sabar dan teliti memberikan arahan
dan bimbingan hingga skripsi ini selesai.
3. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang, Kepala Sekolah beserta seluruh guru
SMPLB YPAC yang telah memberikan ijin dan fasilitas bagi penulis untuk melakukan
penelitian.
4. Adik-adikku S, VA, M, H dan seluruh informan yang telah bersedia menjadi subjek untuk

penelitian penulis.
5. Papah, ibu, Mamah, dan Abi (semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan), yang
menjadi motivasi terbesar untuk segera menyelesaikan skripsi, memberikan doa dan kasih
sayangnya yang tidak pernah berhenti selama penulis menuntut ilmu hingga selesai, selalu
membantu penulis dalam hal moril dan materil, serta selalu mendengarkan keluh kesah
penulis selama ini.
6. Kakak, Adik, serta seluruh keluarga yang mendoakan penulis dan memberikan semangat
agar selalu berjuang untuk menyelesaikan skripsi.
7. Habib Muhammad Tohir (Bib Calmaqiu) yang tiada henti mendoakan penulis,
memberikan motivasi, selalu mengingatkan penulis pada hal-hal kebaikan, memberikan

pelajaran yang berarti tentang kehidupan, dan selalu menemani penulis dalam senang
maupun duka.
8. Sahabat-sahabat ku dan seluruh angkatan 2008 khususnya kelas A Psikologi yang selalu
memberikan semangat dan membantu disaat penulis mengalami kesulitan.
9. Semua pihak yang memberi andil berbentuk apapun dalam rangka penyusunan skripsi ini ,
yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan
saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada

umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 16 November 2012
Penulis

Aritya Febrina

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii

PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA TUNADAKSA ............ 1
Pengungkapan Diri ....................................................................................... 3
Aspek Pengungkapan Diri ............................................................................ 4

Tingkatan-tingkatan pengungkapan diri ........................................................ 5
Fungsi pengungkapan diri. ........................................................................... 6
Definisi Tunadaksa ....................................................................................... 6
Ketunadaksaan dan dampaknya .................................................................... 6
Klasifikasi Remaja Tunadaksa ..................................................................... 7
METODE PENELITIAN .................................................................................... 8
Subjek Penelitian .......................................................................................... 8
Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 8
Prosedur Penelitian ....................................................................................... 8
Keabsahan Data ........................................................................................... 9
HASIL PENELITIAN.......................................................................................... 9
Identitas Subyek Penelitian ........................................................................... 9
1. Subyek S ............................................................................................... 9
2. Subyek VA ............................................................................................ 10
3. Subyek M .............................................................................................. 11
4. Subyek H .............................................................................................. 12
Analisa Data ................................................................................................. 13
DISKUSI .............................................................................................................. 14
SIMPULAN DAN IMPLIKASI .......................................................................... 16
REFERENSI ....................................................................................................... 17


DAFTAR TABEL
Tabel Identitas Subyek Penelitian ........................................................................... 9

DAFTAR LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Hasil Wawancara dengan Subyek
Hasil Wawancara dengan Signifikan Other
Informed Consent
Surat Permohonan Penelitian

REFERENSI
Adam N.Joinson & Carina B.Paine. Self-disclosure, privacy, and interneton . Journal
of
Internet
Psychology.Accessedon
April
25,
2012
from.www.york.ac.uk/res/e.../PRISD_report2.pdf .

Al Siebert, PhD. 2005. The resiliency advantage.California : Berret-Koehler
Publisher,Inc.
Derlega, V., Mett S., Petronio S & Marquils S.T (1993).Self disclosure. California:
Sage Publication. Inc.
Devito, J.A 1997. Komunikasi antar manusia. Jakarta: Proffesindo.
Efendi, Mohammad. 2005. Pengantar psikopedagogik anak Berkelainan.Jakarta: PT
Bumi Aksara
Gainau, M.B. (2009). Keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif
budaya dan implikasinya bagi konseling
Gunadarma.(2009). Dimensi self-disclosure.Retrieved December 27, 2011.from
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/dimensi-self-disclosure/
Gunarsa & Gunarsa.(1993). Psikologi perkembangan anak dan remaja.Jakarta : PT.
Gunung Mulia.
Hallahan, D.P & Kauffman, J.M. 1986.Exceptional children: Introduction to special
education. Mexico: Prentice Hall Inc.
Heward, W.L. & Orlansk, M.D. 1988.Exceptional children. Columbus: Merill
Publishing Company.
Hudaniah, Tri Dayakisni. 2006. Psikologi sosial. Malang: UMM Press.
Jourard, S.M &Lasakow, P. (1958). Some factors in self-disclosure. Jurnal of
Abnormal and Sosial Pschology, 56 (1), 91-98.

Kirk, S.A. 1970. Educating exceptional children. New Delhi: Oxford & IBH
Publishing Co.
Louis Leung, Ph.D. 2002. Loneliness, self disclosure, and ICQ (“I seek you”) use.
Diperoleh dari w w w.com.cuhk.edu.hk/ .../ self_disclosure.pdf.
Mappiare, Andi .Drs. 1982.Psikologi remaja.Surabaya : Usaha Nasional.
Moloeng, lexy J. 2004. Metode penelitian kualitatif.Bandung : Rosda.
Nasution, Prof. Dr. S. 2003.Metode penelitian naturalistik Kualitatif.Bandung
:Tarsito.

Nazir, Moh. 2005. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Pearson, J.C (1983). Interpersonal communication. Ohoi: Scott Foresman and
Company.
Raven & Rubin. 1983. Social pschology. New York: John Wiley and Sons Inc.
Sears, D.O., Freedman, J.l., & Peplau, L.A. 1999. Psikologi sosial. Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Somantri, Sutjihati, T. 2006. Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Sugiyono, Prof. Dr. 2010.Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Supratiknya, A. 1999.Komunikasi antar pribadi: Tinjaun Psikologis. Yogyakarta:
Kanisius.
Suroyo, H., 1977. Sistem non-panti untuk rehabilitasi penderita cacat.Surakarta:
Gunakarya.
Winarsunu, T. 2009. Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang:
UMM Press.