Tindak Tutur Direktif dalam “Pengembara Makrifat” Karya Zubair Tinajauan Pragmatik
Oleh Darsita Abstrak
Pengembara Makrifat merupakan karya kreatif berbentuk dialog yang ditulis oleh Zubair. Tulisan ini diidentifikasi sebagai sebuah karya sastra ditinjau dari aspek
intrinsik. Karya itu menggambarkan salah satu realitas kebudayaan yang mencerminkan ranah pendidikan Islam yang ditampilkan dalam tulisan. Novel tersebut berisi nasehat
yang tidak dapat dilupakan bahkan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan penulisnya. Dari segi isi, novel ini juga merupakan peranti komunikasi untuk menyampaikan
beberapa hal seperti pengajaran, pendidikan, nasihat yang bersifat religi, pencarian Tuhan, penggambaran berbagai karakter manusia dan menginformasikan berbagai nilai
dari generasi tua kepada generasi muda. Penelitian ini berfokus kepada kajian tentang tindak tutur direktif yang terdapat dalam karya itu. Penelitian ini dikategorikan sebagai
penelitian studi kasus yang menggunakan pendekatan pragmatik. Penelitian ini menggunakan metodologi natural karena data diperoleh secara langsung dengan
membaca buku itu. Bentuk-bentuk penggunaan kalimat dalam suatu paragraf diidentifikasi sebagai objek yang memberikan informasi tindak tutur direktif. Peneliti
dalam konteks ini dianggap sebagai instrumen. Data tulisan berupa kalimat dan paragraf dikumpulkan dari rangkaian peristiwa yang terdapat dalam karya itu. Temuan penelitian
ini menunjukkan bahwa dalam ada empat bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang dominan yang dilakukan guru kepada murid dalam karya ini berupa pertanyaan
questions, mengarahkan requirements, memaafkan permissives, menyarankan advisories. Setiap satuan lingual yang membentuk tuturan itu memiliki kandungan
penggunaan bahasa yang didasarkan pada kesatunan berbahasa.
Kata kunci: tindak tutur direktif, kesantunan berbahasa, satuan bahasa
1. Pendahuluan
Karya yang berjudul “Pengembara Makrifat” dalam tulisan ini dianggap sebagai sebuah hasil cipta sastra yaitu novel. Mengapa begitu? Ditinjau dari segi
isi cerita “Pengembara Makrifat” dapat diidentifikasi sebagai sebuah wahana komunikasi kreatif dan imajinatif. Pengembara Makrifat sebagai karya fiksi
memiliki pengisahan yang mendalam tentang religiusitas, bukan sekedar cerita khayal dari pengarang saja, tetapi menampilkan wujud dari proses kreatifitas
pengarang ketika menggali dan menuangkan gagasan yang ada di dalam
1
pikirannya. Warna kehidupan dengan latar lingkungan beragama Islam dan fakta sosial pengarang tampak jelas dalam karya itu. Satuan-satuan lingual yang
digunakan dalam karya ini adalah tindak tutur direktif. Apa itu tindak tutur direktif? Tindak tutur direktif mengacu kepada tindak berujar yang dilakukan
penutur dalam rangka mempengaruhi petutur untuk melakukan tindakan sebagaimana dianjurkan oleh penutur.
Pemilihan strategi bertutur dalam tindak tutur direktif pada umumnya mengikuti adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakat setempat. Setiap terjadi
kesalahpahaman antara penutur dan petutur disebabkan latar budaya yang berbeda. Masyarakat biasanya menilai strategi bertutur yang dianggap pantas
sesuai dengan norma yang berlaku serta tata krama dan kesantunan penutur.
1
Cara bertutur sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek sosial seperti: usia, kedudukan,
dan pendidikan. Fakta sosial menunjukkan bahwa perilaku memerintah kepada dilakukan oleh orang yang memiliki kedudukan tinggi daripada teman bicaranya.
2. Karya Sastra “Pengembara Makrifat”
Ditnjau dari isinya “Pengembara Makrifat” dapat dikategorikan sebagai karya sastra Islam. Mengapa demikian? Menurut Ibrahim yang termasuk karya
sastra Islam bila memenuhi beberapa ketegori berikut: 1 karya yang menampilkan kehidupan manusia yang mengingatkan pembacanya sebagai hamba
dan khalifah Allah; 2 cerita yang sesuai dengan pandangan Islam; 3 karya yang menonjolkan nilai-nilai baik, mulia, dan aspek-aspek kebaikan yang sesuai dengan
pandangan Islam. Keburukan, kehinaan, dan aspek-aspek kemungkaran hanya digambarkan sebagai pembanding dan akhirnya kemungkaran dapat dikalahkan
oleh kebaikan; 4 menyampaikan kebenaran sesuai denga pandangan Islam; 5 mengandung unsur estetika dan seni; 6 menggunakan gaya bahasa yang indah.
2
Karya sastra “Pengembara Makrifat“ berisi lima pokok bahasan yaitu 1 Beragama Tanpa Tuhan, 2 Sertifikat Hak Milik Versus Sertifikat Hak Guna
Pakai, 3 Wahai Musa Inilah Aku Tuhanmu, 4 Engkau yang Mati Aku yang Hidup, 5 Misteri Jodoh. Setiap pokok bahasan itu memiliki beberapa sub pokok
bahasan yang ceritanya dikemas dalam bentuk dialog.
1
Ahyati Kurniamala Niswariyana. “Tindak Tutur Direktif Kepada Siswa di SMP Islam Nurul Hikmah Langko Ditinjau dari Kesantuan Berbahasa” dalam Prosiding Bahasa dan Sastra
dalam Era Teknologi. Mataram Universitas Mataram, 2014., hal 154.
2
Asep Supriadi. “Takmilah : Membangun Teori Sastra Islam di Indonesia”. Dalam Prosiding Seminar Internasional Pendidikan Berbasis Keragaman Budaya Sumbangan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Jakarta: Fakultas Tarbiyah Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014., hal 164.
2
3. Kesantunan Berbahasa