Analisis dan Pembahasan Tindak Tutur Direktif dalam “Pengembara Makrifat” Karya Zubair Tinajauan Pragmatik

5 maksim kesepakatan mengusahakan agar ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain sesedikit mungkin, agar kesepakatan antara diri sendiri dan orang lain terjadi sebanyak mungkin.; 6 maksim simpati merujuk kepada menginginkan untuk mengurangi rasa antisipasi antara diri sendiri dan orang lain hingga sekecil mungkin dan meningkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri sendiri dan orang lain. 6

4. Analisis dan Pembahasan

Tindak Tutur Direktif Guru kepada Murid dalam “Pengembara Makrifat” Dialog-dialog yang terdapat di dalam novel “Pengembara Makrifat” banyak mengandung tindak tutur yang dapat dikategorikan ke dalam 5 jenis bentuk tindak tutur direktif, sebagaimana dikemukakan oleh Searle dalam Ahyati 2014 7 . Ke lima jenis tindak tutur itu adalah: 1 Pertanyaan questions merujuk kepada bentuk tindak tutur bertanya, berinkuiri atau menginterogasi. Data 1, dialog 1 ‘Kebenaran yang Menenteramkan’ Murid : Mengapa saya harus menjadi murid apabila hendak mencari kebenaran? Guru : Dengan menjadi murid berarti kamu punya keinginan yang serius untuk belajar sekaligus mengakui kelemahan pengetahuanmu. Murid : Saya kan sudah membaca banyak buku karya orang hebat, berdiskusi dengan banyak orang, bahkan telah membaca banyak kitab suci dan penjelasannya. Guru : Kalau begitu, mengapa kamu masih penasaran dengan kebenaran padahal semua kitab suci telah kamu baca, semua karya filosof dan ahli hikmah telah tamat, semua pakar telah kamu datang berdiskusi? Murid : Semua hasil bacaan dan diskusi saya tersebut tidak dapat menyakinkan saya dan tak mampu membuat tenteram hati saya. masing-masing memiliki argumen dan dalil yang kuat. Sumber: Zubair 2015: 2 Percakapan murid kepada guru yang tertera pada data 1 terjadi ketika seseorang ingin mencari kebenaran. Orang tersebut disingkat P1 bertanya secara santun kepada mitra tuturnya P2, karena mitra tutur itu dipandang oleh P1 sebagai sosok yang memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni di bidangnya. P1 bertanya kepada P2 : “Untuk mencari kebenaran mengapa harus berperan 6 Ibid. 7 Ibid. 4 sebagai murid? P2 dengan tenang menjawab pertanyaan P1: “Menjadi murid berarti kamu punya keinginan serius untuk belajar”. P1 maupun P2 melakukan pilihan kata yang santun mengajukan pertanyaan dan memberikan respon berupa jawaban. Data 2, Dialog 1 ‘Ego Hijab Kebenaran’ Murid : Salam Guru. Ada kawan saya bertanya begini, Ego itu apa sih? Kok bisa menjadi dinding tembok yang menghalangi kebenaran hakiki? Guru : Ego itu adalah perasaan memiliki sesuatu. Merasa memiki harta padahal harta itu adalah milik-Nya, merasa memiliki ilmu padahal ilmu itu adalah milik-Nya, merasa memiliki kekuatan padahal segala daya dan upaya adalah milik-Nya jua dan lain- lain. Murid : Dari mana datangnya Ego tersebut Guru? Guru : Egi itu muncul dari kolaborasi antara akal dean nafsu yang kemudia ditunggangi oleh setan Murid : Prosesnya bagaimana? Guru : Manusia diberi fasilitas oleh Tuhan untuk dimanfaatkan dalam menjalani tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Fasilitas tersebut adalah tiupan ruh-Nya, berupa sifat hayat atau hidup, qudrah atau daya, iradah atau kehendak, dan ilmu atau pengetahuan, sama’ atau pendengaran, bashar atau penglihatan dan kalam atau ucapan. Sifat-sifat tersebut lalu dibungkus oleh akal dan nafsu. Jadi akal dan nafsu pun adalah fasilitas. Sumber: Zubair 2015: 5 Dalam data 2 dialog 2 murid mengajukan pertanyaan kepada guru. Situasi itu terjadi karena murid ingin mengetahui apa arti ego dalam kaitannya dengan pencarian kebenaran. Murid tersebut disingkat P1 menyampaikan pertanyaan temannya yang bertanya tentang arti ego. P1 bertanya kepada P2 dengan didahului salam : “Salam Guru.” Meskipun P2 tidak membalas salam P1, namun keadaan itu tidak membuat P1 merasa kecewa karena pertanyaan P1: “Apa arti Ego”, dijawab oleh P2 dengan santun dan diberi penjelasan yang memadai sehingga P1 paham makna Ego itu. P1 maupun P2 melakukan pilihan kata yang santun mengajukan pertanyaan dan memberikan respon berupa jawaban. P2 banyak melakukan pilihan kata yang berasal dari bahasa Arab yang diberi maknanya dalam bahasa Indonesia. Hal itu terdapat dalam pilihan kata berupa kata hayat, qudrah, iradah ilmu, sama’ bahsar dan kalam. Pilihan kata itu menunjukkan bahwa baik P1 maupun P2 adalah sosok-sosok yang mengerti bahasa Arab dan konteks pencarian kebenaran berada dalam konteks agama Islam. 5 2 Mengarahkan Requirements Tindak ujar yang termasuk kategori requirement antara lain memerintah, menghendaki, menuntut, mendikte, menginstruksikan, mengatur dan mensyaratkan. Tindak tutur requirement merujuk kepada penutur bermaksud agar petutur atau mitra tuturnya bersedia menyikapi ujaran penutur sebagai alasan untuk bertindak, dengan fokus ujaran penutur dijadikan sebagai alasan penuh untuk melakukan suatu tindakan. Uraian berikut ini merupakan tindak tutur requirement Data 3, dialog 2 ‘Kebenaran yang Menenteramkan’ Guru : Sekarang saya tanya kamu, setelah membaca berbagai kita dan penjelasannya, apakah kamu sudah mengenal Tuhanmu? Apakah setelah membaca pengalama spitirtual para kekasih Tuhan, kamu sudah kenal Tuhanmu? Apakah setelah membaca buku filsafat, berdiskusi dan merenung, kamu sudah kenal Tuhanmu, setelah semua itu kamu lakukan pa kesimpulan kamu tentang Tuhan? Murid : Kesimpulan saya adalah Tuhan itu ada. Guru : Apakah kesimpulan kamu bahwa Tuhan itu ada otomatis kamu juga sudah kenal Tuhan? Murid : Tuhan itu ada hanyalah kesimpulan akal saya saja Guru… Guru : Nah, pengenalan pada Tuhan itulah yang disebut dengan rasa bertuhan. Sumber: Zubair 2015: 8 Data 3 dialog 3, pada baris ke delapan guru melakukan requirement khususnya mengarahkan murid untuk membaca barbagai buku yang membahas “Pengenalan pada Tuhan Melalui Hati Nurani. Tindak ujar guru P1 itu dilakukan oleh sang murid P2 dengan melakukan banyak baca buku menyangkut pokok bahasan yang diarahkan oleh guru P1. Setelah membaca banyak buku, sang murid P2 dapat mengetahui bahwa sosok Tuhan itu ada menurut cara yang ditariknya berupa sebuah kesimpulan akal. Lalu, guru P2 menjelaskan bahwa pengenal Tuhan seperti yang dipaparkan oleh muridnya disebut denga rasa bertuhan. Dalam dialog P1 dan P2 menggunaka pilihan kata yang bersifat langsung. Artinya kata yang dipilih itu sudah dipikirkan oleh para penutur sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat diutarakan secara tepat an ekonomis. 3. Menyarankan Advisories Aspek lain dari tindak ujar direktif adalah advisories. Yang termasuk aspek advisories adalah tindak tutur menasehatkan, memperingatkan, mengusulkan, menyarankan, dan mendorong. Dalam aspek advisories hal atau sesuatu yang diungkapkan penutur atau P1 bukan menjadi harapannya bila mitra 6 tutur melakukan tindakan tertentu, namun keperacayaan bahwa melakukan sesuatu itu merupakan hal yang baik, bahwa tindakan itu untuk kepentingan mitra tutur itu. 8 Berikut ini merupakan dialog yang berisi advisories tipe menyarankan. Data 4, dialog 8 ‘Sesat dalam Pencarian’ Murid : Salam Guru, semoga kasih dan berkah Allah untuk kita Guru : Amin. Kalau tidak salah, yang akan kita bahas tentang adanya para pencari Tuhan yang tersesat dalam pencariannya, Bukan? Murid : Betul Guru. Banyak orang yang telah berniat dan berusaha berdiri di depan gerbang Sang Raja, tetapi bermacam-macam pula mereka temui. Ada yang mencari Tuhan dengan mengumpulkan ilmu sehingga menjadi ahli ilmu, tapi dia semakin sombong denga ilmunya seakan-akan dialah yang paling dikenal dengan Tuhan? Ada juga yang berniat dan berusaha melalui ibadahnya, sehingga merasa dialah yang paling dekat dan disayangi Allah Guru : Terus selanjutnya, Murid : ada juga yang pergi bertapa, meditasi, berkhalwat dan sebagainya. Akhirnya, di antara mereka ada yang kembali dengan menyanding diri sebagai nabi, rasul, ratu adil, imam Mahdi dan lain-lain Guru : Memang, perjalanan menuju Tuhan itu bagai menempuh belantara dalam kegelapan, banyak duri terjal, berkelok, dan penuh dengan muslihat Murid : Lalu, bagaimana menempuh perjalanan seperti itu, guru? Guru : Di sinilah perlunya seorang guider atau pendamping. Pendamping ini mestilah orang yang pernah melalui jalan-jalan tersebut. Kalua tidak, perjalanan kamu pasti akan tersesat. Sumber: Zubair 2015: 23 Data 4 dialog 8 mengilustrasikan guru P1 memulai tindakan menyarankan atau mengarahkan kepada muridnya P2 untuk membicarakan tentang “Pencarian Tuhan”. P1 menggunakan kalimat tanya yang mempunyai fungsi untuk mengarahkan titik persoalan kepada P2 mengenai hal atau peristiwa yang menjadi pokok pertanyaan, contoh: “Kalau tidak salah, yang akan kita bahas tentang adanya para pencari Tuhan yang tersesat dalam pencariannya, Bukan?” Selanjutnya P2 melakukan tindakan seperti yang diharapkan oleh P1 dengan kesadaran penuh. Guru P1 memilih kata-kata yang terdengar santun di telinga P2 sebagai teman bicaranya, contoh “ Guru tersebut harus menjalankan syariat dengan baik, memiliki akhlak yang mulia, dan tidak memiliki kepentinga duniawi dalam dakwahnya. Allah berfiman “Ikutilah orang yang tidak menuntut 8 Ibid. 7 balasan sementara mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” QS: Yasin: 36: 21. Atas dasar itu P2 dapat menerima nasehat yang disampaikan gurunya sebagai penutur. P2 menjawab : “O begitu ya.”… 4. Memaafkan Permissives Dimensi selanjutnya dari tindak ujar direktif adalah permissives. Yang termasuk aspek permissives adalah tindak tutur yang mengijinkan, menyetujui, memberi wewenang, menganugerahi, mengabulkan, membiarkan, melepaskan, memaafkan dan memperkenankan. Dalam aspek permissives dapat dikenali melalui satuan bahasa berupa kalimat yang mengungkapkan kepercayaan penutur dan maksud penutur sehingga teman tutur yakin bahwa ujaran penutur mengandung alasan yang cukup bagi teman tutur atau petutur untuk merasa bebas melakukan tindakan tertentu. 9 Data 5 Dialog 22 “Tazkiyah dan Tahannus” Murid : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Guru : Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Murid : Maaf Guru, saya siap mendengarkan penjelasan Guru tentang 1 bagaimana memasuki lembah suci yang disebut nurani; dan 2 mengapa Musa a.s. harus bertahannus? Guru : Pertanyaan kamu yang pertama bersifat teknis, jadi kita bahas pertanyaan yang kedua saja ya. Bertahannus itu adalah sebuah pelatihan ruhani khusus untuk melepaskan segala bentuk ketergantungan kepaa Allah Murid : Apa yang dilakukan Musa di sana? Guru : Tahannus itu pengkondisian situasi dan kondisi bagaimana seseorang melepaskan semua permasalahan duniawi dean berhijrah kepada Tuhan semata. Musa meninggalkan kaumnya, bahkan anak, istrinya, keluarganya berhijrah kepada Allah. Hal yang sama dilakukan oleh Rasullullah Saw dan para nabi-nabi yang lain. Yang dilakukan di sana semata-mata berdoa bermunajat kiepaea Allah tanpa ada yang mengganggu. Seakan- akan yang ada di semesta ini hanyalah dia dan Allah Murid : Maaf guru, sekarang ini tidak sedikit orang yang mencoba melakukan tahannus atau bertapa tetapi setelah kembali malah menjadi dukun, paranormal, bahkan ada yang mengaku nabi atau rasul. Sumber: Zubair 2015: 57 Kutipan dialog 22 di atas menunjukkan seorang murid P1 meminta maaf kepada Gurunya P2 sebelum ia menyampaikan sesuatu pertanyaan. Sang Guru P2 9 Ibid. 8 mendengarkan pertanyaan itu dengan baik dan ia memberi penilaian atas pertanyaan itu kepada muridnya, dan ia bebas memilih pertanyaan untuk dijawab. Interaksi antara guru dan murid sangat akrab bisa terjadi karena keduanya menggunakan pilihan kata yang membuat satu sama lain saling merasa berharga.

5. Penutup