62
5.2 Pengawasan Kapal Perikanan 5.2.1 Prosedur pengawasan kapal perikanan secara normatif
Pengawasan terhadap kapal penangkap atau pengangkut ikan, dapat dilakukan di darat atau di pelabuhan pangkalan kapal perikanan melalui
pemeriksaan dokumen perizinan, pemeriksaan fisik kapal dan alat penangkap ikan serta alat bantu penangkap. Pengawasan pada saat kapal beroperasi di tengah laut
dilakukan dengan cara menggelar operasi pengawasan dengan kapal pengawas. Pengawasan kapal perikanan dalam standar operasional dan prosedur SOP
adalah proses dan mekanisme pengawasan bagi kapal penangkapan ikan dan atau kapal pengangkut ikan yang dilaksanakan pada saat kapal berada di pelabuhan dan
beroperasi di laut. Pelaksanaan operasi pengawasan kapal perikanan di pelabuhan
mengikuti prosedur dan mekanisme sebagai berikut Gambar 7.
1 Pengecekan keabsahan dan kelengkapan dokumen perizinan usaha perikanan dari kapal perikanan dan fisik kapal oleh pengawas kapal perikanan;
2 Apabila ditemukan dugaan pelanggaran penggunaan dokumen perizinan, pengawas kapal perikanan meminta klarifikasi kepada Ditjen P2SDKP
Dinas Perikanan di daerah sesuai jenis izin yang dikeluarkannya mengenai status perizinan kapal perikanan dimaksud dan analisa jenis pelanggaran. Jika
ditemukan ada dugaan tindak pidana umum, ditindak lanjuti dengan cara berkoordinasi dengan instansi terkait.
2 Jika ditemukan dugaan tindak pidana perikanan, pengawas kapal perikanan menyampaikan informasi kepada Ditjen P2SDKP Dinas
Perikanan dan membuat berita acara penyerahan calon tersangka dan barang bukti kepada PPNS perikanan setempat dan atau kepala dinas
atau kepala UPT setempat; 3 Ditjen P2SDKP menginformasikan kepada Ditjen Perikanan Tangkap
kaitannya dengan proses administrasi perizinan kapal dimaksud dan kepada Ditjen Imigrasi tembusan kepada Departemen Luar Negeri,
Kedutaan besar Negara terkait dan pemerintah daerah setempat untuk penanganan anak buah kapal asing;
4 Proses penyidikan dilakukan oleh PPNS perikanan yang ditunjuk dan melaporkan progres penanganan dugaan tindak pidana perikanan kepada
Ditjen P2SDKP;
63
Gambar 7 Mekanisme pengawasan di darat saat kapal perikanan merapat di pelabuhan.
Kapal Melapor Menyerahkan Dokumen
Dokumen Lengkap ?
Klarifikasi Kelengkapan Dokumen
Hasil Pemeriksaan
Sesuai ?
Memeriksa :
•
Keaslian masa berlaku dokumen perizinan
•
Hasil tangkapanangkutan di kapal dibandingkan dengan LBP
Tunda Bongkar Muat dan Klarifikasi
Dugaan Pelanggaran ?
Dugaan Pelanggaran ?
Tdk
Ya Ya
Tdk
Tdk
Penyidikan Diizinkan
Bongkar muat Tdk
Ya Ya
Memeriksa Keabsahan Dokumen Perizinan Melalui Validasi Data
Perizinan
Dokumen Absah ?
Tdk Tunda Bongkar Muat
•
Tanpa SIPISIKPI, Pidana
•
Tanpa SIB dari pelabuhan yang
ada sahbandar, Pidana
•
Tanpa LBP SLO dari pelabuhan yg
ada pengawas
•
Tanpa LBP SLO dr pelabuhan yg blm ada
pengawas
•
Tanpa SIB dari pelabuhan yang belum ada syahbandar
•
Tidak asli, pidana
•
Masa berlaku habis saat di pelabuhan, dilarang
operasi tangkapangkut
•
Hasil tangkapan di kapal tidak sesuai dengan LBP
Diizinkan Melakukan Persiapan Operasi
Ya
•
Tidak absah, pidana
•
Proses pemberkasan SPDP dst
•
Proses penyitaan
•
Proses penahanan
•
Proses lelang
•
Penyerahan berkas ke Jaksa Penuntut Umum
Memeriksa Kelengkapan Dokumen Kapal
Penangkapan Kapal pengangkut
- Form kedatangan - LBP
- SLO SIB - SIPI
- Form kedatangan - LBP
- SLO SIB - SIKPI
64 3 Pemeriksaan LBP dan SLO kapal perikanan. Apabila ditemukan kapal
perikanan yang tidak memiliki SLO dan tidak menerapkan LBP diberikan surat peringatan dan dapat diberikan sanksi administratif perizinan atas
pelanggaran yang dilakukannya. Apabila hasil pemeriksaan SLO dan LBP telah sesuai dengan kenyataan, maka kapal diperbolehkan membongkar
muatannya. Mekanisme operasi pengawasan di laut dengan menggunakan kapal
biasanya dilakukan dengan menggunakan kapal pengawas kapal perikanan
Gambar 8. Pengawas kapal perikanan di laut dengan cara menghentikan kapal
perikanan untuk melakukan pemeriksaan dokumen izin dan fisik kapal. Jika terdapat dugaan pelanggaran dan terbukti tindak pidana perikanan maka kapal
akan diarahkan untuk merapat ke pelabuhan terdekat dan jika tidak ada dugaan melakukan pelanggaran kapal diizinkan melanjutkan operasi penangkapan.. Di
pelabuhan, pengawas kapal perikanan membuat laporan kejadian dan menyerahkan calon tersangka beserta barang buktinya kepada satuan kerja
SATKER PSDKP untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pelanggaran yang ada tidak sampai tindakpidana perikanan, maka hanya dikenai sanksi administrasi.
65
Gambar 8 Mekanisme operasi pengawasan di laut dengan kapal pengawas.
Nakhoda Menghentikan kapal perikanan
atas permintaan pengawas perikanan
Pengawas Perikanan Pemeriksaan dokumen izin dan
fisik kapal perikanan
Dugaan awal pelanggaran
Kapal Perikanan Kapal diizinkan untuk
melanjutkan operasi
Tidak terbukti tindak
pidana perikanan
Terbukti tindak pidana perikanan
Pengawas Perikanan Pembuatan laporan kejadian dan
ditandatangani
pengawas dan
nakhoda kapal perikanan Kapal Perikanan
Merapat ke pelabuhan terdekat
Kapal Perikanan Kapal diizinkan untuk
melanjutkan operasi Pengawas Perikanan
Pembuatan lap. Kejadian dan menyerahkan calon tersangka
kekepala UPTsatker PSDKP berikut barang bukti
Penyidik • Surat peringatan 1,2,3
• Pembekuan izin • Pencabutan izin
66
5.2.2 Prosedur pengawasan kapal perikanan secara empiris di PPSNZJ
Aplikasi prosedur pengawasan kapal perikanan di pelabuhan perikanan dapat berbeda-beda tergantung seberapa jauh efektivitas pengawasan dan seberapa
optimal mekanisme kerja tersebut dapat diterapkan di pelabuhan tertentu. Sedangkan aplikasi prosedur pengawasan kapal perikanan di PPSNZJ disesuaikan
dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: KEP02MEN2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Penangkapan Ikan dan Standar
Operasi dan Prosedur Pengawasan Penangkapan Ikan. Prosedur tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai prosedur baku dalam pelayanan kapal masuk dan
keluar pelabuhan dan berlaku bagi seluruh kapal yang beraktifitas di PPSNZJ.
5.2.2.1 Prosedur pengawasan kapal masuk di PPSNZJ
Tahapan dan prosedur pengawasan kapal yang masuk di PPSNZJ adalah
sebagai berikut Gambar 9:
1 Setiap kapal yang masuk ke PPSNZJ wajib melapor kedatangan kapalnya ke pengawas kapal ikan dengan membawa dokumen yang wajib dimiliki setiap
kapal penangkap ikan, meliputi SIPI atau SIKPI, LBP dan SLO dan dokumen kapal lainnya seperti surat izin berlayar, sertifikat pengawakan dan
keselamatan kapal, surat ukur, gross akte, cargo manivest, dan daftar ABK; 2 Pengawas kapal perikanan segera melakukan pemeriksaan kapal sebelum
kegiatan bongkar ikan dilaksanakan. Pemeriksaan kapal ikan yang dimaksud adalah pemeriksaan dokumen dan kapal. Pemeriksaan kapal meliputi
pemeriksaan fisik, pemeriksaan ikan, pemeriksaan alat tangkap, pemeriksaan daerah penangkapan ikan dan pemeriksaan ABK kapal. Pemeriksaan dokumen
difokuskan pada pemeriksaan keabsahan dan masa berlaku dokumen. Pemeriksaan kapal difokuskan pada kesesuaian atau kecocokan antara
spesifikasi dalam dokumen dengan kenyataan fisik di kapal. Pemeriksaan ikan difokuskan pada jenis dan ukuran ikan yang dominan dikaitkan dengan alat
tangkap dan daerah penangkapan yang tertera dalam SPI atau SIPI dan LBP. Pemeriksaan alat tangkap ikan difokuskan pada spesifikasi dan ukuran alat
tangkap antara yang tertera dalam izin dengan kenyataan fisik alat tangkap. Pemeriksaan penangkapan difokuskan pada kesesuaian antara yang tertera
dalam izin dengan yang tercatat dalam LBP dikaitkan dengan jenis dan ukuran yang dominan di atas kapal. Pemeriksaan ABK difokuskan pada daftar ABK
dengan ABK di atas kapal; 3 Hasil pemeriksaan dicatat dalam jurnal pemeriksaan kapal masuk sebagai
bahan pemeriksaan pada saat kapal akan keluar pelabuhan; 4 Jika ditemukan adanya pelanggaran, pengawas kapal perikanan memberikan
teguran awal lisan atau tertulis.
67
Gambar 9 Prosedur pengawasan kapal masuk di PPSNZJ.
Nakhoda
-
Melapor kedatangan kapal - Meyerahkan dokumen kapal
- Melaporkan penangkapan
Pengawas Pemeriksaan dokumen kapal
fisik kapal, alat tangkap, hasil tangkapan, daerah
penangkapan dan ABK
Pemeriksaan Dokumen Keabsahan dan masa berlaku
dokumen Pemeriksaan Kapal
Kesesuaian antara spesifikasi dalam dokumen dengan
kenyataan fisik di kapal
Pemeriksaan Ikan Kesesuaian jenis dan ukuran
ikan yang dominan dengan alat tangkap dan daerah
penangkapan yang tertera dalam SPI atau SIPI dan LBP
Pemeriksaan Alat Tangkap Kesamaan spesifikasi dan
ukuran alat tangkap dalam izin dengan kenyataan fisik
alat tangkap Pemeriksaan Penangkapan
Kesesuaian izin dengan yang tercatat dalam LBP dikaitkan
dengan jenis dan ukuran yang dominan
Pengawas Dicatat dalam jurnal
pemeriksaan kapal masuk sebagai bahan pemeriksaan
Pengawas
- Rekomendasi untuk bongkar ikan kepada petugas TPI
- Menyerahkan dokumen kapal ke nakhoda
Pelanggaran?
Petugas TPI Membongkar dan melelang
ikan Pengawas
- Teguran lisan atau tertulis - Pemeriksaan awal
- Berkoordinasi dengan POLRI
tidak
Iya
68
5.2.2.2 Prosedur pengawasan kapal keluar PPSNZJ
1 Setiap kapal ikan yang akan keluar pelabuhan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, wajib lapor ke pengawas kapal perikanan dengan
membawa dokumen kapal ikan yang wajib dimiliki oleh kapal ikan yang akan melakukan operasi penangkapan ikan, berupa SIPI atau SPI asli, salinan IUP
yang dilegalisir, PPKA bagi kapal asing, LBP, lembar laik tangkap operasional, surat izin berlayar disamping pas kapal dan surat ukur kapal;
2 Pengawas kapal perikanan melakukan pemeriksaan dokumen untuk memastikan bahwa kapal ikan telah dilengkapi dengan dokumen yang sah dan
berlaku; 3 Pengawas kapal perikanan melakukan pemeriksaan kapal untuk memastikan
kecocokan antara spesifikasi yang ada di dokumen dengan spesifikasi yang ada di atas kapal, termasuk pemeriksaan ABK, pemeriksaan daerah
penangkapan dan pemeriksaan alat tangkap; 4 Pengawas kapal perikanan memberikan rekomendasi hasil pengawasan berupa
lembar laik tangkap operasional LLTO dan digunakan sebagai dasar bagi syahbandar untuk menerbitkan surat izin berlayar SIB bagi kapal ikan yang
bersangkutan; 5 Pengawas kapal perikanan memberikan LBP untuk diisi secara benar oleh
nahkoda kapal selama proses penangkapan ikan di daerah penangkapan, selanjutnya wajib diserahkan kepada pengawas kapal ikan pada saat kapal
masuk pelabuhan; 6 Jika ditemukan adanya bukti awal telah terjadi pelanggaran perikanan, maka
pengawas kapal perikanan melakukan tindakan yang berupa teguran lisan, teguran tertulis dan yang terberat adalah penundaan keberangkatan kapal.
Tindakan penyidikan belum dapat dilakukan oleh pengawas kapal perikanan, karena tindakan ini memerlukan dukungan kepada pelabuhan dalam bentuk
surat perintah penyidikan, surat perintah dari pimpinan SATMINKAL dalam hal ini kepala pelabuhan.
69 Intensitas pelaksanaan pemeriksaan kapal keluar PPSNZJ sangat
dipengaruhi oleh hasil pemeriksaan pada saat kapal tersebut masuk PPSNZJ yang telah dicatat dalam jurnal pemeriksaan kapal masuk pelabuhan. Jika hasil
pemeriksaan kapal masuk tidak ditemukan pelanggaran, maka pemeriksaan pada saat kapal akan keluar pelabuhan relatif singkat karena pemeriksaan yang
dilakukan seperlunya saja. Lebih jelasnya mengenai prosedur pengawasan kapal
keluar di PPSNZJ dapat dilihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10 Prosedur pengawasan kapal keluar PPSNZJ.
Nakhoda
-
Melapor keberangkatan kapal - Meyerahkan dokumen kapal
Pengawas Pemeriksaan dokumen kapal dan
fisik kapal
Pemeriksaan Dokumen Keabsahan, masa berlaku
dokumen dan kelengkapan dokumen ABK
Pemeriksaan fisik kapal Pemeriksaan fisik kapal, alat
tangkap, daerah penangkapan, dan komposisi ABK
Pelanggaran? Pengawas
- Memberikan LLTO ke syahbandar sebagai dasar SIB
- Memberikan LBP ke Nakhoda
Pengawas - Teguran lisan atau tertulis
- Penundaan keberangkatan kapal Iya
Tidak
70
5.3 Kondisi Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pengawas kapal perikanan 5.3.1 Kemampuan pemeriksaan dokumen perizinan
Pengawas kapal perikanan setelah menerima kedatangan kapal segera melaksanakan pemeriksaan dokumen perizinan sebelum membongkar ikan hasil
tangkapan. Pemeriksaan difokuskan pada ciri-ciri keabsahan masing-masing dokumen. Pengawasan meliputi nomor SIPI, SIKPI, IUP, masa berlaku,
pelabuhan pangkalan, daerah penangkapan, alat penangkap ikan, spesifikasi kapal, dan pemeriksaan tanda pelunasan PHP.
Dalam memeriksa suatu dokumen perizinan sangat ditentukan oleh kemampuan pengawas; dimana kemampuan pengawas dapat menentukan
kebenaran keabsahan dokumen perizinan dalam mewujudkan tujuan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan. Kemampuan pengawas kapal perikanan
dalam memeriksa dokumen perizinan dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.
Gambar 11 Penilaian pengawas terhadap indikator kemampuan
pemeriksaan dokumen perizinan. Dari Gambar 11 terlihat bahwa kemampuan pengawas kapal perikanan
memberikan informasi bahwa pengawas kapal perikanan cukup baik hingga sangat baik dalam pemeriksaan dokumen perizinan terkait dengan keaslian
dokumen, identitas kapal, dan pelabuhan pangkalan. Dilain pihak, kemampuan pengawas bervariasi dari kurang baik hingga baik dalam memeriksa dokumen alat
penangkapan ikan. Kemampuan pengawas bervariasi dari tidak baik hingga kurang baik dalam pemeriksaan DPI dan spesifikasi kapal. Kemampuan pengawas
kurang baik dalam memeriksa dokumen masa berlaku kapal.
20 40
60 80
100 120
A B
C D
E F
G
Indikator
Tidak baik Kurang baik
Cukup baik Baik
Sangat baik
A = Keaslian dokumen B = Identitas kapal
C = Alat penangkap Ikan D = Daerah penangkapan
ikan E = Pelabuhan pangkalan
F = Spesifikasi kapal G = Masa berlaku Izin
Fr e
k u
e ns
i
71
5.3.2 Kemampuan pemeriksaan fisik kapal
Pengawas dalam melakukan pemeriksaan fisik kapal meliputi ukuran kapal gross tonase, spesifikasi mesin kapal merk, nomor mesin dan kekuatan
mesin dan bahan kapal, identitas kapal nama kapal, bendera kapal, tanda selar, desain dan kelengkapan navigasi, dan alat keselamatan. Disamping itu dilakukan
pemeriksaan terhadap alat tangkap, peralatan pendukung penangkapan ikan, alat bantu penangkapan ikan, daerah operasi penangkapan, komposisi nakhoda dan
ABK, penerapan LBP dan SLO kapal perikanan, penerapan VMS. Hasil penelitian dilapangan mengenai kemampuan pengawas kapal perikanan dalam memeriksa
fisik kapal dapat dilihat pada Gambar 12 berikut.
Gambar 12 Sebaran penilaian pengawas kapal perikanan terhadap indikator kemampuan pemeriksaan fisik kapal
Dari Gambar 12 terlihat bahwa kemampuan pengawas kapal perikanan
memberikan informasi bahwa pengawas kapal perikanan kurang baik dalam memeriksa ukuran kapal, design dan kelengkapan navigasi. Pengawas kapal
perikanan tidak baik hingga kurang baik dalam memeriksa dokumen spesifikasi mesin kapal. Pengawas kapal perikanan baik dalam memeriksa dokumen identitas
kapal dan komposisi penangkapan. Pengawas kapal perikanan kurang baik hingga sangat baik dalam memeriksa dokumen alat penangkapan ikan. Kemampuan
pengawas bervariasi dari baik hingga sangat baik dalam pemeriksaan peralatan pendukung penangkapan ikan, alat bantu penangkapan ikan, dan penerapan LBP
dan SLO. Kemampuan pengawas sangat baik dalam memeriksa penerapan VMS.
20 40
60 80
100 120
A B
C D
E F
G H
I J
Indikator
Tidak baik Kurang baik
Cukup baik Baik
Sangat baik A = Ukuran Kapal
B = Spesifikasi Mesin Kapal
C = Identitas Kapal D = Design dan
Kelengkapan Navigasi
E = Alat Penangkap Ikan F = Peralatan Pendukung
Penangkapan Ikan G = Alat Bantu
Penangkapan Ikan H = Komposisi
Penangkapan I = Penerapan LBP dan
SLO
J = Penerapan VMS
Fr ek
ue ns
i
72
5.3.3 Kecakapan pengawas kapal perikanan dalam hal penguasaan
pengetahuan dan hukum bidang perikanan
Kecakapan pengawas kapal perikanan yang dimaksud, meliputi penguasaan pengetahuan bidang alat penangkapan ikan, jenis-jenis ikan dan penyebarannya,
wilayah pengelolaan perikanan, fisik kapal, perizinan perikanan dan perizinan perkapalan dan sebagainya. Sedangkan penguasaan hukum yang berkaitan dengan
bidang perikanan meliputi ketentuan perizinan perikanan dan persyaratan teknis kapal, jenis-jenis alat tangkap yang diperbolehkan dan dilarang, daerah
penangkapan dan daerah terlarang dan sebagainya. Adapun sebaran terhadap kecakapan pengawas kapal perikanan dalam hal penguasaan pengetahuan dan
hukum bidang perikanan dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Sebaran penilaian kecakapan pengawas terhadap indikator penguasaan pengetahuan dan hukum bidang perikanan.
Dari Gambar 13 terlihat bahwa kecakapan pengawas kapal perikanan tidak
baik dalam penguasaan hukum mengenai peraturan perairan dan baik dalam penguasaan hukum mengenai peraturan pengawasan. Dilain pihak, kecakapan
pengawas kapal perikanan bervariasi dari kurang baik hingga baik dalam penguasaan mengenai jenis alat penangkap ikan dan perizinan perkapalan.
Kecakapan pengawas kapal perikanan bervariasi dari sangat tidak baik hingga tidak baik dalam penguasaan mengenai jenis ikan dan penyebarannya dan
peraturan perkapalan. Kecakapan pengawas kapal perikanan bervariasi dari
20 40
60 80
100 120
A B
C D
E F
G H
I J
K L
Indikator
Fr eku
e n
s i
Tidak baik Kurang baik
Cukup baik Baik
Sangat baik A = Jenis alat penangkap ikan
B = Jenis ikan dan penyebarannya
C = Wilayah pengelolaan perikanan
D = Jenis fisik kapal perikanan
E = Perizinan perikanan F = Perizinan perkapalan
G = Peraturan perizinan perikanan
H = Peraturan perkapalan I = Peraturan tenaga kerja
J = Peraturan pemanfaatan SDI
K = Peraturan perairan L = Peraturan pengawasan
dan penegakan hukum
73 tidak baik hingga baik dalam pengetahuan mengenai wilayah pengelolaan
perikanan. Kecakapan pengawas kapal perikanan bervariasi dari tidak baik hingga kurang baik dalam penguasaan pengetahuan mengenai jenis fisik kapal perikanan,
peraturan tenaga kerja, dan peraturan pemanfaatan SDI. Kecakapan pengawas kapal perikanan bervariasi dari sangat baik hingga sangat baik dalam penguasaan
pengetahuan mengenai perizinan perikanan dan peraturan perizinan perikanan.
5.3.4 Kemampuan kecepatan pemeriksaan
Penilaian kecepatan pemeriksaan pengawas kapal perikanan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pada saat pemeriksaan dokumen perizinan kapal, fisik
kapal, alat penangkapan ikan, alat bantu penangkapan ikan, peralatan lainnya, jumlah dan komposisi awak buah kapal asing, kegiatan dan hasil penangkapan
dan pengangkutan ikan, ketaatan di pelabuhan pangkalan, bongkar muat dan atau pelabuhan lapor, jalur penangkapan ikan, daerah operasi penangkapan dan
pengangkutan ikan, pemeriksaan penerapan LBP dan SLO kapal perikanan, pemeriksaan penerapan VMS. Selengkapnya sebaran penilaian kecepatan
pemeriksaan pengawas terhadap indikator tersebut dapat dilihat pada Gambar 14
berikut.
Gambar 14 Sebaran penilaian pengawas terhadap indikator kecepatan pemeriksaan.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
A B
C D
E F
G H
I J
K L
Indikator
Tidak baik Kurang baik
Cukup baik Baik
Sangat baik A = Pemeriksaan dokumen
perizinan kapal B = Pemeriksaan fisik kapal
C = Pemeriksaan alat penangkapan ikan
D = Pemeriksaan alat bantu penangkapan ikan
E = Pemeriksaan peralatan lainnya F = Pemeriksaan jumlah ABK
asing G = Pemeriksaan hasil
tangkapan pengangkutan H = Ketaatan di pelabuhan
I = Pemeriksaan jalur operasi J = Pemeriksaan DPIdan
pengangkutan ikan K = pemeriksaan penerapan LBP
dan SLO
L = pemeriksaan penerapan VMS
Fr eku
e n
s i
74 Dari
Gambar 14
terlihat bahwa kecepatan pengawas kapal perikanan dalam memeriksa jumlah ABK asing dari baik hingga sangat baik. Kecepatan pengawas
kapal perikanan dalam memeriksa penerapan LBP dan SLO dari kurang baik sampai sangat baik. Kecepatan pengawas kapal perikanan dalam memeriksa
dokumen perizinan kapal dan penerapan VMS bervariasi dari kurang baik hingga baik.
Kecepatan pengawas kapal perikanan untuk memeriksa fisik kapal, alat penangkapan ikan, dan hasil tangkapan serta pengangkutannya bervariasi dari
tidak baik sampai kurang baik. Kecepatan pengawas kapal perikanan dalam memeriksa alat bantu penangkapan ikan, ketaatan di pelabuhan, pemeriksaan jalur
operasi penangkapan, dan jalur DPI beserta pengangkutan ikan dari tidak baik sampai kurang baik. Kecepatan pengawas kapal perikanan dalam memeriksa
peralatan lainnya dari sangat tidak baik hingga kurang baik.
5.3.5 Kualitas hasil pemeriksaan oleh pengawas kapal perikanan
Pemeriksaan kapal perikanan yang dilakukan oleh pengawas harus sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang ditetapkan, agar menghasilkan
pemeriksaan.yang berkualitas. Pengawas dalam melakukan pemeriksaan kapal perikanan berdasarkan beberapa hal, diantaranya kelengkapan, relevansi, akurasi,
validitas data dan infomasi. Pengawas kapal perikanan dalam melakukan pemeriksaan hanya melihat kelengkapan data dan tidak melakukan pencocokan
antara data yang saling berkaitan mempunyai relevansi atau tidak. Disamping itu pengawas tidak memperhatikan akurasi dan validasi data dalam pemeriksaan
kapal perikanan dan yang lebih diperhatikan adalah kelengkapan data. Sebaran penilaian pengawas berdasarkan indikator kualitas hasil pemeriksaan lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15 berikut.
75
Gambar 15 Sebaran penilaian pengawas terhadap indikator kualitas hasil pemeriksaan.
Dari Gambar 15
terlihat bahwa kualitas hasil pemeriksaan oleh pengawas kapal perikanan mengenai akurasi data dari kurang baik sampai baik. Kualitas
hasil pemeriksaan oleh pengawas kapal perikanan mengenai kelengkapan data dari tidak baik hingga baik.
Kualitas hasil pemeriksaan oleh pengawas kapal perikanan mengenai relevansi data dan validasi data dari tidak baik hingga kurang baik Kualitas hasil
pemeriksaan oleh pengawas kapal perikanan mengenai quality kontrol dari sangat tidak baik hingga tidak baik.
5.3.6 Kesungguhan pemeriksaan oleh pengawas kapal perikanan
Pengawas di PPSNZJ dalam melaksanakan tugasnya tidak mempunyai kesungguhan dalam pemeriksaan kapal perikanan. Hal ini terlihat dari rendahnya
kemauan atau kesungguhan pengawas untuk bekerja keras memeriksa ketiga indikator penilaian. Pengawas kapal perikanan hanya melakukan tugas semaunya
saja karena penawasan dari atasan yang masih kurang. Sebaran penilaian pengawas terhadap indikator kesungguhan pemeriksaan selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 16 berikut.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
A B
C D
E
Indikator
Tidak baik Kurang baik
Cukup baik Baik
Sangat baik A = Kelengkapan data
B = Relevansi data C = Akurasi data
D = Validitas data E = Quality control
Fre k
u e
nsi
76
Gambar 16 Sebaran penilaian pengawas berdasarkan indikator kesungguhan
pemeriksaan. Dari Gambar 16 terlihat bahwa kesungguhan pemeriksaan oleh pengawas
kapal perikanan dalam hal kemauan bekerjasama dengan sesama karyawan dari tidak hingga sampai baik. Kesungguhan pemeriksaan oleh pengawas kapal
perikanan dalam hal kemauan untuk bekerja keras dan kemauan memiliki tanggung jawab dari tidak baik hingga kurang baik.
5.3.7 Ketersediaan anggaran biaya
Penilaian mengenai ketersediaan anggaran biaya meliputi jumlah anggaran, penggunaan anggaran, realisasi anggaran, dan kesiapan anggaran. Selengkapnya
disajikan pada Gambar 17 berikut.
20 40
60 80
100 120
A B
C D
Indikator F
re k
ue ns
i
Sangat tidak baik Tidak baik
Kurang baik Baik
Sangat baik A = Jumlah anggaran
B = Penggunaan anggaran
C = Realisasi anggaran D =Kesiapan anggaran
Gambar 17 Sebaran penilaian pengawas terhadap indikator ketersediaan anggaran biaya
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
A B
C
Indikator
Fre k
u e
nsi
Tidak baik Tidak baik
Cukup baik Baik
Sangat baik A = Kemauan untuk
bekerja keras B = Kemauan
bekerjasama dengan sesama karyawan
C = Kemauan memiliki tanggung jawab
77 Dari
Gambar 17
terlihat bahwa jumlah anggaran yang tersedia sangat memadai dalam mendukung kinerja pengawas di PPSNZJ. Namun dalam
penggunaan anggaran dan kesiapan anggaran tidak mampu mendukung kinerja pengawas kapal perikanan. Oleh karena dalam penggunaan anggaran kurang
sesuai dengan kebutuhan dalam operasional pengawasan. Sehingga berpengaruh terhadap realisasi anggaran yang kurang mendukung kinerja pengawas kapal
perikanan.
5.3.8 Kinerja pengawas kapal perikanan di PPSNZJ
Tingkat kinerja pengawas kapal perikanan di PPSNZJ dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dievaluasi meliputi kemampuan
pemeriksaan dokumen perizinan dan dokumen kapal X1, kecakapan pengawas dalam penguasaan pengetahuan dan hukum bidang perikanan X2, kecepatan
waktu pemeriksaan kapal perikanan X3, kualitas hasil pemeriksaan X4, kesungguhan dalam pemeriksaan X5. Faktor eksternal meliputi ketersediaan
anggaran biaya X6, sarana dan prasarana X7, hukum dan kelembagaan X8, jumlah pengawas X9, dan dukungan stakeholder dan instansi terkait X10.
Tingkat kinerja pengawas kapal perikanan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9 Tingkat kinerja pengawas di PPSNZJ
Ulangan Faktor Internal
Faktor eksternal X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
1 3,47 3,17
2,67 2,60
3,00 2,75
2,50 3,00 2,50
2,50 2
3,53 3,33 2,92
2,80 3,33
2,75 2,50
3,00 2,50 2,63
3 3,41 2,92
2,50 2,40
2,67 2,75
2,50 3,00 2,50
2,25 4
3,41 2,92 2,42
2,40 2,67
2,75 2,50
3,00 2,50 2,25
5 3,53 3,33
2,92 2,80
3,00 2,75
2,50 3,00 2,50
2,50 6
3,47 3,17 2,83
2,60 3,00
2,75 2,50
3,00 2,50 2,50
7 3,41 2,83
2,50 2,40
2,67 2,75
2,50 3,00 2,50
2,25 8
3,47 3,25 2,67
2,60 2,67
2,75 2,50
3,00 2,50 2,50
Rata-rata 3,46 3,11
2,68 2,58
2,88 2,75
2,50 3,00 2,50
2,42
Bobot nilai : 1 = Sangat tidak baik 4 = Baik
2 = Tidak baik 5 = Sangat Baik
3 = Kurang baik
78 Dari
Tabel 9 terlihat bahwa tingkat kinerja pengawas kapal perikanan di
PPSNZJ terhadap kesepuluh indikator penilaian tersebut berkisar dari tidak baik 2,42 hingga baik 3,46. Namun secara umum didominasi oleh tingkat kinerja
tidak baik dan kurang baik. Hasil dari uji korelasi antara faktor-faktor yang menentukan tingkat kinerja
pengawas kapal perikanan dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari Lampiran 2
terlihat bahwa hubungan yang kuat terjadi antara faktor X1 dan X4 1,00, X1 dan X2 0,962, X1 dan X3 0,962, X1 dan X5 0,842, X2 dan X4 0,962, X3 dan
X4 0,962, X2 dan X3 0,962, X1 dan X10 0,932, X4 dan X10 0,932, X2 dan X10 0,896, X3 dan X10 0,896, X2 dan X3 0,889, X3 dan X5 0,857, X5 dan
X10 0,850, dan X4 dan X5 0,842. Sedangkan hubungan yang agak kuat hanya terjadi pada faktor X2 dan X5 0,717.
5.4 Stakeholder di PPSNZJ