Kajian manajemen penanggulangan kebakaran di pelabuhan perikanan samudera Nizam Zachman Jakarta

(1)

NIZAM ZACHMAN JAKARTA

HANIF FANSURYA

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(2)

HANIF FANSURYA, C44063002. Kajian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan BUDY WIRYAWAN.

Pelabuhan perikanan merupakan pusat aktivitas perikanan. Selama ini perhatian orang terhadap pelabuhan perikanan kebanyakan hanya pada aktivitas produksi perikanan di pelabuhan tersebut. Akan tetapi hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dari sebuah pelabuhan masih belum banyak diperhatikan. Salah satunya adalah tentang manajemen penanggulangan kebakaran. Padahal tindakan preventif terhadap bencana itu sangatlah diperlukan agar dapat mengurangi resiko timbulnya korban (materil dan jiwa) akibat bencana tersebut. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen penanggulangan kebakaran. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode purposive sampling. Sedangkan analisis datanya menggunakan analisis deskriptif dan analisis sistem dengan menggunakan diagram Ishikawa. Secara umum Manajemen Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja di lingkungan PPS Nizam Zachman masih harus dibenahi. Diantaranya yang harus dibenahi adalah sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran yang mengacu pada Kepmen.PU No. 11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan. Tata operasional penanggulangan kebakaran, serta sumberdaya manusia yang bertugas menanggulangi kebakaran di setiap wilayah kerja baik dari segi jumlah maupun dari segi komposisi tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran. Dalam pelaksanaan manajemen penanggulangan kebakaran ternyata ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhinya, yaitu : sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, tata operasional, organisasi, hingga potensi penyebab kebakaran yang ada di suatu wilayah.


(3)

© Hak cipta IPB, Tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.


(4)

NIZAM ZACHMAN JAKARTA

HANIF FANSURYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir.

Bogor, Mei 2011 Hanif Fansurya


(6)

Jakarta

Nama Mahasiswa : Hanif Fansurya

NRP : C44063002

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP. 19621223 198703 1 001

Tanggal Lulus : 2 Mei 2011

Pembimbing I

Iin Solihin S.Pi, M.Si NIP. 19701210 199702 1 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP. 19621223 198703 1 001


(7)

Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada penulis berupa karunia yang tak terhingga sehingga penulis tetap diberikan kekuatan untuk menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan bimbingan kepada umatnya bagaimana cara berhubungan dengan Allah dan bagaimana berhubungan dengan sesama manusia hingga sampai pada diri penulis.

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih adalah “Kajian

Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman Jakarta”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, sehingga penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Mei 2011 Hanif Fansurya


(8)

Ucapan terima kasih diucapkan kepada :

1) Bapak Iin Sholihin dan Bapak Budy Wiryawan selaku komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran.

2) Bapak Abdul Rouf Syam selaku Kepala UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di PPS Nizam Zachman Jakarta.

3) Pak Rahmat Irawan (Kepala Bagian Operasional), Ibu Khusnul Khatimah (Kepala Humas), Kak Icha, Mbak Yanti, Pak Indra serta seluruh jajaran UPT PPS Nizam Zachman yang telah membantu penulis dalamm melaksanakan penelitian ini.

4) Ibu Tri Wiji Nurani dan Bapak Mohammad Imron yang telah membantu mengoreksi dan memberikan saran untuk tulisan ini pada sidang skripsi saya.

5) Bapak Ronny Irawan Wahyu selaku pembimbing akademik.

6) Papa dan mama yang telah memberikan doa, support, serta inspirasi yang luar biasa kepada penulis hingga penulis bisa kuliah dan menyelesaikan kuliah di IPB. Serta adik-adikku (alfi, zaki, dan ihsan) yang selalu mendoakan abang dalam menyelesaikan kuliah ini.. Insya Allah abang akan bantu kalian untuk meraih cita-cita dan masa depan yang lebih baik.

7) Keluarga PSP 43 terutama teman satu bimbingan ; Qbee, Ike, Ari, dan Troy yang telah mensupport penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Mukhlis, Rezki yang telah membantu penulis dalam penelitian serta membantu dalam mengoreksi tulisan ini.

8) Keluarga besar Samudera 43, FKMC, Keluarga Rangers, teman-teman spiritual, Forhuman team, serta rekan-rekan aktivis dakwah IPB. Warna-warni, persahabatan, lika-liku, ukhuwah dan istiqomah. Semuanya memang begitu indah.


(9)

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 9 September 1988 dari Bapak Drs.M.Fachri Adnan, M.Si, Ph.d dan Ibu Dra. Surya Darmita. Penulis merupakan putra pertama dari 4 (empat) bersaudara.

Penulis lulus dari MAN 2 Padang pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama diterima di IPB tanpa tes melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun kedua penulis masuk ke Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai Asisten Mata Kuliah Teknologi Perencanaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan (TP5), dan mata kuliah umum Asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) IPB. Penulis juga aktif menulis karya ilmiah dalam bentuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh DIKTI. Penulis juga pernah mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Bank Ekspor-import, serta Beasiswa BBM.

Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan mulai dari kepanitiaan hingga pengurus organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah menjadi anggota Wakil Ketua angkatan dan Kepala Departemen Kerohanian Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM), anggota Himpunan Mahasiswa Padang-Pariaman (HIMAPD), Staf Ahli Komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa FPIK, Ketua Pemilihan Raya (PEMIRA) FPIK, Staf Ahli Dept.Syiar Forum Keluarga Muslim FPIK (FKMC), General Manajer FKMC, serta Kepala Bagian Pembinaan FSLDK IPB.

Penulis aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh organisasi intra kampus dan ekstra kampus. Selain itu Penulis juga pernah beberapa kali menjadi Master of Ceremony (MC), Moderator, pembicara dan trainer di beberapa acara dan pelatihan yang diadakan oleh organisasi-organisasi intra kampus maupun ekstra kampus.


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 2

1.3Manfaat Penelitian ... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pelabuhan Perikanan ... 3

2.1.1 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan ... 4

2.1.2 Klasifikasi pelabuhan perikanan ... 5

2.2Konsep Dasar Sistem ... 7

2.2.1 Definisi sistem ... 7

2.2.2 Karakteristik sistem ... 8

2.2.3 Ciri pokok sistem ... 9

2.2.4 Klasifikasi sistem ... 10

2.2.5 Pengembangan sistem ... 11

2.3Penanggulangan Kebakaran ... 12

2.3.1 Kewajiban menanggulangi kebakaran ... 12

2.3.2 Kegiatan penanggulangan kebakaran ... 12

2.3.3 Penanggulangan kebakaran lingkungan ... 14

2.3.4 Penanggulangan kebakaran gedung ... 15

2.4Unit Penanggulangan Kebakaran ... 16

2.4.1 Tugas unit penanggulangan kebakaran ... 17

2.4.2 Rasio jumlah minimum personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 18

3 METODE PENELITIAN 3.1Lokasi Penelitian ... 20

3.2Metode Penelitian ... 20

3.2.1 Metode pengumpulan data ... 20

3.2.2 Jenis data yang dikumpulkan ... 21

3.3Analisis Data ... 22

3.3.1 Analisis deskriptif ... 22

3.3.2 Analisis sistem ... 22

4 KONDISI UMUM PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta ... 24

4.2Sejarah dan Perkembangan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 24

4.3Pengelola PPS Nizam Zachman Jakarta ... 26


(11)

4.3.2 Perusahaan umum (Perum) ... 28

4.4Visi, Misi dan Tujuan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 30

4.5Sarana dan Prasarana PPS Nizam Zachman Jakarta ... 31

4.6Keadaan Perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 33

5 HASIL 5.1Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 34

5.2Manajemen penanggualangan kebakaran TB.Mina Antasena ... 36

5.2.1 Sarana dan prasarana ... 36

5.2.2 Sumberdaya manusia ... 38

5.2.3 Tata operasional ... 38

5.3Manajemen Penanggulangan Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta (Pos Jaga Muara Baru) ... 40

5.3.1 Sarana dan prasarana ... 40

5.3.2 Sumberdaya manusia ... 41

5.3.3 Tata operasional ... 41

5.4Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung dan Tempat Kerja . 43 5.4.1 Sarana dan prasarana ... 43

5.4.2 Sumberdaya manusia ... 43

5.4.3 Tata operasional ... 44

6 PEMBAHASAN 6.1Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 45

6.2Potensi dan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja di lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 46

6.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 50

7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1Kesimpulan ... 55

7.2Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(12)

i

1 Tugas unit penanggulangan kebakaran ... 17

2 Rasio jumlah dan tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 19

3 Jenis data penelitian yang dikumpulkan ... 21

4 Fasilitas pokok di PPS Nizam Zachman, Jakarta ... 31

5 Fasilitas fungsional di PPS Nizam Zachman, Jakarta ... 32

6 Fasilitas penunjang di PPS Nizam Zachman, Jakarta ... 32

7 Fasilitas PPS Nizam Zachman dan Potensi kebakarannya ... 37

8 Sarana dan Prasarana TB. Mina Antasena ... 39

9 Perlengkapan Unit dan Personel Unit Damkar–PB Pos Jaga Muara Baru 41 10 Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 42

11 Jumlah ideal personil unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 43

12 Komposisi unit penanggulangan kebakaran berdasarkan tingkat keahlian pada tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II ... 49

13 Rasio tingkat keahlian personel unit penanggulangan kebakaran di perusahaan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 50

14 Cheeck sheet ketersediaan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di gedung ... 51


(13)

ii

1 Karakteristik sistem ... 9

2 Format diagram sebab-akibat Ishikawa ... 22

3 Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta ... 24

4 Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta ... 28

5 Data perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 33

6 Penyebab umum kejadian kebakaran ... 35

7 Kejadian kebakaran kapal di kolam pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 36

8 Tata Operasional penanggulangan kebakaran oleh TB.Mina Antasena ... 39

9 Tata Operasional penanggulangan kebakaran oleh Damkar Pos Jaga Muara Baru ... 42

10 Pola Hubungan antar unit penanggulangan kebakaran ... 45

11 Diagram Ishikawa manajemen penanggulangan kebakaran lingkup tempat kerja di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 53


(14)

iii Halaman

1. Layout Eksisting PPS Nizam Zachman Jakarta ... 58 2. Daftar Perusahaan yang beraktivitas di PPS Nizam Zachman Jakarta .. 59 3. Rekapitulasi Absen Kolam Pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta

Tahun 2010 ... 61 4. Dokumentasi Unit Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman

Jakarta ... 62 5. Dokumentasi Perusahaan yang diamati di PPS Nizam Zachman Jakarta 69


(15)

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan perikanan merupakan pusat aktivitas perikanan. Sehingga tidak jarang orang menilai perkembangan dunia perikanan itu dari aktivitas pelabuhan perikanan yang ada. Jika aktivitas dari sebuah pelabuhan perikanan berjalan dengan lancar apalagi jika dalam volume produksi besar maka bisa dikatakan sektor perikanan di daerah tersebut baik begitu juga sebaliknya.

Pada saat sekarang ini pembangunan pelabuhan perikanan banyak terpusat pada fasilitas, infra struktur, serta upaya-upaya pendukung untuk meningkatkan hasil produksi. Akan tatapi hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dari suatu pelabuhan perikanan masih belum banyak diperhatikan. Sebut saja manajemen penanggulangan kebakaran. Setiap pelabuhan perikanan memiliki resiko kebakaran baik di kolam pelabuhan, tempat pengisian bahan bakar, di atas kapal perikanan, bahkan industri perikanan serta lokasi-lokasi lainnya yang berpotensi terjadi kebakaran. Kebakaran yang terjadi tidak hanya menghancurkan dan menghilangkan transaksi dengan jumlah besar, akan tetapi kebakaran yang terjadi juga akan menghilangkan aset yang selama ini digunakan untuk memproduksi sumberdaya perikanan yang nilainya mungkin lebih besar dari total nominal transaksi yang dibatalkan pada saat tersebut.

Selain itu masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mau melaksanakan langkah-langkah antisipatif (preventif) terhadap sebuah bencana/musibah sebelum bencana/musibah tersebut terjadi menimpa dirinya. Hal ini dikarenakan paradigma berfikir masyarakat yang menganggap dan mengharapkan bahwa kejadian yang buruk tidak akan terjadi meskipun kita tahu tidak ada garansi 100 % bahwa bencana itu tidak akan terjadi.

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman merupakan salah satu pelabuhan yang memiliki aktivitas perikanan yang besar. Pelabuhan Nizam Zachman Jakarta ini memiliki berbagai fasilitas yang cukup lengkap dan memadai untuk aktivitas eksport dan import produk hasil perikanan. Pelabuhan ini juga terdapat berbagai perusahaan dan industri perikanan baik dalam negeri maupun perusahaan asing.


(16)

Pada Pelabuhan Perikanan Samudera tentu saja memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan produksi hasil perikanan. Contohnya saja adanya fasilitas coldstorage, industri pengolahan hasil perikanan, industri pengemasan produk hasil olahan perikanan, dan lain sebagainya. Hampir semua dari industri tersebut menggunakan fasilitas tenaga listrik/bahan bakar untuk menjalankan industri tersebut. Oleh karena itu hampir semua bagian dalam industri perikanan memiliki potensi kebakaran akibat digunakannya listrik sebagai komponen utama penggerak industri tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Mendiskripsikan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi pihak-pihak yang terkait dalam membuat atau mengevaluasi manajemen penanggulangan kebakaran yang ada dalam sebuah pelabuhan perikanan.


(17)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Menurut UU RI No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan mengatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pengertian pelabuhan perikanan dilihat dari aspek aktivitas perikanan tangkap disebutkan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu pengebangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik lokal, nasional maupun internasional (Lubis, 2006).

Produksi berarti bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan melakukan kegiatan-kegiatan produksinya mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya.

Pengolahan berarti bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapan. Sedangkan pelabuhan perikanan ditinjau dari aspek pemasaran berarti bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan.

Menurut Direktoral Jenderal Perikanan (1994) diacu dalam (widiastuti, 2010) bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci yaitu produksi-bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya, pengolahan-bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya, pemasaran-bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pegumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapannya.


(18)

2.1.1 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan menyatakan bahwa Pelabuhan Perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Sedangkan fungsi pelabuhan perikanan menurut pasal 41A adalah mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya berupa:

1) Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan; 2) Pelayanan bongkar muat;

3) Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan; 4) Pemasaran dan distribusi ikan;

5) Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan;

6) Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; 7) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;

8) Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan; 9) Pelaksanaan kesyahbandaran;

10) Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan

11) Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan

12) Tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan; 13) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; 14) Pengendalian lingkungan

Salah satu fungsi pelabuhan perikanan sebagai tempat pelaksanaan kesyahbandaran. Adapun tujuan adanya kesyahbandaran adalah dalam rangka memantau keselamatan operasional kapal perikanan. Sedangkan tugas dan wewenang dari syahbandar di pelabuhan perikanan adalah :

1) Menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar

2) Mengatur kedatangan dan keberangkatan kapal perikanan 3) Memeriksa ulang kelengkapan dokumen kapal perikanan


(19)

4) Memeriksa teknis dan nautis kapal perikanan dan memeriksa alat penangkapan ikan, dan alat bantu penangkapan ikan

5) Memeriksa dan mengesahkan perjanjian kerja laut

6) Memeriksa log book penangkapan dan pengangkutan ikan

7) Mengatur olah gerak dan lalu lintas kapal perikanan di pelabuhan perikanan 8) Mengawasi pemanduan

9) Mengawasi pengisian bahan bakar

10) Mengawasi kegiatan pembangunan fasilititas pelabuhan perikanan 11) Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan

12) Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan perikanan

13) Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim 14) Memeriksa pemenuhan persyaratan pengawakan kapal perikanan

15) Menerbitkan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan dan Keberangkatan Kapal Perikanan, dan

16) Memeriksa sertifikat ikan hasil tangkapan

2.1.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan diklasifikasikan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16 tahun 2006 Tentang Pelabuhan Perikanan menjadi empat tipe pelabuhan perikanan yaitu (1) Pelabuhan Perikanan Samudera, (2) Pelabuhan Perikanan Nusantara, (3) Pelabuhan Perikanan Pantai, dan (4) Pangkalan Pendaratan Ikan.

Pelabuhan Perikanan Samudera mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut: 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut

teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus;


(20)

5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; 6) Terdapat industri perikanan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut: 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut

teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus; 5) Terdapat industri perikanan.

Pelabuhan Perikanan Pantai mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut : 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan

pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus.

Sedangkan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut :

1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus.


(21)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER/16/MEN/2006 ini setiap pelabuhan bisa ditingkatkan klas nya berdasarkan kriteria teknis yang ada. Peningkatan klas pelabuhan perikanan yang dibangun oleh Pemerintah diusulkan oleh Direktur Jenderal kepada Menteri setelah mendapat rekomendasi dari Bupati/Walikota.

2.2 Konsep Dasar Sistem

2.2.1 Definisi sistem

Sistem merupakan seperangkat unsur yang teratur dan terdiri dari unsur yang dapat dikenal, saling melengkapi karena satunya maksud, tujuan atau sasaran (Davis, 1984). Dent dan Blackie dalam Armando (2003), menyebutkan bahwa penelitian sistem mencakup analisis komponen dan hubungannya, serta proses sintesis yang mungkin membentuk sistem baru atau mengefisienkan sistem lama.

Sistem berasal dari kata systema dalam bahasa yunani yang berarti keseluruhan yang terdiri bagian-bagian. Secara umum sistem didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Sistem dapat berarti seperangkat aturan-aturan yang membatasi, suatu set persamaan matematik atau suatu cara atau metode untuk mencapai suatu tujuan (Dwi, 2003). Definisi yang lebih lengkap diungkapkan oleh McLeod (2007) yang menyatakan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Davis (1984) sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang terdiri dari manusia, alat, konsep dan prosedur yang dihimpun menjadi satu untuk maksud dan tujuan bersama.

Hal terpenting dalam sebuah sistem adalah menentukan batas sistem, agar dapat mengerti fungsi sistem tersebut. Pendekatan sistem memberikan metode yang logis untuk penanganan masalah dan merupakan alat yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi, serta mendesain sistem secara keseluruhan (Eriyanto diacu dalam Armando, 2003).


(22)

2.2.3 Karakteristik sistem

Menurut Jogiyanto (2005), suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen (components), batasan sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), pengeluaran (output), pengolah (process), dan sasaran (objectives) atau tujuan (goal).

1) Komponen sistem

Komponen atau elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses secara keseluruhan.

2) Batasan sistem

Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan.

3) Lingkungan luar sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Lingkungan luar sistem yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan harus tetap dijaga dan dipelihara, sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan.

4) Penghubung sistem

Penghubung sistem merupakan media penghubung antara subsistem dengan subsistem yang lain. Melalui penghubung ini memungkinkan sumberdaya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lain. Keluaran dari suatu subsistem akan menjadi masukan bagi subsistem lain melalui suatu penghubung. Penghubung suatu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem lain dan membentuk satu kesatuan.

5) Masukan sistem

Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan kedalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal


(23)

(signal input). Masukan perawatan adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran.

6) Keluaran sistem

Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau suprasistem.

7) Pengolah sistem

Suatu sistem dapat menpunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi pengeluaran.

8) Sasaran sistem

Sasaran dari sistem sangat menentukan masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran dan tujuannya.

Kedelapan komponen tersebut saling berkaitan seperti dijelaskan pada Gambar 1 berikut :

Gambar 1 Karakteristik sistem (Jogiyanto, 2005)

2.2.3 Ciri pokok sistem

Menurut Amirin (2003), ada sembilan ciri pokok sistem, yaitu:

1) Setiap sistem mempunyai tujuan sehingga perilaku atau kegiatannya mengarah pada tujuan tersebut.

I P O

Sub Sistem

Sub Sistem

Sub Sistem

Sub Sistem

Lingkungan Luar

Interface

Boundary


(24)

2) Setiap sistem mempunyai batas (boundaries) yang memisahkannya dari lingkungan.

3) Sistem bersifat terbuka atau pada umumnya bersifat terbuka. Boleh dikatakan dalam kenyataan tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya dan sebaliknya, dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari pengaruh apapun.

4) Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem. Setiap sistem terdiri dari subsistem yang terbagi lagi ke dalam subsistem yang lebih kecil, begitu seterusnya.

5) Walau sistem itu terdiri dari berbagai bagian, unsur-unsur atau komponen, tidak berarti bahwa sistem itu merupakan sekedar kumpulan dari bagian, unsur atau komponen tersebut, melainkan merupakan satu kebulatan yang utuh dan padu.

6) Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam (intern) sistem, maupun antara sistem dengan lingkungannya.

7) Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Karena itu maka

sistem sering disebut sebagai “processor” atau “transformator”.

8) Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan balik.

9) Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara otomatik (dengan sendirinya).

2.2.5 Klasifikasi sistem

Menurut Davis (1984), sistem diklasifikasikan kedalam sistem fisik dan abstrak, sistem deterministik dan probabilistik, sistem tertutup dan terbuka, dan sistem manusia atau mesin.

1) Sistem fisik dan abstrak

Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik, misalnya sistem komputer, sistem akuntansi, dan sistem produksi. Sistem abstrak adalah suatu


(25)

susunan yang teratur dari gagasan atau konsep yang saling tergantung, misalnya sistem teologi.

2) Sistem deterministik dan probabilistik

Sistem deterministik beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan secara tepat. Interaksi antar bagian diketahui secara pasti sehingga keadaan sistem selanjutnya dapat disebutkan secara tepat tanpa kesalahan, misalnya program komputer. Sistem probabilistik dapat diuraikan dalam istilah perilaku yang mungkin, tetapi selalu ada sedikit kesalahan atas ramalan jalannya sistem.

3) Sistem terbuka dan tertutup

Sistem tertutup atau secara relatif tertutup adalah sistem yang relatif terisolasi dari lingkungannya tetapi tidak sama sekali tertutup dalam arti fisik. Sistem terbuka mengadakan pertukaran informasi, materi atau energi dengan lingkungannya.

4) Sistem manusia/ mesin

Sistem dapat menekankan pada manusia sehingga mesin hanya melaksanakan peran pendukung seperti menyediakan perhitungan atau mencari data.

2.2.5 Pengembangan sistem

Pengembangan sistem (system development) dapat berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada (Jogiyanto, 2005). Perubahan pembukuan dari manual menjadi komputerisasi menurut Tugiman diacu dalam Armando (2003) menyebabkan terjadinya beberapa perubahan, seperti :

1. Dokumen dari bentuk kertas menjadi visual;

2. Sebagian besar data yang akan dianalisa tersimpan dalam file yang berupa disket, pita magnetik atau tape; dan

3. Cara pemeriksaan secara tradisional atau manual memerlukan banyak waktu dan tenaga, sebaliknya pemeriksaan dengan cara komputerisasi jauh lebih efisien.


(26)

2.3 Penanggulangan kebakaran

2.3.1 Kewajiban menanggulangi kebakaran

Pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja (Kepmenaker No.KEP.186/MEN/1999). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja tersebut meliputi :

1) Pengendalian setiap bentuk energi

2) Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi

3) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas

4) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja

5) Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala

6) Memiliki buku rencana pnenanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.

2.3.2 Kegiatan penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 25/PRT/M/2008 yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2008 Penanggulangan Kebakaran adalah berbagai kegiatan proteksi terhadap bahaya kebakaran yang bertujuan untuk dapat ditekannya semaksimal mungkin kerugian kebakaran termasuk korban jiwa dan luka-luka. Kegiatan penanggulangan kebakaran tersebut antara lain :

1) Prakiraan Kebutuhan Air Kebakaran

Prakiraan kebutuhan air kebakaran berdasarkan analisis risiko kebakaran, yaitu :

(1) Prakiraan kebutuhan total air kebakaran untuk wilayah yang dilindungi, berdasarkan fungsi bangunan gedung yang mempunyai volume terbesar;

(2) Penentuan laju penerapan air (delivery rate) untuk wilayah yang dilindungi; dan


(27)

(3) Memperhatikan kebutuhan air kebakaran untuk bangunan atau fasilitas dengan potensial bahaya khusus.

2) Pembuatan Peta Risiko Kebakaran

Membuat peta risiko kebakarann meliputi kegiatan sebagai berikut;

(1) Membuat peta wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta/kabupaten/kota dengan skala 1: 20.000 atau lebih besar sesuai kebutuhan;

(2) Memberikan tanda pos kebakaran yang ada pada peta wilayah (3) Memperkirakan tanda pos kebakaran yang ada; dan

(4) Peta risiko kebakaran merupakan hasil analisis risiko yang dituliskan di atas (overlay) peta wilayah yang ada.

3) Penentuan jumah dan penempatan pos kebakaran

Penentuan jumlah dan penempatan pos kebakaran didasarkan pada : (1) Peta risiko;

(2) Waktu Tanggap (response time); dan (3) Letak sumber air

4) Membuat jangkauan sistem hidran

Membuat jangkauan sistem hidran yang ada meliputi hal sebagai berikut : (1) Plot titik hidran yang ada pada peta risiko kebakaran (mengacu pada

Kepmen PU No. 11/KPTS/2000 dan/atau perubahannya)

(2) Bila sistem hidran tida/belum tersedia maka harus mempertimbangkan sumber air lainnya.

5) Analisis/evaluasi tingkat kemampuan aliran air menerus

(1) Menghitung potensi pengangkutan air untuk pemadaman dengan memperhitungkan sumber air alami maupun buatan yang ada, serta jumlah dan kapasitas mobil tangki yang dipunyai;

(2) Membuat table kemampuan aliran air menerus (continous flow capabilities) untuk setiap kapasistas mobil tangki yang dimiliki;

(3) Plot jangkauan dan kemampuan aliran air menerus mobil tangki pada peta risiko kebakaran; dan

(4) Membuat evaluasi kemampuan pasokan air keseluruhan termasuk untuk potensi bahaya kebakaran khusus.


(28)

6) Sarana penanggulangan kebakaran antara lain berupa kendaraan dan peralatan pemadam, peralatan perorangan dan peralatan komunikasi.

7) Prasarana penanggulangan kebakaran antara lain berupa bangunan stasiun/pos kebakaran, bangunan penampung air, bangunan asrama, bangunan bengkel, bangunan diklas, jaringan jalan dan sistem komunikasi. 8) SDM penanggulangan kebakaran antara lain terdiri dari pemadam

kebakaran termasuk para perwiranya, penyelamat, operator mobil pemadam, operator komunikasi, dan montir mobil pemadam.

2.3.3 Penanggulangan Kebakaran Lingkungan

Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 Setiap lingkungan bangunan yang berada dalam satu lingkungan dengan kepemilikan yang sama dan dalam pengelolaan lingkungan yang sama diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK).

Lingkungan dimaksud meliputi lingkungan perdagangan, superblok, hunian padat, dan hunian di atas air.Lingkungan khusus, seperti lingkungan industri, lingkungan dalam pangkalan-pangkalan Militer (darat, laut, dan udara), diatur dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran khusus.

1) Prasarana penanggulangan kebakaran

Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan ini harus dilengkapi dengan prasarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari:

(1) Pasokan air.

Untuk keperluan pemadaman kebakaran, pasokan air diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran).

(2) Jalan lingkungan.

Jalan lingkungan dengan lebar jalan minimum 3,5 meter, yang pada saat terjadi kebakaran harus bebas dari segala hambatan apapun yang dapat mempersulit masuk keluarnya mobil pemadam kebakaran.

(3) Sarana Komunikasi.

Terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran kepada Instansi Pemadam Kebakaran.


(29)

2) Sarana penanggulangan kebakaran

Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan harus juga dilengkapi dengan sarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari:

(1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR). (2) Mobil pompa.

(3) Mobil tangga.

3) Alat pertolongan pertama pada kecelakaan

Tersedianya alat pertolongan pertama pada kecelakaan, khususnya kebakaran sebagai upaya pertolongan darurat bagi korban kebakaran.

2.3.4 Penanggulangan kebakaran gedung

Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 Bangunan industri yang memiliki luas bangunan minimal 5.000 m2, atau dengan beban hunian 500 orang, atau dengan luas areal/site minimal 5.000 m2, atau terdapat bahan berbahaya yang mudah terbakar diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK).

Bangunan gedung melalui penerapan MPK harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran, sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran tiba.

1) Prasarana Penanggulangan Kebakaran

(1) Cukup tersedianya sumber air sehingga memudahkan pemadaman apiapabila terjadi kebakaran,

(2) Jalan evakuasi dalam bangunan yang tidak terhalang, sehingga dalam keadaan darurat evakuasi dapat dilakukan tanpa hambatan,

(3) Akses mobil kebakaran yang cukup sehingga memudahkan mobil pemadam kebakaran bersirkulasi tanpa hambatan,

(4) Berfungsinya alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti PA (Public Address), Telepon Kebakaran (Fire Telephone), dan PABX.


(30)

2) Sarana Penanggulangan Kebakaran

(1) Sistem deteksi dan alarm kebakaran.

Sistem deteksi dan alarm kebakaran yang digunakan mengacu pada ketentuan/SNI yang berlaku.

(2) Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran dalam gedung terdiri dari Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sistem hidran kebakaran, sistem sprinkler kebakaran, sistem pengendalian asap, dan lain-lain. Perencanaan, pemasangan dan pengoperasiannya mengacu pada ketentuan/SNI yang berlaku.

2.4 Unit Penanggulangan Kebakaran

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.186/MEN/1999 untuk menanggulangi kebakaran diperlukan adanya peralatan proteksi kebakaran yang memadahi, petugas penanggulangan yang ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya prosedur penanggulangan keadaan darurat.

Unit/petugas penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.

Unit Penanggulangan Kebakaran terbagi atas empat, yaitu (1) Petugas Peran Penanggulangan Kebakaran, (2) Regu Penanggulangan Kebakaran, (3) Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran, (4) Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan melaksanakan upaya-upaya penanggulangan kebakaran. Jumlah petugas peran penanggulangan kebakaran sekurang-kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap 25 (dua puluh lima) orang tenaga kerja.

Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus di bidang penanggulangan


(31)

kebakaran dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan berat.

Koordinator unit penanggulangan kebakaran ditetapkan sebagai berikut : (1) Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I,

sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 (seratus) orang.

(2) Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.

2.4.1 Tugas unit penanggulangan kebakaran

Tugas unit penanggulangan kebakaran Menurut Kepmenaker No.Kep.186/MEN/1999 terdapat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Tugas unit penanggulangan kebakaran

Unit Penanggulangan

Kebakaran Tugas Unit Penanggulangan Kebakaran Petugas Peran Kebakaran 1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya

faktor yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Memadamkan kebakaran pada tahap awal;

3. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 4. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait; 5. Mengamankan lokasi kebakaran.

Regu Penanggulangan Kebakaran

1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat Menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran; 3. Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan

kebakaran pada tahap awal;

4. Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran;

5. Memadamkan kebakaran;

6. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 7. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait; 8. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan; 9. Mengamankan lokasi tempat kerja;

10.Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran


(32)

Lanjutan Tabel 1

Unit Penanggulangan Kebakaran

Tugas Unit Penanggulangan Kebakaran Koordinator Unit

Penanggulangan Kebakaran

1. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 2. Menyusun progarm kerja dan kegiatan tentang cara

penanggulangan kebakaran;

3. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada pengurus. Ahli K3 1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan

perundang-undangan bidang penanggulangan kebakaran

2. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi yang dapat berhubungan dengan jabatannya;

4. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 5. Menyusun program kerja atau kegiatan

penanggulangan kebakaran;

6. Melakukan koordianasi dengan instansi yang terkait.

Dalam melaksanakan tug`asnya Ahli K3 Spesialis penanggulangan kebakaran mempunyai wewenang :

1) Memerintahkan menghentikdan dan menolak pelaksanaan pekerjaan yang dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan

2) Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat K3 dibidang kebakaran di tempat kerja.

2.4.2 Rasio jumlah minimum personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja

Dalam Kepmen No.186/MEN/1999 yang ditetapkan pada 29 September 1999 dijelaskan rasio jumlah minimum klasifikasi, kualifikasi dan kompetensi personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja dikaitkan dengan resiko bahaya seperti pada Tabel 2 berikut. Misalkan saja tempat kerja dengan jumlah tenaga kerja hingga 25 orang pada tingkat resiko bahaya kebakaran berat harus mempunyai personil penanggulangan kebakaran dengan komposisi 5 (lima) orang personil petugas peran kebakaran, 4 (empat) orang personil regu penanggulangan kebakaran, 1 (satu) orang sebagai koordinator regu penanggulangan kebakaran, dan 1 (satu) orang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. Contoh lainnya


(33)

adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah karyawan di atas 300 (tiga ratus) orang dengan tingkat resiko kebakaran tinggi harus mempunyai 42 (empat puluh dua) orang petugas peran kebakaran, 9 (sembilan) orang personil regu penanggualangan kebakaran, 3 (tiga) orang koordinator regu penanggulangan kebakaran, dan 1 (satu) orang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. Tabel 2 Rasio jumlah dan tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran di

tempat kerja

Jumlah Tenaga Kerja

Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran

Ringan Sedang I Sedang II Sedang III Berat

25 Orang 2D 2D 3D 4D 5D

- - 2C 3C 4C

- - 1B 1B 1B

- - 1A 1A 1A

50 Orang 4D 4D 6D 8D 10D

- - 3C 4C 5C

- - 1B 1B 1B

- - 1A 1A 1A

100 Orang 8 D 8 D 10 D 12 D 14 D

- - 4 C 5 C 6 C

1 B 1 B 1 B 1 B 1 B

- - 1 A 1 A 1 A

200 Orang 16 D 16 D 20 D 24 D 28 D

- - 5 C 6 C 7 C

2 B 2 B 2 B 2 B 2 B

- - 1 A 1 A 1 A

300 Orang atau lebih

24 D 24 D 30 D 36 D 42 D

6 C 6 C 7 C 8 C 9 C

3 B 3 B 1 B 3 B 3 B

1 A 1 A 1 A 1 A 1 A

Keterangan :

 Tingkat D = Petugas Peran Kebakaran

 Tingkat C = Regu Penanggulangan Kebakaran

 Tingkat B = Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran


(34)

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010-Februari 2011 di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey yaitu dengan mengamati dan menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan penanggulangan kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengumpulan data yang didapatkan melalui wawancara terhadap responden dengan menggunkan kuisioner. Kuisioner diperuntukkan bagi Pengelola PPS Nizam Zachman (UPT) dan kepada petugas penanggulangan kebakaran yang ada di PPS Nizam Zachman, Dinas Kebakaran DKI Jakarta serta pengusaha perikanan. Kuisioner tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana serta peraturan atau tata operasional yang mendukung manajemen penanggulangan kebakaran di wilayah kerja masing-masing

Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dengan pengambilan data yang bersumber dari Dinas Kebakaran setempat, kementerian Tenaga Kerja, UPT pelabuhan, Kementrian Kelautan Dan Perikanan, skripsi serta studi literatur dari internet. Data yang diambil adalah terkait standar keselamatan suatu wilayah terutama yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran yang meliputi sarana dan prasarana, jumlah dan kompetensi sumberdaya manusia hingga sumber-sumber potensial yang dapat mengakibatkan bencana kebakaran di suatu wilayah.

3.2.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk pengambilan responden untuk data primer dilakukan secara purposive sampling (tidak acak). Pertimbangan pemilihan responden secara purposive sampling


(35)

adalah mengingat yang menjadi responden harus mengetahui dan memahami keadaan di lapangan sehingga memudahkan dalam mendapatkan data yang ingin diperoleh dari pengisian kuisioner ini. Proses pemilihan sampling adalah dengan mengkonsultasikan kepada pihak pengelola pelabuhan terutama bagian operasional pelabuhan terkait perusahaan mana yang dapat dengan mudah dikunjungi terutama oleh mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di PPS Nizam Zachman.

3.2.2 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis-jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat dari Tabel 3 berikut: Tabel 3 Jenis data penelitian yang dikumpulkan

No Kelompok

Data Data yang diambil

Cara Pengambilan data Tempat Pengambilan Data

1 Data Primer

 Sarana dan prasanara penanggulangan kebakaran (Mobil pemadam, peralatan pemadam, dll) yang terdapat di PPSJ

 Jumlah SDM dan Kompetensi SDM yang menangani

kebakaran di PPSJ

 Rekam Jejak Bencana kebakaran di PPS Nizam Zachman

Pengamatan dan wawancara

PPSJ

 Penyebab umum kebakaran di

suatu wilayah wawancara

Damkar DKI Jakarta

2 Data Sekunder

 Jumlah perusahaan yang terdapat di PPSJ

 Jumlah kapal yang bersandar di kolam pelabuhan

 Peta PPSJ

 Data rekam kasus kebakaran di PPSJ

 Fasilitas yang dikelola oleh UPT pelabuhan

Studi

literatur PPSJ

 Jumlah SDM dan kompetensi SDM ideal yang

menanggulangi kebakaran

 Sarana dan Prasarana standar penanggulangan kebakaran di wilayah tertentu

 Manajemen penanganan kebakaran di suatu wilayah

Studi Literatur

Damkar Jakarta


(36)

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis Deskriptif

Untuk mengetahui sistem manajemen penanggulangan kebakaran PPS Nizam Zachman Jakarta dilakukan analisis secara deskriptif. Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan langsung dideskripsikan agar tergambar kondisi aktual dari sistem manajemen penanggulangan kebakaran di PPS Nizam Zachman tersebut. Data tersebut meliputi kondisi SDM, peraturan atau tata operasional, sarana dan prasarana pendukung penanggulangan kebakaran serta sumber-sumber potensi terjadinya kebakaran di PPS Nizam Zachman.

3.3.2 Analisis Sistem

Alat analisis sistem yang digunakan adalah diagram sebab akibat Ishikawa. Menurut Herjanto (2007) diagram sebab akibat ini merupakan sebuah alat pengendali mutu yang menggambarkan hubungan antara suatu efek (masalah) dengan penyebab potensialnya. Diagram ini digunakan untuk mengembangkan variasi yang luas atas suatu topik dan hubungannya, termasuk untuk pengujian suatu proses maupun perencanaan suatu kegiatan. Proses dalam membangun diagram membantu menstimulasi pemikiran mengenai suatu isu, membantu berpikir rasional, dan mengundang diskusi.

Diagram sebab akibat dikenal juga dengan berbagai nama, misalnya CE diagram (cause and effect diagram), diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya yang menyerupai tulang ikan, dan diagram Ishikawa untuk menghormati penemunya.

Format diagram sebab akibat secara umum ditunjukkan oleh Gambar 2 berikut.

Sebab Akibat


(37)

Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam menyusun diagram sebab dan akibat :

1) Tentukan masalah/akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam kotak yang menggambarkan kepala ikan yaitu berada di ujung utama (garis horizontal)

2) Tentukan grup/kelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin menjadi penyebab masalah itu dan tuliskan masing-masing pada kotak yang berada pada cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan atas untur material, peralatan (mesin), metoda kerja (manusia) dan pengukuran (inspeksi). Namun, pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis proses.

3) Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyebab yang lebih rinci yang dapat menjadi faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor penyebab ini berupa ranting, yang bila diperlukan bisa dijabarkan lebih lanjut ke dalam anak ranting.

4) Lakukan analisis dengan membandingkan data/keadaan dengan persyaratan untuk setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat diketahui penyebab utama yang mengakibatknan terjadinya masalah mutu yang diamati.


(38)

4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara Baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, yaitu berada di 06o25’ LS dan 106o5’ BT. Luas areal secara keseluruhan ± 98 ha. Luas tersebut dibagi kedalam tiga areal yaitu kawasan industri 48 ha, areal fasilitas Perum dan UPT PPSNZJ 10 ha dan kolam pelabuhan 40 ha. Letak pelabuhan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa (Teluk Jakarta) di sebelah utara, Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah timur, Penjaringan di sebelah selatan dan Pantai Seruni Kawasan Waduk Pluit di sebelah barat.

Gambar 3 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta merupakan Unit PelaksananTeknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan ini diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Pada tahun 1970, pelabuhan

6o0’0”S 5o

55’0”S

6o

5’0”S 107o0’0”E

106o

55’0”E 106o40’0”E 106o


(39)

perikanan yang ada tidak mempunyai cukup kapasitas untuk menampung produk-produk perikanan untuk kota Jakarta dan sistem pemasaran perikanan di Jakarta masih sangat sederhana. Perencanaan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta dimulai sejak tahun 1972 dengan meminta kepada pemerintah Jepang untuk memimpin pembangunan pelabuhan perikanan di Jakarta termasuk fasilitas-fasilitas di dalamnya melalui overseas technical cooperation agency (OTCA) of Japan sekarang dikenal dengan Japanese International Cooperation Agency (JICA). Setelah layak untuk dibangun, pada tahun 1977 pemerintah Indonesia dan Jepang mencapai kesepakatan untuk membiayai pembangunan ini bersama-sama. Biaya pembangunan pelabuhan bersumber pada biaya pemerintah (APBN) dan dana bantuan pinjaman lunak dari Jepang melalui Overseas Economic Cooperation Fund (OECF). Perencanaan teknis pelabuhan dilaksanankan oleh Pasific Consultans International dari Jepang yang bekerja sama dengan PT. Inconeb dari Indonesia.

Semula PPS Nizam Zachman Jakarta berbentuk Project Manajement Unit (PMU) seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa pelabuhan, maka pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di pelabuhan.

Pembangunan awal PPS Nizam Zachman Jakarta dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembangunan. Tahap-tahap pembangunan itu adalah :

1. Pembangunan Tahap I (5 Maret 1980-31 Desember 1982)

Pekerjaan pembangunan ini meliputi pembangunan fasilitas dasar yaitu pengerukan kolam pelabuhan, dermaga, penahan gelombang (Breakwater), lampu navigasi, turap reklamasi tanah.

2. Pembangunan Tahap II (22 Maret 1982 – 31 Maret 1984)

Pembangunan pada tahap ini meliputi pembangunan fasilitas fungsional yaitu gedung pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga tempat bongkar muat ikan, mesin-mesin pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana-sarana pelengkap lainnya.


(40)

3. Pembangunan Tahap III (Pembangunan Sistem Rantai Dingin)

Pembangunan fasilitas penunjang yaitu pada tahun 1984-1988 dibangun pos polisi, jalan kompleks PPS Nizam Zachman, Perkantoran dan hotel, masjid, pertokoan dan tempat proses ikan. Pada tahun 1988-1992 dibangun perpanjangan dermaga (150 m), perluasan cold storage, kantor cabang Perum PPS Nizam Zachman Jakarta, gedung pemasaran ikan, tempat penginapan, 2 transit sheds, MCK, induksi pengolanan ikan.

4. Pembangunan Tahap IV (1984-1997)

Pembangunan IV lebih ditujukan pada peningkatan kebersihan dan hygienitas di kawasan pelabuhan guna meningkatkan mutu produksi hasil perikanan, pengantisipasian jumlah kapal yang semakin meningkat, dan pemberian pelayanan jasa yang lebih baik pada konsumen. Pekerjaan pada tahap ini meliputi:

1) Fasilitas pelabuhan, seperti : Pembersihan air kolam, perbaikan reventment, reklamasi, pembuatan dermaga dengan kedalaman 7,5 m, pengerukan kolam pelabuhan, perbaikan tanah kawasan pelabuhan, dan pengadaan slipways. 2) Bangunan dan sarana lainnya, antara lain : rehabilitasi gedung TPI,

pembangunan kantor UPT, menara kontrol, kamar mandi dan WC, perbaikan bangunan yang ada, jalan, tempat parkir, penghijauan, drainase, penanganan limbah, instalasi air laut, penampungan sampah, instalasi listrik dan penerangan jalan, suplai air dari penampungan, dan tempat perbaikan jaring dan penjemuran.

3) Perlengkapan sarana seperti box sampah, battery forklift, dissel forklift, crane, truck, dan komputer.

4.3 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta dikelola oleh Unit Pelayanan Terpadu (UPT), Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera Jakarta dan Instansi terkait lainnya. Instansi tersebut saling bekerjasama dalam menjalankan kegiatan operasional pelabuhan, memfungsikan, mengembangkan dan memelihara/merawat, seta menjaga kebersihan segala


(41)

fasilitas pelabuhan yang ada baik fasilitas pokok, fasilitas penunjang serta pendukungnya.

4.3.1 Unit Pelaksana Teknis

Menurut peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor PER.06/MEN/2007 Pelabuhan Perikanan adalah unit pelaksana teknis di bidang pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pelabuhan Perikanan mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumber daya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, Pelabuhan Perikanan menyelenggarakan fungsi:

1. Perencanaan, pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian serta pendayagunaan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan;

2. Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan;

3. Pelayanan jasa dan fasilitasi usaha perikanan;

4. Pengembangan dan fasilitasi penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat perikanan;

5. Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan;

6. Pelaksanaan fasilitasi publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya;

7. Pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari;

8. Pelaksanaan pengawasan penangkapan sumber daya ikan, dan penanganan, pengolahan, pemasaran, serta pengendalian mutu hasil perikanan;

9. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, serta pengelolaan sistem informasi;


(42)

10. Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan;

11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Struktur Organisasi PPS Nizam Zachman Jakarta

Gambar 4 Struktur Organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta

4.3.2 Perusahaan Umum

Perusahaan umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera mempunyai misi sebagai pelayanan umum dalam bidang penyediaan jasa sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Perum Prasarana Perikanan Samudera berpusat di Muara Baru Jakarta dengan cabang-cabangnya di sembilan pelabuhan perikanan sesuai pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1990 bahwa hanya (9) sembilan pelabuhan perikanan yang fasilitas komersialnya untuk sementara akan diusahakan oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera yaitu: PPS Nizam

Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Umum

Bidang Pengembangan

Seksi Sarana

Kelompok Jabatan Fungsional

Bidang Tata Operasional

Seksi Kesyahbandaran Perikanan

Seksi Pemasaran dan Informasi Kepala Pelabuhan

Bagian Tata Usaha

Seksi Tata Pelayanan


(43)

Zachman Jakarta, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Belawan, dan Berondong serta sisanya 5 pelabuhan Pelabuhan Perikanan Pantai yang masing-masing adalah Lampullo (Aceh), Pemangkat, Banjarmasin, Tarakan, dan Prigi. Kegiatan pelayanan pada PPS Nizam Zachman Jakarta yang bersifat komersil merupakan tanggung jawab dan wewenang dari Perum Prasarana Samudera cabang Jakarta.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2000, maksud dan tujuan dibentuknya Perum adalah:

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan perbaikan sarana atau prasarana pelabuhan perikanan;

2) Mengembangkan wiraswasta perikanan serta merangsang dan atau mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil tangkapan;

3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil perikanan dan sistem rantai dingin dalam perdagangan dan industri bidang perikanan;

4) Menumbuhkembangkan kegiatan perikanan sebagai komponen kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan.

Strategi yang telah ditetapkan oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan adalah:

1) Meningkatkan kemampuan sarana dan prasarana yang telah tersedia dan mengembangkan sarana, prasarana baru dalam rangka meningkatkan pelayanan dan menangkap peluang usaha baru;

2) Melengkapi beberapa pelabuhan perikanan dengan sarana pendukung yang memungkinkan diselenggarakannya secara baik dan lancar kegiatan pelayanan ekspor hasil perikanan langsung dari pelabuhan tersebut;

3) Membentuk anak perusahaan dalam rangka memperluas jaringan usaha terutama untuk menangkap peluang-peluang usaha baru diluar usaha pokok perusahaan;

4) Mengevaluasi pelabuhan-pelabuhan yang ekonomis sudah layak dan mengusulkan untuk dikelola perusahaan;


(44)

5) Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan yang belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dan memanfaatkan peluang usaha baru yang saling menguntungkan;

6) Memperkuat struktur permodalan khususnya untuk investasi berupa pinjaman jangka panjang dari lembaga pemerintah atau sektor perbankan dengan tingkat bunga yang dinilai saling menguntungkan;

7) Mengupayakan terwujudnya tambahan Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) dalam mendukung pengembangan perusahaan.

4.4 Visi, Misi dan Tujuan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Visi PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan bagian internal dari visi Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh staff, instansi terkait dan swasta yang beroperasional di kawasan pelabuhan.

Adapun visi PPS Nizam Zachman Jakarta adalah “Terwujudnya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebagai pusat pertumbuhan dan

pengembangan ekonomi terpadu “. Sedangkan Misi PPS Nizam Zachman Jakarta

adalah sebagai berikut :

1) Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif; 2) Pemberdayaan masyarakat perikanan;

3) Meningkatkan mutu, keamanan pangan, dan nilai tambah produk perikanan; 4) Menyediakan sumber data dan informasi perikanan;

5) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan. PPS Nizam Zachman Jakarta ini dibangun untuk memenuhi tujuan berikut : 1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera;

2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas;

3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi perikanan;


(45)

5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam Zachman Jakarta melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan, perbekalan, dan lainnya;

6) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan data statistik perikanan dalam rangka pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi perikanan; dan

7) Meningkatkan pengawasan, keamanan dan ketertiban di kawasan pelabuhan.

4.5 Sarana dan Prasarana Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman tergolong dalam Pelabuhan Perikanan tipe A sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2006. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh PPS Nizam Zachman Jakarta terbagi menjadi 3 yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.

Adapun rincian fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam PPS Nizam Zachman tercantum dalam Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6 berikut :

Tabel 4 Fasilitas Pokok di PPS Nizam Zachman, Jakarta

Nama Fasilitas Luas/Volume Keterangan

Dermaga + Jetty

27.584.70 m2

Dilakukan peninggian setinggi ± 1,2 m dari eksisking seluas 17084,7 m2

Kolam pelabuhan (40ha) 400.000 m2 - `

Pemecah gelombang 1.041 m2

Dilakukan peninggian setinggi ± 30 cm dari eksisting.

Turap sisi barat, timur, dan selatan

3.259 m2 Dilakukan peninggian setinggi ± 90 cm. Jalan kawasan

pelabuhan

83.100 m2 Dilakukan peninggian ± 80 cm dari eksisting oleh Hutama Karya 22.833 m2 + penyewa lahan 6.519 m2.

Saluran pembuangan air 16.029 m2 Dilakukan peninggian sepanjang ± 900 m, lebar 1m di Jln Tuna Raya menuju kolam penampung banjir


(46)

Tabel 5. Fasilitas Fungsional di PPS Nizam Zachman, Jakarta

Nama Fasilitas Luas/Volume Keterangan

Gedung administrasi perikanan

1. 106, 25 m2 Penggantian pagar keliling (panjang 181 m, tinggi 2 m), pembuatan taman kantor (298m), perawatan kantor (1176M2). Tempat pelelangan ikan

(TPI)

3.182 m2 Kondisi sebagian struktur lantai atap dan pagar TPI mengalami kerusakan.

Pusat Pemasaran ikan (PPI) 9.856 m2 Kondisi sebagian struktur lantai, atap, dan drainase mengalami kerusakan.

Lampu navigasi 2 unit 1 unit rusak/mati. Unit pengolahan limbah

(UPL) cair (1000 M3)

995,40 m2 Perawatan gedung, perawatan mesin, dan kondisi baik.

Tempat pembakaran sampah dan peralatannya (Incinerator)

880 m2 Perawatan gedung, perawatan mesin, dan kondisi baik.

Penerangan jalan diluar kawasan industri

158 titik Lampu jalan mati karena kerusakan jaringan bawah tanah.

Jaringan air limbah

6.575 m2

Sedang dalam proses pekerjaan sepanjang 5.325 M.

Work Shop 60 m2 Penggantian pintu, kondisi baik. Kantor pelayanan terpadu 690 m2 Dalam proses pekerjaan paket I.

Sumber: Data tahunan PPS Nizam Zachman 2010

Tabel 6. Fasilitas Penunjang di PPS Nizam Zachman, Jakarta

Nama Fasilitas Luas/Volume Keterangan

Balai penyuluhan nelayan 234 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Pos keamanan 118,50 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Pos kamla 69,50 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Mess operator 1 150 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Mess operator 2 124,5 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Musholla (2 unit) 150,53 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Mesjid 440,90 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Kantor polisi KP3 400 m2 Kondisi baik

Mess loligo 249 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Bangunan MCK 439 m2 Perawatan 6 unit MCK dan kondisi baik Tempat penampungan sampah

sementara (TPS)

1.500 m2 Kondisi pagar rusak Jaringan air laut (Seawater

Intake)

42,64 m2 Terjadi kerusakan karena penurunan tanah. Kolam pengelontoran air laut

(Foul Sea Water Disposal)

10,740 m2 Tidak berfungsi dan perlu rehabilitasi Garasi kenderaan alat berat 210 m2 Perawatan gedung dan kondisi baik


(47)

Lanjutan Tabel 6

Nama Fasilitas Luas/Volume Keterangan

Rumah genzet 40 m2 Perawatan gedung, mesin genzet, dan kondisi baik.

Bangunan pos masuk 51 m2 Direhabilitasi oleh paket II Bangunan kantin (107 lapak) 1.161,25 m2 Kondisi baik

Bangunan gudang peralatan 1 200 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik. Bangunan gudang peralatan 2 128 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Halte bus 27 m2 Kondisi baik

Kantor pengurus kapal 94 unit Kondisi baik Muara baru Centre 6.730 unit Kondisi baik Kantor koperasi 53,5 m2 Kondisi baik

Sumber: Data tahunan PPS Nizam Zachman 2010

4.6 Keadaan Perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta

Berdasarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap tahun 2010 menerangkan bahwa terdapat 83 perusahaan termasuk perusahaan penunjang yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ini yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari perbekalan melaut hingga pengolahan produk perikanan. Perusahaan tersebut tersebar di beberapa lokasi di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu : Dermaga Barat, Dermaga Timur, dan Lokasi Industri.

Gambar 5 Data Perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta

Sebanyak 50 (lima puluh) perusahaan bergerak di bagian pengolahan ikan, 13 (tiga belas) perusahaan bergerak di bagian penyediaan perbekalan melaut, sebanyak 3 (tiga) perusahaan bergerak di bidang penangkapan ikan, 3 (tiga) perusahan bergerak dalam pengolahan air limbah, serta 12 (dua belas) perusahaan bergerak di bidang perbengkelan dan penyimpanan. Sementara 2 (dua) perusahaan lainnya sudah tidak beroperasi.


(48)

Secara umum PPS Nizam Zachman mempunyai manajemen penanggulangan kebakaran yang baik. Organisasi unit penanggulangan kebakaran yang terdapat di lingkungan PPS Nizam Zachman ada 2 (dua), yaitu TB.Mina Antasena dan Dinas Pemadam Kebakaran pos jaga Muara Baru. Organisasi tersebut mempunyai struktur, tugas dan tanggung jawab masing-masing. Jumlah dan tingkat keahlian personil unit penanggulangan kebakaran itu disesuaikan dengan aturan/arahan pemerintah tentang unit penanggulangan kebakaran. Organisasi ini juga melakukan pengecekan dan perawatan sarana penanggulangan kebakaran secara teratur dan berkala. Selain itu organisasi ini juga melakukan tindakan pembinaan dan pelatihan terhadap pelaku perikanan yang ada di lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta.

Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran yang tersedia di PPS Nizam terdiri dari pasokan air yang baik, jalan lingkungan yang memenuhi kriteria aksesibilitas mobil pemadam kebakaran dan komunikasi yang baik. Disamping itu setiap pos unit pemadan kebakaran juga dilengkapi oleh alat pemadam api ringan (Apar), dan mobil pompa.

5.1 Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta

Menurut Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar-PB) Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 terdapat 573 kejadian se-Jabodetabek. Dari total 573 kejadian kebakaran se-Jabodetabek tersebut ternyata dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi penyebab kejadian kebakaran yaitu; kompor, lampu, listrik, rokok, dan lain-lain. Listrik menjadi penyebab terbesar kejadian kebakaran. Dari total 573 kejadian, 364 kejadian diantaranya disebabkan oleh listrik. Sedangkan lampu menempati posisi terendah yang menjadi penyebab kebakaran yakni 8 (delapan) kejadian.

Total wilayah kebakaran yang terjadi adalah sekitar 243.202 m2 dengan korban luka-luka sebanyak 61 (enam puluh satu) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang dari petugas Damkar-PB dan 59 (lima puluh sembilan) orang dari masyarakat. Korban meninggal mencapai 16 (enam belas) orang. Sebanyak


(49)

19.461 orang dari 2.507 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal. Sedangkan taksiran kerugian materi mencapai 186 triliun rupiah.

Gambar 6 Penyebab umum kejadian kebakaran

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa potensi kebakaran di PPS Nizam Zachman sangat tinggi mengingat hampir semua perusahaan perikanan di lingkungan PPS Nizam Zachman menggunakan listrik untuk melakukan produksinya. Disaping itu dari rata-rata 341 unit kapal yang bersandar di kolam pelabuhan sepanjang tahun 2010 hampir 90% diantaranya adalah kapal kayu yang mana kayu sendiri merupakan material penghantar panas yang sangat potensial. Pada Tabel 7 berikut disajikan fasilitas yang terdapat di PPS Nizam Zachman yang memiliki potensi terjadinya kebakaran.

Tabel 7 Fasilitas PPS Nizam Zachman dan potensi kebakarannya

No Fasilitas Luas/jumlah

Unit

Potensi Penyebab Kebakaran 1 Kantor Pelayanan terpadu 690 m2 Listrik

2 Balai penyuluhan nelayan 234 m2 Listrik 3 Pos Keamanan 118,5 m2 Listrik 4 Mess Operator 1&2 174,5 m2 Listrik 5 Musholla 150,53 m2 Listrik 6 Masjid 440,9 m2 Listrik 7 Kantor Polisi KP 3 40 m2 Listrik 8 Mess Loligo 24 m2 Listrik 9 Bangunan MCK (20 unit) 439 m2 Listrik 10 Garasi kendaraan berat 210 m2 Listrik

11 Rumah Genzet 40 m2 Listrik, Mesin 12 Bangunan Pos masuk 51 m2 Listrik

13 Bangunan Kantin 1.161,25 m2 Listrik, Kayu, Kompor 14 Bangunan gedung peralatan 1&2 328 m2 Listrik

15 Kantor pengurus kapal 94 m2 Listrik 16 Muara Baru Center 6.730 m2 Listrik 17 Kantor Koperasi 53,4 m2 Listrik 18 Kapal yang berlabuh (rata-rata

per bulan)

341 unit Mesin, bahan bakar, kompor


(50)

Adapun data kejadian kebakaran di kolam pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta terdapat dalam Gambar 8 berikut.

Gambar 7 Kejadian kebakaran kapal di Kolam Pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta 5.2 Manajemen penanggulangan kebakaran TB.Mina Antasena

5.2.1 Sarana dan prasarana

TB. Mina Antasena adalah kapal yang mempunyai tugas khusus untuk memantau titik api serta memadamkan api yang terdapat di kolam pelabuhan dan di atas kapal baik yang sedang bersandar atau pun yang berada di laut sekitar Perairan Utara Jakarta. TB. Mina Antasena dilengkapi dengan berbagai kelengkapan pemadam kebakaran sebagaimana layaknya kapal pemadam kebakaran seperti yang terdapat dalam Tabel 8.

Kelengkapan pemadam yang terdapat di kapal TB.Mina Antasena ini adalah: sistem pemadaman eksternal (eksternal fire fighting) yang berfungsi untuk memadamkan api pada kapal lain, Sistem pemadaman internal (internal fire fighting) yang berfungsi untuk menjaga kapal agar tetap terjaga dari bahaya kebakaran pada saat kapal memadamkan api kapal lain/ sedang menjalankan eksternal fire fighting. Kapal ini terdiri dari dua mesin, mesin pertama sebagai mesin utama penggerak kapal (berwarna hijau), dan mesin kedua sebagai mesin pemadam utama yang berfungsi untuk menjalankan seluruh sistem pemadam yang ada di kapal ini baik eksternal maupun internal fire fighting. Eksternal fire fighting dilengkapi dengan 2 (dua) nozzle (pemancar air) yang terdapat di bagian atas kapal. Hal ini bertujuan agar memudahkan TB.Mina Antasena untuk melakukan pemadaman pada kapal lain. Internal fire fighting dilengkapi dengan 2 (dua) pipa air juga, yaitu di bagian kanan dan kiri dek kapal. Hal ini bertujuan


(51)

agar melindungi kapal dari percikan api pada saat kapal sedang melakukan pemadaman kebakaran pada kapal lain.

Kelengkapan lain yang terdapat di TB. Mina antasena ini adalah terdapat Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan type Dry cemical, Fire equipment (baju tahan api) yang berfungsi untuk melindungi petugas dalam melaksanakan tugasnya agar tidak terkena api, Smoke signal dan red hanflare, yang digunakan pada saat kapal berada dalam keadaan darurat. Smoke signal adalah salah satu bentuk signal darurat yang berbentuk kepulan asap dan biasa digunakan pada siang hari. Sedangkan red hanflare adalah sinyal darurat yang berbentuk percikan api berwarna merah. Biasanya red hanflare ini lebih efektif digunakan pada malam hari karena warna merah akan lebih terlihat pada malam hari.

Kapal TB. Mina Antasena ini selain mempunyai kelengkapan pemadam kebakaran juga mempunyai kelengkapan standar kapal laut. TB.Mina Antasena ini dilengkapi dengan radio, kompas, GPS, teropong, klakson kapal dan sebagainya.

Tabel 8 Sarana dan Prasarana TB. Mina Antasena

Sarana dan Prasarana

Kapal TB. Mina Antasena Generator penerangan Mesin Pemadam Mesin induk kapal Pompa Penghisap Pompa minyak

Eksternal Fire Fighting Internal Fire Fighting

Nozzle APAR

Fire Equipment Red Handflare

Smoke Signal

Selain itu TB.Mina Antasena mempunyai tugas untuk mengatur kapal-kapal yang berada di kolam pelabuhan serta membantu kapal perikanan yang bermasalah di laut sekitar PPS Nizam Zachman Jakarta (kandas, rusak mesin, rusak kemudi, dll).

5.2.2 Sumberdaya Manusia

Seluruh sumberdaya manusia pada unit ini adalah berasal dari Tug Boat (TB) Mina Antasena Crew. Unit ini berada di bawah pengawasan syahbandar perikanan PPSNZJ. Unit ini sepenuhnya bertanggung jawab memantau dan memadamkan sumber api di kapal maupun kolam pelabuhan.


(52)

Unit ini terdiri dari 8 (delapan) orang yang dibagi dalam 2 (dua) shift. Semua personel pada unit ini dibekali dengan keterampilan memadamkan api di atas kapal. Bahkan 4 (empat) diantaranya sudah mendapatkan sertifikat Advance fire fighting dari Pertamina.

Petugas yang sudah mendapat sertifikat advance fire fighting tersebut mempunyai keahlian memadamkan api dengan cara menghilangkan salah satu unsur segitiga api yang menimbulkan kebakaran. Segitiga api itu adalah Oksigen (O2), material dan panas. Beberapa contoh cara menghilangkan segitiga api itu adalah ; 1) Oksigen dapat dihilangkan dengan menutup sumber api dengan karung basah, 2) Material dapat dihilangkan dengan cara menghancurkan material tersebut, dan 3) Panas dapat dihilangkan dengan air dan CO2. Partner TB.Mina Antasena dalam memperoleh sertifikasi AFF ini adalah Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta dan Pertamina Maritim Training Centre.

5.2.3 Tata Operasional

Selama 24 jam terdapat petugas yang bertugas untuk memantau keadaan di sekitar kolam pelabuhan. Petugas tersebut bertugas untuk melihat titik api yang ada di sekitar kolam pelabuhan. Jika menemukan titik api yang kecil, (misalnya bakar sampah di atas kapal, bakar ikan di atas kapal, dsb) biasanya petugas langsung menghampiri sumber api tersebut dan memperingatkan akan bahaya kebakaran besar yang dapat ditimbulkan oleh api yang kecil.

Jika petugas menemukan sumber api yang besar terlebih jika ada laporan dari warga bahwa ada kebakaran di suatu titik, maka petugas akan segera membunyikan alarm bahaya kebakaran yang berada di Tug Boat Mina Antasena (TB.Mina Antasena). Seketika itu juga para petugas bersiap dengan pakaian lengkap (fire equipment) dan langsung stand by di pos yang telah ditetapkan. Kejadian kebakaran di kapal pada umumnya tidak ada korban jiwa, karena kapal ditinggal dalam keadaan tidak ada ABK dan umumnya terjadi pada malam hari. Adapun penyebab umum terjadi kebakaran di kapal adalah pemakaian kompor di atas kapal yang pada umumnya terbuat dari kayu, puntung rokok yang dibuang sembarangan, dan konsleting yang terjadi di mesin kapal.


(53)

Berikut pembagian peran crew TB.Mina Antasena jika terjadi kebakaran : 1) Nahkoda bertugas untuk memimpin pemadaman dan mengemudikan kapal, 2) Kepala Kamar Mesin (KKM) bertugas untuk mengoperasikan mesin kapal

dan mesin pemadaman serta memimpin internal fire fighting

3) Mualim 1, juru mudi 1&2 bertugas untuk mengoperasikan 2 nozzle (pemancar) yang merupakan bagian dari eksternal fire fighting.

Menurut pengakuan dari Nahkoda TB. Mina Antasena (Kapten Indra) selama 5 tahun terakhir kejadian kebakaran terbersar terjadi pada tahun 2005 dimana pada waktu itu ada 3 (tiga) kapal yang terbakar sekaligus yang sedang bersandar di kolam pelabuhan. Pada saat kejadian kebakaran 3 (tiga) kapal tersebut tidak dihuni oleh ABK sehingga tidak ada pencegahan lebih dini dari orang terdekat ketika sumber api pertama muncul. Akhirnya untuk mencegah peluasan kebakaran kapal TB.Mina Antasena langsung menabrak dan memisahkan 3 (tiga) kapal tersebut. Akhirnya 2 (dua) kapal hanyut ke laut dan satu lagi tetap di posisi awal. Akhirnya terjadi pembagian peran antara TB. Mina Antasena dengan Sudin Kebakaran dan Penanggulangan Bencara wilayah muara baru dima TB. Mina Antasena bertugas untuk mengejar dan melakukan pemadaman 2 (dua) kapal yang hanyut tadi, sedangkan Damkar bertugas untuk memadamkan kapal yang masih berada di kolam pelabuhan.

Gambar 8 Tata operasional pensanganan kebakaran oleh TB.Mina Antasena

TB.Mina Antasena Pemantauan

Sumber Api Kecil (Non

Kebakaran)

Besar (Kebakaran)

Persiapan Crew Pemadaman Api Teguran

Alarm Kebakaran + Persiapan Crew


(1)

Tampak Depan Pos Jaga

Armada Pemadam Kebakaran

Sekop dan Linggis

Selang Air

Sepatu Petugas

Tangki Air di Pos Jaga


(2)

Pemancar

Kapak

Pipa Cabang


(3)

Masker

Pompa

APAR


(4)

PT. Awindo Internasional

PT. Lautan Niaga Jaya

PT. Bosco

Instalasi Air Bersih dan Hidran PT.Bosco


(5)

Instalasi Air Bersih dan Hidran PT.Bosco

Instalasi Air Bersih dan Hidran PT.Bosco

Smoke detector

Alat Pemadam Api

Portable


(6)

Pemilik : Dept.Kelautan dan Perikanan Dirjen Perikanan Tangkap

Jl. Medan Merdeka Timur 16 Jakarta Pelabuhan Pendaftaran : Jakarta Bendera : Indonesia

Tanda Kelas & Notasi Lambung : A100 P

- TU

G BOAT

Instalasi Pendingin : CMS/CHS :

Tgl.Masuk BKI : 10-3-2005 Pembaruan ke : 1

Status Pending :

Operator :Dept.Kelautan dan Perikanan Dirjen.Perikanan Tangkap

Jl. Medan Merdeka Timur 16 Jakarta

Tanda Pengenal : YDA4017 Ex. Dual Kelas :

Tanda Kelas & Notasi Mesin : SM

Bangunan : Lama

Tanggal Mulai Klas : 3-2005 Tahunan Ke : -

DATA LAMBUNG

Galangan : PT.Pahala Harapan Lestari Lokasi : Pangkal Pinang

Tanggal Peluncuran : 11-10-2004 LOA : 22,5 m LBP : 21 m LT : 672 mm GT : 125 T (m) : -

J.Geladak : 1 Ukuran Palka : - J. Sekat Melintang : 5

O & Panj.Rantal Jangkar “ 16/220 J. & Kap. Crane : -x - T

Tahun Bangun : 2004

BMLD : 6,8 m HMLD : 3,1 m

NT : 75 DWT (ton) : - J.Palka : -

J.Sekat Memanjang : - J.& Berat Jangkar : 2/250 DATA MESIN

Sistim Start :

Gigi Reduksi : 1 : 5,95 Jumlah Baling-baling : 2 Kecepatan Dinas : 10 Voltage : 330

Daya Listrik : 60 Jenis Mesin : Diesel Cara Kerja Mesin : 4 Tak

Tipe Baling-baling : Solid/Pejal Kecepatan Coba : 10

Arus : AC

Jumlah Mesin Bantu : 2 Jumlah Mesin Induk : 2 Dla. x langkah : 132 x 145 DATA MESIN INDUK

DATA MESIN BANTU

No Merk Manufacture Location RPM BHP Year

A01 DEUTZ DEUTZ MWM GERMANY D 226

B-4

54 -

A02 YANMAR YANMAR DIESEL

ENGINE CO, LTD

JAPAN TF

155H-dl