Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta
STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS
KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN
SAMUDERA NIZAM ZACHMAN, JAKARTA
TRISNA NINGSIH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
(2)
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Mei 2006
Trisna Ningsih C 551030234
(3)
ABSTRAK
TRISNA NINGSIH. Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta (Dibimbing oleh BUDY WIRYAWAN sebagai ketua komisi pembimbing, DANIEL R. MONINTJA dan TOMMY H. PURWAKA sebagai anggota).
Saat ini di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman (PPS Nizam Zachman) terdapat 10 macam kelembagaan. Sekalipun telah diterbitkan SK Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99 tentang tata hubungan kerja antara UPT pelabuhan perikanan dengan instansi terkait dalam pengelolaan pelabuhan perikanan, namun suasana ketidakharmonisan antara UPT, Perum dan instansi terkait lain tetap berkembang bahkan cenderung meruncing. Sumber permasalahan diperkirakan antara lain 1) Adanya kemiripan antara tugas pokok dan fungsi UPT dengan Perum; 2) Tidak terdapat ketentuan khusus bahwa Perum dan instansi terkait di dalam segenap aktivitasnya harus berada di bawah koordinasi UPT; 3) Belum dapat direalisasikannya fungsi kesyahbandaran perikanan; dan 4) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah. Penelitian ini bertujuan 1) Mengkaji kelembagaan PPS Nizam Zachman; 2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengelolaan PPS Nizam Zachman; dan 3) Menyusun strategi peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan analisis SWOT dan AHP untuk menentukan strategi peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman. Berdasarkan hasil identifikasi fungsi dan kewenangan kelembagaan di PPS Nizam Zachman, terdapat beberapa tumpang tindih dan kontradiksi fungsi dan wewenang antara kelembagaan/instansi. Strategi yang dianggap sesuai dalam peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah 1) penyempurnaan pengelola pelabuhan, 2) peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan, dan 3) peningkatan pelayanan pelabuhan. Dalam upaya meningkatkan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman, maka disarankan untuk 1) Peningkatan fungsi dan kewenangan kelembagaan di pelabuhan, 2) Peningkatan kinerja operasional pelabuhan, dan 3) Penelitian lebih lanjut tentang tingkat pelayanan atau standar kinerja keberhasilan PPS Nizam Zachman.
Kata Kunci : Strategi, Kelembagaan, Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Analisis Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan.
(4)
ABSTRACT
TRISNA NINGSIH. Strategy for Capacity Building in Nizam Zachman Ocean Fishing Port (PPS NZ), Jakarta. Under the direction of BUDY WIRYAWAN, DANIEL R. MONINTJA and TOMMY H. PURWAKA.
In Nizam Zachman Ocean Fishing Port (PPS Nizam Zachman), currently consist of 10 institutions. Even though the regulation by minister of agriculture had been published on the relationship between technical executor unit (UPT) and government institution who has the activities in fishing port, mean while inharmonic environment among the institutions still occurred and tend to increase. The main constraint among them predicted respectively as follow 1) the similarity on duty and function between UPT and state owned company (Perum), 2) no specific regulation that Perum and other institution activities have to under UPT coordination, 3) realization of fishery harbor has not yet been fully functioning, and 4) weakness coordination and supporting related institution. The objectives of the study are 1) to assess institutional of PPS Nizam Zachman, 2) to assess the influence of effectively and efficiency of PPS Nizam Zachman management, 3) to compile the capacity building strategy of PPS Nizam Zachman. SWOT analysis and Analytic Hierarchy Process (PHA) was conducted on this study to compile alternate strategy and implemented strategy for capacity building of PPS Nizam Zachman. Based on functional identification and institution authority in PPS Nizam Zachman, there were overlapping, contradiction functional and authority among the institution. The appropriate strategies to improve the capacity building in PPS Nizam Zachman are 1) reform the management in the port, 2) improvement port infrastructure and facilities, and 3) improvement port services. To improve the capacity building in PPS Nizam Zachman, advised to 1) improve port function from infrastructure provider being multi function provider, 2) improve entrepreneurship of fish port manager, and 3) improve of information activities access and port facilities.
Keyword : strategy, institutions, Nizam Zachman ocean fishing port, institutional function and authority analysis.
(5)
© Hak cipta milik Trisna Ningsih, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm, dan sebagainya.
(6)
STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS
KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN
SAMUDERA NIZAM ZACHMAN, JAKARTA
TRISNA NINGSIH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA
(7)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta
Nama Mahasiswa : Trisna Ningsih Nomor Pokok : C 551030234 Program Studi : Teknologi Kelautan
Sub Program : Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc Ketua
Prof. Dr. Daniel R. Monintja Dr. Tommy H. Purwaka, SH, LLM
Anggota Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Teknologi Kelautan
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc
(8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 18 Mei 1965 sebagai putra kedua dari pasangan Almarhum H.M. Thohir dan Almarhumah Hj. E. Ruhaesih Thohir.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN Budi Utomo Pagi III Jakarta pada tahun 1977, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 52 Jakarta pada tahun 1980 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 53 Jakarta pada tahun 1983.
Selanjutnya penulis melanjutkan studi Diploma III Ahli Usaha Perikanan Jakarta Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Perairan dan lulus pada tahun 1986, Diploma IV Ahli Usaha Perikanan Jakarta Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Perairan dan lulus tahun 1991 dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Satya Negara Indonesia Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 1986 penulis mulai berkerja di Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian dan sejak tahun 2000 penulis bekerja di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan d/h Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan strata dua sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2006
Penulis
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul “Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc, Prof. Dr. Daniel R. Monintja dan Dr. Tommy H. Purwaka, SH., LLM yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan tesis ini.
2. Dr. Achmad Poernomo, Dr. Sunoto MES, Ir. A. Bambang Sutedjo, Ir. Hamim, Ir. Djoko Kusyanto, Ir. Hartoyo, Ir. Rachmat Irawan, Sutaryo, SH, Drs. Joko Martoyo, MM, Ir. Sudaryati dan Kuryanto AL, sebagai responden dan narasumber yang telah memberikan saran serta pendapatnya mulai dari penyusunan sampai pengisian kuesioner.
3. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
4. Seluruh jajaran staf di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Perum Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta dan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan atas segala bantuan yang telah diberikan saat melakukan penelitian dan penyelesaian tesis.
5. Seluruh keluarga besar dan semua pihak yang telah memberikan bantuan moril, materil serta doa kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambahkan pada tesis ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan bantuan dan partisipasi semua pihak untuk menyempurnakannya. Terimakasih.
Bogor, Mei 2006
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..……….. i
DAFTAR TABEL ………..…….……..….. iv
DAFTAR GAMBAR ………..… vi
DAFTAR LAMPIRAN ………....…. viii
1 PENDAHULUAN ………..….. 1
1.1 Latar Belakang ………...………….…. 1
1.2 Perumusan Masalah ………..… 4
1.3 Tujuan Penelitian ….……….… 7
1.4 Manfaat Penelitian ..………..… 7
1.5 Hipotesis …………..……….…... 8
1.6 Kerangka Pemikiran ………..….…….. 8
2 TINJAUAN PUSTAKA ……….…….. 11
2.1 Pelabuhan Perikanan ……….… 11
2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ……….…… 13
2.2.1Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) ……… 13
2.2.2Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) ……… 13
2.2.3Pelabuhan Perikanan Pantai (PPN) …….……… 14
2.2.4Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ……… 15
2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan ……….……... 16
2.4 Manajemen Strategi ………...… 18
2.5 Kelembagaan ……….….…….…. 18
2.6 Teknik Penyusunan Strategi Alternatif ……….…... 21
2.6.1 Analisis matriks SWOT ……….. 21
2.6.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) ………..…… 23
2.7 Kajian Penelitian Terdahulu ………..……….….. 26
3 METODOLOGI …………..………..…..……. 29
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….…...…… 29
3.1.1Analisis fungsi dan kewenangan kelembagaan ………….….. 30
3.1.2Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan ………. 32
3.1.3Analisis strategi peningkatan kapasitas kelembagaan ………. 33
3.2 Metode Pengumpulan Data ………. 29
(11)
4 PROFIL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM
ZACHMAN ... 37
4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ………… 37
4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman .….…………...… 39
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ...….… 45
4.4 Kebijakan ……….……… 46
4.5 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ……... 51
4.5.1Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ... 51
4.5.2Perum Prasarana Perikanan Samudera ... 53
4.6 Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ……….………...… 56
4.7 Kerjasama dengan Swasta di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ... 60
4.8 Fasilitas dan Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ……….……….. 62
4.8.1Fasilitas pokok ……….……….……….. 62
4.8.2Fasilitas fungsional ………..……….……….. 64
4.8.3Fasilitas penunjang ………….…..……….……….. 64
4.9 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ….. 67
4.9.1Produksi ikan ……….………....……… 68
4.9.2Armada penangkapan ………….………….……… 71
4.9.3Perbekalan .………....…………..… 74
4.9.4Pendaratan, distribusi dan pemasaran ikan ….………... 78
5 HASIL DAN PEMBAHASAN ……….………..………. 91
5.1 Analisis Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan ……..……..….… 91
5.2 Analisis Strategi Kinerja Pelabuhan Perikanan ….……….. 96
5.2.1Analisis internal ... 96
5.2.2Analisis eksternal ... 98
5.3 Analisis Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan ..……….… 102
5.4 Perumusan Program Pembangunan PPS Nizam Zachman ….……. 109
5.4.1Program Jangka Pendek (1 tahun) .…….……….………....… 109
5.4.2Program Jangka Menengah (2-4 tahun) ...…….………. 110
5.4.3Program Jangka Panjang (5 tahun) ..….….……….... 111
6 KESIMPULAN DAN SARAN ………..…….….… 114
6.1 Kesimpulan ……….…………..………..….… 114
6.2 Saran ………..……….. 115
DAFTAR PUSTAKA ……….…... 116
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan
eksternal ... 23
2 Kerangka matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang antar lembaga/instansi ... 31
3 Matriks paired comparison gabungan ... 32
4 Matriks pendapat pada metode AHP ... 35
5 Nilai skala banding berpasangan ... 35
6 Daftar perusahaan perikanan di Kawasan Industri PPS Nizam Zachman ... 61
7 Sarana/fasilitas di PPS Nizam Zachman ... 65
8 Jenis pelayanan di PPS Nizam Zachman ... 66
9 Poduksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ... 69
10 Frekuensi kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ... 72
11 Frekuensi kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ... 73
12 Penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ... 77
13 Volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ... 82
14 Volume dan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ... 84
15 Matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang antar lembaga/instansi di PPS Nizam Zachman ... 91 16 Strategi kinerja PPS Nizam Zachman berdasarkan faktor internal dan
(13)
18 Urutan prioritas strategi dalam upaya peningkatan kapasitas
kelembagaan PPS Nizam Zachman ... 104 19 Urutan prioritas faktor penentu dalam upaya peningkatan kapasitas
kelembagaan PPS Nizam Zachman ... 104 20 Urutan prioritas sasaran utama dalam upaya peningkatan kapasitas
kelembagaan PPS Nizam Zachman ... 105 21 Matrik alternatif kegiatan/kebijakan dalam rangka peningkatan
(14)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Kerangka pemikiran ... 10 2 Analytical Hierarchy Process (Saaty, 1991) ... 25 3 Struktur hirarki dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS
Nizam Zachman ………....………....…………. 34 4 Skema proses pengolahan data pada AHP ………... 36 5 Peta lokasi PPS Nizam Zachman ... 38 6 Tahap I dan II pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1982 s.d
1984 ... 41 7 Tahap III pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1984 s.d 1988.. 42 8 Tahap IV pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1996 s.d 2001.. 43 9 Master plan tahap V pembangunan PPS Nizam Zachman ... 44 10 Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman ... 53 11 Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang
Jakarta ... 55 12 Perkembangan produksi ikan yang di daratkan di PPS Nizam
Zachman Tahun 2000-2004 ... 70 13 Perkembangan jumlah kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun
2000-2004 ………..……… 73
14 Perkembangan jumlah kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun
2000-2004 ... 74 15 Perkembangan penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam
Zachman Tahun 2000-2004 ... 78 16 Perkembangan volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam
(15)
18 Grafis hasil pengolahan vertikal AHP strategi peningkatan
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Mekanisme masuknya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman ... 119
2. Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman .... 120
3. Mekanisme keluarnya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman ... 121
4. Pelayanan ekspor di PPS Nizam Zachman ... 122
5. Inventarisasi faktor internal dan faktor eksternal ... 123
6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1082/Kpts/OT.210/10/99 ... 124
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2000... 136
8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26 I/MEN/2001 ... 157
9. Hasil analisis SWOT... 174
(17)
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari semakin luas dan terarahnya usaha peningkatan produksi perikanan yang pada gilirannya meningkatkan pula konsumsi ikan, ekspor hasil perikanan, pendapatan petani nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap pembangunan bidang industri dan menunjang pembangunan daerah serta pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Menurut Lubis (2000) bahwa dalam usaha menunjang peningkatan produksi perikanan laut, maka tersedianya prasarana ”Pelabuhan Perikanan” mempunyai arti yang sangat penting. Pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Dengan pengelolaan perikanan yang baik, maka kelancaran operasi penangkapan, pengolahan maupun pemasarannya menjadi lebih terjamin.
Fungsi pelabuhan perikanan menyangkut berbagai aspek, teristimewa merupakan lingkungan kerja yang akan melaksanakan pelayanan umum, maka perlu adanya pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi, pengelolaaan dan penggunaannya, maupun tujuan serta kewenangannya melalui peraturan pemerintah.
Kelembagaan kelautan dan perikanan diadakan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah ditetapkan.
(18)
Berbagai pola kelembagaan kelautan dan perikanan, seperti pengelolaan perikanan terpadu (integrated fisheries management), pengelolaan perikanan berbasis
masyarakat (community based fisheries management), dan pengelolaan perikanan
berbasis kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat (public private
partnership fisheries management), ternyata telah dikembangkan, namun sampai
saat ini ternyata belum berhasil (established) atau belum dapat mencapai taraf
kemapanan di masyarakat.
Penetapan perikanan sebagai prime mover dari kebijakan umum
Departemen Kelautan dan Perikanan merupakan cerminan dari suatu harapan bahwa perikanan akan dapat mengangkat Departemen Kelautan dan Perikanan ke permukaan sebagai salah satu penggerak pembangunan, namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa perikanan di samping memberi harapan, juga memiliki banyak permasalahan yang harus ditangani. Beberapa persoalan mendasar yaitu masih belum jelasnya kebijakan pengelolaan kelautan dan perikanan secara terpadu, perlu dilandasi oleh konsep yang mengintegrasikan antara pemanfaatan dan pelestarian. Konsep ini diharapkan dapat menjamin efektivitas dan efisiensi pelaksanaan disamping pengintegrasian antara aspek kelautan itu sendiri dengan perikanan dalam pengelolaannya. Hal lain yang masih menjadi kendala adalah ketidak jelasan kewenangan dan peranan para stakeholder
terkait di berbagai level organisasi, tidak adanya sistem dan mekanisme penegakan hukum yang efektif, masih rendahnya peran para stakeholder dalam
(19)
Masih rendahnya kualitas lembaga dan sumberdaya manusia pengelola sektor kelautan dan perikanan yaitu adanya tumpang tindih kewenangan yang mengakibatkan benturan kepentingan antar lembaga, merupakan salah satu indikator bahwa kelembagaan kelautan dan perikanan belum tertata dengan baik sehingga belum siap untuk melakukan integrasi dan koordinasi.
Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) yang kini memiliki nama baru PPS Nizam Zachman merupakan salah satu dari 5 (lima) pelabuhan perikanan tipe samudera, diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Semula pelabuhan perikanan ini berbentuk Project Manajement Unit (PMU) namun seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa, maka pada tahun 1992 dibentuk menjadi Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera.
Perum PPS tersebut mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengusahakan fasilitas pelabuhan perikanan yang bersifat komersial, sedangkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan PerikananSamudera mempunyai wewenang dan tanggungjawab melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di pelabuhan (non komersial).
Untuk meningkatkan kelancaran pelayanan kepada masyarakat dan menghindari terjadinya tumpang tindih tugas di lapangan, maka melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99 ditetapkan Tata Hubungan UPT Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan.
Dalam Laporan Tahunan 2004 PPS Nizam Zachman Jakarta, disebutkan bahwa tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman, antara lain :
(20)
(2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas.
(3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi perikanan.
(4) Menciptakan lapangan kerja.
(5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam Zachman melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan, perbekalan dan lainnya.
(6) Meningkatkan pengawasan, keamanan, ketertiban dan kebersihan di kawasan pelabuhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka diperlukan kelembagaan kelautan dan perikanan yang kuat dan tangguh, namun fleksibel atau lentur dalam menyesuaikan dengan lingkungan strategis yang berkembang secara dinamis. Dalam rangka penataan inilah diperlukan strategi agar kapasitas kelembagaan pelabuhan perikanan meningkat.
1.2 Perumusan Masalah
Di Indonesia terdapat berbagai kelembagaan yang terlibat di dalam pengendalian, operasional serta pengelolaan pelabuhan perikanan, namun demikian menyangkut jumlah dan jenis kelembagaan yang berada di pelabuhan perikanan tersebut akan berbeda sesuai dengan besarnya ukuran dan lokasi pelabuhan perikanan.
(21)
kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pengaturan di pelabuhan diluar industri swasta.
Sekalipun telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/ Kpts/OT.210/10/99 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Tata Hubungan Kerja UPT Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan, namun suasana ketidakharmonisan antara UPT, Perum dan instansi terkait lain tetap berkembang bahkan cenderung meruncing.
Sumber permasalahan diperkirakan berasal dari beberapa sebab antara lain:
(1) Adanya kemiripan antara tugas pokok dan fungsi UPT berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.261/MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, dengan “Maksud, Tujuan dan Bidang Usaha Perum” sebagaimana tercantum dalam PP No. 23 Tahun 2000 tentang Perum Prasarana Perikanan Samudera. (2) Tidak terdapat ketentuan khusus baik dalam SK Menteri Kelautan dan
Perikanan di atas, maupun di dalam PP yang menetapkan bahwa Perum di dalam segenap aktivitasnya harus berada di bawah koordinasi UPT.
(3) Belum dapat direalisasikannya fungsi kesyahbandaran perikanan sesuai SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.261/MEN/2001 sehingga tertib Bandar di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman masih dilaksanakan oleh Syahbandar Perhubungan Laut.
(4) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah, karena instansi terkait dimaksud secara organisatoris lebih bertanggung jawab kepada instansi vertikal di atasnya (pimpinannya).
(22)
Guna mengatasi permasalahan di atas, alternatif pemecahan yang dapat dilaksanakan antara lain :
(1) Menyempurnakan/merevisi peraturan guna mencegah kemiripan “Maksud, Tujuan dan Bidang Usaha” Perum dengan tugas pokok dan fungsi UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman.
(2) Perlu diberi penegasan bahwa Perum dalam kegiatannya sehari-hari di dalam lingkungan pelabuhan, harus berada di bawah koordinasi UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. Penegasan ini harus tercantum, baik di dalam PP hasil revisi tentang Perum maupun di dalam SK Menteri Kelautan dan Perikanan yang akan datang.
(3) Menindaklanjuti tentang tertib Bandar di pelabuhan melalui penerbitan peraturan.
(4) Menyelenggarakan koordinasi secara berkala dengan instansi terkait guna membahas permasalahan di pelabuhan perikanan.
Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan pembangunan pelabuhan perikanan tidak lepas dari kelembagaan pelabuhan itu sendiri yang harus sesuai dengan persyaratan, maka hendaknya pengelola selain menjual jasa-jasanya juga dapat memanfaatkan dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada secara efektif dan efisien dan dapat mengkoordinir semua pelaku-pelaku yang ada di pelabuhan secara baik. Selain itu kelembagaan ekonomi perlu dikembangkan terutama pemasaran ikan yang kompetitif di pelabuhan perikanan seperti terjalinnya kemitraan antara nelayan tradisional dengan perikanan industri untuk
(23)
Oleh karena itu, apabila semua permasalahan tersebut di atas tidak segera dipecahkan maka akan mempengaruhi kinerja PPS Nizam Zachman khususnya dan secara umum akan menghambat tujuan pembangunan pelabuhan perikanan itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian antara lain :
(1) Bagaimana kelembagaan/organisasi PPS Nizam Zachman saat ini?
(2) Faktor-faktor apa saja yang menentukan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan PPS Nizam Zachman?
(3) Strategi apa yang diperlukan dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
(1) Mengkaji kelembagaan PPS Nizam Zachman.
(2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengelolaan PPS Nizam Zachman.
(3) Menyusun strategi peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam
Zachman.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
(1) Kepentingan praktisi, sebagai masukan kepada pengelola pelabuhan perikanan dalam upaya pengembangan organisasi yang menyangkut pembangunan pelabuhan perikanan.
(24)
(2) Kepentingan akademis, sebagai bahan informasi untuk menambah referensi tentang kapasitas kelembagaan pelabuhan perikanan.
1.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah kapasitas kelembagaan pengelolaan PPS Nizam Zachman belum menunjang suatu pengelolaan pelabuhan perikanan yang kondusif.
1.6 Kerangka Pemikiran
Visi dan misi PPS Nizam Zachman sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap merupakan acuan dalam melakukan evaluasi kapasitas kelembagaan. Visi, misi, tujuan dan kebijakan teknis pengelolaan pelabuhan mempengaruhi kapasitas kelembagaan dan kinerja pelabuhan. Guna mengetahui kapasitas kelembagaan dan kinerja pelabuhan saat ini perlu dilakukan evaluasi.
Evaluasi kapasitas kelembagaan akan dilakukan melalui keterkaitan hubungan kerja antara UPT Pelabuhan Perikanan Samudera dengan Perum Prasarana Perikanan Samudera dan instansi terkait di PPS Nizam Zachman. Mengingat kapasitas kelembagaan dapat mempengaruhi kinerja pelabuhan perikanan, maka evaluasi kinerja pelabuhan akan dilakukan dengan cara membandingkan capaian-capaian yang diperoleh saat ini terhadap kondisi yang diharapkan sebagaimana tercermin dalam visi dan misi PPS Nizam Zachman.
Tingkat kinerja pelabuhan perikanan sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan baik internal maupun eksternal, oleh karena itu dalam mengevaluasi
(25)
lingkungan eksternal dilakukan terhadap faktor makro (ekonomi, politik, teknologi dan sosial budaya) dan mikro (persaingan). Audit lingkungan internal akan menghasilkan faktor-faktor strategis pelabuhan yaitu kekuatan dan kelemahan, sedangkan audit lingkungan eksternal akan menghasilkan faktor-faktor peluang dan ancaman. Hasil evaluasi atas faktor-faktor internal dan eksternal selanjutnya akan digunakan dalam analisis SWOT untuk memformulasikan strategi kinerja pelabuhan.
Pemilihan prioritas strategi peningkatan kapasitas kelembagaan dilakukan dengan AHP. AHP diawali dengan fokus yaitu peningkatan kapasitas kelembagaan. Hirarki ke 1 dan 2 adalah faktor yang mempengaruhi peningkatan kapasitas kelembagaan yaitu faktor internal dan eksternal. Sebagai tingkat hirarki ke 3 adalah alternatif strategi yang elemen-elemennya diperoleh dari hasil analisis SWOT. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
(26)
Gambar 1 Kerangka pemikiran Visi dan Misi
Pelabuhan
Kebjakan Teknis
Kapasitas Kelembagaan Masa Kini
Masalah Pencapaian
Analisis SWOT
Analisis AHP
Rekomendasi Strategi Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Tujuan
Kinerja PPS Nizam Zachman Masa Kini
(27)
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan Perikanan
Sesuai dengan Pasal 1 Undang Undang No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan
dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan.
Menurut Lubis (2000) pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat
pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan
pemasaran baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Menurut
Direktorat Jenderal Perikanan (1994) bahwa aspek-aspek tersebut secara rinci
adalah :
(1) Produksi : bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan
perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil
tangkapannya.
(2) Pengolahan : bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang
dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.
(3) Pemasaran : bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan
(28)
Selanjutnya berdasarkan Pasal 41 dan penjelasan atas Undang Undang No.
31 Tahun 2004 tersebut, dalam rangka pengembangan perikanan, pemerintah
membangun dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi, antara lain
sebagai tempat tambat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat
pemasaran dan distribusi ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil
perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pengumpulan data
tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat
nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.
Mengingat demikian luasnya fungsi yang harus diselenggarakan oleh
pelabuhan perikanan, maka perlu dirumuskan secara jelas misi sebagai pedoman
maupun dorongan semangat kerja seluruh aparat yang bertugas dalam organisasi.
Pelabuhan perikanan adalah pusat pengembangan masyarakat nelayan dan
ekonomi perikanan, mampu mendorong peningkatan produksi perikanan secara
berkesinambungan karena bermanfaat bagi kehidupan nelayan produsen maupun
kesejahteraan konsumen serta mengkedepankan pemanfaatan teknologi maupun
manajemen yang melindungi serta melayani sebagai kepentingan masyarakat
perikanan terutama industri perikanan tanpa kekecualian, dalam berusaha di
lingkungan pelabuhan perikanan.
Tujuan pembangunan pelabuhan adalah menyediakan fasilitas atau
kemudahan bagi nelayan dan pengusaha perikanan untuk melakukan kegiatan
usaha secara terpadu. Kegiatan tersebut mulai dari kegiatan pra panen sampai
(29)
2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10/
MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan, dimana pelabuhan perikanan dapat
dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing pelabuhan untuk
menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan.
Pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori utama yaitu :
2.2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
PPS dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe A atau kelas I.
Terdapat 5 (lima) PPS di Indonesia, yaitu PPS Nizam Zachman di DKI Jakarta,
PPS Cilacap di Jawa Tengah, PPS Belawan di Sumatera Utara, PPS Bungus di
Sumatera Barat dan PPS Kendari di Sulawesi Tenggara.
PPS adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan
yang mempunyai kemampuan beroperasi di samudera dan lepas pantai yang
sifatnya nasional dan internasional, dengan kriteria sebagai berikut :
(1) Terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran > 60 GT.
(2) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE dan
perairan internasional.
(3) Dapat menampung 100 buah kapal perikanan atau 6.000 GT sekaligus.
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 200 ton/hari atau 40.000 ton/tahun.
(5) Memiliki ± 30 Ha lahan untuk kawasan industri perikanan.
(6) Memberikan pelayanan ekspor industri perikanan.
2.2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
PPN dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II.
(30)
(Jawa Timur), Sibolga (Sumatera Utara), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat),
Kejawanan dan Pekalongan (Jawa Tengah), Tanjung Pandan (Bangka Belitung),
Pemangkat (Kalimantan Barat), Tual (Maluku), Prigi (Jawa Timur), Ternate dan
Ambon (Maluku).
PPN adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan
yang mempunyai kemampuan beroperasi di lepas pantai yang sifatnya regional
dan nasional, dengan kriteria sebagai berikut :
(1) Terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran 15- 60 GT.
(2) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan ZEE Indonesia dan perairan
nasional.
(3) Mampu menampung sekaligus 75 buah kapal perikanan atau 3.000 GT.
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40-50 ton/hari atau sekitar 8.000-
15.000 ton/tahun.
2.2.3 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
PPP dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe C atau kelas II.
Terdapat 44 (empat puluh empat) PPP di Indonesia, dimana lokasinya berada di
Asemdoyong, Bacan, Bajomulyo, Banjarmasin, Bawean, Blanakan, Bondet,
Cilauteureun, Ciparage, Dagho, Eretan, Hantipan, Karangantu, Karimun Jawa,
Kota Agung, Kupang, Kwandang, Labuhan Lombok, Labuhan Maringgai,
Lampulo, Lekok, Lempasing, Mayangan, Morodemak, Muara Ciasem, Muncar,
Paiton, Pondok Dadap, Sadeng, Sikakap, Sorong, Sungai Liat, Tarakan, Tarempa,
(31)
PPP adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan
yang mempunyai kemampuan beroperasi di pantai yang sifatnya regional, dengan
kriteria sebagai berikut :
(1) Melayani kapal perikanan berukuran 5-15 GT.
(2) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan pantai.
(3) Mampu menampung 50 buah kapal perikanan atau 500 GT sekaligus.
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 15-20 ton/hari atau sekitar 3.000-4.000
ton/tahun.
2.2.4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
PPI merupakan pelabuhan kecil yang umumnya dikelola oleh daerah,
untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di daerah pantai. Terdapat 585 PPI
di Indonesia, yang digunakan untuk kapal-kapal nelayan setempat untuk
mendaratkan dan memasarkan hasil tangkapan, dengan kriteria sebagai berikut :
(1) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan pantai.
(2) Melayani kapal berukuran sampai dengan 10 GT.
(3) Mampu menampung 20 buah kapal perikanan atau 200 GT
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 10 ton/hari atau 2.000 ton/tahun.
Kriteria ini akan menentukan dalam peningkatan klasifikasi PP/PPI yang kegiatan
operasional mengalami peningkatan dengan adanya pembangunan/pengembangan
sarananya (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2001).
Menurut Lubis (2000) pelabuhan perikanan dapat diklasifikasikan menurut
letak dan jenis usaha perikanannya. Pelabuhan perikanan bila dilihat dari
banyaknya faktor yang ada, pengklasifikasiannya dapat dipengaruhi oleh berbagai
(32)
(1) Luas lahan, letak dan konstruksi bangunannya.
(2) Tipe dan ukuran kapal yang masuk pelabuhan.
(3) Jenis perikanan skala usahanya.
(4) Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan.
Pengklasifikasian pelabuhan perikanan seperti tersebut di atas pada
dasarnya dibuat untuk mempermudah dalam pengelolaan khususnya dan
pengembangan pelabuhan pada umumnya.
2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan
Di dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di pelabuhan
perikanan umumnya terdiri dari fasilitas pokok, fungsional dan tambahan/
penunjang.
Fasilitas pokok dan penunjang bersifat pelayanan umum bagi masyarakat
dan pengusaha perikanan, dimana pembangunannya membutuhkan biaya yang
relatif mahal maka menjadi kewajiban pemerintah. Fasilitas fungsional (cold
storage, pabrik es, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan lain-lain) yang bersifat
komersial pembangunannya dapat diserahkan kepada swasta sebagai mitra kerja
di bawah bimbingan, pembinaan dan pengaturan oleh pemerintah.
Lubis (2000) menjelaskan bahwa guna mendukung fungsi-fungsi tujuan
pembangunan pelabuhan, maka pelabuhan perikanan dilengkapi dengan fasilitas
(33)
(1) Fasilitas pokok
Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar atau
pokok yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini
berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu
berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan.
Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari : dermaga, kolam
pelabuhan, alat bantu navigasi, breakwater atau pemecah gelombang dan
tanah untuk industri.
(2) Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang
berfungsi meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok yang dapat menunjang
aktifitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya tidak harus ada di
suatu pelabuhan namun fasilitas ini disesuaikan dengan kebutuhan
operasional pelabuhan perikanan tersebut. Sebagai contoh, ada kalanya suatu
pelabuhan tidak memerlukan cold storage karena ikan-ikan yang didaratkan
semuanya habis terjual dalam bentuk segar. Fasilitas-fasilitas fungsional ini
antara lain TPI, balai pertemuan nelayan, tangki BBM, tangki air, radio
komunikasi, instalasi listrik, pabrik es, cold storage, dock/slipway dan
bengkel.
(3) Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung
meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan
(34)
ini antara lain kantor pengelola pelabuhan, jalan di dalam komplek,
perumahan, toko, kamar mandi umum dan tempat ibadah.
2.4 Manajemen Strategi
Strategi pada intinya adalah keterampilan dan ilmu memenangkan
persaingan. Persaingan dalam dunia bisnis adalah perebutan pangsa pasar, pada
kondisi yang selalu berubah. Oleh karena itu strategi perlu selalu dikelola agar
tujuan organisasi dalam jangka pendek, jangka menengah dan panjang dapat
dicapai.
Menurut David (1999) definisi manajemen strategis adalah seni dan
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai
sasarannya. Pengertian yang senada juga diberikan oleh Wheelen dan Hunger
(2000) bahwa manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan
manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang suatu organisasi.
Menurut David (1999) proses manajemen strategis yang efektif dan efisien
diterapkan dengan menggunakan suatu model manajemen strategis, dimana model
tersebut membagi proses manajemen strategi ke dalam 3 (tiga) tahap yaitu tahap
formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
2.5 Kelembagaan
Kelembagaan dapat diartikan dalam 2 (dua) pengertian, pertama
kelembagaan sebagai institusi yaitu lembaga atau organisasi berbadan hukum
(35)
dan memobilisasi tenaga untuk bekerja di lembaga tersebut, penyediaan fasilitas
(ruang kantor, peralatan dan bahan serta fasilitas lainnya untuk mengoperasikan
lembaga tersebut); serta penyediaan dana operasional dan pemeliharaan serta
pembangunan untuk membiayai kegiatan lembaga tersebut.
Pelembagaan nilai-nilai dikembangkan dengan memasyarakatkan
hasil-hasil yang dikerjakan oleh lembaga tersebut ke masyarakat yang menjadi sasaran
atau pengguna jasa tersebut. Nilai-nilai yang dilembagakan bisa berupa peraturan
per Undang Undangan, peraturan daerah, tata ruang pesisir dan lautan dan
bentuk-bentuk lainnya yang dihasilkan oleh lembaga tersebut.
Menurut Mubyarto (1987), yang dimaksud dengan lembaga adalah
organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur
perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin
sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Hayami dan
Kikuchi (1987) mendefinisikan bahwa lembaga (pranata) adalah sebagai
aturan-aturan yang dikukuhkan dengan sanksi oleh para anggota komunitas. Ruttan
(1985), mendefinisikan bahwa lembaga sebagai aturan perilaku yang menentukan
pola-pola tindakan dan hubungan sosial, sedangkan organisasi adalah kesatuan
sosial yang memiliki kewenangan untuk pengambilan keputusan, seperti keluarga,
perusahaan dan kantor dengan menjalankan pengendalian terhadap berbagai
sumberdaya.
Menurut Purwaka (2004), kelembagaan (K) adalah satu set atau satu
perangkat peraturan per Undang Undangan yang mengatur tata kelembagaan
(Institutional Arrangement : IA) dan mekanisme/kerangka kerja kelembagaan
(36)
(Potential Capacity : PC), daya dukung (Carrying Capacity : CC), dan daya
tampung (Absorptive Capacity : AC). AC juga disebut sebagai daya lentur
kelembagaan, yaitu kelenturan sesuatu lembaga dalam menghadapi dan
mengantisipasi dinamika perubahan yang terjadi di dalam pembangunan kelautan.
Kelembagaan tersebut dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :
K = f (IA, IF) (PC, CC, AC) dimana :
K : Kelembagaan
f : Fungsi
IA : Tata kelembagaan (bersifat statis)
IF : Kerangka kerja/mekanisme kelembagaan (bersifat dinamis) yaitu tata
kelembagaan dalam keadaan bergerak atau bekerja
PC : Kapasitas potensial
CC : Daya dukung
AC : Daya tampung
Di dalam IA dan IF, masing-masing mengandung PC, CC dan AC, dimana
PC, CC dan AC adalah kapasitas kelembagaan. Dengan demikian, pengembangan
kapasitas kelembagaan adalah upaya optimalisasi kapasitas kelembagaan dalam
kerangka tata dan mekanisme kelembagaan. Dalam kaitan ini, analisis
pengembangan kapasitas kelembagaan dapat mempergunakan politik, ekonomi,
sosial, budaya dan hankam sebagai tools of analysis. Tools of analysis ini juga
(37)
2.6 Teknik Penyusunan Strategi Alternatif
Formulasi strategi adalah perumusan rencana jangka panjang untuk
mengelola peluang dan ancaman secara efektif dengan memperhatikan kekuatan
dan kelemahan yang ada pada organisasi. Formulasi strategi juga meliputi
perumusan misi organisasi, menentukan tujuan, dan merumuskan
kebijakan-kebijakan organisasi.
Tahap formulasi strategi meliputi proses audit. Faktor lingkungan internal
dan eksternal yang dapat mempengaruhi keadaan organisasi dimasa datang, serta
menyusun strategi alternatif dan memilih strategi yang layak untuk dilaksanakan
oleh suatu organisasi.
Audit faktor lingkungan internal dan eksternal organisasi merupakan
kegiatan identifikasi, evaluasi, dan diseminasi berbagai faktor internal dan
eksternal untuk diinformasikan kepada pengambil keputusan dalam organisasi.
Lingkungan eksternal terdiri dari 2 (dua) variabel yaitu peluang (Opportunities)
dan ancaman (Threats), sedangkan lingkungan internal juga terdiri dari 2 (dua)
variabel yaitu kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakness). Menurut Wheelen
dan Hunger (2000) lingkungan eksternal berkaitan dengan lingkungan tugas dan
lingkungan sosial. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan internal adalah
berbagai bidang fungsional, sumberdaya dan budaya kerja dalam organisasi.
Teknik untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal untuk
mendapatkan strategi alternatif melalui analisis sebagai berikut :
2.6.1 Analisis matriks SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kualitatif yang digunakan untuk
(38)
strategi suatu kegiatan. SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness,
Opportunities dan Threats (Rangkuti, 2002).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal yang
dipresentasikan melalui peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan
faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kedua faktor
tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan, dan
negatif yang berasal dari ancaman dan kelemahan.
Dalam analisis SWOT juga digunakan matriks SWOT (Rangkuti, 2002).
Matriks tersebut dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif
strategis sebagai berikut : Strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.
Matriks SWOT menampilkan enam kotak, dua kotak di bagian paling atas
adalah kotak faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan, sedangkan dua kotak
di sebelah kiri adalah kotak faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Empat
kotak lainnya A, B, C dan D merupakan kotak isi strategi yang timbul sebagai
hasil kontak antara faktor internal dan eksternal. Keempat isi strategis adalah
sebagai berikut (Tabel 1) :
(1) Strategi SO atau Comparative Advantage (keunggulan komparatif) yaitu
pengambil keputusan telah melihat peluang yang tersedia dan juga memiliki
posisi internal yang kuat. Organisasi menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
(2) Strategi ST atau Mobilization Advantage (pengerahan keuntungan),
(39)
(3) Strategi WO atau Investement/Divestment (bertambah/berkurang), dimana
peluang yang tersedia sangat menyakinkan, tetapi tidak ada kemampuan
organisasi untuk menggarap dan memberikan reaksi positif. Organisasi akan
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
(4) Strategi WT atau Damage (rugi), merupakan keadaan yang paling lemah
bagi organisasi. Pada keadaan ini ancaman dari luar dihadapkan pada
sumberdaya organisasi yang sangat lemah. Organisasi perlu mengendalikan
kelemahan untuk menghindari ancaman.
Tabel 1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan eksternal
INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
X1 X1
X2 X2
. .
. .
EKSTERNAL Xn Xn
PELUANG (O) (Strategi SO) (Strategi WO)
X1 a a
X2 b b
. . .
. . .
Xn n n
ANCAMAN (T) (Strategi ST) (Strategi WT)
X1 a a
X2 b b
. . .
. . .
Xn n n
Sumber : Rangkuti, 2002
2.6.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam mengambil keputusan seringkali harus memecahkan suatu masalah
hubungan antar komponen dalam sistem yang kompleks seperti sumberdaya,
(40)
merupakan analisis yang digunakan untuk memahami kompleksitas sistem dan
dapat meningkatkan kualitas prediksi dalam mengambil keputusan. Dalam
penerapannya, Saaty (1991) menyarankan sedapat mungkin menghindari adanya
penyederhanaan seperti dengan membuat asumsi-asumsi, dengan tujuan dapat
diperoleh model-model yang kuantitatif.
AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana
dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu
masalah. Metode ini ditujukan untuk memodelkan problem tak terstruktur, baik
dalam bidang ekonomi, sosial maupun sains manajemen yang dikembangkan
pertama sekali oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an, seorang ahli
matematika dari university of Pittsburg Amerika Serikat.
Prinsip dasar AHP adalah penyusunan hirarki, penerapan prioritas dan
prinsip konsistensi (Saaty, 1991). Tolok ukur kekonsistenan pendapat responden
diukur dengan menggunakan rasio konsistensi atau Consistency Ratio (CR). Dari
hasil AHP ditentukan urutan/tingkatan pengaruh elemen-elemen dalam suatu
hierarki.
Prinsip menyelesaikan masalah dengan menggunakan AHP adalah
dipergunakannya hirarki untuk menguraikan sistem yang komplek menjadi
elemen-elemen yang lebih sederhana. Hirarki dari metode ini dibagi menjadi
(41)
Fokus :
Faktor :
Aktor :
Tujuan :
Alternatif :
Gambar 2 Analytical Hierarchy Process (Saaty, 1991)
AHP mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
(1) Memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
anekaragaman persoalan yang tak terstruktur.
(2) Memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam
memecahkan persoalan kompleks.
(3) Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem
dan tidak memaksakan pemikiran linier.
(4) Mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah
elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan
unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
(5) Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk
mendapatkan prioritas.
Sasaran Utama (Ultimate Goal)
Faktor yang terlibat (internal dan eksternal)
Alternatif Strategi Tujuan dari pelaku Pelaku yang terlibat
(42)
(6) Melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
dalam menetapkan berbagai prioritas.
(7) Menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
(8) Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan
memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan
mereka.
(9) Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari penilaian yang berbeda-beda.
(10) Memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan
dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui
pengulangan.
2.7 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pelabuhan perikanan telah dilakukan beberapa peneliti
di Indonesia dengan berbagai pendekatan analisis yang digunakan diantaranya
adalah :
(1) Hayati (2001) dengan topik penelitian yaitu Strategi Peningkatan Kinerja
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Penelitian tersebut telah dapat menginventarisasi dan mengidentifikasi
faktor-faktor dominan yang menentukan kinerja pelabuhan, merumuskan
sasaran kerja pelabuhan, mengkaji faktor-faktor yang harus ditingkatkan dan
merumuskan rekomendasi strategi peningkatan kinerja pelabuhan.
(43)
penelitian menunjukkan antara lain bahwa pengembalian bantuan pinjaman
dari OECF/JBIC, diperhitungkan akan sulit dituntaskan bila didasarkan pada
penerimaan pelabuhan pada masa kini, khususnya dengan sistem
pengelolaan yang seluruhnya dilakukan oleh pemerintah. Pengalihan
pengelolaan ke pihak swasta mungkin dapat menjadi solusi untuk
meningkatkan kemampuan pengembalian pinjaman, namun masih perlu
pengkajian yang lebih dalam.
(3) Susilowati (2003) dengan topik penelitian yaitu Analisis Peran Pelabuhan
Perikanan dan Hubungannya dengan Kesejahteraan Masyarakat. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa keberadaan PPS Jakarta telah
memberikan dampak ganda baik bagi masyarakat maupun pemerintah
daerah.
(4) Firmansyah (2004) dengan topik penelitian yaitu Analisis Ekspor Ikan Tuna
Indonesia dari PPS Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi
ikan tuna dari PPS Jakarta berpengaruh positif terhadap nilai ekspor ikan
tuna Indonesia. Jika produksi ikan tuna Indonesia meningkat maka nilai
ekspor Indonesia juga meningkat.
(5) Suparman (2004) dengan topik penelitian yaitu Formulasi Strategi
Pengembangan Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera di
Indonesia. Penelitian tersebut telah dapat menginventarisasi dan
mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan intenal yang mempengaruhi
kinerja Perum PPS dan merumuskan rekomendasi strategi yang layak
dilaksanakan Perum PPS untuk mengembangkan unit-unit usaha yang
(44)
Dari hasil inventarisasi kajian penelitian terdahulu, maka didapat bahwa
topik penelitian tentang kelembagaan di pelabuhan perikanan khususnya di PPS
Nizam Zachman sampai saat ini belum ada yang melakukan. Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka penulis memilih topik penelitian yaitu Strategi Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan PPS Nizam Zachman Jakarta. Dari hasil penelitian
diharapkan nantinya teridentifkasi kelembagaan/organisasi PPS Nizam Zachman
saat ini, faktor-faktor yang menentukan efektivitas dan efisiensi dalam
pengelolaan PPS Nizam Zachman, dan strategi yang diperlukan dalam upaya
(45)
3 METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman yang terletak di Teluk Jakarta dan termasuk dalam perairan Teluk
Jakarta. Berada pada wilayah pengelolaan perikanan (WPP-03) Laut Jawa.
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan mulai April s.d Agustus 2005.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang dikumpulkan adalah data tentang
keterkaitan hubungan kerja antara UPT Pelabuhan Perikanan Samudera dengan
Perum Prasarana Perikanan Samudera dan instansi terkait di pelabuhan perikanan,
sedangkan data sekunder adalah berupa uraian tugas dan tata hubungan
kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pengaturan di
pelabuhan serta data-data internal mengenai kinerja pelabuhan perikanan selama
ini.
Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner dari
responden dan narasumber yang terpilih dengan sengaja (purposive) dengan
ketentuan bahwa yang bersangkutan memiliki pemahaman terhadap perencanaan
pembangunan pelabuhan perikanan, faktor yang mempengaruhi pelabuhan
perikanan dan pengelolaan pelabuhan perikanan. Responden dan narasumber yang
berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu Direktur Kelembagaan Pemerintah,
Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran; Kepala
(46)
Prasarana Pelabuhan Samudera; Kasubdit Pengawasan Penangkapan Ikan
Wilayah Barat, Direktorat Pengawasan Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; Kasubdit Tata Operasional
Pelabuhan Perikanan, Direktorat Prasarana Pelabuhan Perikanan, Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap; Kepala TPI Muara Baru, Dinas Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, dan Ketua Asosiasi Tuna
(ASTUIN) Wilayah Jakarta.
Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dan studi literatur,
diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan, UPT PPS Nizam Zachman,
Perum PPS, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, TPI
Muara Baru, Institut Pertanian Bogor dan instansi terkait lainnya.
3.3 Analisis Data
3.3.1 Analisis fungsi dan kewenangan kelembagaan
Analisis fungsi dan kewenangan dilakukan untuk menelusuri terjadinya
konflik antar lembaga/instansi yang disebabkan oleh adanya tumpang tindih
fungsi dan wewenang dari setiap lembaga/instansi yang terlibat dalam
pengelolaan pelabuhan perikanan. Sebelum dianalisis, dilakukan identifikasi
terhadap semua lembaga/instansi yang saling berinteraksi baik sektoral maupun
fungsional pada semua tingkat pemerintahan yang berpengaruh terhadap
pemanfaatan dan pengelolaan pelabuhan perikanan.
Analisis fungsi dan wewenang kelembagaan, dengan mengidentifikasikan
(47)
diberi kewenangan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan dalam pengelolaan pelabuhan perikanan. Sedangkan faktor
intervensinya adalah berupa kesenjangan pertanggungjawaban, tumpang tindih
serta duplikasi kepentingan antar lembaga/instansi yang pada akhirnya
menimbulkan terjadinya konflik.
Teknik pengolahan data primer untuk penentuan bobot kelembagaan
dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabulasi data menggunakan
matriks keserasian (compatibility matrix). Metode ini digunakan untuk
memberikan bobot dengan mensinergikan suatu kegiatan diantara lembaga/
instansi yang ada di pelabuhan perikanan (Tabel 2).
Langkah-langkah penyelesaian pembobotan adalah sebagai berikut :
(1) Mengajukan identifikasi kegiatan terhadap kelembagaan dalam suatu
matriks pendapat individu.
(2) Mengisi matriks dengan skala perbandingan berpasangan.
(3) Membuat matriks pendapat gabungan dari matriks dengan skala
perbandingan berpasangan.
Tabel 2 Kerangka matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang antar lembaga/instansi
Lembaga/Instansi A B C ...
A S K SK
B C ... Keterangan : S = Sinergi K = Kontradiksi
(48)
3.3.2 Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan
Strategi kinerja pelabuhan perikanan dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam
analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor internal kekuatan dan
kelemahan dengan faktor eksternal peluang dan ancaman.
Penentuan bobot dan nilai setiap faktor internal dan eksternal dilakukan
oleh responden. Pembobotan dilakukan dengan cara membandingkan tingkat
kepentingan suatu faktor terhadap faktor lainnya secara berpasangan dengan
metode Paired Comparison (Kinnear, 1996), sebagai berikut (Tabel 3) :
(1) Menyusun faktor-faktor internal dan eksternal dalam suatu matriks pendapat
individu.
(2) Mengisi matriks dengan skala perbandingan berpasangan yang dilakukan
secara individu. Angka untuk menilai pembobotan adalah sebagai berikut :
Nilai 1, jika faktor horizontal kurang penting dari faktor vertikal.
Nilai 2, jika faktor horizontal sama penting dari faktor vertikal.
Nilai 3, jika faktor horizontal lebih penting dari faktor vertikal.
(3) Menghitung bobot masing-masing faktor yaitu, bobot B = T : T, dimana T
= t1 + t2 + t3 + tn
Tabel 3 Matriks paired comparison gabungan
Faktor Internal
dan Eksternal A B C D Total Bobot
A t1 t2 t3 T B
B C ...
(49)
3.3.3 Analisis strategi peningkatan kapasitas kelembagaan
Analisis kuantitatif dilakukan terhadap faktor yang mempengaruhi
pengelolaan pelabuhan dan untuk merumuskan hasil dari data, digunakan alat
Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan tujuan untuk menentukan alternatif
strategi berdasarkan skala prioritas (Saaty, 1991). AHP digunakan untuk
pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam penentuan atau
merencanakan suatu strategi. Melalui analisa ini dimasukkan
pertimbangan-pertimbangan logis dari faktor-faktor yang berpengaruh, pelakunya dan tujuan
masing-masing dari suatu permasalahan yang kompleks menjadi sederhana dan
tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat konsistensi merupakan penentu utama
sebagai pertimbangan pokok keputusan strategi yang diambil.
Langkah-langkah penyelesaian AHP adalah sebagai berikut :
(1) Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang
diinginkan.
(2) Membuat struktur hirarki secara menyeluruh, sebagaimana diringkaskan
(50)
Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman
Legalitas Hukum Koordinasi Kinerja Pelabuhan
Peraturan yang Berlaku
Pengaturan Fungsi dan Wewenang
Kerjasama Antar Instansi Terkait
Kerjasama Dengan Stake Holder
Ketersediaan Fasilitas Pelabuhan
Tingkat Pelayanan Pelabuhan
Kualitas SDM Kelembagaan Pengelola Pelabuhan
Tujuan
Level 3 : Strategi Level 1 : Faktor
Level 2 : Sub Faktor
Penyempurnaan Pengelolaan Pelabuhan
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Peningkatan Pelayanan Pelabuhan
(51)
(3) Menyusun matrik banding berpasangan (Tabel 4)
Tabel 4 Matriks pendapat pada metode AHP
Fokus A1 A2 A3 ... An
A1 a11 a12 a13 ... a1n
A2 a21 a22 a23 ... a2n
A3 a31 a32 a33 ... a3n
... ... ... ... ... ...
An an1 an2 an3 ... ann
Sumber : Saaty, 1991
(4) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan
perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah untuk mengisi matriks
banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai skala banding berpasangan
Nilai Skala Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat ini
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya
Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya
5 Elemen yang satu jelas lebih penting dibanding elemen lainnya
Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan
dominasinya terlihat dalam praktek
7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dibanding elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya
Sokongan elemen yang satu atas yang lain terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan diatas
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
Kebalikan Nilai-nilai
diatas
Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan (1/2, 1/3, 1/4 .... 1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A.
(52)
(5) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal.
(6) Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkatan dan hirarki tersebut.
(7) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan.
(8) Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
Pengolahan data dengan AHP ini menggunakan Expert Choice (Gambar 4).
Mulai
Identifikasi Masalah
Penyusunan Hirarki
Pengisian Matriks Pendapat Individu
Pengujian Konsistensi Rasio Terpenuhi ?
Penyusunan Matriks Gabungan
Pengolahan
Vektor Prioritas
Tidak Ya
(53)
4
PROFIL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA
NIZAM ZACHMAN
4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.04/Men/ 2004 telah ditetapkan perubahan nama Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman yang terletak di daerah Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Secara geografis terletak pada 06005' - 06007' LS dan 106050' - 106050' BT (Gambar 5). Kelurahan Penjaringan di Jakarta Utara mempunyai batas administratif yaitu :
(1) Sebelah utara : Pantai Laut Jawa, Jalan Pluit Selatan (wilayah Kelurahan Pluit).
(2) Sebelah selatan : Jalan Bandengan Utara.
(3) Sebelah barat : Waduk Pluit sebelah barat, Jalan Jembatan Tiga dan Kali Muara Karang.
(4) Sebelah timur : Alur Pelabuhan Sunda Kelapa, Kali Jelakeng (wilayah Kelurahan Ancol).
Kelurahan Penjaringan merupakan salah satu kawasan industri yang terdapat di Jakarta Utara. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan yang sebagian besar dipergunakan untuk perusahaan yaitu seluas 243,27 Ha atau 61,52 % dari luas kelurahan ini, sedangkan lahan pemukiman 31,46 % dan sisanya 7,02 % dipergunakan untuk industri. Luas lokasi PPS Nizam Zachman adalah 98 Ha atau 25,29 % dari total luas kelurahan ini.
(54)
(55)
4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman
Perencanaan pembangunan PPS Nizam Zachman dimulai sejak tahun 1972, studi kelayakan dipercayakan kepada Pemerintah Jepang melalui Overseas
Technical Cooperation Agency (OTCA) of Japan sekarang bernama Japanese
International Cooperation Agency (JICA). PPS Nizam Zachman mulai dibangun
tahun 1980 dengan pembiayaan bantuan lunak pemerintah Jepang melalui
Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) dan dana APBN.
Tujuan utama pembangunan PPS Nizam Zachman yaitu untuk menjawab tantangan pembangunan perikanan nasional Indonesia dalam menggali sumberdaya perikanan yang tersebar dari perairan pantai sampai perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia melalui cara-cara yang lebih modern.
Perencanaan teknis pembangunan pelabuhan dilaksanakan oleh Pacific
Consultans International dari Jepang yang bekerjasama dengan PT Inconeb dari
Indonesia.
Pembangunan awal PPS Nizam Zachman dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembangunan (Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8) sebagai berikut :
(1) Pembangunan Tahap I (5 Maret 1980 - 31 Desember 1982), meliputi pembangunan fasilitas pokok/dasar yaitu pembuatan kolam pelabuhan, dermaga, penahan gelombang, lampu navigasi dan reklamasi tanah.
(2) Pembangunan Tahap II (22 Maret 1982 - 31 Maret 1984), terdiri dari pembangunan fasilitas fungsional yaitu gedung pelelangan ikan, cold
storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga bongkar muat, mesin
pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana lainnya.
(56)
penunjang yaitu pembangunan jalan komplek PPS Nizam Zachman, perkantoran, masjid, pos polisi, pertokoan dan tempat pemrosesan ikan. Periode 1988-1992 perpanjangan dermaga sepanjang 150 m, perluasan cold
storage, kantor Perum Prasarana Perikanan Samudera, gedung pemasaran
ikan, tempat penginapan, 2 tansit sheds, MCK, dan industri pengolahan
ikan.
(4) Pembangunan Tahap IV (1993-2001), meliputi perbaikan dan peningkatan fasilitas-fasilitas yang ada di kawasan PPSJ dengan biayanya berasal dari bantuan pemerintah Jepang dan dari anggaran pemerintah Indonesia. Pembangunan tahap ini meliputi pengurukan pasir dan pekerjaan penimbunan, pembangunan dermaga dengan kedalaman air 7,5 m (fasilitas perbaikan kapal, sistem pembuangan air kotor laut, perbaikan revetment, dan
pemasangan fasilitas listrik dan air), pembangunan gedung Muara Baru Center A (pekerjaan jalan, area parkir dan sistem drainase), pekerjaan
walkyway sepanjang jalan di area PPS Nizam Zachman beserta
perlengkapan-perlengkapannya, pengadaan Handling Equipment (forklift 8
unit, towing tractor 3 unit, truck crane 2 unit, dump truck 2 unit dan
garbage car 12 unit).
Untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan perikanan di PPS Nizam Zachman pada masa-masa mendatang, diperlukan perluasan areal guna pelayanan yang lebih baik. Master Plan Tahap V Pembangunan PPS Nizam Zachman, antara lain meliputi pengembangan tanggul pemecah gelombang dan lampu navigasi,
(57)
(58)
(59)
(60)
Gambar 9 Master plan Tahap V pembangunan PPS Nizam Zachman PPS Nizam Zachman diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 17 Juli 1984, dan mulai beroperasi secara penuh pada tahun 1986. Untuk melaksanakan pengelolaan pembangunan fisik pelabuhan lanjutan, dibentuklah Project
Management Unit (PMU) PPSJ. Pada April 1992 PMU PPSJ diubah status dan
fungsinya menjadi 2 (dua) badan terpisah yaitu :
(1) Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPSJ, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 644/KPTs/OT.210/X/91.
(2) Perum Prasarana Perikanan Samudera, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 427/Kpts/KU.440/6/93.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Kepala UPT PPS Nizam Zachman bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, sedangkan Direktur Utama Perum Prasarana
(61)
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman
Sesuai dengan perannya sebagai unit pelayanan teknis, PPS Nizam Zachman memiliki visi, misi dan tujuan yang sesuai dengan perannya. Adapun visi, misi dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
Visi :
Visi PPS Nizam Zachman merupakan bagian yang integral dari visi Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh staf, instansi terkait dan swasta yang eroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun visi PPS Nizam Zachman adalah “Terwujudnya PPS Nizam Zachman sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan terpadu”.
Misi :
(1) Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif. (2) Pemberdayaan masyarakat perikanan.
(3) Meningkatkan mutu, keamanan pangan dan nilai tambah. (4) Menyediakan sumber data dan informasi perikanan.
(5) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan.
Tujuan Pembangunan :
Tujuan pembangunan yang hendak dicapai dalam operasional PPS Nizam Zachman merupakan penjabaran dan penjelasan dari tugas pokok dan fungsi serta misi yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman adalah :
(1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera.
(2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas.
(62)
(3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi perikanan.
(4) Menciptakan lapangan kerja.
(5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam Zachman melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan, perbengkelan dan lainnya.
(6) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik perikanan dalam rangka pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi perikanan.
(7) Meningkatkan pengawasan, keamanan, ketertiban dan kebersihan di kawasan pelabuhan.
4.4 Kebijakan
Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang disepakati oleh semua pengguna jasa pelabuhan yang ditetapkan oleh pimpinan pelabuhan untuk dijadikan pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan kegiatan di pelabuhan, sehingga akan tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam mencapai tujuan dan sasaran dari misi dan visi.
Kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan baik berupa Undang Undang, Keppres, Peraturan Pemerintah maupun Keputusan Menteri dengan tujuan menunjang pengelolaan dan pelayanan pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut :
(63)
(4) UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
(5) PP No. 11 Tahun 1985 tentang Pembinaan Kepulauan.
(6) PP No. 2 Tahun 1990 tentang Perum Prasarana Perikanan Samudera.
(7) PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.
(8) PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Lingkungan Hidup. (9) PP No. 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan.
(10) PP No. 62 Tahun 2002 tentang Tarif Jasa atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak.
(11) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 4 Tahun 1995 tentang Struktur Organisasi Dinas Perikanan DKI Jakarta.
(12) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 1999 tentang Retribusi Daerah. (13) Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.35/AL.106/PHB-1985 tanggal 5
Pebruari 1985 tentang Pelabuhan Perikanan.
(14) Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Perhubungan No.
493/Kpts/IK.410/7/96 dan No. SK.2/AL.106/PHB-96 tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan sebagai Prasarana Perikanan.
(15) Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perikanan dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. IK.610/D5.10588/96 tanggal 25 September 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan. (16) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 Tahun
1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Primer Perikanan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
(64)
(17) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 1082/Kpts/OT.210/ 10/99 tanggal 13 Oktober 1999, tentang Tata Hubungan Kerja UPT Pelabuhan Perikanan dengan Perum Prasarana Perikanan Samudera dan Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan.
(18) Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 2297 Tahun 2000 tentang Pembagian Persentase Pengenaan Retribusi Pemakaian Tempat Pelelangan Ikan dan Biaya Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Perikanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Baru.
(19) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.26.1/MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan. (20) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.02/MEN/2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Penangkapan Ikan.
(21) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.03/MEN/2002 tentang Log Book Penangkapan dan Pengangkutan Ikan.
(22) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.10/MEN/2003 tentang Perizinan Usaha Penangkapan Ikan.
PPPS Nizam Zachman telah menetapkan beberapa kebijakan operasional pelabuhan dengan mengacu kepada kebijakan pemerintah dan publik yang meliputi bidang teknis dan manajerial dalam pelayanan kepada masyarakat perikanan dengan strategi kebijakan sebagai berikut :
(1) Menciptakan iklim usaha yang kondusif
(65)
1) Menyediakan fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang dalam jumlah yang memadai.
2) Tersedianya sistem operasional dengan prosedur yang jelas, sehingga mudah dipahami dan dipatuhi oleh pemakai jasa pelabuhan.
3) Menciptakan keamanan, ketertiban dan kebersihan yang memadai. 4) Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
(2) Memberikan pelayanan prima kepada pemakai jasa pelabuhan
Memberikan pelayanan prima kepada pemakai jasa pelabuhan adalah suatu hal yang telah ditetapkan, hal ini bertujuan agar kecepatan dan ketepatan usaha di pelabuhan dapat terealisasi.
Langkah-langkah yang ditempuh pelabuhan dalam memberikan pelayanan prima adalah :
1) Melaksanakan pelayanan 24 jam sepanjang tahun kepada pemakai jasa pelabuhan.
2) Melaksanakan pelayanan terpadu (satu atap) bersama-sama instansi terkait kepada pemakai jasa pelabuhan.
3) Menjelaskan masalah/kasus secara tepat dan profesional.
4) Menyediakan sarana/prasarana yang lengkap di dalam kawasan
pelabuhan sehingga kebutuhan pemakai jasa pelabuhan dapat terpenuhi.
(3) Mendorong peningkatan skill pegawai pelabuhan
Sumberdaya manusia yang terampil dan profesional di bidangnya merupakan salah satu persyaratan modal kerja. Dalam kenyataannya di lapangan, sumberdaya manusia dimaksud belum seluruhnya terpenuhi. Keterbatasan staf dalam memahami uraian tugas pokok dan fungsi yang
(66)
diemban oleh unit kerja, sering pula menyebabkan pencapaian kinerja tidak optimal.
Untuk menuju sumberdaya manusia yang terampil dan profesional di bidangnya harus ditempuh berbagai langkah-langkah yaitu :
1) Memberikan kesempatan kepada pegawai/staf untuk belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S1 atau S2).
2) Mengikutsertakan kepada pegawai/staf dalam pelatihan keterampilan dan kursus manajemen kepelabuhanan serta berbagai kegiatan apresiasi yang dieselenggarakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan.
(4) Mendorong kesadaran hukum aparat pemerintah, pengusaha serta pemakai jasa pelabuhan lainnya dalam memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dan lestari
Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang tidak terkendali dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan sangat berpotensi merusak lingkungan. Untuk itu diperlukan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat perikanan agar lebih memahami dan mematuhi peraturan ataupun perundangan sektor kelautan dan perikanan. Beberapa langkah yang ditempuh adalah :
1) Membentuk kelompok SISWASMAS yang anggotanya terdiri dari
nelayan, pengusaha perikanan dan instansi terkait untuk bersama-sama melakukan pengawasan dalam pengendalian sumberdaya perikanan dan kelautan.
(67)
2) Penerapan LLO, LBP terhadap kapal-kapal penangkap ikan untuk memonitoring data jenis dan alat tangkap yang digunakan serta wilayah
fishing ground.
3) Pemasangan VMS (Vessel Monitoring System) pada kapal penangkap
ikan, sehingga dapat mengetahui kapal yang bersangkutan dalam penangkapannya sudah dalam posisi yang ditetapkan dalam dokumen SPI.
4.5 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman 4.5.1 Unit Pelaksana Teknis PPS Nizam Zachman
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.26.1/ MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja, bahwa PPS Nizam Zachman adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.
PPS Nizam Zachman dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan yang membawahi bagian Tata Usaha, bidang Pengembangan, bidang Tata Operasional dan kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok jabatan fungsional yang ada di PPS Nizam Zachman adalah jabatan fungsional untuk Pengawasan Sumberdaya Ikan (WASDI), sedangkan kelompok jabatan fungsional lainnya belum terealisasi.
Tugas PPS Nizam Zachman memfasilitasi produksi, pemasaran hasil perikanan tangkap dan pengawasan sumberdaya ikan. Fungsi yang dijalankan UPT PPS Nizam Zachman didalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut:
(1)
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 50
Perubahan organisasi dan tata kerja pelabuhan perikanan menurut Keputusan ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 51
Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan Nomor 69 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan dinyatakan tidak berlaku kecuali untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara Tual dan Pelabuhan Perikanan Pantai yang belum diserahkan kepada Daerah.
Pasal 52
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 1 Mei 2001
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,
ttd
SARWONO KUSUMAATMADJA
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd
(2)
Lampiran : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.261/MEN/ 2001 tentang Organisasi Pelabuhan Perikanan
PELABUHAN PERIKANAN YANG BELUM DIUSAHAKAN PELABUHAN PERIKANAN YANG DIUSAHAKAN
No Nama Pelabuhan Jenis Lokasi Propinsi 1 Pelabuhan
Perikanan Samudera 1.BELUM DIUSAHAKAN 1.Kendari 2.Cilacap 3.Bungus Sulawesi Tenggara Jawa Tengah Sumatera Barat 2.DIUSAHAKAN 1.Jakarta
2.Belawan
DKI Jakarta Sumatera Utara 2 Pelabuhan
Perikanan Nusantara 1.BELUM DIUSAHAKAN 1.Tanjung Pandan 2.Ternate 3.Ambon 4.Pelabuhan Ratu 5.Sibolga 6.Kejawanan Kep. Bangka-Belitung Maluku Utara Maluku Jawa Barat Sumatera Utara Jawa Barat 2.DIUSAHAKAN 1. Brondong
2. Prigi 3. Pekalongan 4. Pernangkat Jawa Timur Jawa Timur Jawa Tengah Kalimantan Barat
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,
ttd
SARWONO KUSUMAATMADJA
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd
(3)
STRUKTUR ORGANISASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA YANG DIUSAHAKAN
KEPALA
BAGIAN TATA USAHA
SEKSI
KESYAHBANDARAN PERIKANAN BIDANG TATA OPERASIONAL BIDANG
PENGEMBANGAN
SEKSI SARANA
SEKSI PEMASARAN DAN INFORMASI KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL SEKSI TATA
PELAYANAN
SUBBAGIAN KEUANGAN
SUBBAGIAN UMUM
(4)
STRUKTUR ORGANISASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA YANG BELUM DIUSAHAKAN
KEPALA
BAGIAN TATA USAHA
SEKSI
KESYAHBANDARAN PERIKANAN BIDANG TATA OPERASIONAL BIDANG
PENGUSAHAAN
SEKSI SARANA
SEKSI PEMASARAN DAN INFORMASI KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL SEKSI PELAYANAN
DAN PENGEMBANGAN
SUBBAGIAN KEUANGAN
SUBBAGIAN UMUM
(5)
STRUKTUR ORGANISASI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA YANG DIUSAHAKAN
KEPALASUBBAGIAN TATA USAHA
SEKSI TATA PELAYANAN SEKSI
PENGEMBANGAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
(6)
STRUKTUR ORGANISASI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA YANG BELUM DIUSAHAKAN
KEPALASUBBAGIAN TATA USAHA
SEKSI TATA PELAYANAN SEKSI TATA
PENGUSAHAAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL