PENGARUH PELATIHAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN LOWOKWARU MALANG
PENGARUH PELATIHAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN LOWOKWARU MALANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajat Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fadilla Norlita Achwandi
08610021
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
PENGARUH PELATIHAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN LOWOKWARU MALANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajat Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fadilla Norlita Achwandi
08610021
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(3)
(4)
(5)
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ Pengaruh Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Dr. Nazaruddin Malik, M.Si, selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
2.
Dra. Sandra Irawati, M.M dan Drs. Shobari, M.M, selaku pembimbing I
dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3.
Dra. Ratih Yuliati, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan
memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
4.
Pimpinan Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang yang telah
memberikan ijin dan fasilitas bagi penulis untuk melakukan penelitian.
5.
Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang yang telah
bersedia menjadi subyek penelitian.
6.
Bapak, Mama dan umi bandung yang selalu
memberikan dukungan, do’a
dan kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini serta saudara - saudara ku dede, nanda, dita dan
eca serta putri yang tak henti-hentinya memberikan segala dukungannya
dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Teman-teman angkatan 2008 khususnya kelas A, dan semuanya yang tak
bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas semangat serta kerja sama
nya sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.
(7)
8.
Teman-teman seperjuangan aya dan mega yang telah bersedia membantu
dan memberikan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
9.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga
kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, Agustus 2012
Penulis
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... v
INTISARI ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
7
C.
Batasan Masalah ...
7
D.
Tujuan Penelitian ...
8
E.
Manfaat Penelitian ...
8
BAB II
TUNJAUAN TEORI
A.
Pelatihan ... 10
B.
Kinerja Pegawai ... 21
C.
Kerangka Berpikir ... 28
D.
Hipotesis ... 29
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian ... 30
B.
Variabel Penelitian ... 30
C.
Populasi dan Sampel ... 31
D.
Metode Pengumpulan Data ... 32
E.
Validitas dan Reliabilitas ... 35
F.
Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Karakteristik Responden ... 49
(9)
B.
Analisis Data ... 51
C.
Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 70
B.
Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 1.1 : Diklat Pelatihan Lapas ... 4
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang ... 9
Tabel 4.1 : Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...
49
Tabel 4.2 : Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49
Tabel 4.3 : Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Responden ... 50
Tabel 4.4 : Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 50
Tabel 4.5 : Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 51
Tabel 4.6 : Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas ... 52
Tabel 4.7 : Hasil Sebaran Item Pelatihan ... 53
Tabel 4.8 : Hasil Sebaran Item Kinerja ... 59
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Halaman
Gambar 2.1
: Kerangka Berpikir ...
28
Gambar 3.1
: Kurva Uji Hipotesis ...
40
Gambar 4.1
: Struktur Organisasi ...
44
(12)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010.
Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik
(revisi
2010). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bahtiar, Dwi Haris. 2007. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Bagian
Produksi Pada CV Arjuna Flora Batu. Malang
Dessler, Gary. 1997. Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 2.
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Handoko, T Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.
Yogyakarta: BPFE
Hariandja, Marihot T. E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan
kelima. Jakarta: PT Gramedia
Mangkunegara, A. P. 2002.
Manajemen sumber daya manusia perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
_________. 2009.
Evaluasi kinerja SDM.
Bandung: PT. Refika Aditama.
_________. 2006.
Perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Munandar, A.S. 2008.
Psikologi industry dan organisasi.
Jakarta: Universitas
Indonesia.
Mursidi. 2009. Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Universitas Muhammadyah Malang. Malang
Nazir. 2003. Metode Penelitian. Bogor : Graha Indonesia.
Setiawan, Dodik Firman. 2007. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan
Pada PT. Asuransi Jiwasraya Cabang Malang. Malang
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ketiga.
Cetakan kedua. Yogyakarta: STIE YKPN
Singarimbun,masri dan effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.
Jakarta: LP3S
Sudarmanto. 2009.
Kinerja dan pengembangan kompetensi SDM.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2009.
Metode penelitian kuantitatif kualitatid dan R&D
(Cetakan
kedelapan). Bandung: Alfabeta.
(13)
Wirawan. 2009.
Evaluasi kinerja sumber daya manusia: Teori, aplikasi dan
penelitian.
Jakarta: Salemba Empat.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Edisi ketiga. Cetakan keempat. Jakarta: PT.
UMM Pres
http://eprints.ums.ac.id/832/1/Artikel_6_Vera_P,_2.pdf
(14)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Pelatihan bertujuan untuk memperbaiki kecakapan, keahlian pengetahuan
dan keterampilan tenaga kerja, sehingga tenaga kerja sebagai sumber penggerak
dalam menjalankan operasi perusahaan dalam menjalankan aktivitas dengan
maksimal. Dengan adanya pelatihan diharapkan tenaga kerja yang aktif, efektif
dan berkualitas dapat bertambah, dengan demikian sangat memungkinkan
produktifitas kerja akan meningkat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian
pelatihan diarahkan untuk membantu pegawai melakukan pekerjaan mereka saat
ini maupun untuk masa yang akan datang secara baik. Pelatihan itu sendiri
mencakup metode pelatihan, materi pelatihan, kemampuan pelatihan, dan peserta
pelatihan. Dimana perusahaan berharap hasil dari pelatihan itu adalah seorang
pegawai yang profesioanal dalam menjalankan tugasnya.
Perlu disadari, bahwa untuk mengimbangi perubahan-perubahan dan
kemajuan dalam berbagai aspek yang mempengaruhi beban kerja pimpinan
dituntut tersedianya tenaga kerja yang setiap saat dapat memenuhi kebutuhan.
Dalam kondisi seperti ini, bagian kepegawaian juga dituntut harus selalu
mempunyai strategi baru untuk dapat mengembangkan dan mempertahankan
pegawai yang cakap yang diperlukan oleh suatu instansi. Untuk mendapatkan
pegawai yang profesional dan berintegritas memang harus dimulai dari seleksi
penerimaan, penempatan, promosi sampai dengan pengembangan pegawai
(15)
2
pegawai adalah dengan melalui pengembangan pegawai yaitu dengan melakukan
pendidikan dan pelatihan. Untuk mencapai kinerja yang diharapkan dalam suatu
organisasi atau instansi, para pegawai harus mendapatkan program pendidikan
dan pelatihan yang memadai untuk jabatannya sehingga pegawai terampil dalam
melaksanakan pekerjaannya. Untuk meningkatkan mutu atau kinerja pegawai
melalui pendidikan dan pelatihan harus dipersiapkan dengan baik untuk mencapai
hasil yang memuaskan. Peningkatan mutu atau kinerja harus diarahkan untuk
mempertinggi keterampilan dan kecakapan pegawai dalam menjalankan
tugasnya.
Untuk menciptakan tenaga kerja aparatur yang memiliki kompetensi
tersebut diperlukan peningkatan mutu profesionalisme, sikap pengabdian dan
kesetiaan pada perjuangan bangsa dan negara, semangat kesatuan dan persatuan,
dan pengembangan wawasan Pegawai Negeri Sipil. Oleh sebab itu, suatu instansi
harus dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Untuk
meningkatkan kualitas atau kemampuan-kemampuan pegawainya tersebut, dapat
dilakukan melalui pelatihan. Karena pelatihan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari usaha pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh.
Pengembangan pegawai sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena dengan
adanya program tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan dan
keterampilan pegawai.
Pengembangan pegawai juga dirancang untuk memperoleh
pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam
(16)
3
pegawai yang bersangkutan, tetapi juga keuntungan organisasi. Karena dengan
meningkatnya kemampuan atau keterampilan para pegawai, dapat meningkatkan
produktivitas kerja para pegawai. Produktivitas kerja meningkat berarti organisasi
yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan. Pelatihan juga merupakan
upaya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian pegawai.
Oleh karena itu setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang,
pendidikan dan pelatihan pegawainya harus memperoleh perhatian yang lebih
besar sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawainya tersebut. Dengan adanya
kesadaran akan pentingnya pelatihan bagi karyawan, maka hendaknya
pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara kontinue atau berkelanjutan. Dan
dengan adanya pemberian pelatihan bagi pegawai negeri sipil, maka diharapkan
para birokrat dapat mempersembahkan kinerja yang maksimal bagi instansinya.
Melihat pentingnya sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau
instansi, maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa manusia adalah aset yang
paling penting dan berdampak langsung pada organisasi atau instansi tersebut
dibandingkan dengan sumber daya-sumber daya lainnya. Karena manusia
memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada organisasi atau
instansi tersebut.
Lembaga pemasyarakatan Lowokwaru Malang yang merupakan salah satu
unit pelaksanaan dalam mengayomi serta memasyarakatkan warga binaan yang
berkedudukan di kota Malang dalam wilayah hukum pengadilan negeri Malang
yang sangat diharapkan peran sertanya didalam mengayomi serta
(17)
4
dengan program pemerintah. Lembaga pemasyarakatan dalam perjalanannya
banyak mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan berjalannya
waktu. Hal ini dapat dilihat dari sejarah perkembangan sistem pemasyarakatan
yaitu mulai dari sistenm kepenjaraan hingga sistem pemasyarakatan yang
sekarang.
Dalam hal ini, Lembaga Pemasyarakatan juga telah memberikan program
diklat setiap tahunnya kepada pegawainya demi meningkatkan kinerja dan
menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat. Hal ini terbukti dengan
pemberian program diklat baik diklat prajabatan maupun diklat jabatan yang
lainnya, adapun beberapa diklat yang diberikan pada saat pelatihan yaitu sebagai
berikut.
Tabel 1.1 Diklat Pelatihan Lapas
No Jenis Pelatihan Jumlah Peserta Lama Pelatihan 1 Diklat Pimpinan Tingkat II 1 orang 1 bulan 2 Diklat Pimpinan Tingkat III 7 orang 1 bulan 3 Diklat Pimpinan Tingkat IV 19 orang 1 bulan
4 AAK 4 orang 3 minggu
5 Pelatihan Kemantapan Keselamatan dan Teknik Masyarakatan
70 orang 3 minggu
6 KESEMAPTAAN 13 orang 1 bulan
Jumlah 114 orang
Sumber : Lapas Lowokwaru Malang
Mengenai beberapa diklat diatas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan
diklat dilakukan pada pertengahan tahun sama akhir tahun dan diklat
dilaksanakan selama tiga minggu dan bisa sampai satu bulan sesuai dengan
kebutuhan diklat yang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan diklat, lapas hanya
(18)
5
dan diklat apa yang sedang dilakukan. Semua biaya ditanggung oleh pihak
Kanwil jadi para peserta hanya mengikuti pelatihan yang sudah disiapkan oleh
Kanwil Surabaya.
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang berada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kementerian Hukum dan HAM. Dengan
adanya pembagian tugas maka tidak akan terjadi tumpang tindih dan kerancuan
tugas pada bidang atau bagian kerjanya. Setiap tahun Lembaga Pemasyarakatan
mendapat pelatihan dari kanwil Surabaya untuk menciptakan tenaga-tenaga yang
terampil, cakap, ahli, serta siap dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
semakin menuntut kemampuan kerja yang lebih tinggi. Dalam proses pelatihan
tersebut biasanya pegawai memperoleh fasilitas yang lengkap demi kenyamanan
pegawai yang mengikuti pelatihan tersebut. Fasilitas tersebut seperti memperoleh
biaya akomodasi penginapan, transportasi, konsumsi, dan berbagai macam
fasilitas lainnya. Pelatihan tersebut biasanya berlangsung selama beberapa hari
atau beberapa minggu, instansi mengeluarkan banyak biaya dengan harapan
pegawai dapat mencapai standar kinerja yang baik.
Namun dari biaya yang banyak dikeluarkan, pegawai yang memperoleh
pelatihan sesuai dengan harapan intansi yaitu menjadi pegawai yang terampil,
cakap, ahli,serta siap dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang semakin
menuntut. Akan tetapi setelah mengikuti pelatihan ada beberapa pegawai yang
tidak sesuai dengan harapan instansi seperti menjadi tenaga yang kurang
terampil, cakap, dan kurang ahli serta tidak siap dalam melaksanakan pekerjaan
(19)
6
penyebab karyawan tidak sesuai dengan harapan instansi setelah mengikuti
pelatihan di sebabkan oleh banyak faktor misalnya karyawan kurang serius dalam
mengkuti pelatihan, proses pelatihan yg membosankan, waktu diberikan untuk
pelatihan sangat lama. Oleh karena disebabkan berbagai macam faktor yang
mempengaruhi proses dan pelatihan hasil pegawai perlu adanya kerjasama yang
baik untuk memperhatikan adanya jalan proses pelatihan tersebut karena suatu
pelatihan pada dasarnya memberikan banyak keuntungan pada pegawai sehingga
apabila tidak tepat sasaran pelatihan tersebut bisa di anggap sia-sia.
Pegawai yang telah mendapatkan pelatihan akan dituntut untuk bekerja
keras meningkatkan keterampilan serta pengetahuan dengan metode kerja yang
telah didapatkan selama pelatihan. Dalam sasaran kerja pegawai (SKP) biasanya
pegawai sudah mempunyai target dapat menyelesaikan tugasnya dalam satu
minggu, satu bulan atau satu tahun, tugas yang dikerjakan sudah ada perinciannya
untuk diselesaikan dalam satu bulan atau satu tahun. Jika pegawai yang dapat
menyelesaikan tugasnya sesuai target maka akan mendapat nilai atau mutu 100
dan langsung dinilai oleh atasan. Namun ada pegawai yang ditugaskan untuk
dapat menyalesaikan tugasnya membuat laporan tetapi pegawai tidak dapat
menyelesaikan tugasnya dalam satu bulan, hal ini dikarenakan pegawai selalu
berpikir bahwa masih ada waktu untuk besok dikerjakan yang akhirnya membuat
pegawai selalu menunda dalam mengerjakan laporan.
Dari uraian diatas maka menarik bagi peneliti untuk mengambil judul :
“PENGARUH PELATIHAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN LOWOKWARU MALANG”
(20)
7
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka peneliti dapat menyusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelatihan yang telah dilakukan oleh pihak manajemen
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang?
2. Bagaimana kinerja karyawan pada Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Malang?
3. Apakah pelatihan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai
pada Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang ?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang dimaksudkan agar penelitian ini lebih berfokus dan
terarah serta tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka penulis
membatasi penelitian yaitu para pegawai yang memiliki masa kerja minimal 1
tahun dan telah mengikuti pelatihan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan pelatihan yang telah dilakukan oleh pihak
manajemen Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang.
2. Untuk mendeskripsikan kinerja pegawai pada Lembaga Pemasyarakatan
(21)
8
3. Untuk menganalisis signifikansi pengaruh pelatihan terhadap kinerja
pegawai pada Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang.
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Instansi
Dapat digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pengembangan
tenaga kerja dan dapat juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengantisipasi masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam
pelaksanaan pengembangan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
2. Bagi pihak lain atau peneliti selanjutnya
Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang membutuhkan
(22)
9 BAB II TINJAUAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka penulis mengemukakan
beberapa landasan yang diambil dari jurnal sebagai acuan didalam penelitian ini
selanjutnya.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang
Judul penelitian Tujuan penelitian Metode
penelitian Hasil penelitian
Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Universitas Muhammadiyah Malang (mursidi, 2009) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pelatihan tersebut maupun hasil atau pengaruhnya terhadap kinerja para karyawan
Regresi linier sederhana, Uji T dan Uji F
Hasil analisis menunjukan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di Universitas Muhammdiyah Malang dinilai sangat baik. Hal ini terlihat dari skor rata-rata jawaban responden sebasar 227,8 yang masuk dalam skala penilaian sangat baik. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta (Vera Parlinda dan M. Wahyuddin,) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan di
Perusahaan Daerah Air Minum
Kota Surakarta.
Regresi linier berganda, uji T, Uji F dan Koefisien Determinasi
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pelatihan dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Variabel kepemimpinan dan motivasi menurut analisa data ternyata tidak signifikan sehingga tidak
berpengaruh pada kinerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Surakarta.
Penelitian sekarang dengan judul pengaruh pelatihan kerja terhadap kinerja pegawai pada Lembaga Pemasyarakatan Lowokwarue Malang Apakah kegiatan pelatihan yang dilaksanakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai pada Lembaga Peasyarakatan
Lowokwaroe Malang
Regresi linier sederhana, uji T dan rentang skala
(23)
10
Persamaan dan perbedaan pada penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang. Adapun perbedaan penelitian terdahulu pertama dengan penelitian
sekarang yaitu penelitian terdahulu menggunakan dua variabel bebas sedangkan
penelitian sekarang menggunakan satu variabel bebas, subjek yang diteliti pada
lembaga pendidikan swasta sedangkan pada penelitian sekarang pada lembaga
pemerintahan, alat analisis yang digunakan uji F dan uji T sedangkan pada
penelitian sekarang uji T. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang adalah penelitian terdahulu menggunakan empat variabel
bebassedangkan penelitian sekarang menggunakan satu variabel bebas, subjek
yang diteliti karyawan pabrik air mineral sedangkan penelitian sekarang pada
pegawai lapas dan alat anlisis yang digunakan mamakai regresi linier berganda,
uji T, uji F dan koefisien determinasi. Penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang lebih banyak perbedaan dibandingkan persamaannya. Adapun
persamaan pada peneliti terdahulu dengan penelitian sekarang adalah memiliki
variabel terikat yang sama yaitu kinerja, pada alat anlisis yang digunakan yaitu
sama-sama menggunakan uji T.
B. Landasan Teori
1. Pelatihan
a. Pengertian pelatihan
Menurut Dessler (1997:263) menyatakan pelatihan adalah proses
mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar
yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Menurut
(24)
11
proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur
sistematis dan terorganisir dimana pegawai non managerial mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas.
Menurut Hariandja (2009:168) pelatihan merupakan usaha yang
terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan pegawai. Tetapi pelatihan secara konseptual juga dapat
mengubah sikap pegawai terhadap pekerjaan. Hal ini karena sikap
seseorang memiliki elemen-elemen kognitif yaitu keyakinan dan
pengetahuan seseorang terhadap suatu objek.
Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang
melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk
meningkatkan kinerja tenaga kerja. Menurut Simamora (2006:273) pasal I
ayat 9 undang-undang No.13 Tahun 2003. Pelatihan kerja adalah
keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos
kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang
dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Sedangkan Menurut Hani Handoko
(2001:104) pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan
(training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagal
ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Yaitu
latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan (Developrnent)
(25)
12
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat
kepribadian.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pelatihan dapat mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan,
pengatahuan dan kualitas karyawan yang sesuai dengan keinginan
perusahaan sehingga dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh
perusahaan. Dengan demikian tujuan diadakan pelatihan untuk
meningkatkan kinerja karyawan dan akhirnya dapat menjadi daya saing
bagi karyawan itu sendiri dalam meningkatkan karyawan.
b. Tujuan kegiatan pelatihan
Menurut Sikula dalam Munandar (2008:87) tujuan dari pelatihan
secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Meningkatkan produktivitas
Pelatihan dapat meningkatkan taraf prestasi tenaga kerja pada
jabatannya sekarang, dan prestasi kerja yang meningkat
mengakibatkan peningkatan dari produktivitas. Produktivitas adalah
keluaran dibagi dengan masukan, salah satu unsur keluaran adalah
prestasi kerja jadi prestasi kerja meningkat, keluaran meningkat, dan
produktivitas tinggi.
2) Meningkatkan mutu
Pelatihan yang tepat tidak saja meningkatkan kuantitas dari keluaran
(26)
13
kerja yang berpengetahuan dan keterampilan baik hanya akan
membuat sedikit masalah dan cermat dalam pelaksanaan pekerjaan.
3) Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan sumber daya manusia
Pelatihan yang tepat dapat membantu perusahaan untuk memenuhi
keperluannya akan tenaga kerja dengan pengetahuan dan keterampilan
tertentu dimasa yang akan datang serta lowongan yang kosong mudah
diisi oleh tenaga dari dalam perusahaan sendiri.
4) Meningkatkan semangat kerja
Iklim dan suasana organisasi pada umumnya menjadi lebih baik jika
perusahaan mempunyai program pelatihan yang tepat. Suatu rangkaian
reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan perusahaan yang
direncanakan dengan baik.
5) Menarik dan menahan tenaga kerja yang baik
Para tenaga kerja, terutama para manajernya memandang
kemungkinan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai
bagian dan imbalan jasa (compensation) dari perusahaan terhadap
mereka. Karena itu banyak perusahaan yang menawarkan program
pelatihan dan pengembangan yang khusus untuk menarik tenaga kerja
yang berpotensi baik.
6) Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
Pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya
kecelakaan di perusahaan dan dapat menimbulkan lingkungan kerja
(27)
14
7) Menghindari keusangan (Obsolescence)
Usaha pelatihan diperlukan secara terus menerus supaya tenaga kerja
dapat bagi tenaga kerja pekerja (nonmanajerial) maupun tenaga kerja
manajerial.
8) Menunjang pertumbuhan pribadi (Personal Growth)
Pelatihan tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi juga
menguntungkan tenaga kerja sendiri.
c. Manfaat pelatihan
Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas
dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata yang ditangguk dari
program pelatihan dan pengembangan, Menurut Simamora (2006:278)
adalah:
1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
2) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai
standar kinerja yang diterima
3) Membentuksikap,loyalitas,dankerjasama yang lebih menguntungkan.
4) Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia
5) Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
6) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi
mereka.
Manfaat di atas membantu baik individu maupun organisasi.
(28)
15
perencanaan karir dan sering dianggap sebagai penyembuh penyakit
organisasional.
d. Kebutuhan pelatihan
Menurut Mangkunegara (2002:46) mengemukakan ada tiga
analisis kebutuhan dan pelatihan, yaitu:
1) Analisis Organisasi
Menganalisis tujuan organisasi, sumber daya yang ada dan
lingkungan organisasi yang sesuai realita, Weylexdan Latham (1981)
Mengemukakan bahwa dalam menganalisis organisasi perlu
memperhatikan pertanyaan “where is training and development
needed and where is it likely to be succesful within an organization ?”
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan survei mengenai
sikap pegawai terhadap kepuasan kerja, persepsi pegawai, dan sikap
pegawai dalam administrasi. Di smping itupula, dapat menggunakan
turnover, absensi, kartu pelatihan, daftar kemajuan pegawai, dan data
perencanaan pegawai.
2) Analisis Job dan Tugas
Analisis job dan tugas merupakan dasar untuk mengembangkan
program job-training. Sebagaimana program training dimaksudkan
untuk membantu pegawai meningkatkan pengetahuan, skiil, dan sikap
(29)
16
3) Analisis Pegawai difokuskan pada identifikasi khusus kebutuhan
training bagi pegawai yang bekerja pada jobnya. Kebutuhan training
pegawai dapat dianalisis secara individu maupun kelompok.
a) Kebutuhan Individu dari Pelatihan
Analisis kebutuhan individu dari pelatihan dapat dilakukan
dengan cara observasi oleh supervisor, evaluasi keterampilan, kartu
kontrol kualitas, dan tes keterampilan pegawai.
b) Kebutuhan Kelompok dari Pelatihan
Kebutuhan kelompok dari pelatihan dapat diprediksi
dengan pertimbangan informal dan observasi oleh supervisor
maupun manajer.
e. Metode pelatihan
Menurut Andre E. Sikula dalam Mangkunegara (2002 : 52-54)
mengemukakan bahwa pelatihan mempunyai 6 metode yaitu:
1) On the job
Prosedur metode ini adalah informal, observasi sederhana dan mudah
serta praktis. Metode on the job training sangat tepat, cocok untuk
mengajarkan pengetahuan, skill yang dapat dipelajari dalam beberapa
hari atau beberapa minggu. On the job pula sangat tepat digunakan
untuk pelatihan yang semi skill, seperti pekerja klerk, sales atau
pramuniaga. Manfaat dari metode ini adalah peserta belajar dengan
(30)
17
2) Vestibule
Metode vestibule merupakan metode pelatihan yang sangat cocok
untuk banyak peserta (pegawai baru) yang dilatih dengan macam
pekerjaan yang sama dan dalam waktu yang sama. Pelaksanaan
metode ini biasanya dilakukan dalam waktu beberapa hari sampai
beberapa bulan dengan pengawasan instruktur.
3) Demonstration and example
Metode ini sangat mudah untuk manajer mengajarkan pegawai baru
menganai aktivitas nyata melalui suatu tahap perencanaan dari “
bagaimana dan apa”. Metode demonstrasi biasanya digunakan untuk
tujuan pengembangan manajerial. Metode contoh juga sangat cocok
untuk mengajarkan hubungan interpersonal, tugas-tugas pekerjaan,
tanggung jawab, standar kelompok informal, dan harapan pengawas.
4) Simulasi
Simulasi adalah suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk
realitas atau imitasi dari realitas. Metode simulasi yang populer adalah
permainan bisnis, metode simulasi ini merupakan metode pelatihan
yang sangat mahal, tetapi sangat bermanfaat dan diperlukan dalam
pelatihan.
5) Appenticeship
Metode ini adalah suatu cara mengembangkan keterampilan (skill)
perajin atau pertukangan. Metode ini didasarkan pula pada on the job
(31)
18
6) Classroom methods
Aspek-aspek tertentu dari semua pekerjaan lebih mudah dipelajari di
dalam ruangan kelas dari pada on the job. Teristimewa, jika hal
tersebut merupakan falsafah, konsep-konsep, teori-teori, dan
kemampuan memecahkan masalah harus dipelajari.
f. Komponen-komponen pelatihan
Menurut Mangkunegara (2002: 44) mengemukakan ada 5
komponen yaitu:
1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat
diukur.
2) Para pelatih (trainee) harus memiliki kualifikasi yang memadai.
3) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dicapai.
4) Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat
kemampuan pegawai yang menjadi peserta.
5) Peserta pelatihan dan pengembangan (trainee) harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
g. Tahapan-tahapan penyusunan pelatihan
Sebelum pelatihan dapat diselenggarakan, kabutuhan akan hal itu
perlu dianalisis lebih dahulu. Hal demikian disebut sebagai langkah/
tahapan penilaian dari proses pelatihan. Menurut Mangkunegara (2002:52)
tahapan-tahapan dalam pelatihan sebagai berikut:
(32)
19
2) Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya
4) Menetapkan metode pelatihan
5) Mengadakan percobaan ( try out) dan revisi
6) Mengimplementasikan dan mengavaluasi
h. Jenis pelatihan
Terdapat banyak pendekatan untuk pelatlian. Menurut Simamora
(2006:278) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1) Pelatihan Keahlian.
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang
sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif
sederhana: kebutuhan atau kekurangan diidentifikasi rnelalui penilaian
yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada
sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2) Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan.
Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan
keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang
berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya
bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih
(33)
20
3) Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training)
melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam
bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
4) Pelatihan Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok
Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam
sebuah tim kerja.
5) Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada
asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja
diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang
berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan.
i. Kelemahan pelatihan
Beberapa kelemahan pelatih dapat menyebabkan gagalnya sebuah
program peltihan. Suatu pemahaman terdahap masalah potensial ini harus
dijelaskan selama pelatihan pata trainer. Menurut Simamora (2006:282)
Kelemahan-kelemahan meliputi:
1) Pelatihan dan pengembangan dianggap sebagai obat untuk semua
penyakit organisasional.
2) Partisipan tidak cukup termotivasi untuk memusatkan perhatian dan
(34)
21
3) Sebuah teknik dianggap dapat diterapkan disemua kelompok, dalam
semua situasi, dengan keberhasilan yang sama.
4) Kinerja partisipan tidak dievaluasi begitu kayawan telah kembali
kepekerjaannya.
5) Informasi biaya-manfaat untuk mengevaluasi program pelatihan tidak
dikumpulkan.
6) Ketidakadaan atau kurangnya dukungan manajemen.
7) Peran utama penyelia/atasan tidak diakui.
8) Pelatihan bakal tidak akan pernah cukup kuat untuk menghasilkan
perbaikan kinerja yang dapat diveifikasi.
9) Sedikit atau tidak ada persiapan untuk tindak lanjut.
2. Kinerja
a. Pengertian kinerja
Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh
karyawan atau organisasi. Kinerja yang baik merupakan langkah untuk
tercapainya tujuan organisasi sehingga perlu diupayakan untuk
meningkatkan kinerja. Tetapi hal ini tidak mudah dilakukan sebab banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat rendahnya kinerja seseorang.
Mangkunegara (2002:67) mengatakan pengertian kinerja adalah:
“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
(35)
22
Sedangkan menurut Ruky dalam Mangkunegara (2009: 19)
menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu bentuk usaha kegiatan atau
program yang diprakarsai dan di laksanakan oleh pimpinan organisasi atau
perusahaan untuk mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan.
Menurut Wirawan (2009 : 5) kinerja adalah keluaran yang
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau
suatu profesi dalam waktu tertentu. Pekerjaan adalah suatu aktivitas
menyelesaikan sesuatu atau membuat sesuatu yang hanya memerlukan
tanaga dan keterampilan tertentu seperti yang dilakukan oleh pekerja kasar
atau blue collar worker.
Miner dalam Sudarmanto (2009) menyatakan bahwa kinerja adalah
hasil yang berkaitan dengan prosuktifitas dan efektifitas, produktifitas
disini merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
dengan jumlah tenaga kerja, modal, dan sumber daya yang digunakan
dalam produksi. Sedangkan menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo
(2007:7) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan
kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan
memberikan kontribusi pada ekonomi.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian
bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Kinerja dapat digunakan sebagai ukuran hasil kerja secara
(36)
23
pegawai dalam rangka melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang telah dibebankan kepadanya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Timple dalam Mangkunegara (2009 : 15), faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah sebagai berikut:
1) Faktor Internal
Faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, seperti kinerja
seseorang dikatakan baik apabila seseorang tersebut mempunyai
kemampuan tinggi dan tipe pekerjaan keras.
2) Faktor Eksternal
Faktor dimana kinerja seseorang dipengaruhi oleh lingkungan, seperti
tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja,
dan iklim organisasi.
c. Aspek-aspek kinerja
Menurut Husein Umar dalam Mangkunegara (2009:18)
membagi-bagi aspek kinerja sebagai berikut:
1) Mutu pekerjaan
2) Kejujuran karyawan
3) Inisiatif
4) Kehadiran
5) Sikap
6) Kerjasama
(37)
24
8) Pengetahuan tentang pekerjaan
9) Tanggung jawab
10)Pemanfaatan waktu kerja
d. Karakter individu dengan kinerja tinggi
Menurut Pace dalam Mangkunegara (2009:28) berdasarkan hasil
penelitian Mc. Clelland tentang pencapaian kinerja, individu-individu
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi untuk mencapai kinerja dapat
dibedakan deangan yang lainnya dalam hal-hal sebagai berikut:
1) Individu yang senang bekerja dan menghadapi tantangan yang moderat
2) Individu yang memperoleh sedikit kepuasan jika pekerjaannya sangat
mudah dan jika terlalu sulit cenderung kecewa
3) Individu yang senang memperoleh umpan balik yang konkret
menganai keberhasilan pekerjaannya.
4) Individu yang cenderung tidak menyenangi tugas tersebut hjika tidak
mencapai prestasi sesuai dengan yang diinginkan.
5) Individu yang lebih senang bertanggung jawab secara personal atas
tugas yang dikerjakannya
6) Individu yang puas dengan hasil bila pekerjaannya dilakukan sendiri
7) Individu yang kurang istirahat, cenderung inovatif dan banyak
bepergian
8) Individu yang selalu mencari kemungkinan pekerjaan yang lebih
(38)
25
e. Indikator kinerja
Menurut Wibowo (2007:101-105) berpendapat bahwa ada
beberapa indikator kinerja yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai
dimasa yang akan datang. Dengan demikian tujuan menunjukkan arah
kemana kinerja harus dilakukan.
2) Standar
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat
dicapai, tanpa standar tidak dapat diketahui kapan suatun tujuan
tercapai.
3) Umpan balik
Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur
kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan
umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya
dapat dilakukan perbaikan kinerja.
4) Alat atau sarana
Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan.
Tanpa alat dan sarana tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan
dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.
5) Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
(39)
26
6) Motif
Motif merupakan alasan pendorong bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu. Manajer memfalisitasi motivasi kepada karyawan dengan
insentif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan
menantang, menetapkan standar terjangkau dan lain-lain.
7) Peluang
Peluang perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi
kerjanya. Terdapat dua faktor menyumbangkan apa adanya
kekurangan kesempatan untuk berprestasi yaitu ketersediaan waktu
dan kemampuan untuk memenuhi syarat.
f. Strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan
Menurut Mangkunegara (2009) bahwa hubungan penilaian kinerja
dengan strategi bukanlah satu-satunya konsep penentu keberhasilan untuk
mencapai suatu tujuan strategis yang telah ditetapkan. Keberhasilan secara
implementasi maupun konseptual dari rencana-rencana tujuan target yang
ditetapkan. Oleh sebab itu ada beberapa strategi untuk meningkatkan
kinerja:
1) Dorongan positif (positif reinforcement)
Melibakan penggunaan penghargaan positif untuk meningkatkan
terjadinya kinerja yang diinginkan. Dorongan ini didasarkan pada dua
prinsip fundamental yaitu orang bekerja sesuai dengan cara yang
(40)
27
memberikan penghargaan yang semestinya, orang dimungkinkan
memperbaiki kinerjanya.
Dorongan positif ini dibangun dengan empat tahap:
a) Lakukan audit kinerja
b) Tetapkan standart dan tujuan kinerja
c) Berikan umpan balik pada karyawan mengeni kinerja
d) Beri karyawan pujian atau imbalan lain yang berkaitan langsung
dengan kinerja.
2) Program disiplin positif
Program ini memberi tanggung awab perilaku karyawan di tangan
karyawan sendiri. Program ini memberitahu karyawan bahwa
perusahaan pedili dan akan tetap memperkerjakan karyawan selama ia
berkomitmen untuk bekerja dengan baik.
3) Program bantuan karyawan
Program bantuan karyawan menolong karyawan mengatasi
masalah-maslah kronis pribadi yang menghambat kinerja dan kehadiran mereka
ditempat kerja.
4) Manajemen pribadi
Manajemen pribadi adalah suatu pendekatan yang relative baru untuk
mengatasi ketidaksesuaian kinerja. Hal ini mengajari orang
menjalankan kendali terhadap perilakunya sendiri dengan kata lain
(41)
28
membandingkan outputnya dengan tujuannya, dan memberikan
dorongan untuk menopang komitmen pada tujuan dan kinerja.
5) Hukuman
Hukuman sering digunakan organisasi karena dapat mencapai hasil
yang relarif langsung, selain itu hukuman member dorongan kepada
mereka karena merasa telah mengambil tindakan.
C. Kerangka Pikir
Menurut Sekaran dalam Widayat (2004:59) kerangka berpikir atau sering
di sebut sebagai kerangka konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai fakktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Jadi rangka pemikiran bertujuan untuk menjelaskan secara teoris pertautan antar
variabel yang akan diteliti dan selanjutnya akan dapat digunakan untuk
merumuskan hipotesis. Maka dapat disusun kerangka pemikiran penelitian seperti
ini yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1
Kerangka pikir pelatihan kerja terhadap kinerja pegawai
Dari kerangka pikir diatas dapat dijelaskan bahwa menurut Alwi
(2001:224) dalam Dodik Firmansyah mengemukakan ketika kinerja individu
terlihat tidak sebagaimana yang diharapkan perlu dianalisis faktor yang menjadi Pelatihan
(X)
Kinerja (Y)
(42)
29
penyebabnya, apabila hasil analisis menunjukkan bahwa penurunan kinerja
pegawai disebabkan oleh keahlian, kemampuan atau problem maka perlu
diadakan program pelatihan. Program pelatihan yang meliputi metode, materi
pelatihan, trainer dan waktu pelatihan akan muncul apabila adanya tuntutan
kinerja yang tinggi dari perusahaan. Dengan pelatihan yang meningkat maka akan
mampu meningkatkan kinerja pegawai seperti kerjasama dengan rekan kerja,
ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas dan kedisiplinan yang tinggi serta
mampu meningkatkan skill atau kemampuan kinerja pegawai dalam mencapai
tujuan instansi atau lembaga.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih
sementara. Berdasarkan bahasan dan permasalahan yang disebutkan di atas, maka
dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut: Diduga variabel pelatihan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Lembaga Pemasyarakatan
(1)
8) Pengetahuan tentang pekerjaan 9) Tanggung jawab
10)Pemanfaatan waktu kerja
d. Karakter individu dengan kinerja tinggi
Menurut Pace dalam Mangkunegara (2009:28) berdasarkan hasil penelitian Mc. Clelland tentang pencapaian kinerja, individu-individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi untuk mencapai kinerja dapat dibedakan deangan yang lainnya dalam hal-hal sebagai berikut:
1) Individu yang senang bekerja dan menghadapi tantangan yang moderat 2) Individu yang memperoleh sedikit kepuasan jika pekerjaannya sangat
mudah dan jika terlalu sulit cenderung kecewa
3) Individu yang senang memperoleh umpan balik yang konkret menganai keberhasilan pekerjaannya.
4) Individu yang cenderung tidak menyenangi tugas tersebut hjika tidak mencapai prestasi sesuai dengan yang diinginkan.
5) Individu yang lebih senang bertanggung jawab secara personal atas tugas yang dikerjakannya
6) Individu yang puas dengan hasil bila pekerjaannya dilakukan sendiri 7) Individu yang kurang istirahat, cenderung inovatif dan banyak
bepergian
8) Individu yang selalu mencari kemungkinan pekerjaan yang lebih menantang dan menemukan sesuatu yang baru.
(2)
e. Indikator kinerja
Menurut Wibowo (2007:101-105) berpendapat bahwa ada beberapa indikator kinerja yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai dimasa yang akan datang. Dengan demikian tujuan menunjukkan arah kemana kinerja harus dilakukan.
2) Standar
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai, tanpa standar tidak dapat diketahui kapan suatun tujuan tercapai.
3) Umpan balik
Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.
4) Alat atau sarana
Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat dan sarana tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.
5) Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.
(3)
6) Motif
Motif merupakan alasan pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Manajer memfalisitasi motivasi kepada karyawan dengan insentif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar terjangkau dan lain-lain.
7) Peluang
Peluang perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor menyumbangkan apa adanya kekurangan kesempatan untuk berprestasi yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat.
f. Strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan
Menurut Mangkunegara (2009) bahwa hubungan penilaian kinerja dengan strategi bukanlah satu-satunya konsep penentu keberhasilan untuk mencapai suatu tujuan strategis yang telah ditetapkan. Keberhasilan secara implementasi maupun konseptual dari rencana-rencana tujuan target yang ditetapkan. Oleh sebab itu ada beberapa strategi untuk meningkatkan kinerja:
1) Dorongan positif (positif reinforcement)
Melibakan penggunaan penghargaan positif untuk meningkatkan terjadinya kinerja yang diinginkan. Dorongan ini didasarkan pada dua prinsip fundamental yaitu orang bekerja sesuai dengan cara yang mereka pandang paling menguntungkan bagi mereka dan dengan
(4)
memberikan penghargaan yang semestinya, orang dimungkinkan memperbaiki kinerjanya.
Dorongan positif ini dibangun dengan empat tahap: a) Lakukan audit kinerja
b) Tetapkan standart dan tujuan kinerja
c) Berikan umpan balik pada karyawan mengeni kinerja
d) Beri karyawan pujian atau imbalan lain yang berkaitan langsung dengan kinerja.
2) Program disiplin positif
Program ini memberi tanggung awab perilaku karyawan di tangan karyawan sendiri. Program ini memberitahu karyawan bahwa perusahaan pedili dan akan tetap memperkerjakan karyawan selama ia berkomitmen untuk bekerja dengan baik.
3) Program bantuan karyawan
Program bantuan karyawan menolong karyawan mengatasi masalah-maslah kronis pribadi yang menghambat kinerja dan kehadiran mereka ditempat kerja.
4) Manajemen pribadi
Manajemen pribadi adalah suatu pendekatan yang relative baru untuk mengatasi ketidaksesuaian kinerja. Hal ini mengajari orang menjalankan kendali terhadap perilakunya sendiri dengan kata lain manajemen pribadi mengajari orang mengamati perilaku sendiri,
(5)
membandingkan outputnya dengan tujuannya, dan memberikan dorongan untuk menopang komitmen pada tujuan dan kinerja.
5) Hukuman
Hukuman sering digunakan organisasi karena dapat mencapai hasil yang relarif langsung, selain itu hukuman member dorongan kepada mereka karena merasa telah mengambil tindakan.
C. Kerangka Pikir
Menurut Sekaran dalam Widayat (2004:59) kerangka berpikir atau sering di sebut sebagai kerangka konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai fakktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Jadi rangka pemikiran bertujuan untuk menjelaskan secara teoris pertautan antar variabel yang akan diteliti dan selanjutnya akan dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. Maka dapat disusun kerangka pemikiran penelitian seperti ini yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1
Kerangka pikir pelatihan kerja terhadap kinerja pegawai
Dari kerangka pikir diatas dapat dijelaskan bahwa menurut Alwi (2001:224) dalam Dodik Firmansyah mengemukakan ketika kinerja individu terlihat tidak sebagaimana yang diharapkan perlu dianalisis faktor yang menjadi
Pelatihan (X)
Kinerja (Y)
(6)
penyebabnya, apabila hasil analisis menunjukkan bahwa penurunan kinerja pegawai disebabkan oleh keahlian, kemampuan atau problem maka perlu diadakan program pelatihan. Program pelatihan yang meliputi metode, materi pelatihan, trainer dan waktu pelatihan akan muncul apabila adanya tuntutan kinerja yang tinggi dari perusahaan. Dengan pelatihan yang meningkat maka akan mampu meningkatkan kinerja pegawai seperti kerjasama dengan rekan kerja, ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas dan kedisiplinan yang tinggi serta mampu meningkatkan skill atau kemampuan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan instansi atau lembaga.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Berdasarkan bahasan dan permasalahan yang disebutkan di atas, maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut: Diduga variabel pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang.