Etiologi dan Faktor Resiko Migren

2.2. Etiologi dan Faktor Resiko Migren

Menurut Harsono 2011, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminal vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer. Diketahui ada beberapa faktor resiko timbulnya serangan migren yaitu : 1. Perubahan hormonal Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan akan meningkat saat menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya merasakan serangan migren saat menstruasi. Istilah ‘menstrual migraine’ sering digunakan untuk menyebut migren yang terjadi pada wanita saat dua hari sebelum menstruasi dan sehari setelahnya. Ini terjadi disebabkan penurunan kadar estrogen. 2. Kafein Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan, teh, cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila diminum dalam dosis yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas dan sakit kepala. 3. Puasa dan terlambat makan Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa terjadi pelepasan hormone yang berhubungan dengan stres dan penurunan kadar gula darah. 4. Ketegangan jiwa stres baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari ketegangan. 5. Cahaya kilat atau berkelip Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu tinggi akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga berlaku untuk penderita migren yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi daripada manusia normal. Universitas Sumatera Utara 6. Makanan Penyedap makanan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala, kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar-debar jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong. Fenomena ini disebut ‘Chinese Restaurant Syndrome’.Aspartam atau pemanis buatan pada minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama. 7. Banyak tidur atau kurang tidur Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering terjaga tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit kepala tegang, sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan membantu mengurangi frekuensi timbulnya migren. 8. Faktor herediter 9. Faktor kepribadian 10. Faktor cuaca Polusi udara, temperatur, suhu ruang yang tidak stabil dipercaya mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap insidensi terjadinya migren. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Potential Migraine Triggers Behavioral • Fasting • Emotions • Sleep disturbances • Stress • Exercise Environmental • Bright lightvisual stimuli • Odors • Weather changes • Cigarette smoke Infectious • Upper respiratory infections Dietary • Caffeinated beverages • Alcoholic beverages • Aged cheeses • Chocolate • Ice cream Chemical • Monosodium glutamate • Tyramine • Nitrates • Aspartame Hormonal • Menstruation Dikutip dari : Martin and Behbehani, 2007. Gambar 2.1. Frequency of individual triggers occurring at least occasionally dikutip dari : Kelman, 2007. 2.3 Klasifikasi Migren Menurut The International Headache Society 2013, klasifikasi migren adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Migren tanpa aura 2. Migren dengan aura • Migren dengan aura yang khas • Migren dengan aura yang diperpanjang • Migren dengan lumpuh separuh badan familial hemiflegic migraine • Migren dengan basilaris • Migren aura tanpa nyeri kepala • Migren dengan awitan aura akut 3. Migren oftalmoplegik 4. Migren retinal 5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial 6. Migren dengan komplikasi Status migren serangan migren dengan sakit kepala lebih dari 72 jam • Tanpa lebihan penggunaan obat • Kelebihan penggunaaan obat untuk migren Infark migren 7. Gangguan seperti migren yang tidak terklasifikasikan Dahulu dikenal adanya classic migraine dan common migraine.Classic migraine didahului atau disertai dengan fenomena defisit neurologik fokal, misalnya gangguan penglihatan, sensorik, atau wicara.Sedangkan common migraine tidak didahului atau disertai dengan fenomena defisit neurologikfokal. Oleh Ad Hoc Comittee of the International Headache Society diajukan perubahan nama atau sebutan untuk keduanya menjadi migren dengan aura untuk classic migraine dan migren tanpa aura untuk common migraine.

2.4 Patofisiologi migren