BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan
pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat dan perbaikan lingkungannya agar lebih baik dari sebelumnya. Indikator taraf
hidup masyarakat biasanya digunakan indikator ekonomi melalui besarnya pendapatan per kapita di wilayah tersebut. Sedang indikator lingkungan dinilai
melalui keberlanjutannya
sustainability
. Agar tercapai keberhasilan pembangunan, setiap wilayah yang melakukan
pembangunan akan mengikuti strategi pembangunan wilayah yang ditentukan sebelumnya dalam bentuk tujuan pembangunan wilayah dan merupakan
paradigma pembangunan. Pada umumnya tujuan pembangunan wilayah adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat pada wilayah bersangkutan. Di lain pihak
akibat kurang tepatnya orientasi pembangunan, ternyata menimbulkan adanya ketimpangan dalam hasil pembangunan yang dinikmati masyarakat. Ketimpangan
pembangunan antara desa sebagai produsen pertanian dengan kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi telah mendorong aliran sumberdaya dari
wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara tidak seimbang. Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di
perdesaan kemudian telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan perdesaan
Universitas Sumatera Utara
seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang pada
awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke
perkotaan baik dari sisi sumberdaya manusia, alam, bahkan modal Douglas, 1986 dalam Djakapermana, 2003.
Salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan adalah melalui konsep Agropolitan. Agropolitan adalah kota pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan
pertanian agribisnis di wilayah sekitarnya. Agropolitan menjadi relevan diterapkan di Indonesia karena pada umumnya sektor pertanian masih menjadi
mata pencaharian utama dari sebagian besar masyarakat perdesaan. Pembangunan nasional berwawasan agribisnis perlu difasilitasi sedikitnya
oleh dua strategi dasar yaitu: pendekatan agropolitan dalam pengembangan agribisnis dan restrukturisasi dan konsolidasi agribisnis. Disamping itu, dalam
operasionalisasinya paradigma pembangunan nasional berbasis agribisnis juga perlu difasilitasi dengan sejumlah kebijaksanaan strategis pengembangan
agribisnis. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat diselaraskan dimensi pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan pembangunan dalam arti luas.
Sehubungan upaya mempercepat pembangunan perdesaan yang berbasis agribisnis serta meningkatkan daya saing produk - produk pertanian yang
dihasilkan, Pemerintah Daerah Sumatera Utara dengan dukungan Pemerintah Pusat, khususnya Departemen Pertanian, Kimpraswil beserta Departemen terkait
Universitas Sumatera Utara
lainnya sepakat untuk mempromosikan pengembangan kawasan agropolitan di Sumatera Utara. Untuk tahap pertama, pengembangan kawasan dimulai di daerah
Dataran Tinggi Sumatera Utara yang mencakup Kabupaten Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir, Toba
Samosir dan Kota Pematang Siantar. Penetapan kawasan tersebut didasari dengan nota kesepakatan antara lima bupati tersebut yang dikenal dengan Kesepakatan
Berastagi yang ditandatangani tanggal 28 September 2002. Untuk mempercepat implementasi, Gubernur Sumatera Utara membentuk
Kelompok Kerja POKJA dan Tim Teknis Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan KADTBB Sumatera Utara melalui
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 050 1467.K, Tanggal 3 Desember 2002 dan diperbaharui dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.
050286.K tentang pembentukan Badan Koordinasi dan Tim Teknis Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera
Utara, tanggal 26 April 2005. Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan KADTBB Sumatera
Utara adalah pengelompokan wilayah di 9 sembilan KabupatenKota Karo, Dairi, Simalungun, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Samosir, Pakpak
Bharat, Tapanuli Utara, dan Pematang Siantar yang disesuaikan pada kesamaan agrobiofisik dan sosial ekonomi, tanpa dibatasi oleh batas - batas administrasi.
Dari total luas Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan KADTBB yang mencapai 27.268,35 km
2
yang terdiri dari 126 kecamatan dan 1572 desakelurahan, maka KADTBB yang paling luas terdapat di Kabupaten
Simalungun 4.368,60 km
2
, diikuti secara berturut - turut oleh Tapanuli Utara
Universitas Sumatera Utara
3.764,65 km
2
, Samosir 2.433,50 km
2
, Toba Samosir 2.352,35 km
2
, Humbang Hasundutan 2.297,20 km
2
, Karo 2.127,25 km
2
, Dairi 1.927,80 km
2
, Pakpak Bharat 1.218,30 km
2
dan Kota Pematang Siantar 7.997 km
2
. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 kemudian menyusun Master Plan
Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara. Namun dalam perkembangannya kemudian dirasakan perlu adanya
penekanan pada pengembangan komoditi tertentu pada Lokalita yang telah ditentukan sehingga pada tahun 2008 disusun Rancang Bangun Lokalita
KADTBB. Rancang bangun adalah perencanaan pembangunan yang meliputi ruang, kelembagaan, infrastuktur serta sarana dan prasarana lainnya yang
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan multi tahun pada Lokalita percontohan di Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan KADTBB
Sumatera Utara. Kegiatannya meliputi pengembangan komoditi unggulan dan pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan sehingga
pembangunan wilayah agroekosistem dengan komoditi unggulannya akan dapat mencapai sasaran, yaitu peningkatan kesejahteraan petani dan pertumbuhan
ekonomi wilayah, BPTP dan Bappeda Provinsi Sumatera Utara, 2008. Fungsi dan peranan agropolitan adalah untuk melayani kawasan industri
pertanian di sekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang diperlukan untuk memberikan kemudahan
produksi dan pemasaran antara lain adalah berupa: input sarana produksi benih, pupuk, pestisida, alat
–alat pertanian dsb, sarana penunjang produksi lembaga perbankan, koperasi, listrik, dsb dan sarana pemasaran pasar, terminal angkutan,
Universitas Sumatera Utara
sarana transportasi, dsb. Dengan adanya peningkatan akses kepada faktor –faktor
produksi dan pemasaran tersebut, maka biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil sehingga hasil pertanian dapat lebih kompetitif di pasar. Untuk
mensinergikan berbagai potensi daerah yang ada
untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis
kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan
wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan
dan berkelanjutan dan terdesentralisasi di kawasan agropolitan. Sasaran dalam mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi
menjadi kawasan agropolitan, melalui: 1.
Pemberdayaan masyarakat 2.
Penguatan kelembagaan petani 3.
Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis 4.
Peningkatan sarana dan prasarana 5.
Pengembangan iklim yang kondusif bagi investor 6.
Peningkatan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial Program Agropolitan di Sumatera Utara telah berjalan walaupun belum
secara keseluruhan, dimana petani merupakan salah satu subjek pelaku Program Agropolitan.
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi di Sumatera Utara. Di Kabupaten Simalungun, produktivitas kopi tergolong tinggi.
Jenis kopi yang terdapat di Simalungun yaitu jenis Robusta dan Arabika. Untuk jenis Robusta sudah ditanam di Kabupaten Simalungun sejak lama pada saat
masyarakat mulai bertani di daerah tersebut. Sedangkan untuk Kopi Arabika ditanam sekitar 50-an tahun yang lalu.
Dari data program intensifikasi kopi di Sumatera Utara, 11 di antaranya dilakukan di kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun dengan luas sekitar
1.000 Ha yang akan melibatkan 1.199 petani. Di Simalungun sendiri, terdapat 8.000 Ha tanaman kopi. Dalam program ini, petani diberikan bantuan-bantuan
berupa peralatan, obat-obatan pemberantas hama, pembenah tanah organik, pupuk, benih, gunti
ng pangkas, dan kebutuhan lainnya “Kita terus memberikan sosialisasi kepada
petani kopi bagaimana pola penanaman yang baik” kata Dewantoro Anonimous
b
, 2014. Berikut disajikan tabel luas tanam dan produksi Kopi Arabika di
Kabupaten Simalungun ada pada tabel 1.1. berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Luas Tanam dan Produksi Kopi Arabika Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Simalungun
No Kecamatan
TBM Ha
TM Ha
TTM Ha
Jumlah Ha
Produksi Ton
Jumlah Petani
KK 1
Silimakuta 36,95
486,92 30,14
554,01 767,07
824 2
Pamatang Silimahuta 49,23
885,72 37,08
972,03 1.390,16
1.074 3
Purba 114,53
1.106,18 46,23
1.266,94 1733,47
1.515 4
Haranggaol Horison 13,00
42,00 -
55.00 50,52
100 5
Dolok Pardamean 70,34
775,38 32,12
877.84 1.260,10
1.518 6
Sidamanik 155,10
385,05 15,40
555,55 583,07
1.301 7
Pamatang Sidamanik 123,41
265,53 -
388,94 402,03
842 8
Girsang Sipangan Bolon
-56,55 330,70
32,12 404,28
502,17 1.035
9 Tanah Jawa
- 9,15
15,40 9,15
13,38 87
10 Hatonduhon
- 15,25
17,03 15,25
21,72 115
11 Dolok Panribuan
13,86 133,03
- 146,89
201,69 697
12 Jorlang Hataran
- 83,21
- 83,21
125,08 998
13 Panei
28,59 158,38
- 186,97
247,76 1.165
14 Panombeian Panei
- 47,88
- 47,88
70,90 533
15 Raya
127,76 1038,58
22,16 1.188,50
1.593,26 3.894
6 Dolok Silou
134,41 593,28
24,32 752,01
808,07 1.574
17 Silou kahean
10,63 -
- 18,63
- 15
18 Raya Kahean
- 18,64
- 18,64
24,07 236
19 Tapian Dolok
2,00 53,00
- 55,00
71,13 44
20 Dolok Bau Nanggar
- -
- -
- -
21 Siantar
0,63 -
- 0,63
- 1
22 Gunung Malela
- -
- -
- -
23 Gunung Maligas
- -
- -
- -
24 Hutabayu Raja
- -
- -
- -
25 Jawa Maraja bah
Jambi -
- -
- -
- 26
Pamatang Bandar -
- -
- -
- 27
Bandar Huluan -
- -
- -
- 28
Bandar -
- -
- -
- 29
Bandar Masilam -
- -
- -
- 30
Bosar Maligas -
- -
- -
- 31
Ujung Padang -
- -
- -
- Kab. Simalungun
936,99 6427,88
224,48 7.589,35
9.865,85 17.568
Sumber: BPS Sumatera Utara tahun 2014
Tabel 1.1. di atas memperlihatkan bahwa dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Raya merupakan kecamatan yang paling luas
lahan tanaman Kopi Arabikanya. Untuk Tanaman Menghasilkan TM luas lahan sebesar 1038,58 Ha, tanaman belum menghasilkan seluas 127,76 Ha, dengan hasil
1.593,26 ton per tahun, dan jumlah petani sebanyak 3.894 KK, hal ini didukung
Universitas Sumatera Utara
oleh letaknya yang strategis dan menjadi salah satu sentra kegiatan ekonomi di Simalungun.
Adapun jumlah rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan di Sumatera Utara menurut KabupatenKota Tahun 2013 adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2. Tabel Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Tanaman Tahunan Menurut Provinsi dan Beberapa Jenis Tanaman
Sumber: BPS Sumatera Utara Sensus Pertanian, 2013
No Kabupaten Kota
Kopi Aren
Kemiri Kelapa
Karet
1 Nias
70 153
4 3,271
18,532 2
Mandailing Natal 1,488
1,160 507
5,990 35,928
3 Tapanuli Selatan
6,715 3,223
949 4,089
30,133 4
Tapanuli Tengah 214
158 13
6,771 22,050
5 Tapanuli Utara
30,505 684
499 1,408
8,808 6
Toba Samosir 15,034
633 2,360
491 2,040
7 Labuhan Batu
14 98
2,153 7,610
8 Asahan
141 144
7 15,600
4,380
9 Simalungun
30,769 3,985
2,022 11,697
11,521 10
Dairi 34,460
1,375 6,472
4,188 819
11 Karo
27,166 267
5,965 3,810
178 12
Deli Serdang 815
907 883
6,494 8,400
13 Langkat
333 575
369 17,242
31,135 14
Nias Selatan 420
1 1
12,954 30,368
15 Humbang
Hasundutan 22,011
178 174
623 6,717
16 Pakpak Bharat
3,844 15
22 293
2,174 17
Samosir 14,338
99 4,090
894 2
18 Serdang Bedagai
53 127
16 9,642
9,227 19
Batu Bara 36
4 1
7,291 860
20 Padang Lawas Utara
342 79
257 1,376
26,270 21
Padang Lawas 832
17 95
1,584 15,373
22 Labuhan Batu Selatan
9 16
1,014 13,233
23 Labuhan Batu Utara
92 25
1 3,755
10,273 24
Nias Utara 104
60 4,785
21,432 25
Nias Barat 46
102 4,299
13,835 26
Kota Sibolga 4
14 70
27 Kota Tanjung Balai
10 853
15 28
Kota Pematang Siantar
133 11
105 155
85 29
Kota Tebing Tinggi 10
1 1
144 105
30 Kota Medan
169 5
22 166
94 31
Kota Binjai 14
1 2
368 121
32 Kota
Padangsidimpuan 108
3 51
655 5,000
33 Kota Gunungsitoli
153 73
3 4,466
11,047 Jumlah
190,452 14,179
24,891 138,535
347,835
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2. di atas memperlihatkan bahwa dari beberapa kabupatenkota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun merupakan salah
satu kabupaten yang memiliki jumlah rumah tangga usaha perkebunan kopi yang paling banyak yaitu 30.769 usaha perkebunan rakyat. Produksi kopi Simalungun
dari 11 kecamatan yakni: Raya, Purba, Haranggaol Horizon, Dolok Silau, Pematang Silimakuta, Dolok Pardamean, Pamatang Sidamanik, Sidamanik,
Jorlang Hataran, Pane, Girsang Sipangan Bolon, mencapai 9260 ton per tahun,
dari luas areal tanaman kopi 11.740 Ha, dan biasa dipanen setiap bulan, sebanyak 63 diekspor ke luar negeri.
Berdasarkan data di atas, penulis merasa perlu melaksanakan penelitian mengenai “Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan
Petani Kopi Arabika di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun
”.
1.2. Perumusan Masalah