2.2. Kondisi Sosial Masyarakat Kelurahan Belawan Bahagia
Penduduk Kelurahan Belawan Bahagia di huni oleh berbagai macam suku, diantaranya Melayu, Jawa, dan Batak tetapi lebih didominasi oleh suku Melayu
sebagai masyarakat pesisir yang paling banyak. Etnis Tionghoa yang tinggal di wilayah tersebut pun tetap ramah hidup bertetangga dengan masyarakat pribumi
lainnya, bahkan mereka tidak merasa terganggu dengan adanya rumah ibadah yang dibangun dekat dengan wilayah yang umumnya rumah masyarakat pribumi. Seperti
Pak Ahong nama akrab tetangga Bu Asnah tempat saya menginap selama melakukan penelitian. Tak jarang setiap sore hari sepulang bekerja pak ahong
meluangkan waktu bersilaturahmi dengan para tetangganya. Seringkali dia juga menawarkan bantuan material rumah dengan harga murah kepada para tetangganya
jika ada yang butuh merenovasi bangunan rumah atau lainnya. Terkadang ia juga tidak keberatan jika
tetangganya ingin hutang membeli material bangunan darinya. Hiruk pikuk para nelayan di laut dan para pedagang pasar meramaikan kawasan Kelurahan Belawan
Bahagia. Suara mesin kapal nelayan terdengar sangat sibuk ber-
buru rezeki. Setiap hari para pedagang pasar mulai dari jam 04.00 WIB mereka mulai bergegas membereskan la-
pak dagangannya dan para nelayan selalu siap sedia men- distribusikan hasil tangkapan laut kepada pemasok ikan
untuk dijual ke pasar.
Universitas Sumatera Utara
Mereka saling bergantung satu sama lain dalam mencari rezeki. “Kehidupan kami disini masih bisa dibilang susah, paling tidak kami cuma bisa bantu kerja
mocok-mocok kalau ada yang minta tol ong mencarikan pekerjaan” kata Bang Soni
yang bekerja sebagai tukang becak. Rumah penduduk sangat berdekatan dengan rumah tetangga lainnya jadi sangat memudahkan bagi mereka saling berinteraksi
kapan saja. Tidak ada pembatas dan waktu kerja yang menghalangi mereka saling bertatap muka. Terkadang ibu-ibu yang tidak bekerja senang sekedar berkumpul-
kumpul sambil membawa makan siangnya dirumah tetangga. Mungkin hal ini sangat jarang terjadi di kota yang lebih bersifat indiviualis dan merasa lebih nyaman makan
dirumah atau di restoran bersama. Kedekatan posisi rumah panggung yang tidak berjarak sangat mendukung kemudahan mereka saling berinteraksi hingga satu sama
lain sangat mengenal kehidupan pribadi tetangga dekatnya.Kesulitan mendapatkan air bersih adalah masalah yang selama ini dialami oleh penduduk setempat. Beberapa
kali sudah ada bantuan dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ini. Tetapi lagi- lagi program dari pemerintah tersebut tidak memuaskan masyarakat karena air sering
mati di jam-jam tertentu. Penduduk di Belawan yang tinggal di pesisir pantai maupun di daerah laut
memiliki cara berbicara yang khas, mereka agak berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Nada berbicara mereka agak keras atau melengking saat
mereka berbicara. Memang terdengar seperti sedang marah tapi itu sudah menjadi kebiasaan mereka dan tidak mudah hilang. Mereka berbicara keras di depan orang
lain tanpa merasa canggung bahkan seperti orang berteriak. Tetapi jika berinteraksi
Universitas Sumatera Utara
dengan orang baru biasanya mereka berbicara dengan nada yang lebih pelan. Menyadari bahwa
penduduk setempat memiliki keterbatasan yang tidak jauh berbeda, rasa persaudaraan dan sifat saling tolong menolong masih sangat kuat di Kelurahan Belawan Bahagia.
Hal ini tercermin dari kerjasama yang sering dilakukan masyarakat saat hajatan perkawinan atau lainnya. Bulan Maret lalu Ibu Rodiah membuat acara hajatan
perkawinan putri bungsunya secara sederhana. Para tetangga dengan tangan terbuka membantu persiapan acara dari awal hingga akhir aca
ra. “Disini kami hidup seperti saudara kandung, kalau ada hajatan kita saling bergantian membantu” katanya. Ada
yang bersedia menyumbang kekurangan dana semampunya dan adapula yang memberikan makanan tambahan untuk hidangan malam pesta perkawinan. Mereka
selalu bersedia membantu tetangganya tanpa diminta. Bentuk sosial seperti itu sudah menjadi tradisi bagi mereka. Adalah sebuah modal sosial dari masyarakat tersebut
untuk dapat dilibatkan dalam sebuah proyek pembangunan dengan model partisipasi. “Orang belawan terkenal dengan watak kerasnya, sebutannya saja sudah be-
“lawan” kata pak Tugiono. Masyarakat pesisir di Belawan tidak suka hidup dengan aturan-aturan yamg memaksa. Semua orang bebas bertindak semaunya hingga tak
jarang berujung pada perselisihan. Orang pesisir di Belawan merasa hidupnya sudah cukup sulit dengan keterbatasan ekonomi, jadi mereka tidak ingin hidup mereka lebih
dipersulit lagi dengan hal- hal atau aturan yang tidak disenangi. Watak “keras” yang
terbentuk pada masyarakat Belawan karena mereka menganggap bahwa emosi orang pesisir terbentuk karena lingkungan mereka yang tinggal di pesisir, tak jarang hal-hal
Universitas Sumatera Utara
kecil seperti suhu hawa panas terbawa-bawa oleh perilaku. Pengaruh iklim daerah pesisir juga cukup kuat mempengaruhi karakteristik masyarakatnya, dimana
penduduk cenderung bertemperamen keras dan tinggi sesuai dengan kondisi alamnya yang mengalami pasang surut akhirnya akan terbawa pada sikap dan perilaku
masyarakatnya. Gambaran mengenai kondisi sosial masyarakat Kelurahan Belawan Bahagia
memperlihatkan adanya watak atau karakter masyarakat yang bisa dijadikan modal sosial untuk mendukung keberhasilan suatu program pembangunan. Budaya tolong-
menolong yang bisa diterapkan kepada sesama tetangga dapat dibentuk sebagai suatu kelompok gotong-royong jika diikutsertakan dalam program pemberdayaan. Seperti
misalnya pembangunan sumur bor yang merupakan suatu kebutuhan mendesak bagi penduduk agar bisa mendapatkan saluran air. Karena dipicu oleh rasa kebutuhan
tersebut maka mereka tergerak untuk merencanakan dan menciptakan sarana baru untuk kebutuhan bersama.
Universitas Sumatera Utara
1.3 . Kepedulian PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masih Rendah.