Beberapa Contoh Kasus di Indonesia

j. Ponorogo: pasca-longsor 4 (empat) desa kisis air bersih.

  Sebanyak empat desa mengalami kesulitan air bersih pasca-longsor yang melanda lokasi longsor Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten

  Ponorogo, Jawa Timur. 29 Selama ini, keempat desa tersebut mengandalkan pasokan air dari pusat sumber air di desa tersebut. "Di Desa Wagir Kidul,

  masalah air bersih dialami warga kami di Dusun Kerep yang memang selama ini bergantung dengan aliran air bersih dari Banaran. Infonya yang parah malah ada di tiga desa sebelah," kata Kepala Desa Wagir Kidul Siti Aminah dikonfirmasi di Posko Tagana, Desa Wagir Kidul, Selasa (442017). Tiga desa lain yang kesulitan air bersih tersebut adalah Desa Singgahan, Bedrug, dan Tegalrejo. Saat ini, warga hanya mengandalkan air dari hasil penampungan air hujan yang keruh untuk keperluan MCK (mandi cuci kakus) dan sebagian untuk kebutuhan konsumsi. "Kalau di Dusun Kerep dampaknya tidak separah di Singgahan, Bedrug ataupun Tegalrejo karena warga kami masih bisa mendapat air bersih dari tiga dusun lain sekitar yang sumber airnya bukan dari Banaran," tuturnya. Informasi dari Kades Banaran Sarnu, sumber air di lokasi bencana tanah longsor Dusun Tangkil memang terdapat tiga mata air. Satu di antaranya bahkan disebut Sarnu dan beberapa warga memiliki debit sangat besar, sehingga mampu memasok air untuk sejumlah desa di bawahnya serta memenuhi kebutuhan PDAM. Di sumber air itu juga dibangun instalasi tiga pipa besar dengan diameter sebesar batang pohon kelapa. "Yang kami tahu

  29 Sebagaimana diberitakan Caroline Damanik (Editor), ANTARA (Sumber); 4 Desa Alami Kesulitan Air Bersih Pasca-Longsor Ponorogo; Kompas 04 April 2017; Lihat uraiannya dalam:

  http:regional.kompas.comread20170404234655214.desa.alami.kesulitan.air.bersih.pasca- longsor.ponorogo . Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 08.08 WIB.

  sumber air di sana memang sangat besar dan menjadi tumpuan suplai air warga desa di bawahnya," kata Mujiat, warga Desa Banaran. Belum ada konfirmasi langsung dari Kepala Desa Singgahan, Bedrug maupun Kendalrejo terkait dampak hancurnya instalasi air bersih di lokasi bencana tanah longsor Desa Banaran. Namun, sejumlah warga membenarkan aliran air yang disambung menggunakan pipa dan sebagian lain jaringan selang yang dibangun secara konvensional dan sederhana itu mati total sejak longsor terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran. "Kami belum mendapat bantuan air bersih dari daerah ataupun tim BPBD, mungkin karena mereka masih konsentrasi di atas (lokasi bencana)," ujar salah seorang warga Desa Singgahan. Dikonfirmasi, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo Setyo Budianto mengaku belum tahu kabar adanya empat desa yang kesulitan air bersih. "Hla saya malah baru tahu ini dari teman media. Kepala desa atau perangkat juga belum ada yang melapor apalagi bekordinasi dengan BPBD atau posko tanggap darurat bencana di sini," katanya Setyo memastikan pasokan air bersih BPBD Ponorogo siap 24 jam untuk menyalurkan bantuan tangki air ke pemukiman yang membutuhkan. "Mau 100 tangki air pun kami siap kapan dibutuhkan. Tapi kalau tidak ada yang lapor kami tidak mungkin bergerak karena tidak tahu lokasi-lokasi mana yang membutuhkan," ujarnya. Selain beberapa truk tangki milik BPBD Ponorogo yang sudah siaga di sekitar lokasi bencana Desa Banaran, Setyo mengatakan tawaran bantuan armada truk tangki air juga banyak ditawarkan dari BPBD-BPBD tetangga serta Pemprov Jatim.

k. Bangun sistem penyaringan air bersih: DKI anggarkan Rp. 93 milyar.

  Pemprov DKI Jakarta menyiapkan anggaran sebesar Rp 93 miliar guna pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) berteknologi sea water reverse osmosis (SWRO) atau sistem penyaringan air bersih di Kepulauan

  Seribu. 30 Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Sumarsono mengatakan, saat ini, salah satu daerah di Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Untung Jawa, telah

  dijadikan lokasi pilot project pembangunan SPAM SWRO di Kepulauan Seribu. Sumarsono menambahkan, sebelumnya, anggaran Rp 93 miliar itu dialokasikan untuk pembangunan SWRO di delapan titik di Kepulauan Seribu, termasuk di Pulau Untung Jawa. Namun, karena masalah pada pihak kontraktor, pengerjaan proyek itu tak jadi dilakukan. "Delapan titik kami batalkan karena realisasi hanya 5 persen, yang ada semen dan alat berat saja, karena kontraktor tidak bonafide," ujar Soni saat pendatanganan serah terima SWRO Pulau Untung Jawa dengan Kementerian PUPR di Balai Kota, Rabu (1812017). Secara terpisah, Direktur Pengembangan Sistem Air Minum Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR M Natsir mengatakan, kapasitas SWRO mencapai 2,5 liter per detik. Adapun pemasangan SWRO di Pulau Untung Jawa mencapai 300 sambungan rumah (SR). Natsir berharap agar SWRO ini bisa mengatasi permasalahan air bersih di Kepulauan Seribu. "Tujuan pembangunan SWRO ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan

  30 Sebagaimana diberitakan David Oliver Purba (Penulis 9 Penulis) Icha Rastika (Editor); DKI Anggarkan Rp 93 Miliar untuk Bangun Sistem Penyaringan Air Bersih; Kompas 18 Januari 2017;

  Lihat uraiannya dalam: http:megapolitan.kompas.comread2017011820091391dki.anggarkan.rp.93.miliar.untuk.ban gun.sistem.penyaringan.air.bersih Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 08.13 WIB.

  meningkatkan pelayanan air minum, khsususnya di Pulau Untung Jawa," ujar Natsir.

l. Balikpapan: Soal air bersih, walikota dimarahi warga.

  Ratusan warga mengambil air di sumur bor di depan PLTD Gunung Malang di Balikpapan, Kalimantan Timur. Mereka berangsur-angsur datang dari daerah perbukitan dari banyak di seputaran PLTD. Tiap orang datang menenteng jeriken 20 liter, ember cat 25 kilogram, atau galon air. “Soalnya sudah dua bulan air sama sekali tidak mengalir di tempat kami. Kami tak cukup uang untuk beli air setiap hari. Jadi dengan (cara mengambil air seperti) ini saja,” kata Deddy, warga Bukit Sion sekitar 500 meter jauhnya dari sumur bor itu. 31

  Deddy membawa tiga ember cat dan sebuah gallon dengan motor. Ia antre satu jam lamanya di sana. “Sampai kapan sulit air seperti ini. Air sekarang ini yang penting bisa masak dan minum. Sedikit saja untuk mandi,” kata Lukman, warga di Gunung Sari yang rumahnya 1 Km jauhnya dari sumur bor. Deddy dan Lukman dua dari ratusan warga lain yang antre di sumur bor depan PLTD saban hari selama satu minggu belakangan ini. Hal serupa juga terjadi di banyak tempat, di antaranya di Kelurahan Sumberejo dan Gunung Bakaran. Warga yang antre kebanyakan tinggal di daerah bukit, sebagaimana kontur Balikpapan yang berupa bukit dan dataran. Warga memang suka memanfaatkan daerah bukit dan tebing sebagai tempat tinggal dan mendirikan rumah.

  31 Sebagaimana diberitakan Dani Julius Zebua – Kontributor Balikpapan (Penulis) Erlangga Djumena (Editor); Krisis Air Bersih, Wali Kota Balikpapan Mengaku Dimarahi Warga; Kompas 17

  Maret 2016; Lihat uraiannya dalam: http:regional.kompas.comread2016031722410071Krisis.Air.Bersih.Wali.Kota.Balikpapan.Me ngaku.Dimarahi.Warga Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 08.20 WIB.

  Dalam laman resminya, PDAM tidak mampu lagi mengaliri air bersih bagi 37 daerah dengan kontur tinggi atau perbukitan. Akibatnya, warga terpaksa turun untuk mengambil air di sumur-sumur bor terdekat, atau membeli air lewat truk tangki PDAM dan pengusaha angkutan air dadakan. Hujan deras yang mengguyur Balikpapan tidak mampu memenuhi waduk Manggar, waduk utama Balikpapan, menjadi awal persoalan. Volume waduk tadah hujan tak bertambah karena sedikitnya jumlah hujan. Volume waduk justru terus menurun rata-rata 3-4 cm per hari. PDAM pun menggilir disribusi air akibat ketinggian air waduk kini mendekati 4,4 meter. Ketinggian air seperti ini dinilai memasuki masa kritis, karena bisa mempengaruhi warna dan rasa air yang diproduksi. Akibat penggiliran itu, maka pelanggan yang berada di daerah bukit, atau jauh dari Instalasi IPAM milik PDAM tidak terlayani lagi. “Tempat saya saja sudah dua bulan tidak mengalir,” kata Septian, dari Jalan Bunto Bulaeng di Gunung Kawi. Wali kota Balikpapan, Rizal Effendi, mengatakan, krisis air bersih di Balikpapan ini membuat pihaknya terus mendapat kecaman. Warga, melalui media sosial dan SMS di sejumlah media massa terus menyudutkan pemerintah atas terjadinya kesulitan air bersih saat ini. Warga menilai pemerintah lamban dan kebijakan pembangunannya dianggap tidak pro rakyat. “Saya sampai kenyang dimarahi warga. Sudah air mati, listrik padam, warga pakai lilin, dan banyak lagi. Ya di Facebook dan di mana pun,” kata Rizal. Bukan tanpa jalan keluar. Posko tangki jadi jalan keluar pemerintah untuk saat ini. PDAM menempatkan tangki-tangki air bersih di sejumlah titik di Balikpapan. Warga bisa mengambilnya di sana. Waduk Manggar sendiri merupakan waduk tadah hujan. Waduk ini menjadi andalan pemasok air bersih

  bagi 79.000 pelanggan di Balikpapan. PDAM juga mengandalkan pasokan air tanah untuk sebagian kecil warga. Air waduk sendiri sempat 10,3 meter di bulan Juli 2015. Kondisinya terus menyusut sejak pertengahan Februari 2016. “Penggiliran adalah upaya untuk bisa memperpanjang pasokan rutin bagi warga,” kata Direktur Umum PDAM Tirta Manggar, Gazali Rahman di lain kesempatan. Krisis air bukan pertama di Balikpapan. Setidaknya, krisis berulang hampir setiap tahun. Diantaranya yang paling parah terjadi pada tahun 2004 dan 2014. Pemerintah sebelumnya sudah mengantisipasi kelemahan waduk tadah hujan Manggar, dengan membangun waduk Teritip. Waduk ini dibangun di lahan 300 hektar di Kecamatan Balikpapan Timur. Waduk dirancang untuk bisa menghasilkan 400 liter air per detik Sayang hingga kini, waduk Teritip belum juga selesai. Pemerintah beralasan mereka terkendala pembebasan lahan sekitar 200 ha.

m. UU Sumber Daya Air: Bagaimana setelah dibatalkan MK?

  Mahkamah Konstitusi (MK) menghapus keberadaan seluruh pasal dalam UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) yang diajukan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dkk. Pasalnya, beleid itu dianggap belum menjamin pembatasan pengelolaan air oleh pihak swasta, sehingga

  dinilai bertentangan UUD 1945. 32 Dengan dibatalkan keberadaan UU SDA, MK menghidupkan kembali UU

  Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan untuk mencegah kekosongan hukum hingga adanya pembentukkan undang-undang baru. Karenanya, segala bentuk

  32 Hukum Online – ASH; MK Batalkan UU Sumber Daya Air: Pengelolaan SDA harus diserahkan

  pada BUMN maupun BUMD; Lihat uraiannya dalam: http:www.hukumonline.comberitabacalt54e4bd8e5dc0amk-batalkan-uu-sumber-daya-air Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 10.04 WIB.

  pengelolaan air tidak lagi berdasar pada UU SDA, tetapi UU Pengairan. “Menyatakan UU SDA bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Menyatakan UU Pengairan berlaku kembali,” ucap Ketua MK Arief Hidayat saat membacakan putusan bernomor 85PUU- XI2013 di ruang sidang MK, Rabu (182). Permohonan pengujian sejumlah pasal dalam UU SDA diajukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, kelompok masyarakat, dan sejumlah tokoh di antaranya Amidhan, Marwan Batubara, Adhyaksa Dault, Laode Ida, M. Hatta Taliwang, Rachmawati Soekarnoputri, dan Fahmi Idris. Penerapan pasal-pasal itu dinilai membuka peluang privatisasi dan komersialisasi pihak swasta atas pengelolaan SDA yang merugikan masyarakat sebagai pengguna air. Meski mengakui keterlibatan swasta dijamin dalam UU SDA dan putusan MK No. 058-059-060-063PUU-II2004 dan No. 008PUU-III2005 yang mengakui peran swasta dan telah mewajibkan pemerintah memenuhi hak atas air sebagai kebutuhan pokok, di luar hak guna air. Namun, penafsiran MK itu telah diselewengkan secara normatif yang berdampak teknis pelaksanaannya. Buktinya, dapat dilihat Pasal 1 angka 9 PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang menyebut penyelenggara pengembangan SPAM adalah BUMNBUMN, koperasi, badan usaha swasta, atau kelompok masyarakat. Padahal, Pasal 40 ayat (2) UU SDA sudah dinyatakan pengembangan SPAM tanggung jawab pemerintah pusatpemerintah daerah. Ini artinya, PP Nomor 16 Tahun 2005 merupakan swastanisasi terselubung dan pengingkaran tafsir konstitusional MK. Kondisi ini telah melahirkan

  mindset (pola pikir) pengelola air yang selalu profit oriented dengan keuntungan maksimum bagi pemegang sahamnya. Hal ini jelas pasal-pasal privatisasi itu bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945, sehingga harus dinyatakan dibatalkan. Dalam pertimbangannya, MK menyatakan sebagai unsur yang menguasai hajat hidup orang banyak, air sesuai Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) haruslah dikuasai negara. Sehingga, dalam pengusahaan air harus ada pembatasan ketat sebagai upaya menjaga kelestarian dan ketersediaan air bagi kehidupan. Setidaknya, ada lima poin pembatasan yang ditegaskan MK dalam hal pembatasan pengelolaan air. Pertama, setiap pengusahaan air tidak boleh mengganggu dan meniadakan hak rakyat. Soalnya, selain dikuasai negara, air ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kedua, negara harus memenuhi hak rakyat atas air sebagai salah satu hak asasi manusia, yang berdasarkan Pasal 28I ayat (4) UUD harus menjadi tanggung jawab pemerintah. Ketiganya, MK pengelolaan air pun harus mengingat kelestarian lingkungan. Keempat, sebagai cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak air menurut Pasal 33 ayat 2 UUD 1945 harus dalam pengawasan dan pengendalian oleh negara secara mutlak. Kelima, hak pengelolaan air mutlak milik negara, maka prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah BUMN atau BUMD. “Apabila semua pembatasan tersebut terpenuhi dan masih ada ketersediaan air, pemerintah masih dimungkinkan memberi izin pada swasta untuk melakukan pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu,” ujar Hakim Konstitusi Aswanto saat membacakan pertimbangannya. Meski pemerintah telah menetapkan peraturan pemerintah (PP) terkait SDA, keenam PP tetap tidak

  memenuhi prinsip dasar pembatasan pengelolaan sumber daya air yang telah disebutkan di atas. “Karena UU SDA dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945, untuk mencegah terjadinya kekosongan pengaturan SDA dan sambl menunggu pembentukan UU baru, maka UU Pengairan Pengairan diberlakukan kembali.” Usai persidangan, kuasa hukum Muhammdiyah, Ibnu Sina Chandranegara mengatakan putusan MK membuktikan konstitusi masih berpihak pada kepentingan umum dimana hak air tidak bisa dikotak-kotakan dengan hak guna air. Dengan putusan MK, seluruh norma yang terkandung dalam UU SDA rontok dan harus kembali menggunakan UU Pengairan tahun 1974. “Soalnya, praktiknya, penggunaan air dalam UU SDA seperti sistem agraria dengan menggunakan hak guna air,” kata Ibnu Sina. Ditanya peran swasta dalam pengelolaan air, dirinya menilai air harus diserahkan pada BUMN maupun BUMD untuk dikelola. Dia berharap ke depannya pemerintah membuat rumusan baru mengenai UU SDA walaupun saat ini dikembalikan pada UU Pengairan. “Prinsipnya, ketika sudah dikelola dan masih ada lebih banyak, swasta bisa ikut campur dengan syarat yang sangat ketat. Selama ini kan praktiknya masih belum baik makanya dibatalkan MK,” tegasnya.

n. Semarang: Air siap minum diminati.

  Sejak dua tahun terakhir, Pemkot Semarang menempatkan instalasi pengolahan air menjadi siap minum di beberapa tempat. 33 Selain di taman, air

  siap minum yang biasa disebut waterflo tersebut juga ada di beberapa sekolah. Namun, belum semua tempat untuk berkumpul banyak orang dilengkapi fasilitas tersebut. Padahal, warga dan pengunjung sudah banyak yang memanfaatkannya. Saat haus, usai jalanjalan, mereka meminum air dari tempat tersebut. Seperti di Taman Srigunting, Kawasan Kota Lama, sejak 2016 lalu, pemkot menempatkan warterflo sebagai fasilitas penunjang di tempat itu. Pengunjung biasanya datang membawa botol air mineral, namun tak sedikit yang langsung meminum air di tempat tersebut. ”Ini seperti di luar negeri, air ini bisa langsung diminum. Kami berharap, pemerintah dapat menambah fasilitas ini. Perawatan juga harus rutin dilakukan, agar air selalu aman saat diminum,” ujar Sararwati, warga Kembangarum, Semarang Barat, saat mengunjungi Kota Lama, kemarin. Meski mendapatkan tanggapan positif, pemerintah belum akan menambah fasilitas warterflo pada tahun ini. Kabid Pertamanan dan Pemakaman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Semarang, Jaiz Suyono mengatakan, tahun ini belum dianggarkan penambahan fasilitas waterflo. ”Tahun ini, kami masih fokus menambah taman. Akan ada 21 taman yang dibuat tahun ini dengan anggaran Rp 53 miliar. Kemungkinan, penambahan warterflo baru akan dilakukan pada 2018,” papar Jaiz saat dihubungi, kemarin.

  33 Sebagaimana diberitakan Koran Suara Merdeka; Air Siap Minum Diminati – Belum Ada Rencana Menambah; Suara Merdeka 20 April 2017, Lihat uraiannya dalam:

  http:berita.suaramerdeka.comsmcetakair-siap-minum-diminati Dikunjungi pada Kamis 20 April 2017, pukul 08.54 WIB

  Dia menambahkan, waterflo sudah terpasang di tujuh taman, antara lain di Taman Srigunting, Taman Menteri Supeno, dan Taman Pandanaran. Kemudian ada beberapa sekolah yang sudah dipasang fasilitas tersebut, yakni di SMA 1 dan SMK 7 Semarang. Terpisah, Humas PDAM Tirta Moedal, Joko Purwanto menuturkan, fasilitas air siap minum di beberapa taman, merupakan program dari pemerintah. Alat untuk mengolah air menjadi siap minum juga dari pemkot, sedangkan PDAM hanya menyuplai air. Adapun waterflo program dari PDAM, baru satu, yakni di SMA1. Alat pengolahan air berasal dari PDAM. Namun, imbuh dia, telah banyak sekolah yang secara mandiri memasang alat tersebut dan mengolah air menjadi siap minum. ”Ini masuk dalam program Kota Sehat. Banyak sekolah yang telah memasang alat ini sendiri. Memang perlu ada standarisasi dan pengecekan rutin, agar air yang dihasilkan benar-benar sudah siap minum dan tidak berbahaya,” jelas Joko.

o. Indonesia: sungai dan contoh konflik air.

  Indonesia memang tercatat mempunyai sumber daya air 3,22 triliun meter kubik per tahun, setara ketersediaan air per kapita sebesar 16.800 meter kubik per tahun. Meski demikian, tidak setiap titik air teralokasikan dengan adil bagi setiap orang. Terbuka pula kemungkinan konflik mengingat dari 133 sungai di Indonesia, ternyata hanya sebanyak 13 sungai yang mengalir di satu kabupaten kota. Sebanyak 27 sungai lintas provinsi, 37 sungai dianggap sungai strategis nasional, dan 51 sungai lintas kabupaten kota. Bahkan, ada

  lima sungai yang mengalir antar negara. 34

  34 Silakan membaca: Ironi Air di Indonesia - Menyikapi Potensi Perang Air, Belajar Tentang Air dari Swedia; Sustaining PARTNERSHIP – Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta; Edisi

  Desember 2011; Lihat uraiannya dalam:

  Sungai Benanain misalnya, mengalir di Nusa Tenggara Timur-Timor Leste; Sungai Noel Mina mengalir antara Nusa Tenggara Timur-Timor Leste; Sungai Sesayap mengalir di Kalimantan Timur-Serawak (Malaysia); Sungai Mamberamo mengalir di Papua-Papua Nugini; dan Sungai Einladen-Digul- Bikuma mengalir di Papua-Papua Nugini. Sungai lintas provinsi yang terkenal diantaranya, Sungai Musi (Sumatera Selatan-Bengkulu), Sungai Batanghari (Jambi-Sumatera Barat), Sungai Bengawan Solo (Jawa Timur-Jawa Tengah), Sungai Kampar (Riau-Sumatera Barat), dan Sungai Barito-Kapuas (Kalimantan Selatan- Kalimantan Tengah). Sudah rawan konflik, sungai-sungai itu juga tidak menjamin ketersediaan air baku. Dari 100 sumber daya air di Jawa Tengah misalnya, sebanyak 65 miliar meter kubik (100), yang terbuang ke laut sebanyak 37 miliar meter kubik (57). Meski demikian, yang dimanfaatkan ternyata hanya 25 miliar meter kubiknya (38). Di Jawa Barat, tercatat ada potensi air dari Sungai Cimanuk yang melintas Bendung Rentang, di Kabupaten Indramayu, rata-rata sebesar 4,3 miliar meter kubik per tahun. Akan tetapi, baru dimanfaatkan 28 persennya saja. Sisanya, digelontorkan begitu saja ke laut. Setelah berpuluh tahun, rencana untuk membendung Sungai Cimanuk yang dibiarkan di laci, akhirnya kini ada titik terang. Dibangunlah Bendungan Jatigede, yang ditargetkan selesai dibangun pada tahun 2014. Nantinya, akan ada air baku sebanyak 3.500 liter untuk memenuhi kebutuhan air minum di wilayah Kabupaten Cirebon dan Indramayu, termasuk kawasan industri dan kilang minyak di Balongan, Indramayu.

  http:pkps.bappenas.go.idattachmentsarticle956DESEMBER20Reguler_AIR20BERSIH_INDON ESIA_L.pdf Dikunjungi pada Selasa, 18 April 2017, pukulm 08.54 WIB.

  Akan tetapi, seperti halnya di pembangunan bendungan di India, selalu ada sisi lain yang patut diwaspadai dengan ketersediaan air baku. Bagaimana misalnya, dengan usaha tambak atau keramba apung di Sungai Cimanuk tatkala debit air diatur? Dari konflik mata air di Cipaniis di Desa Paniis, di kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, kita juga belajar betapa pemanfaatan air lintas batas dapat menuai persoalan. Sejak tahun 1830, Kota Cirebon sudah memanfaatkan air dari mata air Cipaniis; namun saat era otonomi daerah, Pemerintah Kuningan meminta kompensasi atas penggunaan mata air di wilayahnya. Konflik pun mengemuka pada November 2008. Kabupaten Kuningan mulai mengurangi penyaluran air ke Kota Cirebon yang berakibat sebagian wilayah kota tidak mendapat air bersih oleh karena tarif yang dirasa belum dibayar. Bukan sekedar masalah pembayaran tarif, sebab ternyata Kuningan berniat mengoptimalkan Cipaniis bagi Kuningan sendiri.