Universalisme dan Relativisme Islam

2.1.4 Universalisme dan Relativisme Islam

Universalisme Islam atau keberlakuan ajaran Islam untuk semua orang dan untuk seluruh dunia, merupakan suatu ajaran yang diterima oleh seluruh umat Islam sebagai akidah. Argumentasi-argumentasi keagamaan yang berkaitan dengan hal tersebut cukup banyak dan saling berkaitan, dan boleh jadi berbeda-

beda. 129 Universalisme al-Qur`an juga dapat dilihat dalam hubungan sosial ( mu‟āmalah) yang tidak membatasi diri hanya pada komunitas umat Islam,

melainkan pada seluruh umat manusia, dengan syarat tidak terjadi upaya penistaan agama dan perbuatan aniaya antarsesama umat manusia maupun kepada penganut agama tertentu. Di dalam al-Qur`an juga disebutkan larangan Allah pada umat Islam untuk berlaku tidak adil pada umat lainnya (non-Islam) yang tidak

memerangi dan mengusir mereka. 130 131 Perlu argumentasi yang dapat mendukung universalime Islam , karena

adanya paradoks antara kesesuaian ajaran Islam dengan kebutuhan manusia, dengan perkembangan dan perubahan kebutuhan manusia itu sendiri, juga kenyataan bahwa al- Qur‘an berbicara rinci tentang hubungan sosio-kultural tertentu yang hakikatnya bersifat relativistik, bukan universalistik. 132

129 Quraish Shihab, Membumika n Al- qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), hal. 213.

130 Lihat dalam Q.S. al-Mumtahanah: 8 yang artinya ―Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

131 ‖ Baca Q.S. al- Anbiya‘:107 yang artinya: ―Dan tiadalah Kami mengutus kamu,

melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. 132 Banyaknya permasalahan yang muncul dari ajaran Islam yang dapat ditarik dan dipahami dari berbagai argumentasi keagamaan, antara lain: (1) Rabbaniyah; (2) Al-syumul (keumuman); (3) Al- Waqi‟iyyah (berpijak pada kenyataan objektif manusia; dan lain-lain. Quraish Shihab, loc.cit.

Di sisi lain ada pula suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh manusia itu, yakni adanya perbedaan antara mereka, baik perbedaan yang diakibatkan oleh waktu, tempat, maupun masing-masing pribadi manusia. Sifat redaksi al- Qur‘an merupakan salah satu faktor yang memacu perbedaan- perbedaan ini. Ajaran al- Qur‘an yang bersifat universal berpijak pada kesamaan yang dimiliki oleh semua manusia dan ada yang partikular dan kondisional akibat

perbedaan-perbedaan manusiawi atau waktu dan tempat. 133 Kaitan antara nilai-nilai universal dalam al-Qur`an dan sunnah Nabi

merupakan konsepsi umum yang dapat diderivasi menjadi konsep kontekstual yang bersifat lokal ( local contextual concept ) dengan mengadopsi beragam tradisi dan praktik sosial-keagamaan, termasuk sistem sosial-politik yang ada dan berkembang di luar Islam, seperti negara yang menganut sistem politik demokrasi modern. Beberapa istilah dalam ushul fiqh (dasar-dasar ilmu fikih) seperti al- „adah muhakkamah (adat-istiadat dapat dijadikan dasar hukum) dan dar` al- mafasid muqaddam „ala jalb al -mashalih (mencegah kerusakan atau dampak buruk lebih diutamakan daripada menjalankan kemashlahatan), dan sebagainya, adalah upaya kreatif untuk merumuskan konsep-konsep ijtihad yang lebih kontekstual dalam merespons beragam persoalan sosial-keagamaan yang

berkembang di masyarakat. 134 Berkenaan dengan itu, tidak perlu lagi ditegaskan bahwa unsur-unsur budaya lokal yang dapat dijadikan sumber hukum ialah yang

sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Unsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip Islam dengan sendirinya harus dihilangkan dan

diganti, dan inilah makna kehadiran Islam di suatu tempat atau negeri. 135 Dari hal di atas, para pemikir Islam kontemporer memperkenalkan istilah

iqlimiyah al-Islam dalam arti terdapat ajaran-ajaran Islam yang berbeda antara satu iqlim (wilayah) dengan wilayah lain, akibat perbedaan kondisi, situasi dan

penalaran para pemikir Islam lokal. Jika demikian, maka tidak dapat dihindarkan

133 Ibid., hal. 214. 134 Halid Alkaf, Quo Vadis Liberalisma Islam Indonesia, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas,

2011), hal. 200. 135 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, cet. vi., (Jakarta: Paramadia dan

Dian Rakyat, 2008), hal. 545.

adanya ajaran Islam yang bersifat relativistik, sebagaimana ada juga yang universal. 136

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa relativisme ajaran Islam merupakan keniscayaan yang muncul akibat mengadopsi lokalitas kultural dari berbagai tradisi dan perbedaan interpretasi, walaupun dapat dikatakan kesepakatan umat dalam bidang tertentu juga dapat menunjukkan universalime Islam.