Sistem Pengawasan Internal Pemerintah

B. Sistem Pengawasan Internal Pemerintah

Pada saat ini struktur pengawasan Aparat Pengawas Instansi Pemerintah (APIP) terdiri atas: BPKP, Itjen Kementerian/Unit Pengawasan LPNK, Satuan Pengawas Intern pada setiap BUMN. Sehubungan dengan pengawasan atas pelaksanaan APBN dikhususkan dibahas yang dilakukan atas BPKP dan Itjen Kementerian/Lembaga. Tujuan APIP yaitu mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan sedangkan ruang lingkup pemeriksaannya atas pemeriksaan operasional atau pemeriksaan komprehensif yang menyampaikan rekomendasi perbaikan

1. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) BPKP dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 31 tahuh 1983 tanggal 3 Juni 1983. Keppres tersebut sudah tidak berlaku dan digantikan dengan Keppres Nomor 103 Tahun 2001. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Hasil pengawasan keuangan dan pembangunan dilaporkan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan dalam menjalankan pemerintahan dan memenuhi kewajiban akuntabilitasnya. Hasil pengawasan BPKP juga diperlukan oleh para penyelenggara pemerintahan lainnya termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam pencapaian dan peningkatan kinerja instansi yang dipimpinnya. Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan lebih bersifat preventif atau pembinaan dan tidak sepenuhnya audit atau represif. Kegiatan sosialisasi,

asistensi atau pendampingan, dan evaluasi merupakan kegiatan yang mulai digeluti BPKP. Sedangkan audit investigatif dilakukan dalam membantu aparat penegak hukum untuk menghitung kerugian keuangan Negara BPKP menegaskan tugas pokoknya pada pengembangan fungsi preventif. Hasil pengawasan preventif (pencegahan) dijadikan model sistem manajemen dalam rangka kegiatan yang bersifat pre-emptive. Apabila setelah hasil pengawasan preventif dianalisis terdapat indikasi perlunya audit yang mendalam, dilakukan pengawasan represif non justisia. Pengawasan represif non justisia digunakan sebagai dasar untuk membangun sistem manajemen pemerintah yang lebih baik untuk mencegah moral hazard atau potensi penyimpangan (fraud). Tugas perbantuan kepada penyidik POLRI, Kejaksaan dan KPK, sebagai amanah untuk menuntaskan penanganan TPK guna memberikan efek deterrent represif justisia, sehingga juga sebagai fungsi pengawalan atas kerugian keuangan negara untuk dapat mengoptimalkan pengembalian keuangan negara.

2. Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Itjen Kementerian/ Unit Pengawasan LPNK dibentuk berdasarkan Keppres RI No. 44 dan 45 Tahun 1974. Pada saat diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 yang diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006. Kementerian Keuangan mengatur lembaga pemeriksa internal kementerian melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 84/PMK.01/2010 yang menyatakan bahwa Itjen bertugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan Kementerian Keuangan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundangan yang berlaku. Itjen menyelenggarakan fungsi:

(a) Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan (b) Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan, dan pengawasan untuk

tujuan tertentu atas petunjuk Kementerian Keuangan (c) Pelaksanaan urusan administrasi Itjen (d) Penyusunan laporan hasil pengawasan.

Pemeriksaan yang dilakukan baik oleh BPKP maupun Itjen Kementerian bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan APBN telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, apakah pencapaian tujuan telah sesuai dengan rencana dan dengan memperhatikan prinsi efisiensi dalam pencapaian tujuannya. Hasil pemeriksaan yang menyangkut penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku perlu ditindaklanjuti dan bentuk tindak lanjut itu dapat berupa tindakan administratif kepegawaian berupa pengenaaan hukuman disiplin pegawai, tindakan tuntutan perdata, tindakan pengaduan tindakan pidana serta tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan. Hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya prestasi kerja yang baik dan memuaskan perlu pula ditindaklanjuti dengan memberikan penghargaan agar hal ini mendorong atau memotivasi pegawai yang bersangkutan untuk mempertahankan/meningkatkan prestasi kerja di kemudian hari.