241945359 Bahan Ajar PPKN D3 Pajak pdf

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN MILA MUMPUNI SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengalirkan berkat berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan bahan ajar Pengantar Pengelolaan Keaungan Negara. Bahan ajar ini ditujukan bagi mahasiswa Program Diploma

III Keuangan agar dapat memahami secara umum bagaimana pengelolaan keuangan negara, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pertanggungjawaban. Bahan Ajar ini dapat disusun dan disajikan dengan bimbingan, bantuan, dukungan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

2. Para Reviewer bahan Ajar Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara

3. Rekan-rekan Widyaiswara di lingkungan STAN khususnya Bapak Agung Widi Hatmoko

4. Pihak-pihak yang telah mendukung tetapi tidak dapat disebutkan satu per satu Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga bahan ajar ini dapat lebih bermanfaat.

Penulis

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Bahan ajar Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara ini khusus disusun untuk mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Bahan ajar ini bertujuan sebagai bahan pemahaman awal bagi mahasiswa mengenai Keuangan Negara.

DESKRIPSI SINGKAT

Dengan bergulirnya reformasi dalam Ketatanegaraan Indonesia, semakin jauh telah menyentuh berbagai sendi kehidupan pemerintah. Sikap positif yang ditunjukkan pemerintah dengan mengolah suatu tatanan kaidah hukum yang mengatur penyelenggaraan pemerintah. Selain tatanan kaidah hukum, sebelumnya perlu menelaah kembali filosofi yang mendasari tatanan tersebut. Adapun yang dimaksud adalah tatanan tentang Keuangan Negara. Keuangan Negara menjadi hal mendasar pada tatanan pemerintah dalam mengelola Keuangan. Kita perlu mengetahui hal-hal yang menjadi alasan pemerintah dalam mengambil berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang diambil mencakup penerimaan negara, pengeluaran pemerintah, anggaran yang disusun berupa APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), kebijakan fiskal, pengelolaan pendapatan, pengelolaan belanja pemerintah serta pembiayaan, sampai dengan pengawasan sekaligus pertanggungjawaban APBN.

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bahan ajar ini, mahasiswa diharapkan dapat:

a) Memahami konsep keuangan negara sebagai ilmu

b) Memahami konsep keuangan negara dari sisi peraturan perundang-undangan

c) Memahami konsep keuangan negara dari sisi pengelolaan

d) Memahami konsep pengelolaan APBN

e) Memahami penerimaan negara

f) Memahami pengeluaran pemerintah dan pembiayaan

g) Memahami konsep kebijakan fiskal

h) Memahami hubungan keuangan pusat dan daerah

i) Memahami pengawasan dan pertanggungjawaban APBN

BAB 1 KEUANGAN NEGARA

Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mempelajari bagian pertama ini, mahasiswa diharapkan memahami Keuangan Negara sebagai Ilmu, pengertian keuangan negara menurut para ahli maupun dari

peraturan perundang-undangan, tujuan pengelolaan, asas pengelolaan, maupun kekuasaan kewenangan pengelolaan keuangan negara.

A. Keuangan Negara Sebagai Ilmu

Kita dapat menyatakan bahwa sesuatu bidang pengetahuan adalah ilmu pengetahuan, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan. Atmodingrat (1981) menyatakan bahwa ilmu

pengetahuan adalah peningkatan dari pengetahuan yang masih bersifat seketika, tidak berpikir lanjut menjadi pengetahuan yang bersifat pasti, dipastikan karena telah mengatasi keheranan dan kesangsian dengan jalan mengadakan pengaturan yang sistematis. Hal ini berarti ilmu pengetahuan tertentu adalah suatu susunan bulat dan teratur yakni suatu sistem dari pendapat dengan menggunakan pengertian- pengertian yang ditentukan secara tajam.

Pernyataan Atmodinigrat seturut dengan pengertian ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan); (2) pengetahuan atau kepandaian. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dng memperhitungkan sebab dan akibat. Hal ini dapat diartikan bahwa ilmu pengetahuan harus disusun menurut metode yang sistematis.

Kemudian yang dimaksud dengan keuangan adalah kegiatan dari kesatuan- kesatuan untuk menyediakan uang atau dana yang diperlukan untuk melakukan pembayaran-pembayaran, termasuk pula di dalamnya cara-cara memperoleh uang

dengan hutang atau kredit serta sebab-akibatnya cara memperoleh uang yang demikian. Problematik yang timbul ketika Keuangan ditarik sebagai ilmu maka timbul pertanyaan sebagai berikut: ―Ilmu keuangan apakah ilmu yang berdiri sendiri?‖ apabila dilihat dari sisi normatif maka keuangan negara adalah bagian dari hukum dan tata usaha negara yang mengatur keuangan (Atmodinigrat, 1981: 30). Dari sisi bagian-bagian ilmu keuangan baik keuangan perusahaan atau keuangan internasional maka pada implementasinya terdapat hubungan dengan hukum. Misal: apabila ada penerimaan yang diadministrasikan secara tepat, tentunya harus ada aturan yuridis yang mengatur. Demikian pula dengan keuangan negara, maka ilmu keuangan tak dapat dipelajari tanpa mempelajari hukum, khususnya hukum yang mengatur tentang keuangan. Jadi, ilmu keuangan negara merupakan bagian ilmu ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomi yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah beserta dengan pengaruh-pengaruhnya di dalam perekonomian tersebut.

Lebih lanjut disebutkan bahwa keuangan negara adalah ilmu yang mempelajari penerimaan dan pengeluaran negara beserta dengan seluruh akibatnya (Suparmoko). Mansury (1981) menyimpulkan bahwa ilmu keuangan adalah pengetahuan yang teratur yang mempelajari hubungan-hubungan sebab akibat yang berkenaan tindakan-tindakan kesatuan keuangan untuk memperolah dana guna melakukan pengeluaran-pengeluaran dalam masyarakat. Artinya, problematik ilmu keuangan berpangkal pada pengertian dasar uang, yang uraian penjelasannya termuat pada filsafat keuangan, sehingga ilmu keuangan menjadi perkembangan logis yang meliputi segenap tindakan untuk mendapatkan, mengeluarkan atau menggunakan, mengadministrasikan dan mempertanggungjawabkan uang.

B. Pengertian Keuangan Negara

Adapun pengertian Keuangan Negara dapat ditinjau dari berbagai sisi:

1. Richard A. Musgrave (1989) menyatakan bahwa: “The complex of problems that center around the revenue-expenditure process of government is referres to traditionally as public finance. ” Hal ini menunjukkan bahwa studi tentang keuangan negara (atau yang sering disamakan dengan public finance) merupakan studi tentang ekonomi dari sektor publik (economics of public sector), 1. Richard A. Musgrave (1989) menyatakan bahwa: “The complex of problems that center around the revenue-expenditure process of government is referres to traditionally as public finance. ” Hal ini menunjukkan bahwa studi tentang keuangan negara (atau yang sering disamakan dengan public finance) merupakan studi tentang ekonomi dari sektor publik (economics of public sector),

Walaupun demikian, pada umumnya studi keuangan negara membatasi hanya pada penerimaan dan pengeluaran yang ada pada anggaran pemerintah (pusat dan daerah) dan pengaruh-pengaruhnya. Aspek-aspek lain yang juga merupakan bidang studi keuangan negara adalah regulasi ekonomi oleh cabang pemerintahan yudikatif, pengelolaan perusahaan negara, dan pengaturan kebijakan moneter.

2. Ulbrich (2003) menyatakan bahwa studi keuangan negara telah berkembang menjadi suatu bidang studi yang lebih luas yaitu studi ekonomi atas sektor publik (public sectoreconomics). Walaupun demikian istilah keuangan (finance) pada keuangan negara (public finance) mempersempit pembahasan hanya pada aktivitas penerimaan, pengeluaran, dan penganggaran negara.

3. Suparmoko (2012) menyatakan bahwa keuangan negara merupakan studi tentang pengaruh-pengaruh dari anggaran penerimaan dan belanja negara terhadap perekonomian, terutama pengaruh-pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan-tujuan kegiatan ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga- harga, distribusi penghasilan yang lebih ,merata juga peningkatan efisiensi serta penciptaan kesempatan kerja

4. Arifin P. Soeriatmaja mengungkapkan keuangan negara dalam arti sempit adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Keuangan negara dalam arti luas adalah segala hak dan kewajiban baik yang berupa uang maupun barang yang menjadi hak dan kewajiban dalam pengelolaan. Arifin P. Soeria Atmadja mendefinisikan keuangan Negara dari segi pertanggungjawaban pemerintah, bahwa keuangan Negara yang harus dipertanggungjawabkan oleh pemerintah adalah keuangan Negara yang hanya berasal dari APBN. Sehingga yang dimaksud dengan keuangan Negara adalah keuangan Negara yang berasal dari APBN.

5. M. Ichwan menyatakan bahwa keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan angka-angka diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk masa mendatang lazimnya satu tahun mendatang.

6. Geodhart, keuangan Negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukkan alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut.

7. John F. Due, budget keuangan negara adalah suatu rencana keuangan untuk suatu periode waktu tertentu. Government budget (anggaran belanja pemerintah) adalah suatu pernyataan mengenai pengeluaran atau belanja yang diusulkan dan penerimaan untuk masa mendatang bersama dengan data pengeluaran dan penerimaan yang sebenarnya untuk periode mendatang dan periode yang telah lampau. John F. Due menyamakan pengertian keuangan negara dengan anggaran (budget negara).

8. Hasan Akman menyebutkan bahwa keuangan negara adalah merupakan pengertian keuangan Negara dalam arti luas, dikaitkan dengan tanggung jawab pemeriksaan keuangan Negara oleh BPK karena menurutnya apa yang diatur dalam Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 tidak saja mengenai pelaksanaan APBN, tetapi juga meliputi pelaksanaan APBD, keuangan unit-unit usaha Negara, dan pada hakekatnya pelaksanaan kegiatan yang didalamnya secara langsung atau tidak langsung terkait keuangan Negara.

9. Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan Pasal 23

(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang- undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. ***)

(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. ***)

(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahunn yang lalu. ***)

Pasal 23A Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. ***)

Pasal 23B Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. ***)

Pasal 23C Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang. ***)

Pasal 23D Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ***)

10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa Keuangan Negara adalah semua hak dan

kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Menurut Pasal 2 disebutkan meliputi:

a) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman

b) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga

c) Penerimaan negara c) Penerimaan negara

e) Penerimaan daerah

f) Pengeluaran daerah

g) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah

h) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum

i) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah

Cakupan terakhir Keuangan Negara tersebut dapat meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan- yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah. Dalam pelaksanaannya, ada empat pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara, yaitu dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Obyek Keuangan Negara meliputi semua ‖hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.‖ Selanjutnya dari sisi subyek/pelaku yang mengelola obye k yang ‖dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.‖

Dalam pelaksanaannya, proses pengelolaan Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Pada akhirnya, tujuan pengelolaan Keuangan Negara adalah untuk menghasilkan kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek KN dalam rangka penyelenggaraan kehidupan bernegara.

Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segasesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek, terlihat bahwa hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas

cakupannya, yaitu termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Dengan demikian, bidang pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam: subbidang pengelolaan fiskal, subbidang pengelolaan moneter, dan subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal meliputi kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai dari penetapan Arah dan Kebijakan Umum (AKU), penetapan strategi dan prioritas pengelolaan APBN, penyusunan anggaran Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal meliputi kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai dari penetapan Arah dan Kebijakan Umum (AKU), penetapan strategi dan prioritas pengelolaan APBN, penyusunan anggaran

Pengelolaan keuangan negara subbidang kekayaan negara yang dipisahkan berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sektor Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) yang orientasinya mencari keuntungan (profit motive). Berdasarkan uraian di atas, pengertian keuangan negara dapat dibedakan antara: pengertian keuangan negara dalam arti luas, dan pengertian keuangan negara dalam arti sempit. Pengertian keuangan negara dalam arti luas pendekatannya adalah dari sisi objek yang cakupannya sangat luas, dimana keuangan negara mencakup kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan pengertian keuangan negara dalam arti sempit hanya mencakup pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal saja. Pembahasan lebih lanjut dalam modul ini dibatasi hanya pada pengertian keuangan negara dalam arti sempit saja yaitu subbidang pengelolaan fiskal atau secara lebih spesifik pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dalam pengelolaan keuangan negara, dikenal paradigma lama dan paradigma baru. Paradigma lama dalam pengelolaan Keuangan Negara antara lain:

a) fundamental distrust  kontrol input;

b) anggaran line item;

c) kontrol komitment;

d) verifikasi dokumen pembayaran; dan

e) kontrol akuntansi Paradigma lama menekankan alat bukti pembayaran/penerimaan sudah cukup sebagai bukti yang sah dalam pengelolaan keuangan negara. Dengan kata lain, lebih menekankan pada input dan output saja tanpa memperhatikan lebih lanjut dampak atau akibat penerimaan atau pengeluaran negara. Sedangkan paradigma baru dalam pengelolaan Keuangan Negara antara lain: e) kontrol akuntansi Paradigma lama menekankan alat bukti pembayaran/penerimaan sudah cukup sebagai bukti yang sah dalam pengelolaan keuangan negara. Dengan kata lain, lebih menekankan pada input dan output saja tanpa memperhatikan lebih lanjut dampak atau akibat penerimaan atau pengeluaran negara. Sedangkan paradigma baru dalam pengelolaan Keuangan Negara antara lain:

b) Anggaran adalah rencana. Pada paradigma lama anggaran dapat diartikan tidak hanya sekedar rencana tetapi sekaligus sebagai pelaksaan. Berbeda dengan paradigma baru, anggaran baru disebut rencana, dalam tahun anggaran berjalan rencana dilaksanakan sesuai dengan orientasi hasil (jadi belum tentu menggunakan anggaran seluruhnya, anggaran tidak untuk dihabiskan tapi digunakan seoptimal mungkin).

c) Penekanan pada kebijakan, misal rencana bergulir (Medium Term Expenditure Framework/MTEF) Dengan menekankan kebijakan pada penyusunan program-program maka akan terjadi satu kesinambungan antar waktu antar generasi dan antar instutusi yang bertanggung jawab atas penugasan yang diberikan pihak eksekutif. Misal: masalah pendidikan untuk anak usia dini juga diikuti dengan pendidikan dasar, menengah dan tinggi; di mana para calon peserta didik diimbangi dengan pemberian perhatian masalah kesehatan yang berada tanggungjawab Kementerian Kesehatan.

d) Klasifikasi internasional (Government Financial Statistics/GFS) Agar Indonesia mampu dipandang sejajar dengan dunia internasional, maka dalam membuat konsep pengelolaan keuangan negara mengacu yang

diterapkan seluruh dunia. Dengan demikian maka akan memudahkan dalam pengukuran kinerja kita karena alat ukurnya sudah dipersamakan dengan yang berlaku secara internasional. Misalnya : klasifikasi fungsi yang bersifat statis dan belum menempatkan biaya program.

e) Fleksibilitas: Let the managers manage Apabila paradigma lama yang menguji atas pembebanan pengeluaran negara adalah diserahkan kepada bendahara umum maka saat ini dengan pola Kuasa Pengguna Anggaran lah yang menjadi penanggung jawab atas pembebanan pengeluaran negara. Ketika menyusun perencanaan kerja pun diserahkan kepada para manager/pemimpin dalam mengeksplorasi organisasinya untuk e) Fleksibilitas: Let the managers manage Apabila paradigma lama yang menguji atas pembebanan pengeluaran negara adalah diserahkan kepada bendahara umum maka saat ini dengan pola Kuasa Pengguna Anggaran lah yang menjadi penanggung jawab atas pembebanan pengeluaran negara. Ketika menyusun perencanaan kerja pun diserahkan kepada para manager/pemimpin dalam mengeksplorasi organisasinya untuk

f) Akuntabilitas: Pengukuran kinerja Perubahan hanya mengukur pada output saja menjadi mengukur output yang dihasilkan. Anggaran dikembalikan lagi yang berarti ―baru sebuah rencana‖; muatan anggaran yang tercermin dalam program-program. Konsep proyek sudah ditinggalkan melainkan menyusun anggaran yang berbasis kinerja

C. Asas-asas Pengelolaan Keuangan Negara Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Aturan pokok Keuangan Negara telah dijabarkan ke dalam asas-asas umum, yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) dalam pengelolaan keuangan negara. Penjelasan dari asas tersebut adalah sebagai berikut.

1. Asas Tahunan memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).

2. Asas Universalitas (kelengkapan) memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara.

3. Asas Kesatuan mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam anggaran adalah jumlah brutonya.

4. Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang telah ditetapkan dalam mata anggaran tertentu merupakan batas tertinggi dan tidak boleh dilampaui. Secara kualitatif berarti penggunaan anggaran hanya dibenarkan untuk mata anggaran yang telah ditentukan.

5. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil mengandung makna bahwa setiap pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya.

6. Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh tenaga yang profesional.

7. Asas Proporsionalitas; pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai.

8. Asas Keterbukaan mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen.

9. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk

melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan independen.

Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam undang-undang tentang Keuangan Negara, pelaksanaan undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Tujuan Pengelolaan

Menurut Musgrave, keuangan negara tidak hanya berhubungan dengan uang masuk sebagai penerimaan negara dan uang keluar sebagai belanja negara. Keuangan negara juga berhubungan dengan fungsi alokasi sumber-sumber ekonomi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi, termasuk pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat

1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pendapat Adam Smith menyatakan bahwa negara tidak boleh campur tangan dalam perekonomian masyarakat, karena perekonomian sudah diatur oleh ―invisible hands‖ yaitu mekanisme naik atau turunnya harga sebagai akibat dari hukum penawaran dan permintaan barang dan jasa (inilah yang disebut mekanisme pasar). Hal ini berarti bahwa jika permintaan lebuh besar dari penawaran maka tingkat harga cenderung akan naik, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya, apabila terjadi kenaikan harga akan mendorong kenaikan penawaran dan menekan permintaan sehingga terjadi keseimbangan baru. Artinya, naik atau turunnya harga serta mekanisme pasar bekerja secara otomatis dan ini menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan atas barang dan jasa. Apabila dikaitkan dengan keuangan negara, maka kegiatan penerimaan dan pengeluaran negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga. Contoh: pungutan pajak akan meningkatkan penerimaan negara, namun berdampak kemungkinan mengurangi daya beli masyarakat yang akan berakibat berikutnya menurunnya permintaan masyarakat. Contoh berikutnya, pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang/jasa dari masyarakat akan mendorong ekonomi rakyat, dampak berikutnya akan menambah daya beli masyarakat. Dari dua contoh tersebut, menunjukkan kegiatan penerimaan maupun pengeluaran negara memiliki kecenderungan kenaikan atau penurunan harga secara umum dan terus menerus. Kondisi tersebut tidak diinginkan, karena mengganggu kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, disarankan oleh Adam Smith agar penerimaan negara harus sama dengan dengan 1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pendapat Adam Smith menyatakan bahwa negara tidak boleh campur tangan dalam perekonomian masyarakat, karena perekonomian sudah diatur oleh ―invisible hands‖ yaitu mekanisme naik atau turunnya harga sebagai akibat dari hukum penawaran dan permintaan barang dan jasa (inilah yang disebut mekanisme pasar). Hal ini berarti bahwa jika permintaan lebuh besar dari penawaran maka tingkat harga cenderung akan naik, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya, apabila terjadi kenaikan harga akan mendorong kenaikan penawaran dan menekan permintaan sehingga terjadi keseimbangan baru. Artinya, naik atau turunnya harga serta mekanisme pasar bekerja secara otomatis dan ini menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan atas barang dan jasa. Apabila dikaitkan dengan keuangan negara, maka kegiatan penerimaan dan pengeluaran negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga. Contoh: pungutan pajak akan meningkatkan penerimaan negara, namun berdampak kemungkinan mengurangi daya beli masyarakat yang akan berakibat berikutnya menurunnya permintaan masyarakat. Contoh berikutnya, pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang/jasa dari masyarakat akan mendorong ekonomi rakyat, dampak berikutnya akan menambah daya beli masyarakat. Dari dua contoh tersebut, menunjukkan kegiatan penerimaan maupun pengeluaran negara memiliki kecenderungan kenaikan atau penurunan harga secara umum dan terus menerus. Kondisi tersebut tidak diinginkan, karena mengganggu kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, disarankan oleh Adam Smith agar penerimaan negara harus sama dengan dengan

maupun penyelenggaraan barang publik. Kemudian, peran pemerintah hanya mengatur pada bagian tertentu yaitu ketika mekanisme pasar tidak berjalan, sehingga posisi pemerintah adalah inferior dalam perekonomian rakyat.

2. Menjaga stabilitas ekonomi Konsep yang ditawarkan Adam Smith diimplementasikan dalam bentuk anggaran berimbang, di mana penerimaan sama dengan pengeluaran negara. Namun, pada tahun 1930-an ketika terjadi resesi dunia, konsep Adam Smith berakhir. Hal ini karena terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa. Akibat ketidakseimbangan ini adalah jatuhnya perekonomian dan meningkatnya pengangguran. Tahun 1936, John Maynard Keyness menguraikan bahwa ketersediaan lapangan kerja ditentukan oleh permintaan agregat (keseluruhan jumlah uang yang diterima oleh pengusaha dari hasil penjualan barang dan jasa yang diproduksinya) dan penawaran agregat (keseluruhan jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk membeli faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa). Artinya, apabila permintaan agregat lebih besar dari penawaran agregat maka pengusaha akan melakukan ekspansi usaha untuk mencari laba, yang secara agregat akan menambah lapangan kerja. Keyness lebih lanjut mengemukakan bahwa kondisi resesi tahun 1930-an akibat penawaran agregat lebih besar dari permintaan agregat. Pemerintah mengambil sikap dengan memperbesar permintaan agregat supaya sama dengan penawaran agregat. Hal ini menunjukkan bahwa anggaran tidak harus seimbang, anggaran maah dapat digunakan sebagai alat untuk mengatasi inflasi maupun deflasi yang terjadi. Sejak adanya teori Keyness, tugas dan fungsi negara menjadi lebih penting karena tidak sekedar menyelenggarakan pertahanan dan keamanan, 2. Menjaga stabilitas ekonomi Konsep yang ditawarkan Adam Smith diimplementasikan dalam bentuk anggaran berimbang, di mana penerimaan sama dengan pengeluaran negara. Namun, pada tahun 1930-an ketika terjadi resesi dunia, konsep Adam Smith berakhir. Hal ini karena terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa. Akibat ketidakseimbangan ini adalah jatuhnya perekonomian dan meningkatnya pengangguran. Tahun 1936, John Maynard Keyness menguraikan bahwa ketersediaan lapangan kerja ditentukan oleh permintaan agregat (keseluruhan jumlah uang yang diterima oleh pengusaha dari hasil penjualan barang dan jasa yang diproduksinya) dan penawaran agregat (keseluruhan jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk membeli faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa). Artinya, apabila permintaan agregat lebih besar dari penawaran agregat maka pengusaha akan melakukan ekspansi usaha untuk mencari laba, yang secara agregat akan menambah lapangan kerja. Keyness lebih lanjut mengemukakan bahwa kondisi resesi tahun 1930-an akibat penawaran agregat lebih besar dari permintaan agregat. Pemerintah mengambil sikap dengan memperbesar permintaan agregat supaya sama dengan penawaran agregat. Hal ini menunjukkan bahwa anggaran tidak harus seimbang, anggaran maah dapat digunakan sebagai alat untuk mengatasi inflasi maupun deflasi yang terjadi. Sejak adanya teori Keyness, tugas dan fungsi negara menjadi lebih penting karena tidak sekedar menyelenggarakan pertahanan dan keamanan,

3. Merealokasi sumber-sumber ekonomi Pada bagian ini dikembangkan oleh Richard A Musgrave. Teori Musgrave merupakan pengembangan dari teori Keyness. Musgrave menyatakan bahwa tugas dan fungsi negara meliputi: realokasi sumber-sumber daya ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi. Realokasi sumber-sumber ekonomi dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang terbatas secara optimal. Proses realokasi ini harus didasarkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh. Peranan pemerintah untuk memberdayakan potensi-potensi sumber-sumber ekonomi sangat diperlukan, misal: penerimaan pajak sebagai penerimaan negara merupakan pungutan yang manfaatnya tidak dinikmati masyarakat secara langsung, harus melalui proses pemberdayaan kegiatan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Apabila sumber daya yang ada di masyarakat tersebut tidak didistribusikan secara optimal akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam perekonomian negara. Sebagai contoh: akibat penerimaan pajak tidak didistribusikan secara optimal (misal: infrasktruktur yang belum memadai) maka akan mengganggu proses perekonomian yang memerlukan daya dukung tersedianya infrastruktur.

4. Mendorong retribusi pendapatan Pada bagian ini peran pemerintah dalam mengambil kebijakan fiskal supaya dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan. Tujuannya agar tidak terjadi kesenjangan antara masyarakat yang berkemampuan lebih (kaya) dan masyarakat yang berkemampuan kurang (miskin). Sumber daya ekonomi tidak dapat terdistribusi merata secara natural di dalam masyarakat. Akibatnya, masyarakat yang mampu menguasai lebih banyak faktor produksi maka akan diuntungkan. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan pajak yang lebih besar kepada masyarakat yang lebih mampu. Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan dalam bentuk pengeluaran yang berpihak kepada masyarakat yang kurang mampu. Dengan demikian, anggaran yang terwujud 4. Mendorong retribusi pendapatan Pada bagian ini peran pemerintah dalam mengambil kebijakan fiskal supaya dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan. Tujuannya agar tidak terjadi kesenjangan antara masyarakat yang berkemampuan lebih (kaya) dan masyarakat yang berkemampuan kurang (miskin). Sumber daya ekonomi tidak dapat terdistribusi merata secara natural di dalam masyarakat. Akibatnya, masyarakat yang mampu menguasai lebih banyak faktor produksi maka akan diuntungkan. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan pajak yang lebih besar kepada masyarakat yang lebih mampu. Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan dalam bentuk pengeluaran yang berpihak kepada masyarakat yang kurang mampu. Dengan demikian, anggaran yang terwujud

Tujuan pengelolaan keuangan negara oleh pemerintah supaya ada peranan dalam perekonomian. Tujuan dari pembangunan ekonomi sendiri adalah mencapai tingkat kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang lebih tinggi. Untuk mencapainya, pemerintah dapat berperan secara aktif maupun pasif. Seperti yang sudah dikemukakan oleh Adam Smith (mewakili Kaum Klasik) bahwa pemerintah mempunyai 3 fungsi yaitu: dibidang pertahanan nasional, keadilan sosial, dan pekerjaan umum. Kegiatan-kegiatan tersebut pasti tidak menarik bagi para individu secara sendiri atau bersamaan untuk mengusahakan. Mengapa? Karena tidak adanya keuntungan yang tercipta dari kegiatan-kegiatan tersebut. Kaum Klasik berpendapat, yang penting bagi pemerintah tidak mengerjakan kegiatan yang sudah dilakukan oleh para individu. John Stuart Mill menyatakan lebih lanjut bahwa kegiatan perusahaan jauh lebih baik apabila dijalankan sektor swasta, dan membiarkan tanpa campur tangan pemerintah, walaupun ada pengecualiannya. Mill begitu mempertahankan pendapatnya dengan alasan sebagai berikut:

a. Campur tangan pemerintah akan membatasi adanya kebebasan individu, walaupun peranan pemerintah dalam memelihara perdamaian dan melindungi para individu atas serangan dari luar maupun dari dalam tetap dibutuhkan

b. Individu adalah subjek yang paling tertarik atas masalah mereka sendiri

c. Pemerintah adalah inferior dalam mengusahakan industri maupun perdagangan dibanding dengan usaha-usaha tersebut dijalankan pihak swasta

d. Seseorang akan bertambah kepercayaan dirinya apabila dia melakukan pekerjaan demi kepentingannya sendiri.

Namun, dikuatirkan sistem yang berpihak swasta membawa dampak kehancuran bagi kehidupan manusia. Mengapa? Karena kebebasan mutlak dari para individu akan menimbulkan banyak pertentangan kepentingan di antara para individu itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah didesak untuk mengatur perencanaan dan Namun, dikuatirkan sistem yang berpihak swasta membawa dampak kehancuran bagi kehidupan manusia. Mengapa? Karena kebebasan mutlak dari para individu akan menimbulkan banyak pertentangan kepentingan di antara para individu itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah didesak untuk mengatur perencanaan dan

E. Kekuasaan Kewenangan Pengelolaan Keuangan Negara Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Adapun kekuasaan yang dimaksud selanjutnya sebagai berikut:

a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan

b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya

c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan

Namun kekuasaan tersebut tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur undang- undang. Pengelolaan moneter dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di Namun kekuasaan tersebut tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur undang- undang. Pengelolaan moneter dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di

rupiah dapat dipertahankan kestabilannya; (3) mendorong produsen untuk meningkatkan kegiatan produksi melalui penyediaan kredit dengan suku bunga rendah; (4) menyediakan tingkat lapangan kerja tertentu; (5) mengusahakan agar kebijakan moneter dapat dilaksanakan tanpa memberatkan

beban keuangan negara dan masyarakat.

Presiden (Sebagai CEO)

Menteri Teknis

Menteri Keuangan

(Sebagai COO)

(Sebagai CFO)

Pengguna Anggaran

Bendahara Umum Negara

(BUN)

Kepala Kantor

Kepala KPPN

(Selaku Kuasa COO)

(Selaku Kuasa CFO)

Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA)

Kuasa BUN

Gambar 1 Pendelegasian Wewenang

Pada Gambar 1 disebutkan bahwa Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, lebih dilanjut disebut dengan CEO (Chief Executive Officer). Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional,sedangkan menteri dan pimpinan lembaga negara pada hakekatnya adalah Chief Operating Officer (COO) yang berwenang dan Pada Gambar 1 disebutkan bahwa Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, lebih dilanjut disebut dengan CEO (Chief Executive Officer). Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional,sedangkan menteri dan pimpinan lembaga negara pada hakekatnya adalah Chief Operating Officer (COO) yang berwenang dan

Titik berat ruang lingkup keuangan negara sebagaimana yang diatur dalam UU No. 17/2003 tersebut berada pada subbidang pengelolaan fiskal. Pengelolaan moneter, walaupun dalam ruang lingkup keuangan negara, diselenggarakan oleh Bank Indonesia, sebagai bank sentral yang independen dari pengaruh pemerintah. Hubungan pemerintah dengan Bank Indonesia hanyalah berkoordinasi dalam penetapan kebijakan moneter, yang seringkali dikombinasikan dengan kebijakan fiskal, untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi.

Menteri Keuangan selaku pelaksana kekuasaan atas pengelolaan fiskal, bertugas:

a) Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro

b) Menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN

c) Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran

d) Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan

e) Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan undang-undang

f) Melaksanakan fungsi bendahara umum negara

g) Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

h) Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

Artinya, Menteri Keuangan dengan penegasan fungsi sebagai CFO akan memiliki fungsi-fungsi antara lain: Artinya, Menteri Keuangan dengan penegasan fungsi sebagai CFO akan memiliki fungsi-fungsi antara lain:

b) Penganggaran

c) Administrasi perpajakan

d) Adiministrasi kepabeanan

e) Perbendaharaan

f) Pengawasan keuangan

Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinannya

b) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran

c) Melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya

d) Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara

e) Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya

f) Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya

g) Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan undang-undang

RANGKUMAN

1) Ilmu Keuangan Negara merupakan bagian ilmu ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomi yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah beserta dengan pengaruh-pengaruhnya di dalam perekonomian tersebut.

2) Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

3) Asas-asas pengelolaan keuangan negara antara lain: asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, asas spesialitas, asas akuntabilitas, asas profesionalitas, proporsional, asas keterbukaan, dan asas pemeriksaan keuangan.

4) Tujuan pengelolaan keuangan negara karena mempenngaruhi pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas ekonomi, merealokasi sumber-sumber ekonomi, dan mendorong retribusi pendapatan.

5) Kekuasaan kewenangan pengelolaan keuangan negara didelegasikan kepada Menteri Keuangan (sebagai CFO), dan Menteri Teknis (sebagai COO)

LATIHAN

1) Apa yang dimaksud dengan keuangan negara sebagai ilmu?

2) Apa perbedaan pengertian keuangan negara menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dengan pendapat Musgrave ?

3) Apa yang dimaksud check and balances dalam pendelagasian wewenang pengelola keuangan negara?

BAB 2 PENGELUARAN PEMERINTAH

Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengeluaran negara dari sisi ekonomi, jenis-jenis pengeluaran pemerintah, serta pengaruh pengeluaran

pemerintah terhadap beberapa sektor perekonomian.

A. Pengeluaran negara dari sisi teori ekonomi Suparmoko (2012) menyebutkan bahwa pengeluaran pemerintah dalam arti

rill dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah, karena kegiatan pemerintah dibiayai dengan pengeluaran pemerintah. Pernyataan ini menunjukkan bahwa semakin besar pengeluaran pemerintah semakin banyak kegiatan yang dilakukan pemerintah. Lebih lanjut disebutkan bahwa pengeluaran pemerintah dapat bersifat ―exhaustive‖ yaitu pembelian barang-barang dan jasa dalam perekonomian yang langsung dapat dikonsumsi maupun dapat pula untuk menghasilkan barang lain lagi. Misal: belanja barang (pengeluaran digunakan untuk membeli barang- batang ATK yang mendukung kegiatan perkantoran, pembayaran listrik yang sudah digunakan, ataupun pembayaran telepon yang sudah digunakan untuk kegiatan kedinasan).

Pengeluaran pemerintah dapat pula bersifat ―transfer‖ yaitu berupa pemindahan dana kepada individu, masyarakat, atau perusahaan terutama untuk kepentingan sosial. Pemerintah dapat pula memberikan kepada negara lain sebagai hibah (grants). Misal: belanja bantuan sosial ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan pada

―exhaustive expenditure‖ mengalihkan faktor-faktor produksi dari sektor swasta ke sektor pemerintah, sedangkan ―transfer payment‖ hanya menggeser tenaga beli dari unit-unit ekonomi yang satu kepada unit-unit ekonomi yang lain dan membiarkan ―exhaustive expenditure‖ mengalihkan faktor-faktor produksi dari sektor swasta ke sektor pemerintah, sedangkan ―transfer payment‖ hanya menggeser tenaga beli dari unit-unit ekonomi yang satu kepada unit-unit ekonomi yang lain dan membiarkan

Y = C + I + G + X-M.

Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan variable-variabel di ruas kanan disebut permintaan

agregat. Variable G menyatakan pengeluaran pemerintah (Government expenditures), I investment, X-M adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar

kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan permintaan agregat atau pendapatan nasional. Dengan ini, dapat dianalisis seberapa penting peranan pemerintah dalam perekonomian nasional.

Pemerintah tentu saja tidak hanya melakukan pengeluaran, tetapi juga memperoleh penerimaan. Penerimaan dan pengeluaran pemerintah dimasukkan dalam suatu konsep terpadu mengenai pendapatan dan belanja negara. Kebijaksanaan kebijaksanaan yang berkenaan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah (pendapatan dan belanja negara) disebut kebijksanaan fiskal.

Pengeluaran pemerintah biasanya direncanakan jauh lebih dulu. Jadi pemerintah membuat daftar anggaran yang akan dikeluarkan setiap tahunya, yang di Indonesia dijabarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pengeluaran pemerintah sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran negara dan pengeluaran daerah, yang masing-masing mempunyai struktur pengeluaran tersendiri dan berbeda. Dalam makalah ini nantinya akan dijelaskan tentang pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran negara maupun daerah.

Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut : (Boediono,1999)

a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai. Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, di mana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.