MANAJEMEN PERKEBUNAN

2 MANAJEMEN PERKEBUNAN

2.1 Perencanaan Perkebunan

1. Tersedia dokumen tentang Visi dan Misi

a. Visi dan Misi minyak sawit berkelanjutan

menjadi komitmen Perusahaan Perkebunan Perusahaan Perkebunan

Perusahaan Perkebunan telah memiliki

mulai dari pimpinan tertinggi hingga seluruh harus memiliki perencanaan

untuk memproduksi minyak sawit

berkelanjutan.

karyawan

jangka pendek, menengah

b. Memiliki rencana kerja jangka pendek, dan panjang untuk

2. Tersedia struktur organisasi dan uraian

jangka menengah dan jangka panjang memproduksi minyak sawit

tugas yang jelas bagi setiap unit dan

pelaksana.

pembangunan perkebunan;

berkelanjutan.

3. Tersedia perencanaan jangka panjang yang

c. Memiliki hasil audit neraca keuangan

dijabarkan dalam perencanaan 5 (lima)

Perusahaan Perkebunan oleh akuntan publik.

tahunan. Evaluasi dilakukan setiap tahun

d. Memiliki laporan tahunan yang secara

untuk menjamin berlangsungnya usaha

lengkap menjelaskan kegiatan Perusahaan

perkebunan. Perencanaan tersebut

Perkebunan.

meliputi antara lain replanting, proyeksi

e. Memiliki informasi tentang kewajiban e. Memiliki informasi tentang kewajiban

pembayaran pajak.

harga dan indikator keuangan.

f. Memiliki SOP perekrutan karyawan.

4. Tersedia Sistem Manajemen Sumber Daya

g. Memiliki sistem penggajian dan pemberian

Manusia (SDM).

insentif.

5. Dalam hal melakukan kemitraan harus

h. Memiliki sistem jenjang karier dan penilaian

dilengkapi dengan perjanjian secara

prestasi kerja.

tertulis yang diketahui oleh Pemerintah

i. Memiliki peraturan perusahaan tentang hak

Daerah untuk menghasilkan minyak sawit dan kewajiban karyawan.

berkelanjutan.

j. Memiliki peraturan dan sarana keselamatan

dan kesehatan kerja (K3). k. Dokumen pelatihan yang telah diikuti oleh

karyawan kebun. l. Identifikasi jenis pelatihan yang diperlukan

oleh Perusahaan Perkebunan.

2.2 Penerapan Teknis Budidaya dan Pengolahan Hasil

2.2.1 Penerapan pedoman teknis budidaya

2.2.1.1 Pembukaan lahan

Pembukaan lahan yang

a. SOP pembukaan lahan harus mencakup : memenuhi kaidah-kaidah

1. Tersedia standart operating prosedure (SOP)

- Pembukaan lahan tanpa bakar konservasi tanah dan air

pembukaan lahan termasuk penataan

lahan.

- Sudah memperhatikan kaidah-kaidah

2. Tersedia peta penataan lahan.

konservasi tanah dan air;

3. Tersedia rekaman pembukaan lahan.

b. Penataan lahan meliputi penataan blok, pembuatan jalan kebun dan emplasemen.

d. Pembuatan sistem drainase, terasering bagi lahan dengan kemiringan tertentu, penanaman tanaman penutup tanah (cover crops) untuk meminimalisir erosi dan kerusakan/degradasi tanah.

e. Pembukaan lahan dilakukan berdasarkan persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam izin lingkungan atau AMDAL/RKL-RPL sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

f. Perusahaan Perkebunan dilarang membuka lahan dan penanaman kelapa sawit dengan jarak sampai dengan:

- 500 m tepi waduk/danau; - 200 m dari tepi mata air dan kiri kanan

tepi sungai di daerah rawa; - 100 m dari kiri kanan sungai; - 50 m kiri kanan tepi anak sumgai; - 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang; - 130 kali selisih pasang teringgi dan

pasang terendah dari tepi pantai.

g. Apabila kegiatan penanaman seperti tersebut diatas tidak dilakukan oleh perusahaan dilaporkan kepada institusi yang berwenang.

2.2.1.2 Perbenihan

Perusahaan Perkebunan

Prosedur atau instruksi kerja/SOP pelaksanaan dalam melakukan

1. Tersedia SOP perbenihan.

proses perbenihan harus dapat menjamin: penanaman harus

2. Tersedia sertifikat benih yang diterbitkan

a. Benih yang digunakan sejak tahun 1995 menggunakan benih unggul.

oleh UPTD atau UPT Pusat Perbenihan

Perkebunan atau pihak yang berwenang.

merupakan benih bina yang berasal dari

3. Tersedia dokumen pelaksanaan penyediaan

sumber benih yang telah mendapat

benih

pengakuan dari pemerintah dan bersertifikat dari instansi yang berwenang.

4. Tersedia dokumen penanganan benih

yang tidak memenuhi persyaratan.

b. Umur dan kualitas benih yang disalurkan sesuai ketentuan teknis.

c. Penanganan terhadap benih yang tidak memenuhi persyaratan dituangkan dalam Berita Acara.

2.2.1.3 Penanaman pada lahan mineral

Perusahaan Perkebunan

a. SOP atau instruksi kerja penanaman harus harus melakukan

1. Tersedia SOP penanaman yang mengacu

kepada Pedoman Teknis Pembangunan

mencakup :

penanaman sesuai baku

- Pengaturan jumlah tanaman dan jarak teknis.

Kebun Kelapa Sawit di Lahan Mineral.

2. Tersedia dokumen pelaksanaan

tanaman sesuai dengan kondisi lapangan

penanaman.

dan praktek budidaya perkebunan yang baik.

- Adanya tanaman penutup tanah dan/atau

tanaman sela. - Pembuatan terasering untuk lahan miring.

b. Rencana dan realisasi penanaman.

2.2.1.4 Penanaman pada Lahan Gambut

SOP atau instruksi kerja penanaman harus yang melakukan penanaman

Perusahaan Perkebunan

1. Tersedia SOP atau instruksi kerja untuk

penanaman pada lahan gambut dan

mencakup :

pada lahan gambut harus

a. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak dilakukan dengan

mengacu peraturan perundang-undangan.

tanaman sesuai dengan kondisi lapangan dan memperhatikan karakteristik

2. Penanaman dilakukan pada lahan gambut

praktek budidaya perkebunan yang baik. lahan gambut sehingga tidak

berbentuk hamparan dengan kedalaman <

b. Adanya tanaman penutup tanah. menimbulkan kerusakan

3 m dan proporsi mencakup 70% dari luas

c. Tersedianya alat untuk mengukur penurunan fungsi lingkungan.

areal gambut yang diusahakan, lapisan

tanah mineral dibawah gambut bukan

lapisan tanah gambut.

pasir kuarsa atau tanah sulfat masam dan

pada lahan gambut dengan tingkat kematangan matang (saprik).

3. Pengaturan tinggi air tanah (water level) antara 60-80 cm untuk menghambat emisi karbon dari lahan gambut.

4. Dokumen pelaksanaan penanaman tanaman terdokumentasi.

2.2.1.5 Pemeliharaan Tanaman

1. Tersedia SOP pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan:

dengan menerapkan Good Agriculture

a. Mempertahankan jumlah tanaman sesuai

Practices (GAP) kelapa sawit.

standar;

2. Memiliki dokumen pelaksanaan

b. Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air

pemeliharaan tanaman.

(drainase);

c. Pemeliharaan piringan;

d. Pemeliharaan tanaman penutup tanah (cover

crop).

e. Sanitasi kebun dan penyiangan gulma;

2.2.1.6 Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

SOP pengamatan dan pengendalian OPT harus Perusahaan Perkebunan

1. Tersedia SOP pengamatan dan

dapat menjamin bahwa :

harus menerapkan sistem

a. Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu Pengendalian Hama Terpadu

pengendalian OPT.

(pengendalian hama terpadu/PHT), yaitu (PHT) sesuai Pedoman

2. Tersedia SOP untuk penanganan limbah

memadukan berbagai teknik pengendalian Teknis.

pestisida.

secara mekanis, biologis, fisik dan kimiawi.

3. Tersedia dokumen pelaksanaan

pengamatan dan pengendalian OPT serta

b. Diterapkan sistem peringatan dini (Early

penggunaan jenis pestisida yang terdaftar.

Warning Sistem/EWS) melalui pengamatan OPT secara berkala;

c. Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi Pestisida Kementerian Pertanian.

d. Penanganan limbah pestisida dilakukan sesuai petunjuk teknis Komisi Pestisida untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan;

e. Tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih oleh institusi yang berwenang dan disetujui oleh komisi pestisida khusus untuk penggunaan pestisida terbatas .

f. Memiliki gudang penyimpanan alat dan bahan pengendali OPT

g. Memiliki rekaman jenis tanaman inang musuh alami.

2.2.1.7 Pemanenan

SOP pelaksanaan pemanenan harus mencakup: melakukan panen tepat

Perusahaan Perkebunan

1. Tersedia SOP pelaksanaan pemanenan.

a. Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan

2. Tersedia dokumen produksi bulanan,

waktu dengan cara yang baik

sarana penunjangnya.

triwulan, semester dan tahunan.

b. Penerapan penetapan kriteria matang panen produksi TBS.

dan benar dan mencatat

3. Tersedia informasi proyeksi produksi

dan putaran panen.

sampai dengan tahun mendatang.

2.2.2 Penerapan Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan.

2.2.2.1 Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS).

1. Tersedia SOP untuk pengangkutan TBS.

SOP pengangkutan TBS berisikan ketentuan

2. Tersedia dokumen pelaksanaan

sebagai berikut:

a. Ketersediaan alat transportasi serta sarana harus memastikan bahwa

Perusahaan Perkebunan

pengangkutan TBS.

pendukungnya.

TBS yang dipanen harus

b. TBS harus terjaga dari kerusakan, segera diangkut ke tempat

kontaminasi, kehilangan, terjadinya pengolahan untuk

fermentasi.

menghindari penurunan

c. Ketepatan waktu sampai di tempat kualitas.

pengolahan.

2.2.2.2 Penerimaan TBS di Unit Pengolahan Kelapa Sawit Perusahaan Perkebunan

1. SOP penerimaan, pemeriksaan dan sortasi memastikan bahwa TBS yang

1. Tersedia SOP penerimaan dan

TBS juga harus mencakup Kriteria sortasi diterima sesuai dengan

pemeriksaan/ sortasi TBS yang sesuai

ketentuan perundang-undangan.

buah yang diterima

persyaratan yang telah

2. Tersedia dokumen penerimaan TBS yang

2. Perusahaan Perkebunan tidak menerima

sesuai dan tidak sesuai dengan

Tandan Buah Segar (TBS) yang berasal dari

persyaratan.

penjarahan, pencurian atau TBS yang

3. Tersedia dokumen harga TBS.

diproduksi dengan menjarah hutan negara. Kriteria TBS yang diterima di unit pengolahan

kelapa sawit harus dibuat terbuka.

3. Penetapan harga pembelian TBS sesuai ketentuan

2.2.2.3 Pengolahan TBS.

Perusahaan Perkebunan

a. Harus ada perencanaan produksi. harus merencanakan dan

1. Tersedia SOP/instruksi kerja yang

b. Peralatan dan mesin-mesin produksi harus melaksanakan pengolahan

diperlukan baik untuk proses pengolahan

dirawat dan dikendalikan untuk mencapai TBS melalui penerapan

maupun proses pemantauan dan

kesesuaian produk dan efisiensi. praktek pengolahan yang

pengukuran kualitas CPO.

c. Peralatan unit pengolahan kelapa sawit harus baik (GMP).

2. Tersedia dokumen hasil uji spesifikasi

teknis hasil pengolahan

dipelihara untuk menjamin proses pengolahan

3. Tersedia dokumen pelaksanaan

TBS dapat memenuhi kualitas hasil yang

pengolahan

diharapkan.

4. Tersedia dokumen penggunaan air untuk

d. CPO yang dihasilkan harus mampu telusur

unit pengolahan kelapa sawit.

untuk mengetahui persentase CPO yang sustainable dan tidak.

e. Penggunaan air harus sesuai dengan izin penggunaan yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat.

f. Memiliki izin dari gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan untuk peningkatan kapasitas unit pengolahan kelapa sawiyang melebihi 30% dari kapasitas terpasang.

2.2.2.4 Pengelolaan Limbah.

Perusahaan Perkebunan

1. Tersedia SOP mengenai pengelolaan limbah Prosedur dan petunjuk teknis pengelolaan memastikan bahwa limbah

limbah antara lain mencakup tentang : unit pengolahan kelapa sawit

(padat, cair dan udara).

a. Pengukuran kualitas limbah cair di outlet dikelola sesuai peraturan

2. Tersedia dokumen mengenai pengukuran

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sesuai perundang-undangan.

kualitas limbah cair sesuai parameter baku

mutu

ketentuan yang berlaku;

3. Tersedia dokumen mengenai pengukuran

b. Pengukuran kualitas udara emisi dari semua

kualitas udara (emisi dan ambient)

sumber emisi dan udara ambien sesuai peraturan perundang-undangan;

4. Tersedia dokumen pelaporan pemantauan

dan pengelolaan limbah kepada instansi

c. Melaporkan setiap 3 (tiga) bulan hasil

yang berwenang terdokumentasi.

pengukuran air limbah setiap bulan;

5. Tersedia surat izin pembuangan air limbah

d. Melaporkan per enam bulan hasil pengukuran

ke badan air dari instansi berwenang.

udara emisi dan udara ambien;

e. Untuk mengetahui bahwa kualitas limbah tidak berbahaya lagi bagi lingkungan, dan limbah dapat dibuang ke sungai, maka pada kolam terakhir dipelihara berbagai jenis ikan.

2.2.2.5 Pemanfaatan Limbah.

Perusahaan Perkebunan

a. Perusahaan Perkebunan dapat memanfaatkan harus memanfaatkan limbah

1. Tersedia SOP pemanfaatan limbah (padat,

cair dan udara).

limbah antara lain:

untuk meningkatkan efisiensi

1) Pemanfaatan limbah padat berupa serat,

2. Tersedia surat izin pemanfaatan limbah

dan mengurangi dampak cangkang dan janjang kosong untuk

cair untuk Land Application (LA) dari

lingkungan. pengganti bahan bakar fosil;

instansi berwenang.

2) Pemanfaatan tandan/janjang kosong untuk

3. Tersedia dokumen pemanfaatan limbah.

pupuk organik;

3) Pemanfaatan limbah cair berupa Land Application (LA) untuk pemupukan.

c. Pemanfaatan limbah cair harus dilaporkan kepada instansi yang berwenang.

2.3 Tumpang Tindih dengan Usaha Pertambangan

Perusahaan Perkebunan

a. Pengusaha pertambangan mineral dan/atau memiliki kesepakatan

1. Tersedia kesepakatan tertulis antara

batubara yang memperoleh Izin Lokasi terhadap penyelesaian

pemegang hak atas tanah (pengusaha

Pertambangan pada areal Izin Lokasi Usaha tumpang tindih dengan

perkebunan) dengan pengusaha

Perkebunan, harus mendapat izin dari usaha pertambangan sesuai

pertambangan.

pemegang hak atas tanah.(Perusahaan peraturan perundang-

2. Tersedia bukti bahwa Pengusaha

pertambangan telah mengembalikan

Perkebunan).

undangan.

tanah bekas tambang seperti kondisi

semula (tanah lapisan bawah di bawah

b. Kesepakatan antara pemegang hak atas tanah

dan lapisan atas berada di atas) tanpa

(pengusaha perkebunan) dengan pengusaha

menimbulkan dampak erosi dan

pertambangan antara lain mencakup :

kerusakan lahan dan lingkungan.

- luasan, periode usaha pertambangan, teknik penambangan dan besaran

kompensasi; - Kewajiban Pengusaha pertambangan untuk mengembalikan tanah bekas tambang (reklamasi) tanpa menimbulkan dampak erosi, kerusakan lahan dan lingkungan.

- Biaya reklamasi lahan menjadi beban pihak pengusaha pertambangan.

2.4 Rencana dan Realisasi

a. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan Pembangunan Kebun dan

1. Tersedia dokumen rencana dan realisasi

peruntukannya dan waktu yang ditargetkan. Unit Pengolahan Kelapa

pemanfaatan lahan (HGU) untuk

pembangunan perkebunan unit

Sawit

b. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan

pengolahan kelapa sawit kantor,

izin yang dikeluarkan.

perumahan karyawan,sarana pendukung

c. Realisasi pembangunan unit pengolahan

dan kebutuhan lainnya.

kelapa sawit dan kapasitasnya.

2. Tersedia dokumen rencana pembangunan

d. Untuk Perusahaan Perkebunan yang

unit pengolahan dan realisasi kapasitas

memperoleh izin setelah UU Nomor 39 Tahun

unit pengolahan kelapa sawit.

2014 wajib mengusahakan seluruh areal yang secara teknis dapat ditanami setelah 6 (enam) tahun sejak diperoleh hak atas tanah.

2.5 Penyediaan Data dan

Jenis informasi yang dikecualikan meliputi Informasi Kepada Instansi

1. Tersedia SOP pelayanan informasi kepada

pemasaran, keuangan ( termasuk Terkait serta Pemangku

pemangku kepentingan.

pinjaman dan jaminan bank), dokumen

2. Tersedia dokumen pemberian informasi

Kepentingan Lainnya Selain legalitas perusahaan (tanah,izin usaha, dan

kepada pemangku kepentingan.

Informasi yang Dikecualikan lainnya), keberadaan satwa langka, atau Sesuai Peraturan Perundang-

bilamana pengungkapan informasi tersebut undangan.

3. Tersedia dokumen tanggapan atas

akan berdampak negatif terhadap ekonomi,

pelayanan informasi terhadap permintaan

lingkungan dan sosial.

informasi.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0