ORGANISASI PEKEBUN DAN PENGELOLAAN KEBUN PEKEBUN SWADAYA

2. ORGANISASI PEKEBUN DAN PENGELOLAAN KEBUN PEKEBUN SWADAYA

a. Kelembagaan Pekebun yaitu kelompok tani

2.1 Organisasi Kelembagaan

Kelompok tani dan koperasi harus

dan koperasi dibentuk untuk membantu Kebun Pekebun Swadaya

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Pekebun dalam melaksanakan pengelolaan

1. Tersedia tanda bukti Pekebun masuk usaha taninya;

2.1.1 Pekebun swadaya tergabung

kelompok tani dan koperasi.

dalam kelompok tani dan

b. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut

2. Tersedia dokumen pembentukan dan

koperasi sebagai wadah dibentuk susunan pengurus kelompok tani

susunan pengurus kelompok tani dan

bersama untuk memenuhi dan koperasi yang dilengkapi uraian tugas

koperasi.

aspirasi dan kebutuhan untuk setiap pengurus guna mendukung

anggotanya. 3. Tersedia dokumen rencana kegiatan

kelancaran kegiatan;

operasional Pekebun, kelompok tani dan koperasi.

c. Rencana kegiatan operasional mencakup kebutuhan sarana produksi, perkiraan

4. Tersedia laporan kegiatan Pekebun,

produksi, kegiatan pemeliharaan tanaman,

kelompok tani dan koperasi yang

pengendalian OPT, panen, pengangkutan

terdokumentasi.

TBS, pemeliharaan terasering, drainase, jalan produksi dan lain sebagainya serta

rencana peremajaan bila sudah diperlukan.

d. Agar kelompok tani dan koperasi dapat bekerja secara efektif ,setiap kelompok

beranggotakan antara 20 – 50 Pekebun, koperasi beranggotakan antara 20 – 50 kelompok tani dengan tutupan areal antara 1.000 – 1.500 ha.

No Prinsip dan Kriteria

Indikator

Panduan

e. Catatan dan dokumen tentang organisasi kelembagaan Pekebun atau koperasi lengkap dengan akte pendirian dan AD/ART, tersedia di Pekebun, kelompok tani,dan/atau koperasi.

2.1.2 Sengketa Lahan dan Kompensasi serta Sengketa Lainnya

Koperasi dan kelompok tani

a. Sengketa dapat berupa sengketa lahan dan harus memastikan bahwa

Bila telah terjadi sengketa lahan dan

sengketa lainnya termasuk pertambangan lahan perkebunan bebas dari

sengketa lainnya

tanpa izin (PETI) dan pertambangan liar, status sengketa dengan

baik dengan perusahaan, masyarakat masyarakat disekitarnya atau

1. Tersedia catatan status atau

sekitar kebun dan dengan pihak lainnya. sengketa lainnya.

kesepakatan penyelesaian sengketa

pada kebun swadaya dan tersedia peta

b. Musyawarah dilaksanakan oleh pihak yang

lokasi sengketa lahan tersedia di

bersengketa atau difasilitasi oleh pemerintah

koperasii atau kelompok tani

atauTim Terpadu Penyelesaian Sengketa.

2. Tersedia salinan perjanjian yang telah

c. Penetapan besarnya kompensasi dan

disepakati.

lamanya penggunaan lahan masyarakat bila

3. Tersedia dokumen progres musyawarah

bermasalah dilaksanakan secara

untuk penyelesaian sengketa disimpan

musyawarah.

koperasi atau kelompok tani.

d. Apabila penyelesaian sengketa lahan melalui musyawarah tidak menemui kesepakatan,

maka lahan yang disengketakan diselesaikan melalui jalur hukum.

e. Sengketa dengan pertambangan liar tanpa izin diselesaikan secara musyawarah antara pihak yang bersengketa atau

No Prinsip dan Kriteria

Indikator

Panduan

difasilitasi pemerintah sesuai Inpres No. 3 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa Izin.

f. Catatan dan dokumen penyelesaian dan perkembangan penyelesaian masalah tersedia di Pekebun, kelompok tani, koperasi dan Tim Terpadu.

2.1.3 Pemberian informasi kepada

a. Jenis informasi yang bersifat rahasia antara instansi terkait dan

1. Tersedia Daftar jenis informasi dan data

lain seperti keuangan atau informasi yang pemangku kepentingan

yang dapat diperoleh oleh pemangku

dapat berdampak negatif terhadap lainnya sesuai ketentuan yang

kepentingan di koperasi atau kelompok

lingkungan dan sosial tidak diinformasikan berlaku terkecuali

tani.

secara umum tetapi hanya untuk kalangan menyangkut hal yang patut

2. Tersedia dokumen permintaan informasi

oleh pemangku kepentingan.

terbatas.

dirahasiakan.

3. Tersedia dokumen tanggapan /

b. Catatan informasi tersedia di Pekebun,

pemberian informasi kepada pemangku

kelompok tani dan koperasi.

kepentingan lainnya.

2..2 Panerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengangkutan Kelapa Sawit.

2.2.1 Pembukaan lahan

Pembukaan lahan harus

a. Mengacu pada Pedoman Teknis Pembukaan memenuhi kaidah-kaidah

1. Pekebun melaksanakan pembukaan

Lahan Tanpa Bakar , Ditjenbun Kementerian konservasi tanah , air dan

lahan sesuai Pedoman Pembukaan Lahan

Tanpa Bakar.

Pertanian.

tidak dengan membakar.

No Prinsip dan Kriteria

Indikator

Panduan

2. Pekebun membuka lahan dengan

b. Dokumentasi kegiatan pembukaan lahan

memperhatikan kaidah-kaidah konservasi

tanpa membakar, sesuai Pedoman

lahan dan air.

Pembukaan Lahan Tanpa Bakar 1997 dari

3. Tersdia dokumen pembukaan lahan tanpa

Direktorat Jenderal Perkebunan dan

bakar.

pedoman dari instansi lainnya.

c. Pada lahan miring dapat ditanami dengan

melakukan terasering.

d. Lahan yang memerlukan konservasi dilakukan dengan pembuatan sistem drainase dan terasering.

2.2.2 Perbenihan

1. Benih tanaman berasal dari sumber benih Pelaksanaan proses perbenihan/ pembibitan produktivitas tanaman dari

Untuk mendukung

yang direkomendasi oleh pemerintah.

harus dapat menjamin :

kebun Pekebun swadaya,

a. Benih atau bahan tanam yang digunakan benih yang digunakan harus

Apabila Pekebun menggunakan benih

merupakan benih bina yang berasal dari berasal dari sumber benih

asalan, dalam peremajaan Pekebun harus

sumber benih yang telah mendapat yang telah mendapat

menggunakan benih unggul bersertifikat.

pengakuan dari pemerintah dan bersertifikat rekomendasi dari pemerintah.

2. Pelaksanaan perbenihan dan pembibitan

kelapa sawit sesuai dengan pedoman

dari instansi yang berwenang.

yang telah dibuat oleh Kementerian

b. Umur dan kualitas benih yang disalurkan

Pertanian.

sesuai ketentuan teknis.

3. Tersedia catatan asal benih. c. Catatan perbenihan tersedia di Pekebun, kelompok tani dan koperasi

No Prinsip dan Kriteria

Indikator

Panduan

2.2.3 Penanaman pada tanah mineral

Pekebun, kelompok tani,

1. Pekebun melaksanakan penanaman yang Pedoman teknis penanaman harus mencakup: koperasi dalam melakukan

a. Realisasi luas areal penanaman. penanaman harus sesuai

sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa

b. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak baku teknis dalam

Sawit Terbaik (GAP)

tanam sesuai dengan kondisi lapangan dan mendukung optimalisasi

2. Tersedia catatan pelaksanaan

praktek budidaya perkebunan yang baik produktivitas tanaman

penanaman.

c. Pembuatan terasering untuk lahan miring.

2.2.4 Penanaman pada lahan gambut

Penanaman kelapa sawit di

Pelaksanaan penanaman pada lahan gambut kebun Pekebun swadaya di

1. Pelaksanaan penanaman pada lahan

gambut sesuai Pedoman Teknis Budidaya sesuai dengan Permentan No 14 tahun 2009 lahan gambut dapat

Kelapa Sawit di Lahan Gambut.

antara lain mencakup :

dilakukan dengan

a. Penanaman dilakukan pada lahan gambut memperhatikan karakteristik

2. Tersedia catatan pelaksanaan

berbentuk hamparan dengan kedalaman < 3 lahan gambut sehingga tidak

penanaman.

m dan proporsi mencakup 70% dari total menimbulkan kerusakan

areal; Lapisan tanah mineral dibawah fungsi lingkungan

gambut bukan pasir kuarsa atau tanah sulfat masam dan pada lahan gambut dengan tingkat kematangan matang (saprik). Areal disisakan minimal 30% tidak ditanami untuk konservasi.

b. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanam sesuai dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya perkebunan terbaik.

No Prinsip dan Kriteria

Indikator

Panduan

c. Adanya tanaman penutup tanah.

d. Pengaturan tinggi air tanah antara 60 – 80 cm dengan pembuatan tata air kebun (saluran cacing) untuk menghambat emisi

CO 2 dari lahan gambut.

2.2.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan: mendukung produktivitas

Pemeliharaan tanaman dalam

1. Tersedia catatan mengenai pemupukan

a. Mempertahankan jumlah tanaman sesuai tanaman

tanaman.

standar yang ditetapkan dengan melakukan

2. Tersedia catatan pelaksanaan sisipan.

pemeliharaan tanaman.

b. Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air

(drainase).

c. Pemeliharaan piringan.

d. Sanitasi kebun dan penyiangan gulma.

e. Laporan kegiatan pemeliharaan tanaman.

2.2.6 Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Pekebun, kelompok tani,

Pedoman pengendalian OPT harus dapat koperasi harus melakukan

1. Tersedia Petunjuk Teknis Pengamatan

dan Pengendalian Hama Terpadu /

menjamin bahwa :

a. Pengendalian OPT dilakukan dengan OPT dengan menerapkan

pengamatan pengendalian

Integrated Pest Management (PHT/IPM) ,

pengendalian hama terpadu/PHT, yaitu Pengendalian Hama Terpadu

2. Tersedia Petunjuk Teknis instruksi kerja

melalui teknik budidaya, kebersihan kebun, (PHT) sesuai dengan

untuk penggunaan pestisida.

penggunaan musuh alami (parasitoid, ketentuan teknis dengan

3. Tersedia catatan jenis dan pengendali

predator dan agens hayati), secara mekanis

No Prinsip dan Kriteria

Indikator

Panduan

memperhatikan aspek

dan penggunaan pestisida secara terbatas lingkungan.

OPT lainnya (parasitoid, predator,

agensia hayati, feromon, dll.)

dan bijaksana.

4. Tersedia sarana pengendalian sesuai

b. Pestisida yang digunakan telah terdaftar di

petunjuk teknis.

Komisi Pestisida Kementerian Pertanian.

5. Tersedia tenaga (regu) pengendali yang

c. Penanganan limbah pestisida dilakukan

sudah terlatih.

sesuai petunjuk teknis untuk meminimalisir

6. Tersedia ruang penyimpanan alat dan

dampak negatif terhadap lingkungan.

bahan kimia pengendalian OPT.

2.2.7 Pemanenan

Petunjuk pelaksanaan pemanenan harus koperasi memastikan bahwa

Pekebun, kelompok tani,

1. Buah yang dipanen adalah buah matang

panen dan dilakukan pada waktu yang

mencakup :

panen dilakukan tepat waktu

a. Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan dan dengan cara yang benar.

tepat sesuai pedoman teknis panen.

sarana penunjangnya.

2. Tersedia catatan waktu dan lokasi

b. Penetapan kriteria matang panen dan

pelaksanaan pemanenan.

putaran panen sesuai petunjuk teknis.

c. Kriteria Penetapan matang panen adalah:

1) Kurang matang (12,5% – 25% buah luar membrondol) buah berwarna kemerahan.

2) Matang 1 (25% – 60% buah luar membrondol) buah berwarna merah mengkilat.

3) Matang 2 (50% - 75% buah luar membrondol) buah berwarna orange.

2.2.8 Pengangkutan Buah.

Pekebun, Kelompok tani,

Petunjuk pengangkutan buah (TBS) berisikan Koperasi memastikan bahwa

1. Tersedia catatan untuk jumlah

pengangkutan TBS dan nama dan lokasi ketentuan sbb:

TBS yang dipanen harus

pabrik yang dituju.

a. Ketersediaan alat transportasi serta sarana

No Prinsip dan Kriteria

Indikator

Panduan

segera diangkut ke tempat

2. Menggunakan alat transportasi yang baik

pendukungnya.

b. Buah harus terjaga dari kerusakan, untuk menghindari

penjual dan pengolahan

dan alat pendukung lainnya.

kontaminasi, kehilangan dan ketepatan kerusakan.

waktu sampai di tempat pengolahan.

c. Jarak kebun ke pabrik pengolah dapat

menjamin kualitas buah tetap baik.

2.2.9 Penjualan dan Kesepakatan Harga TBS

Produksi TBS Pekebun dijual

a. Tersedia catatan harga TBS dan realisasi ke pada perusahaan

1. Tersedia pedoman penyerahan TBS ke

pembelian oleh pembeli, perusahaan dan berpedoman kepada harga

pabrik.

2. Tersedia dokumen penerimaan TBS yang

pabrik.

yang disepakati oleh kedua

b. Ada sumber informasi harga untuk belah pihak.

sesuai dan tidak sesuai dengan

persyartan.

penetapan harga pembelian TBS yang

3. Tersedia dokumen harga yang ditetapkan

dipantau oleh pekebun, kelompok tani

oleh Tim Penetapan Harga TBS dan harga

dan/atau koperasi secara rutin.

pembelian TBS Pekebun oleh perusahaan.

4. Tersedia dokumen realisasi pembelian

oleh perusahaan.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0