Zaman Penyebaran Agama-Agama India

a. Zaman Penyebaran Agama-Agama India

Zaman sejarah Indonesia mulai dikenal dengan munculnya kerajaan- kerajaan yang bernafaskan Hindu. Hal ini ditandai dengan diketemukannya prasasti-prasasti pada batu yang menggunakan huruf Palawa di dekat Sungai Cisedana Bogor Jawa Barat, di Kutai Kalimantan

Timur dan Sumatera Barat (gb.37). Penemuan bukti sejarah itu diperkirakan keber-adaannya pada abad ke 4-5 Masehi. Agama yang berasal dari India adalah Agama Hindu dan Agama Budha. Peninggalannya selain prasasti juga berupa bangunan suci keagamaan berupa candi tersebar terutama di pulau Sumatera, Jawa, dan Bali. Peninggalan candi yang terkenal adalah Candi Prambanan (gb. 38) merupakan peninggalan kerajaan Mataram Hindu dan Candi Borobudur dari Agama Budha (gb 39). Keduanya berlokasi di Jawa Tengah, namun saat ini Candi Prambanan berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pada kedua candi tersebut terdapat ribuan panel relief dengan tema religius.

Gambar 38. Candi Prambanan

Pada Candi Borobudur dipahatkan relief tentang kehidupan Sidharta Gautama (gb. 40, 41), sedang relief di Candi Prambanan menggambarkan cerita Ramayana yang terkenal di dunia. Selain kedua candi besar tersebut masih ada candi dengan ukuran lebih kecil yakni Candi Dieng peninggalan Hindu di dataran tinggi Dieng dan Candi Mendut serta Pawon peninggalan Budha berada di dekat Candi Borobudur. Kerajaan Hindu terbesar Majapahit di Jawa Timur yang pernah menguasai Nusantara. peninggalan candinya tidak sebesar candi zaman Hindu di Jawa Tengah, namun banyak meninggalkan candi-candi kecil bertebaran terutama di Jawa Timur dan Bali, serta beberapa karya Pada Candi Borobudur dipahatkan relief tentang kehidupan Sidharta Gautama (gb. 40, 41), sedang relief di Candi Prambanan menggambarkan cerita Ramayana yang terkenal di dunia. Selain kedua candi besar tersebut masih ada candi dengan ukuran lebih kecil yakni Candi Dieng peninggalan Hindu di dataran tinggi Dieng dan Candi Mendut serta Pawon peninggalan Budha berada di dekat Candi Borobudur. Kerajaan Hindu terbesar Majapahit di Jawa Timur yang pernah menguasai Nusantara. peninggalan candinya tidak sebesar candi zaman Hindu di Jawa Tengah, namun banyak meninggalkan candi-candi kecil bertebaran terutama di Jawa Timur dan Bali, serta beberapa karya

Seni patung yang terdapat di Candi Borobudur baik yang diletakkan di relung-relung candi dan di dalam stupa adalah patung Budha dengan sikap sedang bermeditasi dan dengan berbagai sikap mudranya. Di Candi Prambanan patung-patungnya menggambarkan dewa-dewa Agama Hindu seperti Dewa Brahma, Wisnu, Siwa, Durga, Agastya, Ganesha dan patung kendaraan Dewa Tri Murti berupa patung Lembu Nandi, Angsa, dan Garuda. Bentuk candi patung dan relief pada ke-

Gambar 39. Candi Borobudur. dua candi tersebut masih sangat kuat dipengaruhi oleh seni rupa dan

arsitektur India. Bentuk reliefnya realis dekoratif. Menurut analisis Permadi Tabrani keistimewaan pada candi Borobudur adalah dalam menggambarkan beberapa adegan yang waktunya berbeda sekaligus dalam satu panel. Banyak posisi figur-figurnya menggunakan pedoman struktur bentuk gerak tribangga sehingga terlihat tidak kaku. Ragam hias yang penting terdapat pada badan candi antara lain Kalamakara yang biasanya terdapat pada bagian atas pintu masuk candi (gb.42). Bentuk ini merupakan simbolisasi dari waktu (kala), bahwa apapun yang ada di dunia ini tidak luput untuk memasuki lorong waktu, semua ditelan oleh sang waktu. Kembang padma atau teratai (gb. 43 a) sering dijumpai pada peninggalan Hindu dan Budha. Kedua agama ini memandang bunga teratai sebagai bunga suci karena sebagai tempat duduknya para dewata. Selain itu dalam tradisi yoga pusat-pusat energi dalam tubuh manusia disebut cakra juga digambarkan dalam bentuk bunga teratai. Hiasan berbentuk swastika digunakan pula oleh kedua agama tersebut. Dalam agama Hindu swastika merupakan lambang perputaran alam arsitektur India. Bentuk reliefnya realis dekoratif. Menurut analisis Permadi Tabrani keistimewaan pada candi Borobudur adalah dalam menggambarkan beberapa adegan yang waktunya berbeda sekaligus dalam satu panel. Banyak posisi figur-figurnya menggunakan pedoman struktur bentuk gerak tribangga sehingga terlihat tidak kaku. Ragam hias yang penting terdapat pada badan candi antara lain Kalamakara yang biasanya terdapat pada bagian atas pintu masuk candi (gb.42). Bentuk ini merupakan simbolisasi dari waktu (kala), bahwa apapun yang ada di dunia ini tidak luput untuk memasuki lorong waktu, semua ditelan oleh sang waktu. Kembang padma atau teratai (gb. 43 a) sering dijumpai pada peninggalan Hindu dan Budha. Kedua agama ini memandang bunga teratai sebagai bunga suci karena sebagai tempat duduknya para dewata. Selain itu dalam tradisi yoga pusat-pusat energi dalam tubuh manusia disebut cakra juga digambarkan dalam bentuk bunga teratai. Hiasan berbentuk swastika digunakan pula oleh kedua agama tersebut. Dalam agama Hindu swastika merupakan lambang perputaran alam

Gambar 40. Relief penari di depan Pangeran Sidharta Gautama

Gamar 41. Relief ketika Budha melakukan meditasi dengan mudra Bumi Sparsa.

menarik adalah mahluk kahyangan yang disebut kinara-kinari yaitu mahluk berbadan burung dan berkepala manusia berpasangan laki-laki dan perempuan mengapit pohon kalpa taru (gb. 43 c) sebagai lambang pohon surga yang memberikan segala keinginan manusia. Selain diapit oleh kinara-kinari dalam beberapa hiasan pohon kalpa taru di apit oleh burung merak dan diantara dua hiasan kalpa taru terdapat patung singa dalam relung kecil. Pada Candi Prambanan, reliefnya menggambarkan tentang epos Ramayana.

Dalam peninggalan situs Agama Hindu sering diketemukan wujud simbol yang disebut Lingga Yoni (gb. 43 b) merupakan artefak penting dalam Agama Hindu karena digunakan sebagai media menghubungkan diri manusia dengan Siwa sebagai Tuhan. Lingga dan Yoni merupakan simbolisasi dari rwa binedha yaitu dua hal berbeda dari kemahakuasaan Tuhan sehingga menyebabkan adanya alam semesta beserta isinya. Dua hal tersebut yaitu laki-laki dan perempuan, siang dan malam, halus kasar, tinggi rendah, dan sebagainya; hanya saja dalam visualisasinya Dalam peninggalan situs Agama Hindu sering diketemukan wujud simbol yang disebut Lingga Yoni (gb. 43 b) merupakan artefak penting dalam Agama Hindu karena digunakan sebagai media menghubungkan diri manusia dengan Siwa sebagai Tuhan. Lingga dan Yoni merupakan simbolisasi dari rwa binedha yaitu dua hal berbeda dari kemahakuasaan Tuhan sehingga menyebabkan adanya alam semesta beserta isinya. Dua hal tersebut yaitu laki-laki dan perempuan, siang dan malam, halus kasar, tinggi rendah, dan sebagainya; hanya saja dalam visualisasinya

Gambar 42. a. Kepala Kala dari zaman Hindu Jawa Tengah awal, b.Kepala Kala dari zaman Jawa Tengah peralihan ke zaman Hindu Madya, c. Kepala Kala dari zaman Hindu Jawa Timur (sumber: Museum Nasional Jakarta dan

Indonesiaan Heritage.

berhubungan dengan penghormatan kepada nenek moyang, orang tua (bapak/lingga dan Ibu/yoni) yang telah melahirkan dan membesarkan, selain itu lingga dan yoni juga bermakna kesuburan, oleh karena pertemuan kedua kekuatan berbeda tersebut dapat melahirkan sesuatu.

Hal yang menarik pada Candi Borobudur adalah struktur ba- ngunannya. Menurut Stutterheim, bangun candi Borobudur merupakan kombinasi piramid dari timur tengah dengan stupa India. Struktur bangunan terbagi menjadi tiga tingkat, berturut dari bawah yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu. Ketiga tingkatan itu merupakan refleksi dari tingkatan kehidupan spiritual manusia secara alami menurut pandangan Budha. Tingkatan kama adalah tahap kehidupan manusia yang masih diliputi oleh berbagai jenis hawa nafsu duniawi, kemudian Hal yang menarik pada Candi Borobudur adalah struktur ba- ngunannya. Menurut Stutterheim, bangun candi Borobudur merupakan kombinasi piramid dari timur tengah dengan stupa India. Struktur bangunan terbagi menjadi tiga tingkat, berturut dari bawah yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu. Ketiga tingkatan itu merupakan refleksi dari tingkatan kehidupan spiritual manusia secara alami menurut pandangan Budha. Tingkatan kama adalah tahap kehidupan manusia yang masih diliputi oleh berbagai jenis hawa nafsu duniawi, kemudian

Pada masa Hindu dan Budha seni rupa yang menggunakan bahan keras (batu dan logam) seperti patung, senjata, alat upacara, sangat banyak peninggalannya, sedangkan seni rupa yang menggunakan bahan lunak seperti lukisan dan ukiran kayu tidak banyak dapat diketahui jejaknya karena mudah hancur dimakan zaman selain faktor vandalisme oleh manusia.

Gambar 43. a. Motif Teratai, b. Linga-Yoni, c. Kinara-Kinari.