BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Kepemerintahan yang baik good governance merupakan issue yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang
dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan peyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan
masyarakat, disamping adanya pengaruh globalisasi. Pola-pola lama penyelenggaraan pemerintah tidak sesuai lagi bagi tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan sudah
seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan-perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Good governance berorientasi pada pertama, orientasi ideal negara yang
diarahkan pada pencapaian tujuan nasional; kedua, pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan
nasional. Orientasi pertama mengacu pada demokrasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-elemen konstituennya seperti : legitimacy apakah pemerintah dipilih
dan mendapat kepercayaan dari rakyatnya, accountability akuntabilitas, securing of human rights
, autonomy and devolution of power, dan assurance of civilian control. Sedangkan orientasi kedua, tergantung pada sejauh mana pemerintahan mempunyai
kompetensi, dan sejauh mana struktur serta mekanisme politik serta administrasi berfungsi secara efektif dan efisien.
15
World Bank mensinonimkan good governance dengan penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, mengoptimalkan salah alokasi dana investasi yang
langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks bagi
tumbuhnya aktivitas kepariwisataan. Sedangkan UNDP sendiri memberikan definisi good governance
sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat society. Berdasarkan hal ini UNDP dalam Ismail
Mohammad Dkk, 2000; kemudian mengajukan karakteristik good governance, sebagai berikut :
a. Participation. Setiap warga mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi instusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruksi.
b. Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.
c. Transparency. Transparasi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses- proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh
mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor. d. Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholders.
e. Consensus orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik
dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur. f. Equity. Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka. g. Effetiveness and efficiency. Proses-proses dan lembaga menghasilkan sesuai
dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.
h. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat civil society bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-
lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau
eksternal organisasi. i. Strategic vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini. Berdasarkan karakterisrik-karasteristik di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa wujud good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid
dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan
masyarakat society. Oleh karena good governance meliputi juga upaya melakukan penyempurnaan pada sistem administrasi negara yang berlaku pada suatu negara
secara menyeluruh. Kemudian dari aspek pemerintah government, good governance dapat dilihat melalui aspek-aspek :
1. Hukum kebijakan. Hukum kebijakan ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial, politik dan ekonomi.
2. Administratif competence and transparency. Kemampuan membuat perencanaan dan melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin dan model
administratif, keterbukaan dan informasi. 3. Desentralisasi. Desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam departemen.
4. Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan peran pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi dan
kemampuan pemerintah dalam mengelola kebijakan makro ekonomi. Dari hal-hal yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa betapa
pentingnya kinerja pelayanan publik yang baik dan memuaskan dan menjadi perhatian utama pemerintah di era sekarang ini. Hal senada juga di kemukakan oleh
Agus Dwiyanto 2003 : 81 yang menyebutkan kinerja pelayanan publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan pelaksanaan reformasi
tata pemerintahan. Semakin tinggi kepedulian pemerintah terhadap tata pemerintahan yang baik good overnance, maka kinerja pelayanan publik akan menjadi semakin
baik.
1. Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja